Ketika mempelajari perilaku sel dalam larutan, konsentrasi zat terlarut dan
permeabilitas membran harus sama-sama diperhitungkan. Kedua faktor ini
diperhitungkan dalam konsep tonisitas (tonicity), kemampuan larutan untuk
menyebabkan sel memperoleh kehilangan air. Tonisitas larutan bergantung sebagian pada
konsentrasi zat terlarut yang tidka dapat melintasi membran (zat terlarut bukan-
penembus), relatif terhadap yang terdapat dalam sel. Jika terdapat konsentrasi zat terlarut
bukan-penembus yang lebih tinggi di larutan di sekeliling, air akan cenderung
meninggalkan sel, dan demikian sebaliknya (Campbell, 2008).
Karena membran sel bersifat semipermeabel maka zat terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Zat yang dapat melewati membran sel (bersifat permeabel).
Zat yang dapat melewati membran bermacam macam, yaitu zat zat terntentu yang
larut dalam lemak, zat yang tidak bermuatan (netral), asam amino, asam lemak,
gliserol, gula sederhana, dan air. Zat yang berelektrolit lemah lebih cepat melalui
membran daripada zat yang berelektrolit kuat.
2. Zat yang tidak dapat melewati membran sel (bersifat impermeabel)
Zat yang tidak dapat melewati membran yaitu zat gula protein, zat yang larut dalam
pelarut organik, dan zat yang berukuran besar.
Hewan dan organisme lain yang tidak memiliki dinding sel yang hidup dalam
lingkungan hipertonik atau isotonik harus memiliki adaptasi khusus untuk osmoregulasi
(osmoregulation), yaitu kontrol keseimbangan air (Campbell, 2008).
Adakalanya, proses osmosis dapat membahayakan sel. Sel yang mempunyai
sitoplasma pekat (berarti kerapatan airnya rendah), jika berada dalam
kondisi hipotonik akan kemasukan air hingga tekanan osmosis sel menjadi tinggi.
Keadaan yang demikian dapat memecah sel tersebut. Dikatakan bahwa sel tersebut
mengalami lisis, yaitu hancurnya sel karena rusak atau robeknya membran
plasma.Sebaliknya, jika sel dimasukkan ke dalam larutan hipertonik dibandingkan sel
tersebut, maka air di dalam sel akan mengalami osmosis keluar sel. Sel akan
mengalami krenasiyang menyebabkan sel berkeriput karena kekurangan air. Kondisi yang
ideal bagi sel tentu saja jika konsentrasi larutan sitoplasma seimbang dengan lingkungan
sekitarnya (isotonik).
Pada sel tumbuhan, keluarnya air dari sitoplasma ke luar sel menyebabkan
volume sitoplasma mengecil. Akibatnya membran plasma akan terlepas dari dinding sel.
Peristiwa lepasnya membran plasma dari dinding sel disebut plasmolisis.
Proses plasmolisis
Plasmolisis yang parah dapat menyebabkan kematian sel. Contoh lainnya, jika sel
darah diletakkan dalam larutan garam dengan kadar cukup tinggi (hipertonik), lama
kelamaan sel darah tersebut akan mengkerut karena air keluar dari sel. Namun, jika sel
darah merah diletakkan dalam larutan hipotonis, maka sel akan mengembang karena air
dari larutan hipotonis masuk ke dalam sel. Peristiwa ini disebut deplasmolisis. Jika sel
tumbuhan diletakkan pada larutan hipotonis, bentuk sel tumbuhan mengembang dari
ukuran normalnya dan mengalami peningkatan tekanan turgor sehingga sel menjadi
keras. Berbeda dengan sel tumbuhan, jika sel hewan atau sel darah merah dimasukkan
dalam larutan hipotonis, sel darah merah akan mengembang dan kemudian pecah (lisis),
hal ini karena sel hewan tidak memiliki dinding sel.
Keseimbangan Air pada Sel Hidup Hewan dan Tumbuhan (Campbell, 2008).
c. Difusi terfasilitasi
Banyak molekul polar dan ion yang dilapisi oleh lapisan ganda lipid pada
membran bisa berdifusi secara pasif dengan bantuan protein transpor yang membentang
ke dua sisi membran. Difusi khusus terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau
molekul yang hidrofilikatau berpolar dan ion. Difusi seperti ini memerlukan protein
khusus yang memberikan jalur kepada partikel-partikel tersebut ataupun membantu
dalam perpindahan partikel (Campbell, 2008). Hal ini dilakukan karena partikel-partikel
tersebut tidak dapat melewati membran plasma dengan mudah. Protein-protein yang turut
campur dalam difusi khusus ini biasanya berfungsi untuk spesifik partikel.
Difusi terfasilitasi (Campbell, 2008).
Transpor Aktif
Transpor aktif adalah pemompaan zat terlarut melintasi membran biologis, melawan
konsentrasinya atau gradien konsentrasi. Kemampuan sel untuk mempertahankan zat kecil
terlarut dalam sitoplasma pada konsentrasi lebih tinggi dari cairan sekitarnya merupakan
faktor penting dalam kelangsungan hidup sel. Banyak sel-sel hewan, misalnya, menjaga
konsentrasi natrium dan kalium yang sangat berbeda dibandingkan dengan lingkungan
mereka. Transpor aktif memungkinkan sel-sel tidak hanya untuk mempertahankan tingkat
zat terlarut yang layak, tetapi juga untuk memompa ion melintasi gradien konsentrasi. Proses
ini menciptakan tegangan melintasi membran yang dapat dimanfaatkan untuk kekuatan kerja
seluler (Alberts, 1994).
Selama transpor aktif, sel harus bekerja melawan difusi alami zat terlarut. Untuk
melakukan hal ini, protein transportasi khusus yang tertanam dalam membran sel. Didukung
oleh adenosin trifosfat (ATP), protein transpor selektif memindahkan zat terlarut tertentu
masuk atau keluar dari sel. Sebuah cara yang umum kekuatan ATP kerja ini adalah untuk
menyumbangkan gugus fosfat terminal dengan protein transportasi, memicu perubahan
bentuk dalam molekul protein. Perubahan konformasi menyebabkan protein untuk
memindahkan zat terlarut yang terikat ke permukaan ekstraseluler untuk interior sel dan
melepaskan mereka.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam transpor aktif memerlukan protein
membran yang berperan sebagai pembawa atau ‘kendaraan’ untuk melewati
membran. Transpor aktif melibatkan 3 jenis protein pembawa, yaitu unipor, simpor, dan
antipor.
a. Unipor adalah protein pembawa yang mengangkut satu ion atau molekul terlarut pada
satu arah saja. Misalnya ion Ca2+ pada membran plasma.
b. Simpor adalah protein pembawa yang mengangkut dua ion atau molekul terlarut pada
satu arah yang sama. Misalnya pengangkutan asam amino dari usus ke dalam sel-selnya,
yang juga membutuhkan pengangkutan ion Na+ pada protein simpor yang sama.
c. Antipor adalah protein pembawa yang mengangkut dua ion atau molekul pada arah yang
berlawanan, ke luar dan ke dalam sel. Misalnya sel-sel yang mempunyai pompa
Na+ (mengeluarkan ke luar sel) dan K+ (memasukkan ke dalam sel).