Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR FARMASI

PERMEABILITAS MEMBRAN

Kelompok : II ( dua )

Kelas : Farmasi B

Asisten pj : Ika Pertiwi Dewi Putri S.Farm

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI DASAR

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2017-2018
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangan teknologi di zaman ini ternyata juga memiliki dampak

yang besar dalam dunia kefarmasian. Para apoteker dan para pakar-pakar kimia
senantiasa merancang sediaan obat agar mendapatkan terobosan baru dalam

menciptakan suatu produk yang berkualitas, baik dari segi kestabilan obat maupun

efek yang ditimbulkan.

Diantara semua sifat dan reaksi yang penting diketahui oleh farmasi dan yang

paling disoroti yaitu tentang difusi suatu zat. Dimana ini merupakan suatu tahapan

yang sangat berperan penting dalam penentuan hasil suatu efek obat dalam tubuh

manusia. Dalam pengambilan zat-zat nutrisi yang penting dan mengeluarkan zat-zat

yang tidak diperlukan, sel melakukan berbagai jenis aktivitas, salah satunya adalah

difusi yakni suatu proses perpindahan massa suatu molekul suatu zat yang dibawah

oleh zat molekul secara acak dan berhubungan dengan adanya perbedaan konsentrasi
aliran molekul melalui suatu batas (membran sel). Molekul obat melalui membran sel

berpindah kedalam dan keluar tubuh sel melalui penetrasi langsung kedalam

membran sel (dinding sel) difusi melalui gerbang atau saluran terbuka , atau

menempel pada protein pembawa.

Pada kehidupan sehari-hari, sebenarnya telah banyak dijumpai proses osmosis

dan difusi. Salah satu contohnya salah menggunakan cairan infus. Jika seseorang
memerlukan nutrisi dan indeksi cairan infus, maka tekanan osmotik cairan infus yang

digunakan harus sesuai dengan tekanan osmotik darah.

Berdasarkan penjelasan tersebut, diharapkan agar mahasiswa farmasi dapat

mengetahui cara transport obat serta mekanisme obat metubran plasma (ditori

osmosis). Sebab pada hakikatnya sebagian dari mahasiswa masih belum mampu

memahami suatu teori tanpa adanya pembuktian. Oleh karena itu dilakukan
percobaan permeabilitas membran, difusi dan osmosis pada sampel entrosit,

Rhoediscolor, pepaya, dan telur puyuh secara sederhana sebelum terjun dalam dunia

pembuatan obat.

B. Maksud Dan Tujuan Percobaan

1. Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami konsep dan definisi dari transport membran sel

dan osmosis.

2. Tujuan Percobaan

a. Mengetahui transpor yang terjadi pada membran sel

b. Dapat membedakan antara difusi dan osmosis


c. Mengetahui hubungan osmosis, tekanan turgor, dan plasmolisis serta

hemolisis pada sel

d. Untuk mengetahui perubahan-perubahan pada saat terjadi plasmolisis

C. Prinsip Percobaan

Pengamatan mekanisme difusi dan osmosis yang terjadi pada membran

sel dengan metode tekanan turgor pada pepaya dalam larutan aquadest dan Nacl
10%, osmosis pada membran semi permiabel pada telur puyuh (curtunix-curtunix

japanica) dalam larutan aquadest, Nacl 0,9%, Nacl 10% dalam larutan Hcl :

Aquadest (60 ml : 40 ml)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Permeabilitas merupakan kemampuan suatu senyawa untuk menembus

melintasi membran sel. Ada tiga macam gerakan ion atau molekul zat untuk melewati

membran plasma yaitu difusi, osmosis dan transpor aktif. Pergerakan molekul-

molekul zat sacara defusi dan osmosis tidak memerlukan energi sehingga disebut
transpor pasif sedangkan transpor aktif memerlukan energi untuk pergerakannya

(sulis tejowati, 2010 : 8).

Sel tumbuhan dilapisi oleh 2 lapisan, yaitu dinding sel dan membran sel.

Dinding sel berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel dan mencegah pengambilan

air secara berlebihan. Membran plasma merupakan batas kehidupan yang

memisahkan sel hidup dari sekelilingnya. Lapisan ini tebalnya kira-kira 8 nm,

dibutuhkan lebih dari 8000 membran plasma mengontral lalu lintas, kedalam dan

keluar sel yang disekelilingnya. Membran plasma memiliki permeabilitas selektif

(selective permeability), yaitu memungkinkan beberapa substansi dapat melintasinya

dengan lebih mudah dari pada substansi lainnya (Campbell, 2010: 135).
Sifat membran sel yang memungkinkan adanya pergerakan untuk

menyebrangipermukaan membran disebut permeabilitas. Karena lingkungan internal

sel dijaga dengan hati-hati oleh membran sel yang permeabel, maka banyak zat yang

menyebrangi membran sesuai dengan gradien konsentrasinya. Suatu transport dapat

dikatakan pasif apabila pergerakan molekul menyebrangi membran sesuai dengan

gradien konsentrasi dan tanpa menggunakan energi. Sedangkan transport disebut aktif
apabila alirannya melawan gradien konsentrasi sehingga memerlukan energi (Fried,

2006 : 44).

Seperti sel hewan, sel tumbuhan juga melakukan transport air dan nutrisi dari

salah satu bagian tubuh kebagian tubuh yang lain. Transport tersebut diawali dengan

absorpsi sumber daya oleh sel tumbuhan, salah satu transport dalam tumbuhan yaitu

melakukan difusi. Difusi melintasi membran disebut transpor pasif karena terjadi

tanpa menggunakan energi metabolik. Difusi itu sendiri merupakan perpindahan


terlarut dari daerah yang konsentrasi zat terlarut tinggi ke daerah konsentrasi zat

terlarut rendah (Campbell. 2012 : 348).

Difusi berlangsung menurut konsentrasi dari suatu gradient atau suatu

kemiringan. Proses ini pada umumnya terdapat pada sel seperti perembesan oksigen,

karbondioksida, glukosa, asamamino, dan garam mineral (Yatim, 1990 : 60).

Kecepatan difusi ditentukan oleh jumlah zat yang tersedia, kecepatan gerak

kinetik, dan jumlah celah pada membran sel. Difusi sederhana ini dapat terjadi

melalui dua cara :

1. Memalui celah pada lapisan upip ganda, khususnya jika bahan berdifusi

terlarut lipid
2. Memalui saluran licin pada beberapa protein transpor

Mekanisme difusi melalui membran dapat berlangsung melalui tiga

mekanisme, yaitu difusi sederhana (simple difusion), difusi yang melalui saluran

yang terbentuk oleh protein transmembran (simple difusion by chanel formed), dan

difusi difasilitas (fasiliated difusion). Difusi sederhana melalui membran berlangsung

karena molekul-molekul yang berpindah atau bergerak melalui membran bersifat

larut dalam lemak (lipid) sehingga dapat menembus lipidbilayer pada membran
secara langsung. Membran sel permeabel terhadap molekul larut lemak seperti

hormon steroid, vitamin A,D,E, dan K serta bahan-bahan organik yang larut dalam

lemak, selain itu membran sel juga sangat permeabel terhadap molekul anorganik

seperti O, CO2, HO, dan H2O. Beberapa molekul kecil khususnya yang terlarut

dalam serta ion-ion tertentu, dapat menembus membran melalui saluran atau chanel.

Saluran ini terbentuk dari protein transmembran. Sementara itu, molekul yang

berukuran besar seperti asam amino, glukosa, garam dan mineral, tidak dapat
menembus membran secara langsung, tetapi memerlukan protein pembawa atau

transporter untuk dapat menembus membran. Proses masuknya molekul besar yang

melibatkan transporter dinamakan difusi difasilitasi (Kimball, 1999:35).

Osmosis merupakan peristiwa berpindahnya air dalam sel dari keadaan yang

hipotonis zat terlarut menuju ke daerah hipertonis zat terlarut melalui membran semi

permeabel, sehingga jika terlalu banyak air yang keluar dari sel maka akan terjadi

plasmolisis. Molekul-molekul yang dapat melewati membran semi permeabel adalah

molekul-molekul asam amino, asam lemak, dan air, sedangkan molekul zat berukuran

besar misal polisakarida dan protein tidak dapat melewati membran semi permeabel

tersebut tetapi memerlukan protein pembawa/transporter untuk dapat menembus


membran. Larutan yang memiliki konsentrasi tinggi memiliki osmosis yang tinggi

pula, maupun sebaliknya. Setiap sel hidup merupakan sistem osmosis. Jika sel

ditumpahkan dalam larutan yang lebih pekat (hipertonis) terhadap cairan sel maka air

dalam sel akan keluar. Hal tersebut mengakibatkan plasma menyusut. Jika air sel

terus terisap keluar akan menyababkan plasma terlepas dari sel-sel dan sel akan

mengerat, sebaliknya jika sel berada dalam larutan hipotonis (lebih encer dari cairan
sel) air dari luar sel akan masuk ke dalam sel sehingga sel mengembang

(Sulistyowati, 2010:8).

Osmosis dan difusi merupakan mekanisme nutrisi pada waktu transport

nutrien melewati membran yang bersifat pasif. Transport pasif memiliki arti bahwa

mekanisme transport tersebut tidak melawan gradien konsentrasi sehingga tidak

membutuhkan energi untuk melakukan mekanisme ini (Campbell, 2012:350)

Sel tumbuhan yang kehilangan air dan tekanan turgor akan manjedi lemas dan
layu dan akhirnya mengalami plasmolisis. Plasmolisis merupakan protuplas sel yang

mengerat dan terlepas dari dinding sel (Campbell, 2012:350)

Terlepasnya protoplas dari dinding sel tersebut disebebkan karena adanya

penyusutan atau pengurangan volume, karena cairan yang ada didalam protublas

sudah menjadi lebih pekat dan berprotensial lebih negatif (Salisburi, 1991:62)

Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas

kedalam medium sekelilingnya. Kerusakan membran disebabkan oleh penambahan

larutan hipotenis/hipertonis kedalam darah (Campbell, 2012:377)

Plasmolisis adalah peristiwa mengkerutnya sitoplasma dan lepasnya membran

plasma dari dinding sel jika sel dimasukka kedalam lautan hipertonik (Campbell,
2012:377).
B. Uraian Bahan

1. Alkohol (Dirjen POM 1979:65)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Alkohol , E tanol, alkohol

Rumus molekul : C2H6O

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih,

mudah menguap

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Membersihkan preparat

2. Aquadest (Dirjen POM 1979: 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Aquadest, air suling

Rumus molekul : H2O

Berat molekul : 18,02 gr/mol

Rumus struktur :O
H H

Pemerian : Tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Mencegah preparat mengering sebagai zat pelarut

3. Asam Klorida (HCL) (Dirjen POM 2014: 156)


Nama resmi : ACIDIUM HIDROCTIORIDUM
Nama lain : Asam klorida

Berat molekul : 34,46 g/mol

Rumus molekul : HCL

Rumus struktur : H-cl

Pemerian :Cairan tidak berwarna,berasap, bau merangsang. Jika


diencerkan dengan 2 bagian volume air, bobot jenis

kurang 1,18

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

Cara pembuatan : Dilakukan dengan cara memasukkan aquadest terlebih

dahulu kedalam labu takar kemudian menuangkan

asam kuat yang akan diencerkan secara perlahan-

lahan melalui dinding tempat larutan sampai batas

volume yang diinginkan.

4. NaCl (Dirjen POM 1979 : 403)


Nama resmi : NATRII CHLORIUM

Nama lain : Natrium Clorida

Rumus molekul : NaCl

Berat molekul :58,55 g/mol

Pemerian : Habiur Teksahedual, tidak berwarna atau serbuk

hablur putih, tidak berbau dan rasa lain

Kelarutan : Sukar larut dalam e tano


Rumus struktur : Na-CL

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai media pereaksimerupakan larutan hipertonik

Cara pembuatan
NaCl 0,9%: Ditimbang 0,9 gram NaCl diatas gelas arloji dengan menggunakan

timbangan analitik, kemudian dimasukkan dalam beaker glass dan

ditambahkan Aquadest cukupkan volume hingga 100 ml berikan etiket

dan label

NaCl 2% : Timbang 2 gram NaCl giatas gelas arloji, dimasukkan kedalam beaker

glass ditambahkan aquadest dicukupkan hingga 100 ml, beri etiket dan

label

NaCl 10%: Ditimbang 10 gram NaCl diatas gelas arloji masukkan dalam beaker

glass. Ditambah aquadest hingga larut, cukupkan volume hingga 100

ml. Beri etiket dan label.

C. Klasifikasi Tanaman

A. Pepaya (Hamtan, 2014:5)

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatuphyta

Sub divisi : Anggiospermae

Class : Dicotyledonae
Sub class : Apetalae
Ordo : Violales

Famili : Caricaceae

Genus : Carica

Spesies : Carica papaya L

Deskripsi : Pepaya tumbuh tegak, tanaman ini termasuk perdu

dengan perakaran kuat dan tidak memiliki

percabangan. Umur tanaman ini sampai berbunga dan


tergolong ke dalam tanaman buah-buahan, tetapi dapat

tumbuh sehatun atau lebih (Hamtan, 2014:5)

B. Rhoe discolor (Estiti, 1995 : 109)

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatuphyta

Sub divisi : Andgiospermae

Class : Monocotyledone

Sub class :-

Ordo : Comminales
Famili : Commelinaleae

Genus : Rhoe

Spesies : Rhoe discolor

Deskripsi : Daun ini memiliki panjang mencapai 30 cm. Letak

daunnya tegak lurus keatas dari bagian atas batang.

Batangnya kasar, pendek, sifat batangnya basah,

berbentuk bulat, daun tunggal. Permukaan daunnya


licin. Termasuk dalam bunga majemuk dan tumbuh

diketiak daun.

C. Telur Puyuh (Nugroho, 1906 : 173)

Kingdom : Animalia

Phyllum : Chordata

Class : Aves

Ordo : Galiformes
Family : Phasianidae

Genus : Coturnix

Spesies : Coturnix – Coturnix japonica

Deskripsi : Bentuk badan relatif lebih besar dari jenis burung lain,

panjang badan 19 cm, badan bulat, ekor pendek, dan

kuat.

BAB III
METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam melakukan praktikum pengamatan

permeabilitas membran, difusi, dan osmosis yaitu beaker glass 250 ml, dek glass,

jangka serong, mikroskop cahaya, milimeterblok, objek glass, pinset, pipet, silet,

dan timbangan.
2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu aquadest, eritrosit

manusia,NaCl 0,9%, NaCl 2%, pepaya, Rhoe discolor, dan telur puyuh.

B. Prosedur Kerja

1. Tekanan Turgur

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Dibuat 2 potong pepaya, ukuran P : 8 cm, L : 1 cm, T : 1 cm

c. Dimasukkan masing-masing 1 potongan pepaya kedalam gelaskimia

yang berisi aquadest, Nacl 10% selama 30 menit

d. Difoto pengamatan
e. Diukur kembali P, L, T dari masing-masing potongan dan ditentukan

berapa mm lingkungan yang terjadi

f. Diamati perubahan yang terjadi

g. Dicatat hasil pengamatan

h. Difoto kembali hasil pengamatan

2. Plasmolisis

a. Disiapkan alat dan bahan


b. Dibuat sayatan tipis epidermis daun Rhoe discolor

c. Diletakkan diatas objek glass

d. Ditetesi dengan aquadest

e. Ditutup dengan deg glass

f. Diamati dimikroskop

g. Difoto hasil pengamatan

h. Ditambahkan larutan Nacl 2%


i. Dibiarkan selama 10 menit

j. Diamati gambar sel dan dibandingkan dengan π l sebelumnya

k. Difoto hasil pengamatan

3. Hemolisis

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditetesi darah pada 3 buah objek glass

c. Ditetesi reagen Nacl 2%, Aquadest, Nacl 0,9% pada masing-masing objek

glass

d. Ditutup dengan deg glass

e. Diamati dibawah mikroskop


f. Difoto hasil pengamatan

4. Osmosis melalui membran semi permiabel (I)

a. Disiapkan 3 buah gelas kimia dan 3 buah telur

b. Diisi masing-masing dengan larutan aquadest, Nacl 0,9% dan Nacl 10%

c. Dimasukkan masing-masing telur pada setiap gelas kimia, namun

sebelumnya diukur/ditimbang lalu difoto, kemudian ditunggu hingga 1 jam


d. Ditentukan kembali ukuran, berat masing-masing telur yang sudah

direndam

e. Difoto hasil pengamatan setelah perendaman dan dicatat henlnya

5. Osmosis melalui membran semi permiabel (II)

a. Disiapkan 3 buah telur puyuh kemudian diukur dan ditimbang

b. Dibuat 100 ml campuran HCL : Aquadest (60 : 40)

c. Dimasukkan telur tersebut


d. Difoto telur puyuh yang telah dimasukkan

e. Ditunggu selama beberapa saat hingga cangkang kapurnya larut

f. Dicatat hasil pengamatan

g. Difoto hasil pengamatan


BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A. Hasil Pengamatan

1. Hemolisis

No Hasil pengamatan Literatur Keterangan

Penambahan

aquadest pada

eritrisit manusia

menyebabkan sel

mengalami

hemolisis.

Penambahan

NaCl 0,9 %

keadaan tetap

isotonis.

Penambahan

NaCl 2%

Menyebabkan

terjadinya

krenasi.
2. Plasmolisis

Keterangan
No Hasil Pengamatan Literatur

Tidakterjadi plasmolisis

Daun Rhoe discolor

pada pembesaran 4X

dengan larutan Aquadest

terlihat jelas bahwa daun

memiliki pigmen ungu,

dan terlihat bagian sel

berbentuk rongga

segienam, juga terlihat

epidermisnya dan

keadaan sel turgor.

Daun Rhoe discolor

pada pembesaran 10 X

ditetesi dengan aduadest

terlihat lebih jelas

selnya. Ronnga terlihat

lebih jelas dan

merenggang serta

pigmen keunguan masih

terdapat pada daun ini.


Tidak terjadi

plasmolisis.

Terjadi plasmolisis.

Daun rhoe discolor

dengan larutan NaCl 2%

pembesan 4X pada

mikroskop terlihat warna

ungu berpencar dan

memudar. Lingkungan

yang terjadi adalah

hipertonik.

Daun Rhoe discolor

pada perbesaran 10 x di

tetesid engan NaCl 2%.

Terlihat perubahan

konsetrasi yang

menyebabkan berubah

dan terjadi plasmolisis.


3. Tekanan turgor

Nama sampel Hasil pengamatan Keterangan

Pepaya I Sebelum :

P = 8 cm

L = 1 cm

T = 1 cm

Pepaya II Sebelum :

P = 8 cm

L = 1 cm

T = 8 cm

Sesudah di rendam NaCl

10%

P = 7,96 cm

L = 0,9 cm

T = 0,96 cm
Sesudah di rendam aquadest

P = 8,23 cm

L = 1,09 cm

T = 1,18 cm
4. Osmosis

Nama sampel Hasil pengamatan Keterangan

Telur puyuh di brendam

dalam larutan NaCl 0,9 %

selama 1 jam. Sebelum

perendaman:

B = 10,1

P = 3,2

L = 2,3

Setelah perendaman :

B = 10,2

P =3,4

L = 2,7

Telur puyuh di rendam

dalam aquadest selama 1

jam. Sebelum perendaman

B = 10,75

P=3

L = 2,4

Setelah perendaman

B = 11,25

P = 3,5
L = 2,8

Terjadi plasmolisis

Telur puyuh direndam

dalam larutan NaCl 10%

sebelum direndam

B = 9,1

P = 3,3

L = 2,6

Setelah di rendam

B = 9,85

P = 3,6

L =2,8

hal ini membuktikan

terjadi proses osmosis.


5. Osmosis II

No Gambar Keterangan

Telur I

Panjang = 3,5

Lebar = 2,5

Berat = 10,66

Diameter =2,5

Telur II

Panjang = 3,4

Lebar = 2,65

Berat = 10,65

Diameter =2,65
Telur III

Panjang = 3,3

Lebar = 2,4

Berat = 2,4

Diameter =10,87

Telur I

Setelah perendaman

Panjang = 3,3

Lebar = 2,2

Berat = 2,2

Diameter =10
Telur II setelah
direndam
Panjang = 3,2

Lebar = 2,4

Berat = 9,9

Diameter =2,4

Telur III setelah di


rendam

Panjang = 3,1

Lebar = 2,3

Berat = 10,16

Diameter =2,3
B. Pembahasan

Osmosis adalah perpindahan molekul air melalui membran semi premiabel

dari larutan yang konsentrasinya tinggi kelarutan yang konsentrasinya rendah dengan

kata lain osmosis berarti juga perpindahan dari larutan berkepekaan rendah

(hipotonis) kelarutan berkepekaan tinggi (hipertonis) melalui selaput (membran) semi

permiabel.

Pada praktikum ini ada beberapa metode yang dilakukan yaitu penentuan
tekanan tugar pada pepaya, proses hemolisis yang terjadi pada entrosit manusia,

peristiwa plasmolisis pada daun discolor, serta osmosis pada telur puyuh.

Berdasarkan pengamatan yang pertama, yaitu humolisis yang merupakan

peristiwa dimana pecahnya membran entrosit yang mengakibatkan hemoglobin

keluar dari sel darah dan bebas didalam medium sekelilingnya. Membran darah yang

rusak dapat diakibatkan oleh hipotonisnya larutan didalam darah. Apabila larutan

hipotonis ditambahkan kedalam darah melalui membran semi permiabel yang

mengakibatkan sel membengkak dan membran sel meregang dan akhirnya terjadi

perubahan membran dan hemoglobin keluar dari sel. Penyebab lain karena terjadi

penurunan tegangan pada permukaan membran sel. Hal ini dapat dibuktikan pada
praktikum dengan ditetesinya entrosit + Nacl 0,9%, maka sel tidak mengalami

hemolisis karena merupakan cairan isotonis, cairan yang memiliki tekanan atau

konsentrasi sama dengan cairan dalam tubuh disebut isotonis. Dari hasil pengamatan

pada penambahan larutan Nacl 2% lingkungan yang terjadi yaitu hipotonis (lebih

tinggi dari pada didalam sel). Cairan hipotonis akan menarik air secara osmosis dari

setoplasma keluar sehingga entrosit akan mengalami penyusutan dan memran selnya

rusak tampak berkerut-kerut atau biasa disebut krenasi, yang terjadi adalah cairan
entrosit keluar menuju medium plasma dan akhirnya mengalami keriput. Selanjutnya,

ketika entrosit ditambah dengan Aquanest, maka akan terjadi hemolisis. Hemolisis

adalah peristiwa keluarnya hemoglobin dari dalam sel menuju cairan yang berada

disekelilingnya. Hal ini terjadi karena Aquanest merupakan cairan yang hipotonis dan

menyebabkan air berpindah dari dalam setoplasma entrosit sehingga entrosit akan

mengembung (plasmolisis) dan kemudian akan pecah (hemolisis). Entrosit pecah

karena disebabkan oleh penambahan larutan dan membran tidak mampu untuk
menahan tekanan yang ada didalam sel entrosit, sehingga terjadilah prinsip hemolisis

yaitu mengalami lisis.

Pada pengamatan kedua yaitu daun Rhoe discolor, sel epidermis mengalami

ploses plasmolisis ketika konsentrasi pelarutan sel lebih dibandingkan didalam sel.

Sebagai akibatnya air terdapat didalam sel akan keluar sel. Selanjutnya sel

mengalami proses dehidrasi dan terjadi pelepasan membran sel dari dinding yang

disebut plasmolisis. Dengan meningkatkan jumlah konsentrasi Nacl 2% maka

peristiwa plasmolisis akan meningkat. Hal ini disebabkan karena potensial air

berbanding lurus dengan potensial osmitik. Dengan demikian, plasmolisis akan

terjadi jika pelarut dalam sel lebih tinggi dibanding diluar sel. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kecepatan plasmolisis adalah perbedaan konsentrasi dan laju. Sebab

hasil yang ditemua pada saat ditetesi dengan aquadest berbeda dengan Nacl 2% yang

terjadi adalah daun dalam keadaan normal, terlihat bagian-bagian sel berbentuk

rongga dengan pigmen ungu memenuh dinding sel. Aquadest yang ditetesi

membentuk larutan isotonik baik diluar atau didalam sel. Dari hasil percobaan, Nacl

2% menyebabkan perubahan konsentrasi dan membuat sel dau memudar karena

dinding sel telah mengalami palsmolisis.


Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada percobaan tekanan tugar

dengan menggunakan pepaya sebagai sampel. Pertama pepaya dimasukkan kedalam

aquadest 200 ml. Sebelum dimasukkan kedalam larutan aquadest diketahui P: 8 cm,

L: 1 cm, T: 1 cm namun setelah dimasukkan kedalam aquadest hasil yang diperoleh

selama didiamkan dalam 30 manit ialah P: 8,2 cm, L: 1,09 cm, T: 1,18 cm. Pada

perendaman aquadest hasil yang didapatkan adalah tekstur papaya mengeras dan

beratnya bertambah, air dalam larutan masuk kedalam sel-sel pepaya, karena sel
pepaya hipertonis dibanding air. Akibatnya masuknya air menyebabkan isi sel

bertambah dan sel dalam keadaan furgit (tekanan turgor tinggi). Inilah yang

menyebabkan pepaya menjadi keras dan berastnya bertambah. Sedangkan pepaya

sebelum dirandam dengan Nacl 10% yaitu P: 8 cm, L: 1 cm, T: 1 cm setelah melalui

perendaman selama 30 menit, P: 7,96 cm, L: 0,5 cm, T: 0,96 cm kondisinya menjadi

lembek dan menunjukkan pengurangan berat. Saat pepaya direndam dalam larutan

Nacl 10% akan terjadi perpindahan air secara osmosis dari sel papaya keluar menuju

larutan. Perpindahan air ini terjadi karena sel papaya hipotonis terhadap larutan

garam yang hipertonis akhirnya peristiwa ini mengakibatkan sel pepaya kekurangan

air karena terjadi plasmolisis dan menyebabkan penutunan tekanan turgor. Akibatnya
pepaya menjadi empuk dan lembek.

Pada percobaan osmosis I menggunakan 3 buah telur puyuh dengan larutan

Nacl 0,9%, Nacl 10% dan aquadest. Telur puyuh direndam dalam larutan Nacl

0,9%selama 1 jam. Setelah perendaman berat telur puyuh seharusnya tidah bertambah

karena cairan didalam telur isotonik terhadap lingkungan. Namun pada saat

melakukan praktikum, berat telur sedikit bertambah yaitu berat awalnya 10,1 menjadi

10,2, P : 3,2 menjadi 3,4, dan L : 2,3 menjadi 2,7. Telur puyuh direndan pada
aquadest dan Nacl 10% selama 1 jam setelah perendaman berat telur puyuh

bertambah/meningkat hal ini membuktikan bahwa terjadi proses osmosis.

Pada percobaan osmosis II juga menggunakan 3 buah telur dengan aquadest +

Nacl. Setelah perendaman selama 1 jam telur mengalami proses pengikisan

cangkang, hal ini membuktikan proses osmosis terjadi.

Alasan penggunaan bahan alkohol dimaksudkan untuk membersihkan objek

glass dan deg glas agar tidak ada materi-materi lain selain sampel yang diamati.
Alasan penambahan bahan Aquadest yaitu sebagai pelarut serta untuk memperjelas

preparat dan untuk larutan hipotonik. Alasan penambahan bahan Nacl yakni sebagai

bahan untuk melakukan proses osmosis, serta sebagai larutan isotonik dan hipotonis

tergantung dari kadar Nacl tersebut.

Faktor yang mempengaruhi hasil percobaan hemolisis mikroskop yang

digunakan ternyata mengalami gangguan pada lensa okuler. Sehingga para praktikan

mengulang percobaan pada eritrosit manusia. Selain itu, pengirisan sampel yang

terlalu tebal sehingga praktikan sulit mendapatkan perbedaan yang akurat.

Hubungan dengan farmasi yaitu ketika seorang farmasis membuat obat

seorang farmasis tidak hanya mengetahui pengaruh obat tersebut tetapi juga
mengetahui proses kerja obat. Seorang farmasis juga dapat mengetahui proses kerja

obat mulai dari cara obat larut dan juga efak samping agar tidak terjadi kesalahan saat

pemberian obat.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa entrosit

memiliki toleransi yang berbeda terhadap Nacl dan aquadest. Pada Nacl 0,9%

lingkingan yang terjadi adalah isotonis. Pada Nacl 2% sel entrosit mengalami krenasi

pada Aquadest terjadi hemolisis. Pada plasmolisis Rhoediscolor dapat terjadi apabila
sel tumbuhan diletakkan dilingkungan hipertonik Nacl 2% tekanan tugor

menggunakan sampel pepaya yang direndam pada Aquadest dan Nacl 10%. Pada

aquadest tekanan tugor mengalami peningkatan sedangkan pada Nacl 10% tekanan

tugor melemah sehingga membuat pepaya lunak/lembek. Pada osmosis I telur yang

direndam dengan aquadest dan Nacl 10% mengalami osmosis dan aquadest dalam

keadaan isotonis. Selanjutnya osmosis II telur yang direndam dengan larutan

(aquadest+Hcl) membuat cangkang telur puyuh terkikis dan terjadi proses osmosis.

B. Saran

1. Untuk Laboratorium

Adapun saran untuk laboratoriun agar kiranya mikroskop ditambah untuk


mempermudah praktikum dalam pengamatan.

2. Untuk Asisten

Diharapkan untuk asisten agar tetap mempertahankan metode-metode yang

menarik dalam proses pengamatan.


DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A, dkk. Biologi Edisi 8 jilid 2: Erlangga. Jakarta. 2012

Dirjen POM. Farmakope Indonesia jilid III: Depkes RI. Jakarta. 1979

Fspti. Anatomi Tumbuhan Berbiji : ITB. Bandung. 1995

Fried, H. George. Biologi Edisi 2 : Erlangga. Jakarta. 2006

Nugroho. Biologi Dasar : Perubahan Swadaya. Jakarta. 1986

Sulistyawati. Biologi : PT Temprina Media Grafra. Nganjuk. 2010


Tjitrosoepomo, Gembong. Taksonomi Tumbuhan : Yogyakarta. Erlangga. 2013

Yatim, mildan. Biologi Modern : Tarsito. Bandung. 1998

Anda mungkin juga menyukai