Anda di halaman 1dari 25

PENGANTAR FARMAKOKINETIKA

Apt. Nur Atikah, M.Sc.


Poltekkes Kemenkes Surakarta
2022
Pengertian
Farmakokinetika adalah setiap proses yang dilakukan
tubuh terhadap obat yaitu absorpsi, distribusi,
biotransformasi (metabolisme), dan ekskresi
(ADME), sehingga sering juga diartikan sebagai
nasib obat dalam tubuh.
Dalam arti sempit farmakokinetik khususnya
mempelajari perubahan-perubahan
konsentrasi obat dan metabolitnya di dalam
jaringan berdasarkan perubahan waktu.
FARMASETIK

Absorpsi
• Tubuh kita dianggap sebagai suatu ruangan besar
yang terdiri dari beberapa kompartemen (bagian)
berisi cairan, dan antar kompartemen tersebut
dipisahkan oleh membran sel.
• Kompartemen yang terpenting dalam tubuh adalah:
– Saluran lambung-usus
– Sistim peredaran darah
– Ruang ekstra sel (diluar sel, antar jaringan)
– Ruang intra sel (didalam sel)
– Ruang cerebrospinal (sekitar otak dan sum-sum tulang
belakang)
A. ABSORPSI
• Absorbsi merupakan proses masuknya obat
dari tempat pemberian ke dalam darah.
Tempat pemberian obat adalah oral, kulit,
paru, otot, dan lain-lain. Tempat pemberian
obat yang utama adalah per oral, karena
mempunyai tempat absorbsi yang sangat luas
pada usus halus, yakni 200 m2
• Kecepatan absorpsi dipengaruhi oleh banyak faktor,
diantaranya yang terpenting adalah sifat
fsikokima bahan obat, terutama sifat stereokimia dan
kelarutannya seperti :
– Besar partikel
– Bentuk sediaan obat
– Dosis
– Rute pemberian dan tempat pemberian
– Waktu kontak dengan permukaan absorpsi
– Besarnya luas permukaan yang mengabsorbsi
– Nilai pH dalam darah yang mengabsorpsi
– Integritas membran
– Aliran darah organ yang mengabsorbsi
Proses absorbsi obat melewati membran sel
1. Transport pasif : tidak menggunakan energi,
misalnya perjalanan molekul obat melintasi
dinding pembuluh ke ruang antar jaringan
(interstitium), yang dapat terjadi melalui dua
cara :
– Filtrasi melalui pori-pori kecil dari membran. Zat-zat
yang difltrasi adalah air dan zat-zat hidrofl yang
molekulnya lebih kecil dari pori, seperti alkohol, urea
(BM < 200)
– Difusi, zat melarut dalam lapisan lemak dari membran
sel. Zat lipofl lebih lancar penerusannya dibandingkan
zat hidrofl.
2. Transport aktif : memerlukan energi.
Pengangkutan dilakukan dengan mengikat zat
hidrofil (makro molekul) pada protein
pengangkut spesifik yang umumnya berada di
membran sel (carrier).
Glukosa, asam amino, asam lemak dan zat gizi
lain di absorpsi dengan cara transport aktif.
Berbeda dengan difusi, cepatnya penerusan
pada transport aktif tidak tergantung dari
konsentrasi obat
3. Endosistosis (Pinosistosis dan fagositosis)
Pada pinositosis tetesan-tetesan cairan kecil
diserap dari saluran cerna, sedangkan pada
fagositosis yang diserap adalah zat padat,
membran permukaan tertutup keatas dan
bahan ekstrasel ditutup secara vesikular.
4. Difusi Difasilitasi
Difusi difasilitasi merupakan transport yang
difasilitasi oleh pembawa. Perbedaannya
dengan transport aktif adalah obat bergerak
melalui gradien konsentrasi (dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah)
sehingga tidak memerlukan energi.
5. Pore Transport
Molekul yang sangat kecil, seperti urea, air, dan gula
dapat dengan cepat menembus membran bila membran
memiliki pori-pori.

6. Pembentukan Ion Pair


Obat yang bersifat elektrolit kuat atau molekul yang
terionisasi kuat, seperti amin kuartener yang dapat
mempertahankan muatannya dalam semua pH fisiologis,
dapat menembus membran dengan membentuk ikatan
dengan molekul dengan muatan yang berlawanan
sehingga muatan keseluruhan netral. Kompleks netral ini
berdifusi dengan lebih mudah melewati membran.
Contoh propranolol yang membentuk pasangan ion
dengan asam oleat.
B. DISTRIBUSI
Setelah proses absorbsi, obat masuk ke dalam pembuluh darah
untuk selanjutnya ditransportasikan bersama aliran darah
dalam sistim sirkulasi menuju tempat kerjanya. Distribusi obat
dibedakan atas 2 fase berdasarkan penyebarannya di dalam
tubuh.
1. Distribusi fase pertama
Terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yang
perfusinya sangat baik misalnya jantung, hati, ginjal, dan otak.
2. Distribusi fase kedua
Jauh lebih luas yaitu mencakup jaringan yang perfusinya tidak
sebaik organ di atas misalnya otot, visera, kulit, dan jaringan
lemak
Distribusi obat dalam tubuh dipengaruhi oleh
ikatan protein plasma, volume distribusi,
sawar darah otak dan sawar uri.
• Obat yang terikat oleh protein plasma akan dibawa oleh
darah ke seluruh tubuh. Karena ikatan obat dengan
protein plasma merupakan ikatan reversibel, maka jika
obat bebas telah masuk kedalam jaringan menyebabkan
obat yang terikat protein akan
menjadi bebas sehingga distribusi berjalan terus sampai
habis.
• Interaksi pergeseran protein akan bermakna secara
klinik bila obat yang digeser memenuhi 3 syarat berikut:
1) Ikatan protein tinggi : ≥85%
2) Vd kecil ≤ 0.15L/Kg
3) Margin of safety kecil
b. Volume Distribusi
Vd bukanlah volume yang sebenarnya, tapi hanya volume semu
yang menggambarkan luasnya distribusi obat dalam tubuh. Kadar
plasma yang tinggi
menunjukkan obat terkonsentrasi di darah sehingga Vd-nya kecil.
Sebaliknya kadar plasma yang kecil menunjukkan obat tersebar
luas di tubuh atau terakumulasi di jaringan, sehingga Vd-nya besar.

Contoh:
- Vd fenil butason 0,1 L/kg = 5 L/50 kg, berarti obat ini
terkonsentrasi dalam darah
- Vd kafein 0,6 L/kg = 30 L/50 kg, berarti obat ini tersebar dalam
cairan tubuh total
- Vd digoksin 7 L/kg = 5350 L/50 kg, berarti obat ini terakumulasi
dalam jaringan
c. Sawar darah otak
Merupakan sawar antara darah dan otak yang berupa
sel endotel pembuluh darah kapiler di otak membentuk
tight junction dan pembuluh kapiler ini dibalut oleh
tangantangan astrosit otak yang merupakan berlapis-
lapis membran sel. Dengan demikian, hanya obat-obat
yang larut dalam lemak yang dapat melewatinya. Akan
tetapi, obat larut lemak yang merupakan substrat P-gp
(P glikoprotein) dan MRP (multidrug
resistance protein) yang terdapat pada membran akan
dikeluarkan dari otak
(loperamid).
d. Sawar Uri (placenta barrier)
Terdiri dari satu lapis epitel vili dan satu lapis
sel endotel kapiler dari fetus, jadi mirip
sawar lapisan cerna. Karena itu obat yang
dapat diabsorbsi melalui pemberian oral
juga dapat memasuki fetus melalui sawar uri.
Terdapat P-gp pada sawar uri, seperti
pada sawar darah otak
C. METABOLISME
• Pada dasarnya obat merupakan zat asing bagi tubuh
sehingga tubuh akan berusaha untuk merombaknya
menjadi metabolit yang tidak aktif lagi dan sekaligus
bersifat lebih hidrofl agar memudahkan proses ekskresinya
oleh ginjal.
• Obat yang telah diserap usus ke dalam sirkulasi lalu
diangkut melalui sistim pembuluh porta ke hati. Dalam hati
seluruh atau sebagian obat mengalami perubahan kimiawi
secara enzimatis.
• Enzim yang berperan pada proses biotransformasi ini
adalah enzim mikrosom di retikulum endoplasma sel hati.
• Reaksi metabolisme terdiri dari fase I dan reaksi fase II:

a. Reaksi fase I terdiri dari oksidasi, reduksi, dan hidrolisis yang


mengubah obat menjadi lebih polar dengan akibat menjadi inaktif,
lebih aktif, atau kurang aktif.

b. Reaksi fase II merupakan konjugasi dengan substrat endogen,


yaitu asam glukoronat, asam sulfat, asam asetat, atau asam amino
dengan akibat obat menjadi sangat polar,
dengan demikian hampir selalu tidak aktif.

Metabolisme obat akan terganggu pada pasien penyakit hati,


seperti sirosis, hati berlemak dan kanker hati. Pada sirosis yang
parah, metabolisme obat dapat berkurang
antara 30-50%
D. ELIMINASI/EKSKRESI
Ekskresi adalah pengeluaran obat atau metabolitnya dari tubuh
terutama dilakukan oleh ginjal melalui air seni, dan dikeluarkan
dalam bentuk metabolit maupun bentuk asalnya. Disamping itu ada
pula beberapa cara lain, yaitu:
• Kulit, bersama keringat, misalnya paraldehide dan bromida
• Paru-paru, dengan pernafasan keluar, misalnya pada anestesi
umum, anestesi gas / anestesi terbang seperti halotan dan
siklopropan.
• Hati, melalui saluran empedu, misalnya fenolftalein, obat untuk
infeksi saluran empedu, penisilin, eritromisin dan rifampisin.
• Air susu ibu (ASI), misalnya alkohol, obat tidur, nikotin dari rokok
dan alkaloid lain. Harus diperhatikan karena dapat menimbulkan
efek farmakologi atau toksis pada bayi.
• Usus, bersama tinja, misalnya sulfa dan preparat besi
• Ekskresi obat utama yang kedua adalah
melalui empedu kedalam usus dan keluar
bersama feses. Obat hasil metabolisme yang
dikeluarkan melalui empedu dapat diuraikan
oleh flora usus menjadi obat awal yang dapat
diserap kembali dari usus kedalam aliran
darah yang disebut siklus enterohepatik. Obat
dan metabolit yang larut lemak dapat
direabsorpsi kembali ke dalam tubuh dari
lumen usus.
• Metabolit dalam bentuk glukoronat dapat dipecah
dulu oleh enzim
glukoronidase yang dihasilkan oleh flora usus
menjadi bentuk obat awalnya (parent compound)
yang mudah diabsorpsi kembali. Akan tetapi, bentuk
konyugat juga dapat langsung diabsorbsi melalui
transporter membrane Organic anion transporting
polypeptide (OATP) di dinding usus, dan baru dipecah
dalam darah oleh enzim esterase. Siklus
enterohepatik ini dapat memperpanjang efek obat,
misalnya estrogen dalam kontraseptif oral.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai