Anda di halaman 1dari 8

MODUL

FARMAKOLOGI DASAR

Tim Penyusun :

apt.Humaira Fadhilah, M.Farm

apt.Dra. Magdalena Niken, M.Si.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA DHARMA HUSADA
TANGERANG
2021
BAB. IV
FARMAKOKINETIK

Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh terhadap
obat.
Farmakokinetika mencakup 4 proses :
1. Absorpsi
2. Distribusi
3. Metabolisme
4. Ekskresi

Proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah. Bergantung pada cara
pemberian, tempat pemberian obat adalah : Saluran cerna (mulut sampai dengan rektum),
kulit, paru, otot.

MACAM-MACAM CARA PEMBERIAN OBAT :

1. PER ORAL

Tempat absorpsi utama : usus halus karena memiliki permukaan absorpsi yang sangat luas
yaitu 200 m2
2. DIBAWAH LIDAH

Hanya untuk obat yang sangat larut dalam lemak karena luas permukaannya kecil
sehingga obat harus melarut dan di absorpsi denagn sangat cepat . Ex : nitrogliserin

3. REKTAL

Untuk pasien yang tidak sadar atau muntah. 50% darah dari rektum melalui vena port
sehingga eliminasi lintas pertama oleh hati hanya 50%. Absorpsi sering tidak teratur dan
tidak lengkap , iritasi mukosa umum.

Gambar. Macam macam cara pemberian obat

Absorpsi sebagian besar obat secara difusi pasif. Sebagai barier absorpsi adalah membran sel
epitel saluran cerna : lipid bilayer. Agar dapat melintasi membran sel, molekul obat harus
mempunyai kelarutan lemak (setelah terlebih dahulu larut dalam air).

Penetrasi senyawa melalui membran dapat terjadi :

a. Difusi (difusi pasif)

b. Difusi terfasilitasi (melalui membran)

c. Transpor aktif

d. Pinositosis, fagositosis, persorpsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat :

1. Sifat fisikokimia bahan obat

2. Besar partikel dan permukaan jenis

3. Sediaan obat
4. Dosis

5. Rute pemberian dan tempat pemberian

6. Waktu kontak dengan permukaan absorpsi

7. Besarnya luar permukaan yang mengabsorpsi

8. Nilai Ph dalam darah yang mengabsorpsi

9. Integritas membran

10. Aliran darah organ yang mengabsorpsi

Gambaran Proses Absorpsi

Dalam darah, obat akan diikat oleh protein plasma dengan berbagai ikatan lemah (ikatan
hidrofobik, van der waals, hidrogen dan ionik).

Ada beberapa macam protein plasma :

1. Albumin

ALBUMIN : mengikat obat-obat asma dan obat obat netral (misalnya steroid) serta
bilirubin dan asam asam lemak

2. α-glikoprotein

α-glikoprotein : mengikat obat-obat basa


3. CBG

CBG (Corticosteroid binding globulin ) : khusus mengikat kortikosteroid

4. SSBG

SSBG (sex steroid binding globulin) : mengikat hormon kelamin

Obat yang terikat pada protein plasma akan dibawa oleh darah ke seluruh tubuh. Komplek
obat-protein terdisosiasi dengan sangat cepat. Obat bebas akan keluar ke jaringan : ke tempat
kerja obat, ke jaringan tempat depotnya, ke hati (di mana obat mengalami metabolisme
menjadi metabolit yang dikeluarkan melalui empedu atau masuk kembali ke dalam darah)
dan ke ginjal (dimana obat/metabolitnya diekskresi ke dalam urin).

Di jaringan, obat yang larut air akan tetap berada di luar sel (di cairan interstisial). Obat yang
larut lemak akan berdifusi melintasi membran sel dan masuk ke dalam sel, tetapi karena
perbedaan Ph di dalam sel (Ph=7) dan diluar sel (Ph=7,4) maka obat asam lebih banyak
diluar sel dan obat basa lebih banyak di dalam sel.

Ikatan obat dengan protein plasma :

1. Ikatan bersifat reversibel

2. Jika obat bebas telah keluar ke jaringan, obat yang terikat protein akan menjadi bebas
sehingga distribusi berjalan terus sampai habis

3. Ikatan dengan protein plasma kuat untuk obat yang lipofilik dan lemah untuk obat
yang hidrofilik

Ikatan dengan protein plasma ini penting terutama untuk obat-obat yang lipofilik agar dapat
dibawa oleh darah ke seluruh tubuh karena obat lipofilik jika tidak terikat protein akan segera
berdifusi ke luar dari pembuluh darah.

Volume distribusi (Vd)

Volume di mana obat terdistribusi dalam kadar plasma. Sawar darah otak (Blood-brain
barrier). Sawar antara darah dan otak. Obat yang larut baik dalam lemak yang dapat melintasi
sawar darah otak. Akan tetapi obat larut lemak yang substrat P-gp atau MRP akan
dikeluarkan oleh P-gp atau MRP yang terdapat pada membran sel endotel pembuluh kapiler
otak (sawar darah otak). P-gp berfungsi : melindungi otak dari obat yang efeknya merugikan.

Sawar uri (placental barrier)

Terdiri dari satu lapis sel epitel vili dan satu lapis sel endotel kapiler dari fetus, mirip sawar
saluran cerna. Obat yang dapat diabsorpsi melalui pemberian oral juga dapat masuk fetus
melalui sawar urin. P-gp berfungsi : melindungi fetus dari obat yang efeknya merugikan.
Metabolisme obat terjadi di hati yaitu di membran endoplasmic reticulum (mikrosom) dan di
cytosol. Selain itu bisa di dinding usus, ginjal, parum darah, otak dan kulit, juga di lumen
kolon (flora usus).

Tujuan metabolisme :

1. Mengubah obat yang non polar (larut lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat
diekskresi melalui ginjal atau empedu.

2. Pada umumnya mengubah obat aktif menjadi inaktif tetapi sebagian berubah menjadi lebih
aktif, kurang aktif, toksik

REAKSI METABOLISME :

1. REAKSI FASE I

2. REAKSI FASE II

REAKSI FASE I
Terdiri dari :
a. Oksidasi Mengubah obat menjadi lebih polar dengan
b. Reduksi akibat menjadi inaktif, lebih aktif atau kurang
aktif
c. Hidrolisis

REAKSI FASE II

Merupakan reaksi konjugasi dengan substrat endogen :


Asam glukuronat
Asam sulfat Hasilnya menjadi sangat polar sehingga
Asam asetat hampir selalu tidak aktif
Asam amino
Reaksi metabolisme yang terpenting :

1. Reaksi oksidasi : enzim cytochrome P450 , terjadi di hati

2. Reaksi glukuronidasi : enzim UDP-glukuronil transferase (UGT), terjadi di hati, usus


halus, ginjal, paru dan kulit

Metabolisme obat akan terganggu pada penyakit hati seperti sirosis, hati berlemak dan kanker
hati. Enzim metabolisme fase i dan fase ii mencapai kematangan setelah tahun pertama
kehidupan.

Organ yang terpenting untuk ekskresi obat : ginjal. Obat di ekskresikan melalui ginjal dalam
bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk utuh atau bentuk aktif
merupakan cara eliminasi obat melalui ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 proses :
filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus proksimal dan reabsorpsi pasif di sepanjang
tubulus. Fungsu ginjal mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan dan setelah dewasa
menurun 1% per tahun.

1. Filtrat glomerulus
Menghasilkan ultrafiltrat yaitu plasma minus protein jadi semua obat bebas akan keluar
dalam ultrafiltrat sedangkan yang terikat protein tetap tinggal dalam darah.

2. Reabsorpsi pasif
Terjadi di sepanjang tubulus dalam bentuk nonion obat yang larut lemak. Ekskresi melalui
ginjal akan berkurang jika terdapat gangguan fungsi ginjal. Pengurangan fungsi ginjal
dapat dihitung berdasarkan pengurangan klirens kreatinin. Pengurangan dosis obat pada
gangguan fungsi ginjal dapat dihitung.

Ekskresi obat yang kedua : melalui empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses. Obat
dan metabolit yang larut lemak dapat direabsorpsi kembali ke dalam tubuh dari lumen
usus. Ekskresi melalui paru terutama untuk eliminasi gas anestetik umum. Ekskresi dalam
asi, saliva, keringat dan air mata secara kuantitatif tidak penting. Ekskresi dalam ASI
meskipun sedikit penting artinya karena dapat menimbulkan efek samping pada bayi yang
menyusu pada ibunya. Ekskresi dalam saliva : kadar obat dalam saliva sama dengan kadar
obat bebas dalam plasma maka saliva dapat digunakan untuk mengukur kadar obat jika
sukar untuk memperoleh darah. Ekskresi ke rambut dan kulit : mempunyai kepentingan
forensik.

Anda mungkin juga menyukai