Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sel pertama kali ditemukan oleh Robert Hooke pada tahun 1665. Semua
makhluk hidup tersusun dari sel yakni unit struktural dan fungsional terkecil
pada makhluk hidup. Sel sebagai unit struktural bermakna bahwa sel
merupakan penyusun yang mendasar bagi tubuh makhluk hidup. Setiap sel
tersusun atas berbagai bagian, yaitu membran plasma, inti sel (nukleus),
sitoplasma dan organel sel. Sel-sel yang sama akan melakukan fungsi yang
sama pula. Sel sebagai unit fungsional bermakna bahwa sel melakukan suatu
fungsi atau kegiatan proses hidup.
Salah satu penyusun sel adalah membran sel. Membran sel merupakan
batas kehidupan. Membran plasma atau membran sel memisahkan sel yang
“hidup” dengan lingkungan sekitarnya yang “tidak hidup”. Struktur dan
fungsi dari membran plasma tentunya memiliki karakteristik tersendiri.
Dalam kehidupannya, sel melakukan pertukaran gas-gas respirasi, menyerap
vitamin & nutrisi dan memasukan serta mengeluarkan air, serta membuang
produk ekskresi.
Metabolisme merupakan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan energi
yang diperlukan untuk hidup. Berbagai macam molekul, seperti molekul
makanan maupun gas oksigen dan karbondioksida senantiasa keluar-masuk
sel dalam proses tersebut. Setiap molekul memiliki sifat yang khas, begitu
pula membran sel. Transport membran selain merupakan sebuah proses
gerakan, ternyata sangat dipengaruhi oleh interaksi antara membran sel
dengan molekul-molekul yang ditranspor. Hal itu bisa dilihat pada
“keragaman jalur” berbagai molekul untuk melewati membran sel.
Berdasarkan latar belakang tersebut kajian kali ini membahas tentang
“transport pada membran sel”.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan transport membran pada sel?
2. Transpor apa saja yang terjadi dalam membran plasma?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan transport membran pada sel
2. Untuk mengetahui transpor yang saja yang terjadi dalam membran
plasma.

D. Manfaat
Dapat menambah wawasan bagi yang membaca dan dapat mentransferkan
ilmu yang telah diperolehnya.

BAB II
ISI

2
A. Transpor Membran Pada Sel
Salah satu fungsi membran sel adalah tempat pergerakan substansi.
Mekanisme bagaimana suatu substansi bergerak menembus membran sel adalah
sangat penting bagi hidup matinya sel. Transpor pada membran adalah proses
keluar masuknya molekul melewati membran sel. Berbagai macam molekul,
seperti glukosa, oksigen, dan karbondioksida senantiasa harus melewati membran
sel untuk keluar-masuk sel dalam proses metabolisme. Substansi tertentu misalnya
harus bergerak masuk ke dalam sel untuk menyokong agar sel itu hidup, namun
sebaliknya zat-zat buangan yang di hasilkan oleh metabolisme sel harus
dikeluarkan dari dalam sel untuk selanjutnya di buang keluar tubuh. Membran sel
melakukan semua itu melalui transpor membran. Walaupun lalu lintas melalui
membran berlangsung secara luas, membran sel bersifat selektif permeabel
sehingga zat-zat tidak dapat melintasi penghalang sel secara bebas. Sel mampu
memgambil berbagai macam molekul kecil dan ion sambil menolak berbagai zat
lain. Terlebih lagi, zat-zat bergerak melintasi membran dengan kecepatan yang
berbeda-beda. Permeabilitas selektif membran bergantung pada penghalang
selektif oleh lapisan ganda lipid dan pada protein transpor spesifik yang tertanam
di membran. Pergerakan substansi zat dapat dilakukan dengan cara pasif maupun
aktif.

Gambar 1. Mekanisme pergerakan molekul melewati membran sel (Alberts, 1994)

B. Macam-Macam Transport Membran


Transpor pada membran sel dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Transpor Pasif

3
Transpor pasif adalah perpindahan molekul atau ion tanpa menggunakan
energi sel. Perpindahan molekul tersebut terjadi secara spontan, dari
konsentrasi tinggi ke rendah. Transpor pasif meliputi difusi, osmosis, dan
difusi terfasilitasi.
a. Difusi melewati membran.
Difusi adalah penyebaran molekul zat dari konsentrasi (kerapatan)
tinggi ke konsentrasi rendah tanpa menggunakan energi. Secara spontan,
molekul zat dapat berdifusi hingga mencapai kerapatan molekul yang
sama dalam satu ruangan. Sebagai contoh, setetes parfum akan menyebar
ke seluruh ruangan (difusi gas di dalam medium udara). Molekul dari
sesendok gula akan menyebar ke seluruh volume air di gelas meskipun
tanpa diaduk (difusi zat padat di dalam medium air), hingga kerapatan zat
tersebut merata.
Banyak lalu lintas melintasi membran sel berlangsung melalui
difusi. Salah satu contoh penting adalah pengambilan oksigen oleh sel
yang melakukan respirasi seluler. Oksigen terlarut berdifusi ke dalam sel
tersebut melintasi membran plasma. Selama respirasi selular terus
mengonsumsi oksigen saat molekul tersebut masuk, difusi ke dalam sel
akan berlanjut karena gradien konsentrasi mendukung pergerakan ke arah
itu. Kecepatan difusi melalui membran sel tergantung pada perbedaan
ketebalan membran, ukuran partikel, luas area, jarak dan suhu.
Pada umumnya, zat-zat yang larut dalam lipid, yaitu molekul
hidrofobik lebih mudah berdifusi melalui membran daripada molekul
hidrofilik. Selain itu, membran sel juga bersifat permeabel terhadap
molekul-molekul kecil yang tidak bermuatan seperti H2O, CO2, dan O2.
Dalam keadaan yang sama, molekul kecil lebih cepat berdifusi melalui
membran sel daripada molekul besar.

4
Gambar 2. Proses difusi (Campbell, 2008).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi, yaitu :


1) Ukuran partikel.
Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan
bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
2) Ketebalan membran.
Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
4) Jarak.
Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan
difusinya.
5) Suhu.
Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak
dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.

b. Osmosis (difusi melitasi membran)


Secara luas, proses osmosis diartikan sebagai proses perpindahan
pelarut melewati sebuah membran semipermeabel. Secara sederhana,
osmosis dapat diartikan sebagai proses difusi air sebagai pelarut, melewati
sebuah membran semipermeabel. Masuknya air ini dapat menyebabkan
tekanan air yang disebut tekanan osmotik.

Terdapat tiga sifat larutan yang dapat menentukan pergerakan air


pada osmosis, yaitu hipertonik, hipotonik, dan isotonik. Suatu larutan
dikatakan hipertonik jika memiliki konsentrasi zat terlarut lebih tinggi
dibandingkan larutan pembandingnya. Dalam hal ini, larutan pembanding
akan bersifat hipotonik karena memiliki konsentrasi zat terlarut lebih

5
kecil. Larutan isotonik, memiliki konsentrasi zat terlarut yang sama
dengan larutan pembanding.

4. Sifat Larutan hipertonik, hipotonik, dan isotonic

Ketika mempelajari perilaku sel dalam larutan, konsentrasi zat


terlarut dan permeabilitas membran harus sama-sama diperhitungkan.
Kedua faktor ini diperhitungkan dalam konsep tonisitas (tonicity),
kemampuan larutan untuk menyebabkan sel memperoleh kehilangan air.
Tonisitas larutan bergantung sebagian pada konsentrasi zat terlarut yang
tidka dapat melintasi membran (zat terlarut bukan-penembus), relatif
terhadap yang terdapat dalam sel. Jika terdapat konsentrasi zat terlarut
bukan-penembus yang lebih tinggi di larutan di sekeliling, air akan
cenderung meninggalkan sel, dan demikian sebaliknya (Campbell, 2008).
Karena membran sel bersifat semipermeabel maka zat terbagi
menjadi dua, yaitu:
1. Zat yang dapat melewati membran sel (bersifat permeabel).
Zat yang dapat melewati membran bermacam macam, yaitu zat zat
terntentu yang larut dalam lemak, zat yang tidak bermuatan (netral),
asam amino, asam lemak, gliserol, gula sederhana, dan air. Zat yang
berelektrolit lemah lebih cepat melalui membran daripada zat yang
berelektrolit kuat.

6
2. Zat yang tidak dapat melewati membran sel (bersifat impermeabel)
Zat yang tidak dapat melewati membran yaitu zat gula protein, zat
yang larut dalam pelarut organik, dan zat yang berukuran besar.
Hewan dan organisme lain yang tidak memiliki dinding sel yang
hidup dalam lingkungan hipertonik atau isotonik harus memiliki adaptasi
khusus untuk osmoregulasi (osmoregulation), yaitu kontrol keseimbangan
air (Campbell, 2008).
Adakalanya, proses osmosis dapat membahayakan sel. Sel yang
mempunyai sitoplasma pekat (berarti kerapatan airnya rendah), jika berada
dalam kondisi hipotonik akan kemasukan air hingga tekanan osmosis sel
menjadi tinggi. Keadaan yang demikian dapat memecah sel tersebut.
Dikatakan bahwa sel tersebut mengalami lisis, yaitu hancurnya sel karena
rusak atau robeknya membran plasma.Sebaliknya, jika sel dimasukkan ke
dalam larutan hipertonik dibandingkan sel tersebut, maka air di dalam sel
akan mengalami osmosis keluar sel. Sel akan mengalami krenasiyang
menyebabkan sel berkeriput karena kekurangan air. Kondisi yang ideal
bagi sel tentu saja jika konsentrasi larutan sitoplasma seimbang dengan
lingkungan sekitarnya (isotonik).
Pada sel tumbuhan, keluarnya air dari sitoplasma ke luar sel
menyebabkan volume sitoplasma mengecil. Akibatnya membran plasma
akan terlepas dari dinding sel. Peristiwa lepasnya membran plasma dari
dinding sel disebut plasmolisis.

Gambar 5. Proses plasmolisis

Plasmolisis yang parah dapat menyebabkan kematian sel. Contoh


lainnya, jika sel darah diletakkan dalam larutan garam dengan kadar cukup

7
tinggi (hipertonik), lama kelamaan sel darah tersebut akan mengkerut
karena air keluar dari sel. Namun, jika sel darah merah diletakkan dalam
larutan hipotonis, maka sel akan mengembang karena air dari larutan
hipotonis masuk ke dalam sel. Peristiwa ini disebut deplasmolisis. Jika sel
tumbuhan diletakkan pada larutan hipotonis, bentuk sel tumbuhan
mengembang dari ukuran normalnya dan mengalami peningkatan tekanan
turgor sehingga sel menjadi keras. Berbeda dengan sel tumbuhan, jika sel
hewan atau sel darah merah dimasukkan dalam larutan hipotonis, sel darah
merah akan mengembang dan kemudian pecah (lisis), hal ini karena sel
hewan tidak memiliki dinding sel.

Gambar 6. Keseimbangan Air pada Sel Hidup Hewan dan Tumbuhan


(Campbell, 2008).

c. Difusi terfasilitasi
Banyak molekul polar dan ion yang dilapisi oleh lapisan ganda
lipid pada membran bisa berdifusi secara pasif dengan bantuan protein
transpor yang membentang ke dua sisi membran. Difusi khusus terjadi
ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul yang hidrofilikatau
berpolar dan ion. Difusi seperti ini memerlukan protein khusus yang
memberikan jalur kepada partikel-partikel tersebut ataupun membantu
dalam perpindahan partikel (Campbell, 2008). Hal ini dilakukan karena
partikel-partikel tersebut tidak dapat melewati membran plasma dengan
mudah. Protein-protein yang turut campur dalam difusi khusus ini
biasanya berfungsi untuk spesifik partikel.

8
Gambar 7. Difusi terfasilitasi (Campbell, 2008).

Difusi terfasilitasi terbagi menjadi dua bagian, yaitu :


1. Difusi terfasilitasi dengan saluran protein.
Substansi seperti asam amino, gula, dan substansi bermuatan tidak
dapat berdifusi melalui membran plasma. Substansi-substansi tersebut
melewati membran plasma melalui saluran yang di bentuk oleh
protein. Protein yang membentuk saluran ini merupakan protein
integral. Protein ini hanya menyediakan koridor yang dapat dilalui
oleh molekul atau ion spesifik untuk menyebrangi membran. Saluran
hidrofilik yang disediakan protein ini dapat membantu molekul air
atau ion kecil untuk mengalir dengan amat cepat dari satu sisi
membran ke sisi lainnya. Membran sel memiliki ion channel yang
permeable untuk ion tertentu. Ion channel terbuka atau tertutup
melalui 2 cara: rangsangan listrik dan rangsangan kimia

Gambar 8. Difusi pada saluran protein (protein channel)

2. Difusi terfasilitasi dengan protein pembawa.


Proses difusi ini melibatkan protein yang membentuk suatu saluran
dan mengikat substansi yang ditranspor. Protein ini disebut protein

9
pembawa. Protein pembawa biasanya mengangkut molekul polar,
misalnya asam amino dan glukosa. Protein pembawa mengalami
sedikit perubahan bentuk yang mentranslokasi situs pengikatan zat
terlarut melintasi membran. Perubahan bentuk ini dapat dipicu oleh
pengikatan dan pelepasan molekul yang ditranspor (Campbell, 2008).

Gambar 9. Difusi Melalui Facilitative Transporter

Gambar 10. Difusi terfasilitasi protein pembawa dan saluran protein

Menurut Karp (2013), saluran bergerbang dibedakan menjadi tiga


kategori utama, yaitu:
1) Voltage-gated saluran yang bergantung pada perbedaan muatan
ion pada kedua sisi membran.
2) Ligand-gated saluran yang bergantung pada ikatan molekul
tertentu (ligand), yang biasanya bukan zat terlarut yang
melewati saluran tersebut. Beberapa saluran gated-ligan terbuka
(atau tertutup) setelah mengikat molekul ke permukaan luar
saluran; saluran ligand-channel yang lainterbuka (atau tertutup)
melalui pengikatan ligan pada permukaan bagian dalam saluran.

10
Misalnya, neurotransmiter, seperti kolin asetil, bekerja pada
permukaan luar dari saluran kation tertentu, sementara siklik
nukleotida, seperti CAMP, bertindak pada permukaan bagian
dalam dari saluran ion kalsium tertentu.
3) Mechano-gated saluran yang bergantung pada kekuatan
mekanik (misalnya, regangan) pada membran. Anggota dari satu
kelompok saluran kation, misalnya terbuka oleh gerakan-unsur
stereocilia pada sel-sel rambut telinga bagian dalam menanggapi
suara atau gerakan kepala.

2. Transpor Aktif
Transpor aktif adalah pemompaan zat terlarut melintasi membran
biologis, melawan konsentrasinya atau gradien konsentrasi. Kemampuan sel
untuk mempertahankan zat kecil terlarut dalam sitoplasma pada konsentrasi
lebih tinggi dari cairan sekitarnya merupakan faktor penting dalam
kelangsungan hidup sel. Banyak sel-sel hewan, misalnya, menjaga
konsentrasi natrium dan kalium yang sangat berbeda dibandingkan dengan
lingkungan mereka. Transpor aktif memungkinkan sel-sel tidak hanya untuk
mempertahankan tingkat zat terlarut yang layak, tetapi juga untuk memompa
ion melintasi gradien konsentrasi. Proses ini menciptakan tegangan melintasi

11
membran yang dapat dimanfaatkan untuk kekuatan kerja seluler (Alberts,
1994).
Selama transpor aktif, sel harus bekerja melawan difusi alami zat
terlarut. Untuk melakukan hal ini, protein transportasi khusus yang tertanam
dalam membran sel. Didukung oleh adenosin trifosfat (ATP), protein transpor
selektif memindahkan zat terlarut tertentu masuk atau keluar dari sel. Sebuah
cara yang umum kekuatan ATP kerja ini adalah untuk menyumbangkan gugus
fosfat terminal dengan protein transportasi, memicu perubahan bentuk dalam
molekul protein. Perubahan konformasi menyebabkan protein untuk
memindahkan zat terlarut yang terikat ke permukaan ekstraseluler untuk
interior sel dan melepaskan mereka.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam transpor aktif
memerlukan protein membran yang berperan sebagai pembawa atau
‘kendaraan’ untuk melewati membran. Transpor aktif melibatkan 3 jenis protein
pembawa, yaitu unipor, simpor, dan antipor.
a. Unipor adalah protein pembawa yang mengangkut satu ion atau molekul
terlarut pada satu arah saja. Misalnya ion Ca2+ pada membran plasma.
b. Simpor adalah protein pembawa yang mengangkut dua ion atau molekul
terlarut pada satu arah yang sama. Misalnya pengangkutan asam amino
dari usus ke dalam sel-selnya, yang juga membutuhkan pengangkutan ion
Na+ pada protein simpor yang sama.
c. Antipor adalah protein pembawa yang mengangkut dua ion atau molekul
pada arah yang berlawanan, ke luar dan ke dalam sel. Misalnya sel-sel
yang mempunyai pompa Na+ (mengeluarkan ke luar sel) dan
K+ (memasukkan ke dalam sel).

12
Gambar 11. Jenis protein pembawa transport aktif
Transport aktif dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu pompa
natrium-kalium, eksositosis dan endositosis.
1. Pompa Natrium-Kalium
Sebuah contoh dari jenis protein transpor aktif adalah pompa natrium-
kalium. Kebanyakan sel-sel hewan terus konsentrasi yang lebih tinggi
kalium, dan konsentrasi rendah natrium, dari apa yang ditemukan di
lingkungan ekstraselular. Karena ion natrium membawa muatan positif
dan ion kalium membawa muatan negatif, ketidakseimbangan ini tidak
hanya merupakan gradien konsentrasi, tetapi juga gradien elektrokimia.
Pompa natrium-kalium memindahkan tiga ion natrium keluar sel untuk
setiap dua ion kalium yang mereka bawa ke dalamnya, sehingga muatan
negatif bersih pada sel secara keseluruhan. Perbedaan muatan pada setiap
sisi dari membran selular menciptakan tegangan – potensi membran –
yang memungkinkan sel untuk bertindak sebagai baterai, dan bekerja
seluler listrik.
Seperti disebutkan, transportasi yang paling aktif ini didukung oleh
molekul ATP. Kadang-kadang, bagaimanapun, suatu zat terlarut dapat
bergerak ke dalam sel dengan mengambil keuntungan dari difusi zat
lainnya. Ketika zat menyebar pindah ke sel sepanjang gradien yang
sebelumnya telah dibuat oleh transpor aktif, zat terlarut lainnya dapat
mengikat mereka dan menyeberangi membran secara bersamaan. Dikenal
sebagai transportasi sekunder atau co-transport, ini adalah bentuk lalu
lintas membran yang bertanggung jawab untuk memindahkan sukrosa ke

13
dalam sel tanaman, serta bergerak kalsium dan glukosa ke dalam sel-sel
hewan.
Transport aktif terbagi atas transport aktif primer dan sekunder.
Transport aktif sekunder juga terdiri atas co-transport dan counter
transport.
a. Transport aktif primer
Memakai energi langsung dari ATP, misalnya pada pompa
Natrium-Kalium dan dan Calsium. Pada pompa Na-K , 3 ion Na
akan dipompa keluar sel, sedangkan 2 ion K akan dipompa
kedalam sel. Pada pompa Ca , Ca akan dipompa keluar sel agar
konsentrasi Ca dalam sel rendah.

Gambar 12. Transpor Aktif Primer

b. Transpor Aktif Sekunder


Transpor aktif sekunder dengan co-transpor adalah transpor
zat yang mengaktifkan transpor zat lain melewati membran
plasma. Co-transport dibedakan menjadi dua, yaitu simport dan
antiport. Disebut simport apabila kedua jenis zat memiliki arah
pergerakan yang sama, dan disebut antiport apabila arah
pergerakannya berlawanan. Contoh mekanisme kotranspor, berupa
pompa potasium dan sodium.
Pada proses counter transport/exchange, masuknya ion Na
ke dalam sel akan menyebabkan bahan lain ditransport keluar.
Misalnya pada pertukaran Na-Ca dan pertukaran Na-H. Pada
pertukaran Na-Ca, 3 ion Na akan ditransport kedalam sel untuk
setiap 1 ion Ca yang ditransport keluar sel, hal ini untuk menjaga

14
kadar Ca intrasel, khususnya pada otot jantung sehingga berperan
pada kontraktiitas jantung. Pertukaran Na-H terutama berperan
mengatur konsentrasi ion Na dan Hidrogen dalam tubulus
proksimal ginjal, sehingga turut mengatur pH dalam sel (Griffith,
1992).

Gambar 13. Transport aktif sekunder

Selain transpor aktif, ada juga transport masal molekul


besar sepertinprotein dan polisakarida serta molekul besar lainnya
biasanya melintasi membran plasma dengan mekanisme yang
melibatkan pengemasan dalam vesikel, dan transpor ini juga
memerlukan energi. Transpor masal terdiri dari eksositosis dan
endositosis.
a. Eksositosis

15
Eksositosis merupakan proses sel mensekresi
makromolekul dengan cara menggabungkan vesikula dengan
membran plasma, vesikula transport yang terlepas dari aparatus
golgi dipindahkan oleh sitoskeleton ke membran plasma. Ketika
membran vesikula dan membran plasma bertemu, molekul lipid
bilayer menyusun ulang dirinya sendiri sehingga kedua membran
bergabung. Kandungan vesikula kemudian tumpah kedalam sel.
Ada dua cara eksositosis yaitu: melalui pelekukan ke luar
(evaginasi) membran plasma, sehingga akhirnya membran plasma
mengenting dan putus, dan bahan yang diangkut berada dalam
vesikuli. Cara yang kedua vesikuli yang ada dalam sel (atau
organel), melebur dengan membran plasma dan bahan yang
diangkut dilepaskan setelah membran vesikuli terbuka.
Banyak sel sekretoris menggunakan eksositosis untuk
mengirim keluar produk-produk yang dihasilkan oleh sel sekretoris
tersebut. Misalnya, sel tertentu dalam pankreas menghasilkan
hormon insulin dan menekresikannnya kedalam darah melalui
eksositosis. Contoh lain adalah neuron atau sel saraf, yang
menggunakan eksositosis untuk melepaskan sinyal kimiawi yang
merangsang sel otot. Ketika sel tumbuhan sedang membuat
dinding sel, eksositois mengeluarkan karbohidrat dari vesikula
golgi kebagian luar selnya (Campbell, 2008).

b. Endositosis
Endositosis adalah transpor makromolekul dan materi yang
sangat kecil ke dalam sel dengan cara membentuk vesikula baru
dari membran plasma. Langkah-langkahnya pada dasarnya
merupakan kebalikan dari eksositosis. Sebagian kecil luas
membran plasma terbenam ke dalam membentuk kantong. Begitu

16
kantong ini semakin dalam, kantong ini terjepit membentuk
vesikula yang berisi materi yang didapat dari luar selnya.
Endositosis dibutuhkan untuk berbagai macam fungsi yang penting
bagi sel, karena endositosis dapat meregulasi berbagai macam
proses seperti pengambilan nutrisi, adhesi dan migrasi sel, reseptor
sinyal, masuknya patogen, neurotransmisi, presentasi antigen,
polaritas sel, mitosis, pertumbuhan dan diferensiasi, dan masuknya
obat. Endositosis tergolong transport aktif karena melawan kadar
gradien (dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi) dan
memerlukan energi sel.
Terdapat tiga jenis endositosis, yaitu:
1) Fagositosis (“pemakanan seluler”) merupakan proses di mana
sel menelan suatu partikel dengan kaki semu (pseudopod) yang
membalut di sekeliling partikel tersebut dan membungkusnya di
dalam kantong berlapis-membran yang cukup besar untuk bisa
digolongkan sebagai vakuola. Partikel itu dicerna setelah vakuola
bergabung dengan lisosom yang mengandung enzim hidrolitik.
2) Pinositosis (“peminuman seluler”) merupakan proses di mana
sel “meneguk” tetesan fluida ekstraseluler dalam vesikula kecil.
Karena salah satu atau seluruh zat terlarut yang larut dalam tetersan
tersebut dimasukkan ke dalam sel, pinositosis tidak bersifat spesifik
dalam substansi yang ditranspornya.
3) Endositosis yang diperantarai reseptor membutuhkan
reseptor yang disebut ligan. Sel manusia mengguankan endositosis
diperantarai reseptor untuk mengambil kolesterol yang
dimanfaatkan dalam sintesis membran dan steroid-steroid lain.
Vesikel tidak hanya mentranspor zat antara sel dan
lingkungan di sekelilingnya, namun juga menjadi mekanisme
peremajaan atau penata ulang membran plasma. Endositosis dan
eksositosis terjadi terus-menerus pada sebagian besar sel eukariot,
namun jumlah membran plasma yang terdapat di dalam sel yang
tidak tumbuh relatif konstan. Tampaknya, penambahan membran

17
oleh satu proses diseimbangkan dengan kehilangan membran oleh
proses yang satu lagi.

Gambar 14. Fagositosis, pinositosis, endositosi diperantarai

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Transpor pada membran sel adalah mekanisme atau proses keluar
masuknya molekul melewati membran sel. Berbagai macam molekul,
seperti glukosa, oksigen, dan karbondioksida senantiasa harus
melewati membran sel untuk keluar-masuk sel dalam proses
metabolisme.
2. Transpor membran pada sel dibedakan menjadi dua berdasarkan
penggunaan energinya, yakni transpor membran aktif (memerlukan
energi) dan transpor membran pasif (tidak memerlukan energi)

B. Saran
1. Kepada para pembaca diharapkan dapat memahami mekanisme yang
terjadi didalam sel dan untuk kajian materi ini khususnya tranport
membran pada sel untuk bekal kedepannya sebagai calon pendidik.
2. Untuk penulis seanjutnya agar melengkapi makalah ini dengan sumber-
sumber yang lebih banyak, terupdate dan disertai dengan jurnal yang
terkait.

19
DAFTAR RUJUKAN

Alberts, B., et al. 1994. Molecular Biology of The Cell. New York. Gerald
Publishing.

Campbell, N. A. & Recee, J. B. 2008. Campbell Biology Edition Eighth.


Manufactured in the United States of America: Pearson
Education, Inc.

Griffith, JK., et al. 1992. Membrane Transport Protein: Implication of Seqeunce


Comparison. Curr.opin, cell bio 4.

Karp, G. 2013. Cell and Molucular Biology. Amerika: The United States of
Amerika.

20

Anda mungkin juga menyukai