Anda di halaman 1dari 13

Praktikum I

Mekanisme Transportasi Sel dan Permeabilitas

I. Tujuan
1. Memahami bahwa difusi merupakan proses pasif yang bergantung pada
gradien konsentrasi zat terlarut
2. Untuk memahami bahwa beberapa zat terlarut memerlukan protein-
pembawa untuk melewati membran karena keterbatasan ukuran atau kelarutan.
3. menjelaskan bagaimana osmosis adalah jenis difusi khusus
4. Menjelaskan bagaimana osmosis adalah jenis difusi khusus
5. Menjelaskan bagaimana tonisitas larutan berhubungan dengan perubahan
volume sel

II. Teori
Komposisi pada membran sel menyebabkan membrane sel untuk selektif terhadap apa
yang dapat melewatinya. Hal ini dapat memungkinkan nutrisi dan jumlah ion untuk
memasuki sel, berbeda dengan zat hidrofilik lainnya sehingga membran sel bersifat
selektif permeabel. Protein sel yang diperlukan dan zat lainnya dapat disimpan di dalam
sel, dan limbah metabolik dapat dikeluarkan.

Transportasi melalui membran sel terjadi dalam dua cara dasar: pasif atau aktif. Dalam
proses pasif, proses transportasi didorong oleh konsentrasi atau tekanan (gradien) antara
bagian dalam dan bagian luar sel. Dalam proses aktif, sel membutuhkan energi berupa
ATP untuk mengaktifkan transportasi.

Dua proses utama transportasi membran yang terjadi secara pasif adalah difusi dan
filtrasi. Difusi adalah proses transportasi penting untuk setiap sel dalam tubuh. Difusi
sederhana terjadi tanpa bantuan protein membran, dan difusi yang difasilitasi
membutuhkan ikatan membran protein pembawa yang membantu dalam transportasi
(Gambar 1).
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

Pada difusi sederhana dan difusi terfasilitasi, zat yang bergerak dengan berdasarkan
gradien konsentrasi zat terlarut yaitu dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih
rendah. Proses ini tidak memerlukan energi. Sebaliknya, energi kinetik terbentuk yang
berasal dari pergerakan dari molekul. Pergerakan zat terlarut terus berlanjut hingga zat
terlarut tersebar merata sehingga tercapai kesetimbangan.

Jenis difusi khusus pada membran adalah osmosis yaiti air bergerak berdasarkan gradien
konsentrasi, dari konsentrasi air yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Pada
sel, osmosis terjadi sebagai respon terhadap konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi di
luar membrane sel.

Dalam tubuh, proses pasif lainnya adalah filtrasi, biasanya hanya terjadi di seluruh
kapiler Filtrasi tergantung pada gradien tekanan sebagai kekuatan pendorongnya. Filtrasi
bukan bersifat selektif proses, karena filtrasi terjadi tergantung pada ukuran pori-pori
dalam filter.

Secara umum, molekul berdifusi pasif melalui membran plasma jika mereka cukup
kecil untuk melewati pori-porinya (dan dibantu oleh gradien listrik dan atau gradien
konsentrasi) atau jika mereka dapat larut dalam bagian lipid membran (contoh CO2
dan O2). Membran disebut permeabel selektif, permeabel diferensial, atau semipermeabel
jika itu memungkinkan beberapa partikel terlarut untuk melewati tetapi tidak yang lain.

18
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

Beberapa molekul tidak larut dalam lemak atau terlalu besar untuk melewati pori-pori di
membran plasma sel. Sebaliknya, mereka melewati membran melalui proses transpor
pasif yang disebut difusi terfasilitasi. Misalnya, gula, asam amino, dan ion diangkut
dengan difusi terfasilitasi. Dalam bentuk transpor ini, zat terlarut bergabung dengan
molekul protein pembawa di dalam membran dan kemudian diangkut mengikuti gradien
konsentrasinya. Molekul protein pembawa dalam membran mungkin harus sedikit
berubah bentuk untuk mengakomodasi zat terlarut, tetapi sel tidak harus mengeluarkan
energi ATP.

Karena difusi terfasilitasi bergantung pada protein pembawa, transpor zat terlarut
bervariasi dengan jumlah molekul protein pembawa yang tersedia dalam membran.
Protein pembawa dapat menjadi jenuh jika terdapat terlalu banyak zat terlarut dan
kecepatan transpor maksimum tercapai. Protein pembawa tertanam dalam membran
plasma dan bertindak seperti perisai, melindungi zat terlarut hidrofilik dari bagian lipid
membran.

Difusi terfasilitasi biasanya terjadi dalam satu arah untuk zat terlarut tertentu. Semakin
besar perbedaan konsentrasi antara satu sisi membran dan sisi lainnya, semakin besar laju
difusi terfasilitasi.

Jenis khusus difusi melintasi membran adalah osmosis. Dalam osmosis, air bergerak
dengan gradien konsentrasinya, dari konsentrasi air yang lebih tinggi ke konsentrasi air
yang lebih rendah. Ia bergerak sebagai respons terhadap konsentrasi zat terlarut yang
lebih tinggi di sisi lain membran.

Jika kita menempatkan membran yang sepenuhnya antara dua larutan dengan konsentrasi
yang berbeda, maka semua zat zat terlarut dan air berdifusi secara bebas, dan
keseimbangan akan tercapai antara dua sisi membran. Namun, jika kita menggunakan
membran permeabel selektif yang kedap terhadap zat terlarut, maka air akan bergerak
tetapi zat terlarut tidak. Akibatnya, air bergerak menuju larutan yang lebih pekat,
menghasilkan peningkatan volume pada sisi membran itu
Dengan menerapkan konsep ini pada sistem tertutup dengan volume yang tidak dapat
berubah, makan tekanan dalam larutan yang lebih pekat akan naik. Gaya yang diperlukan

18
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

untuk melawan osmosis dalam sistem tertutup dalam tekanan osmotik. Tekanan osmotik
diukur dalam milimeter air raksa (mmHg). Secara umum, semakin kedap zat terlarut,
semakin tinggi tekanan osmotik

Perubahan osmotik dapat mempengaruhi volume sel ketika ditempatkan berbagai larutan.
Tonisitas adalah bagaimana larutan mempengaruhi volume sel. Tonisitas larutan akan
menyebabkan apakah sel akan menyusut atau membengkak. Jika konsentrasi zat terlarut
yang impermeabel di dalam dan di luar sel adalah sama, maka larutannya isotonik. Jika
konsentrasi zat terlarut yang impermeabel di luar sel lebih tinggi dengan di dalam sel,
maka larutannya hipertonik. Karena gerakan air akan keluar dari sel, sel akan menyusut
dalam larutan hipertonik. Sebaliknya, jika konsentrasi zat terlarut impermeabel lebih
rendah di luar sel daripada di dalam sel, maka larutan tersebut hipotonik. Gerakan air
akan masuk ke dalam sel, dan sel akan membengkak dan mungkin pecah atau lisis.

Dua proses transportasi aktif (membutuhkan energi) adalah transpor aktif dan transpor
vesikular. Seperti difusi terfasilitasi, transpor aktif menggunakan protein pembawa
terikat membran. Transpor aktif berbeda dari difusi terfasilitasi karena zat terlarut
bergerak melawan gradien konsentrasinya dan karena ATP digunakan untuk
menggerakkan transpor. Transportasi vesikular meliputi fagositosis, endositosis,
pinositosis, dan eksositosis.

Pada salah satu jenis transpor aktif, zat bergerak melintasi membran dengan bergabung
dengan molekul protein pembawa. Proses semacam ini menyerupai interaksi enzim-
substrat. Hidrolisis ATP memberikan kekuatan pendorong, sehingga zat bergerak
melawan gradien konsentrasi atau gradien elektrokimia atau keduanya. Protein pembawa
biasanya disebut pompa zat terlarut. Zat yang dipindahkan ke dalam sel oleh pompa zat
terlarut contohnya asam amino dan monosakarida. Kedua jenis zat terlarut ini diperlukan
untuk kehidupan sel, tetapi mereka tidak larut dalam lemak dan terlalu besar untuk
melewati pori-pori membran.

Sebaliknya, ion natrium (Na+) dikeluarkan dari sel melalui transpor aktif. Na + di luar sel
lebih banyak daripada di dalam sel, sehingga Na+ cenderung tetap berada di dalam sel
kecuali diangkut keluar secara aktif. Di dalam tubuh, jenis pompa zat terlarut yang paling
umum adalah pompa Na+-K+, yang menggerakkan Na+ dan K+ dalam arah yang

18
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

berlawanan melintasi membran sel. Tiga ion Na+ dikeluarkan dari sel untuk setiap dua ion
K+ yang masuk ke dalam sel. Ada lebih banyak K + di dalam sel daripada di luar sel,
sehingga K+ cenderung tetap berada di luar sel kecuali diangkut secara aktif.

Protein pembawa yang memindahkan lebih dari satu zat, seperti pompa Na+-K+,
berpartisipasi dalam transpor berpasangan. Jika zat terlarut bergerak dalam arah yang
sama, pembawa adalah simporter. Jika zat terlarut bergerak dalam arah yang berlawanan,
pembawa adalah antiporter. Protein pembawa yang mengangkut hanya satu zat terlarut
adalah uniporter.

III. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang ditampilkan pada layar Physioex adalah :

1. Beaker kiri dan kanan - digunakan untuk difusi zat terlarut


2. Membran dialisis dengan berbagai molecular weight cutoffs ( MWCOS )
3. Membran builder
4. Sel simulasi di dalam gelas besar

IV. Metode
Mahasiswa menyimulasikan aktivitas Physioex.

V. Hasil

18
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

VI. Hal yang perlu dibahas :


1. Mengapa urea tidak dapat berdifusi melalui membran 20 MWCO?
2. Urutkan dari yang terkecil hingga terbesar dengan berat molekul glukosa,
natrium klorida, albumin, dan urea!
3. Jelaskan apakah persamaan difusi terfasilitasi dengan difusi sederhana dan
perbedaannya dengan difusi sederhana!
4. Jelaskan efek peningkatan konsentrasi NaCl pada tekanan osmotik dan
mengapa bisa timbul efek tersebut?
5. Diskusikan bagaimana perubahan Na+ dan K+ bisa mempengaruhi
potensial membran istirahat!

18
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

Praktikum Faal Sel

Osmolaritas dan Tonisitas

I. Tujuan
Mahasiswa mengetahui pengaruh larutan dengan osmolaritas dan tonisitas berbeda terhadap sel.

II. Teori
2.1 Transpor membran tanpa bantuan
Partikel yang dapat menembus membran plasma secara mandiri terdorong secara pasif
menembus membran oleh satu atau dua gaya berikut: difusi seturut gradien konsentrasi atau
perpindahan mengikuti gradien listrik.
Perpindahan Partikel Menembus Membran Plasma Seturut Gradien Konsentrasi
Difusi sederhana
Larutan adalah campuran homogen yang mengandung solven (pelarut) dan solute (zat terlarut) .
Konsentrasi sebuah larutan merujuk pada banyaknya solut yang terlarut dalam sejumlah larutan.
Semakin tinggi konsentrasi molekul (atau ion) terlarut, semakin besar kemungkinan molekul-
molekul tersebut bertumbukan. Konsekuensinya, cepat atau lambat, molekul di dalam ruang
tertentu cenderung tersebar merata. Penyebaran merata molekul akibat percampuran acak
molekul-molekul itu dikenal sebagai difusi sederhana, atau disingkat difusi.
Difusi neto
merujuk pada perbedaan antara dua gerakan yang berlawanan arah. Jika 10 molekul berpindah
dari bagian A ke bagian B, sementara dalam waktu bersamaan 2 molekul berpindah dari B ke A,
difusi netonya adalah 8 molekul berpindah dari A ke B. Molekul akan menyebar dengan cara ini
hingga tersebar merata di kedua bagian dan tidak ada lagi gradien konsentrasi. Apabila gerakan-
gerakan yang berlawanan arah saling mengimbangi dengan kata lain, tercapai keseimbangan
dinamik maka tidak ada lagi difusi neto.
Osmosis
Osmosis adalah difusi neto air mengikuti gradient konsentrasinya. Molekul air dapat menembus
membran plasma dengan mudah. Meskipun bersifat sangat polar, molekul air ini cukup kecil
untuk menyelinap melalui ruang-ruang yang terbentuk sesaat di antara ekor-ekor molekul
fosfolipid sewaktu mereka bergoyang dan berpindah di dalam lapisan-ganda lipid.
1. Perpindahan air ketika ada membrane permeable selektif yang memisahkan air
murni dari larutan yang solutnya tidak dapat menembus membrane.
Jika air murni (sisi 1) dan larutan yang mengandung solut tak tembus-membran dipisahkan oleh
sebuah membran permeabel selektif (yang dapat dilewati air, tetapi tidak dapat dilewati solut),
air akan berpindah secara pasif mengikuti gradien konsentrasinya dari sisi dengan konsentrasi air
tinggi (konsentrasi solut rendah) menuju sisi dengan konsentrasi air rendah (konsentrasi solut

18
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

tinggi). Karena larutan selalu merujuk pada konteks konsentrasi solut, air berpindah dengan cara
osmosis ke tempat yang konsentrasi solutnya lebih tinggi. Meskipun ada kesan bahwa solut
"menarik" air, osmosis tidak lebih dari difusi air lewat membran mengikuti gradien
konsentrasinya.
2. Perpindahan air dan solute ketika sebuah membrane memisahkan dua larutan dengan
konsentrasi solute tembus membrane tidak sama
Pada keadaan ini, solute berpindah seturut gradien konsentrasinya dalam arah berlawanan
dengan arah perpindahan neto air. Perpindahan ini berlanjut hinggasolut dan air tersebar merata
di kedua sisi membrane.
3. Perpindahan air ketika sebuah membrane memisahkan dua larutan dengan konsentrasi
solute tak tembus membrane sama dan berbeda.
Jika dua larutan dengan konsentrasi solut taktembus-membran sama (sama osmolaritasnya)
dipisahkan oleh sebuah membran yang permeabel terhadap air, tetapi tidak permeabel terhadap
solut, tidak terdapat perbedaan konsentrasi dan konsekuensinya tidak terjadi perpindahan neto air
melintasi membrane. Jika dua larutan dengan konsentrasi solute taktembus-membran tidak sama
dipisahkan oleh sebuah membtan yang permeable terhadap air, tetapi tidak permeable terhadap
solute, maka akan terjadi perpindahan air ke larutan yang konsentrasi solutnya lebih tinggi

2.2 Transpor membran dengan bantuan


Molekul polar yang sulit larut dalam lipid dan ukurannya lebih besar dari ukuran kanal, misalnya
protein, glukosa, dan asam arnino, tidak dapat menembus sendiri membran plasma dengan gaya
apa pun yang bekerja pada molekul bersangkutan. Sel menggunakan dua mekanisme berbeda
dalam melaksanakan proses transpor selektif ini: transpor diperantarai-pembawa (carrier-
mediated transport), untuk memindahkan bahan-bahan larut-air berukuran kecil hingga sedang
melintasi membran, dan transpor vesikular untuk memindahkan molekul besar dan partikel
multimolekular dari CES ke CIS, atau sebaliknya.
2.2.1 Transpor diperantarai pembawa
Transpor diperantarai pembawa dilaksanakan oleh protein pembawa di membran plasma yang
mengubah bentuknya.. Terdapat dua bentuk transpor diperantarai-pembawa, bergantung pada
perlu tidaknya energi untuk merampungkan proses: difusi terfasilitasi (tidak membutuhkan
energi) dan transpor aktif (membutuhkan energi)
1. Difusi terfasilitasi
Tempat pengikatan di protein pembawa yang memerantarai difusi terfasilitasi mampu mengikat
molekul penumpangnya jika terpajan ke kedua sisi membran. Karena ada energi termal, protein
pembawa secara spontan berubah bentuk, memaj ankan tempat-tempat pengikatannya silih
berganti ke CES atau CIS. Setelah menjemput penumpang di salah satu sisi, sewaktu berubah
bentuk, protein pembawa menurunkan penumpangnya di sisi membran berlawanan. Karena

18
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

penumpang cenderung berikatan dengan protein pembawa di sisi yang konsentrasinya tinggi,
bukan di sisi yang konsentrasinya rendah, perpindahan neto selalu berlangsung mengikuti
gradien konsentrasi, dari konsentrasi tinggi ke rendah. Sebagaimana karakteristik semua jenis
transpor yang diperantarai, laju difusi terfasilitasi dibatasi oleh saturasi tempat pengikatan di
protein pembawa tidak seperti laju difusi sederhana, yang selalu berbanding lurus dengan
gradien konsentrasi.
2. Transport Aktif
Transport Aktif Primer
Pada transpor aktif primer, energi dalam bentuk ATP dibutuhkan oleh protein pembawa untuk
berubah bentuk dan memajankan tempat pengikatan penumpang (selalu berupa ion) di protein
pembawa silih berganti di kedua sisi membran yang berlawanan. afinitas tempat pengikatan ion
penumpangnya menjadi berbeda ketika tempat pengikata itu terbuka ke sisi CIS, ketimbang jika
terbuka ke sisi CES. Tempat pengikatan memiliki afinitas yang lebih tinggi untuk ion di sisi yang
konsentrasinya rendah, tempat ion tersebut dijemput, dan afinitas yang lebih rendah di sisi yang
konsentrasinya tinggi, tempat ion bersangkutan diturunkan. Contoh Pompa Na+K+.
Transport Aktif Sekunder
Pada transpor aktif sekunder, pemindahan solut melintasi membran selalu berlangsung
bersamaan dengan pemindahan ion yang menghasilkan gaya penggerak. Apabila perpindahan
solute arahnya bersamaan dengan pemindahan ion yang menghasilkan gaya penggerak maka
disebut simport. Sementara apabila berlawanan maka di sebut antiport.
Transport Vesikuler
Partikel-partikel besar ini dipindahkan dari CIS ke CES, atau sebaliknya, bukan dengan melewati
membran, melainkan terperangkap dalam vesikel terbungkus-membran, proses yang disebut
transpor vesikular. Transpor vesikular memerlukan pemakaian energi oleh sel, sehingga cara ini
merupakan salah satu metode aktif transpor membran. Energi diperlukan untuk membentuk
vesikel dan menggerakkannya di dalam sel. Transpor ke dalam sel dengan cara ini dinamakan
endositosis, sementara transpor ke luar sel disebut eksositosis.
Endositosis
Terdapat tiga bentuk endositosis, bergantung pada sifat bahan yang dimasukkan ke sel:
pinositosis (penyerapan nonselektif sejumlah CES), endositosis diperantarai-reseptor
(penyerapan selektif molekul besar), dan fagositosis (penyerapan selektif partikel multimolekul).
Eksositosis
Pada eksositosis, yang terjadi kurang lebih kebalikan dari endositosis. Vesikel terbungkus-
membran yang terbentuk di dalam sel menyatu dengan membran plasma, kemudian membuka
dan membebaskan isinya ke luar sel.

18
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

2.3 Osmolaritas
Tekanan osmotik merupakan ukuran tak-langsung konsentrasi solut, dinyatakan dalam satuan
tekanan. Ukuran lebih langsung yang menunjukkan konsentrasi solut adalah osmolaritas larutan,
yaitu konsentrasi solut total yang ditentukan dari jumlah partikel (molekul atau ion).
Osmolaritas dinyatakan dalam satuan osmol per liter (atau Osm/L), jumlah mol partikel solut
dalam 1 liter larutan. Osmolaritas berbeda dengan osmolalitas, dalam hal satuan pengukuran.
Osmolalitas adalah ukuran jumlah partikel yang aktif secara osmotik dalam satu kilogram air
(Osm/kg).

2.4 Tonisitas
Tonisitas sebuah larutan adalah efek yang ditimbulkan oleh larutan pada volume sel, baik ukuran
sel tetap, membengkak, atau pun menciut, ketika larutan tersebut mengelilingi sel. Tonisitas
sebuah larutan tidak memiliki satuan dan mencerminkan konsentrasi solut tak tembus-membran
dalam larutan tersebut relatif terhadap konsentrasi solut sejenis dalam sel (Di lain pihak,
osmolaritas sebuah larutan adalah ukuran konsentrasi total solut yang dapat atau pun tidak dapat
menembus membran, dinyatakan dalam satuan osmol per liter).
Larutan isotonik adalah larutan yang memiliki konsentrasi solut tak tembus-membran sama
dengan konsentrasi sel-sel normal tubuh, larutan hipotonik adalah larutan yang memiliki
konsentrasi solut lebih rendah dibandingkan sitosol dalam sel, sedangkan larutan hipertonik
adalah larutan yang memiliki konsentrasi solut lebih tinggi daripada konsentrasi sitosol dalam
sel.
Cara yang paling mudah untuk mendemonstrasikan tonisitas adalah dengan menggunakan sel
darah merah yang dimasukkan ke dalam cairan dengan konsentrasi solut yang berbeda-beda,
seperti pada ilustrasi gambar berikut.
Larutan isotonik (iso berarti “setara”) memiliki konsentrasi solut taktembus-membran sama
dengan konsentrasi sel-sel normal tubuh. ketika sel “terendam” dalam larutan isotonik, tidak ada
air yang keluar masuk sel dengan cara osmosis, sehingga volume sel tetap.
Jika sel darah merah (SDM) dimasukkan ke sebuah larutan hipotonik (hipo berarti “di bawah”),
yaitu larutan dengan konsentrasi solut tak tembus-membran di bawah normal (dan,
konsekuensinya, konsentrasi air lebih tinggi), air akan masuk ke dalam sel dengan cara osmosis.
Pertambahan neto air ke dalam sel menyebabkan sel membengkak, dan akhirnya pecah.
Rupturnya SDM dengan cara ini disebut hemolisis (hemo-=darah; lisis=terpisah atau
melepaskan).
Sebaliknya, jika SDM dimasukkan ke larutan hipertonik, larutan dengan konsentrasi solut lebih
tinggi daripada konsentrasi sitosol dalam SDM. Maka sel akan menciut karena kehilangan air
melalui osmosis.

18
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

Pada percobaan ini, akan dilihat secara langsung bagaimana pengaruh larutan dengan osmolaritas
dan tonisitas yang beragam terhadap sel.

III. Alat dan Bahan


1. Blood lancet
2. Pipet tetes
3. Mikroskop
4. Cover slip
5. Kapas 
6. Alkohol
7. Handscoon
8. Batang pengaduk/tusuk gigi
9. NaCl: 0,45%, 0,9%, 3%
10. Dextrose: 1%, 5%, 20%

IV. Metode
Mahasiswa membuat sediaan mikroskop dan melakukan observasi terhadap permeabilitas sel

V. Cara Kerja
1. Bersihkan 6 kaca preparat berbeda
2. Teteskan NaCl 0,45%, NaCl 0,9%, dan NaCl 3% pada 3 kaca preparat dengan
menggunakan pipet tetes sebanyak 1 tetes.
3. Ambil darah probandus dengan menggunakan blood lancet dan terapkan prinsip aseptik
dan antiseptik selama prosedur berlangsung.
4. Letakan darah probandus pada tetesan NaCl yang telah disiapkan sebelumnya. Lap jari
probandus di antara peletakannya agar darah tidak tercampur.
5. Letakan cover slip di atas darah yang telah tercampur dengan NaCl.
6. Amati perubahan morfologi darah di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x.
7. Teteskan Dextrose 1%, Dextrose 5%, dan Dextrose 10% pada kaca preparat dengan
menggunakan pipet tetes sebanyak 1 tetes.
8. Ambil darah probandus dengan menggunakan blood lancet dan terapkan prinsip aseptik
dan antiseptik selama prosedur berlangsung.
9. Letakan darah probandus pada tetesan dextrose yang telah disiapkan sebelumnya. Lap
jari probandus di antara peletakannya agar darah tidak tercampur.
10. Letakan cover slip di atas darah yang telah tercampur dengan dextrose.
11. Amati perubahan morfologi darah di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x.

VI. Hasil

Osmolaritas dan tonisitas larutan percobaan terhadap sel darah merah

18
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

Konsentrasi Larutan Osmolaritas (mOsm/L) Tonisitas


(%)

NaCl 0,45%

NaCl 0,9%

NaCl 3%

Dextrose 1%

Dextrose 5%

Dextrose 10%

Perubahan morfologi sel darah merah pada tiap larutan

Konsentrasi Larutan Gambar  Perubahan morfologi


(%)

NaCl 0,45%

NaCl 0,9%

NaCl 3%

Dextrose 1%

Dextrose 5%

18
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

Dextrose 10%

Pembahasan:

VII. Hal yang perlu dibahas


1. Jelaskan jenis-jenis transpor membran dan termasuk ke dalam jenis transpor membran
apa yang terlibat pada praktikum ini?
2. Jelaskan persamaan dan perbedaan osmosis dan difusi sederhana!
3. Apa makna klinis percobaan ini? Mengapa kita harus menggunakan larutan isotonik
dalam banyak prosedur medis?

18

Anda mungkin juga menyukai