PERMEABILITAS MEMBRAN
Kelompok : II ( dua )
Kelas : Farmasi B
JURUSAN FARMASI
2017-2018
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang besar dalam dunia kefarmasian. Para apoteker dan para pakar-pakar kimia
senantiasa merancang sediaan obat agar mendapatkan terobosan baru dalam
menciptakan suatu produk yang berkualitas, baik dari segi kestabilan obat maupun
Diantara semua sifat dan reaksi yang penting diketahui oleh farmasi dan yang
paling disoroti yaitu tentang difusi suatu zat. Dimana ini merupakan suatu tahapan
yang sangat berperan penting dalam penentuan hasil suatu efek obat dalam tubuh
manusia. Dalam pengambilan zat-zat nutrisi yang penting dan mengeluarkan zat-zat
yang tidak diperlukan, sel melakukan berbagai jenis aktivitas, salah satunya adalah
difusi yakni suatu proses perpindahan massa suatu molekul suatu zat yang dibawah
oleh zat molekul secara acak dan berhubungan dengan adanya perbedaan konsentrasi
aliran molekul melalui suatu batas (membran sel). Molekul obat melalui membran sel
berpindah kedalam dan keluar tubuh sel melalui penetrasi langsung kedalam
membran sel (dinding sel) difusi melalui gerbang atau saluran terbuka , atau
dan difusi. Salah satu contohnya salah menggunakan cairan infus. Jika seseorang
memerlukan nutrisi dan indeksi cairan infus, maka tekanan osmotik cairan infus yang
mengetahui cara transport obat serta mekanisme obat metubran plasma (ditori
osmosis). Sebab pada hakikatnya sebagian dari mahasiswa masih belum mampu
memahami suatu teori tanpa adanya pembuktian. Oleh karena itu dilakukan
percobaan permeabilitas membran, difusi dan osmosis pada sampel entrosit,
Rhoediscolor, pepaya, dan telur puyuh secara sederhana sebelum terjun dalam dunia
pembuatan obat.
1. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami konsep dan definisi dari transport membran sel
dan osmosis.
2. Tujuan Percobaan
C. Prinsip Percobaan
sel dengan metode tekanan turgor pada pepaya dalam larutan aquadest dan Nacl
10%, osmosis pada membran semi permiabel pada telur puyuh (curtunix-curtunix
japanica) dalam larutan aquadest, Nacl 0,9%, Nacl 10% dalam larutan Hcl :
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
melintasi membran sel. Ada tiga macam gerakan ion atau molekul zat untuk melewati
membran plasma yaitu difusi, osmosis dan transpor aktif. Pergerakan molekul-
molekul zat sacara defusi dan osmosis tidak memerlukan energi sehingga disebut
transpor pasif sedangkan transpor aktif memerlukan energi untuk pergerakannya
Sel tumbuhan dilapisi oleh 2 lapisan, yaitu dinding sel dan membran sel.
Dinding sel berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel dan mencegah pengambilan
memisahkan sel hidup dari sekelilingnya. Lapisan ini tebalnya kira-kira 8 nm,
dibutuhkan lebih dari 8000 membran plasma mengontral lalu lintas, kedalam dan
dengan lebih mudah dari pada substansi lainnya (Campbell, 2010: 135).
Sifat membran sel yang memungkinkan adanya pergerakan untuk
sel dijaga dengan hati-hati oleh membran sel yang permeabel, maka banyak zat yang
gradien konsentrasi dan tanpa menggunakan energi. Sedangkan transport disebut aktif
apabila alirannya melawan gradien konsentrasi sehingga memerlukan energi (Fried,
2006 : 44).
Seperti sel hewan, sel tumbuhan juga melakukan transport air dan nutrisi dari
salah satu bagian tubuh kebagian tubuh yang lain. Transport tersebut diawali dengan
absorpsi sumber daya oleh sel tumbuhan, salah satu transport dalam tumbuhan yaitu
melakukan difusi. Difusi melintasi membran disebut transpor pasif karena terjadi
kemiringan. Proses ini pada umumnya terdapat pada sel seperti perembesan oksigen,
Kecepatan difusi ditentukan oleh jumlah zat yang tersedia, kecepatan gerak
kinetik, dan jumlah celah pada membran sel. Difusi sederhana ini dapat terjadi
1. Memalui celah pada lapisan upip ganda, khususnya jika bahan berdifusi
terlarut lipid
2. Memalui saluran licin pada beberapa protein transpor
mekanisme, yaitu difusi sederhana (simple difusion), difusi yang melalui saluran
yang terbentuk oleh protein transmembran (simple difusion by chanel formed), dan
larut dalam lemak (lipid) sehingga dapat menembus lipidbilayer pada membran
secara langsung. Membran sel permeabel terhadap molekul larut lemak seperti
hormon steroid, vitamin A,D,E, dan K serta bahan-bahan organik yang larut dalam
lemak, selain itu membran sel juga sangat permeabel terhadap molekul anorganik
seperti O, CO2, HO, dan H2O. Beberapa molekul kecil khususnya yang terlarut
dalam serta ion-ion tertentu, dapat menembus membran melalui saluran atau chanel.
Saluran ini terbentuk dari protein transmembran. Sementara itu, molekul yang
berukuran besar seperti asam amino, glukosa, garam dan mineral, tidak dapat
menembus membran secara langsung, tetapi memerlukan protein pembawa atau
transporter untuk dapat menembus membran. Proses masuknya molekul besar yang
Osmosis merupakan peristiwa berpindahnya air dalam sel dari keadaan yang
hipotonis zat terlarut menuju ke daerah hipertonis zat terlarut melalui membran semi
permeabel, sehingga jika terlalu banyak air yang keluar dari sel maka akan terjadi
molekul-molekul asam amino, asam lemak, dan air, sedangkan molekul zat berukuran
besar misal polisakarida dan protein tidak dapat melewati membran semi permeabel
pula, maupun sebaliknya. Setiap sel hidup merupakan sistem osmosis. Jika sel
ditumpahkan dalam larutan yang lebih pekat (hipertonis) terhadap cairan sel maka air
dalam sel akan keluar. Hal tersebut mengakibatkan plasma menyusut. Jika air sel
terus terisap keluar akan menyababkan plasma terlepas dari sel-sel dan sel akan
mengerat, sebaliknya jika sel berada dalam larutan hipotonis (lebih encer dari cairan
sel) air dari luar sel akan masuk ke dalam sel sehingga sel mengembang
(Sulistyowati, 2010:8).
nutrien melewati membran yang bersifat pasif. Transport pasif memiliki arti bahwa
Sel tumbuhan yang kehilangan air dan tekanan turgor akan manjedi lemas dan
layu dan akhirnya mengalami plasmolisis. Plasmolisis merupakan protuplas sel yang
penyusutan atau pengurangan volume, karena cairan yang ada didalam protublas
sudah menjadi lebih pekat dan berprotensial lebih negatif (Salisburi, 1991:62)
plasma dari dinding sel jika sel dimasukka kedalam lautan hipertonik (Campbell,
2012:377).
B. Uraian Bahan
Rumus struktur :
mudah menguap
Rumus struktur :O
H H
kurang 1,18
Cara pembuatan
NaCl 0,9%: Ditimbang 0,9 gram NaCl diatas gelas arloji dengan menggunakan
dan label
NaCl 2% : Timbang 2 gram NaCl giatas gelas arloji, dimasukkan kedalam beaker
glass ditambahkan aquadest dicukupkan hingga 100 ml, beri etiket dan
label
NaCl 10%: Ditimbang 10 gram NaCl diatas gelas arloji masukkan dalam beaker
C. Klasifikasi Tanaman
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatuphyta
Class : Dicotyledonae
Sub class : Apetalae
Ordo : Violales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatuphyta
Class : Monocotyledone
Sub class :-
Ordo : Comminales
Famili : Commelinaleae
Genus : Rhoe
diketiak daun.
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Class : Aves
Ordo : Galiformes
Family : Phasianidae
Genus : Coturnix
Deskripsi : Bentuk badan relatif lebih besar dari jenis burung lain,
kuat.
BAB III
METODE KERJA
1. Alat
permeabilitas membran, difusi, dan osmosis yaitu beaker glass 250 ml, dek glass,
jangka serong, mikroskop cahaya, milimeterblok, objek glass, pinset, pipet, silet,
dan timbangan.
2. Bahan
manusia,NaCl 0,9%, NaCl 2%, pepaya, Rhoe discolor, dan telur puyuh.
B. Prosedur Kerja
1. Tekanan Turgur
d. Difoto pengamatan
e. Diukur kembali P, L, T dari masing-masing potongan dan ditentukan
2. Plasmolisis
f. Diamati dimikroskop
3. Hemolisis
c. Ditetesi reagen Nacl 2%, Aquadest, Nacl 0,9% pada masing-masing objek
glass
b. Diisi masing-masing dengan larutan aquadest, Nacl 0,9% dan Nacl 10%
direndam
HASIL PENGAMATAN
A. Hasil Pengamatan
1. Hemolisis
Penambahan
aquadest pada
eritrisit manusia
menyebabkan sel
mengalami
hemolisis.
Penambahan
NaCl 0,9 %
keadaan tetap
isotonis.
Penambahan
NaCl 2%
Menyebabkan
terjadinya
krenasi.
2. Plasmolisis
Keterangan
No Hasil Pengamatan Literatur
Tidakterjadi plasmolisis
pada pembesaran 4X
berbentuk rongga
epidermisnya dan
pada pembesaran 10 X
merenggang serta
plasmolisis.
Terjadi plasmolisis.
pembesan 4X pada
memudar. Lingkungan
hipertonik.
pada perbesaran 10 x di
Terlihat perubahan
konsetrasi yang
menyebabkan berubah
Pepaya I Sebelum :
P = 8 cm
L = 1 cm
T = 1 cm
Pepaya II Sebelum :
P = 8 cm
L = 1 cm
T = 8 cm
10%
P = 7,96 cm
L = 0,9 cm
T = 0,96 cm
Sesudah di rendam aquadest
P = 8,23 cm
L = 1,09 cm
T = 1,18 cm
4. Osmosis
perendaman:
B = 10,1
P = 3,2
L = 2,3
Setelah perendaman :
B = 10,2
P =3,4
L = 2,7
B = 10,75
P=3
L = 2,4
Setelah perendaman
B = 11,25
P = 3,5
L = 2,8
Terjadi plasmolisis
sebelum direndam
B = 9,1
P = 3,3
L = 2,6
Setelah di rendam
B = 9,85
P = 3,6
L =2,8
No Gambar Keterangan
Telur I
Panjang = 3,5
Lebar = 2,5
Berat = 10,66
Diameter =2,5
Telur II
Panjang = 3,4
Lebar = 2,65
Berat = 10,65
Diameter =2,65
Telur III
Panjang = 3,3
Lebar = 2,4
Berat = 2,4
Diameter =10,87
Telur I
Setelah perendaman
Panjang = 3,3
Lebar = 2,2
Berat = 2,2
Diameter =10
Telur II setelah
direndam
Panjang = 3,2
Lebar = 2,4
Berat = 9,9
Diameter =2,4
Panjang = 3,1
Lebar = 2,3
Berat = 10,16
Diameter =2,3
B. Pembahasan
dari larutan yang konsentrasinya tinggi kelarutan yang konsentrasinya rendah dengan
kata lain osmosis berarti juga perpindahan dari larutan berkepekaan rendah
permiabel.
Pada praktikum ini ada beberapa metode yang dilakukan yaitu penentuan
tekanan tugar pada pepaya, proses hemolisis yang terjadi pada entrosit manusia,
peristiwa plasmolisis pada daun discolor, serta osmosis pada telur puyuh.
keluar dari sel darah dan bebas didalam medium sekelilingnya. Membran darah yang
rusak dapat diakibatkan oleh hipotonisnya larutan didalam darah. Apabila larutan
mengakibatkan sel membengkak dan membran sel meregang dan akhirnya terjadi
perubahan membran dan hemoglobin keluar dari sel. Penyebab lain karena terjadi
penurunan tegangan pada permukaan membran sel. Hal ini dapat dibuktikan pada
praktikum dengan ditetesinya entrosit + Nacl 0,9%, maka sel tidak mengalami
hemolisis karena merupakan cairan isotonis, cairan yang memiliki tekanan atau
konsentrasi sama dengan cairan dalam tubuh disebut isotonis. Dari hasil pengamatan
pada penambahan larutan Nacl 2% lingkungan yang terjadi yaitu hipotonis (lebih
tinggi dari pada didalam sel). Cairan hipotonis akan menarik air secara osmosis dari
setoplasma keluar sehingga entrosit akan mengalami penyusutan dan memran selnya
rusak tampak berkerut-kerut atau biasa disebut krenasi, yang terjadi adalah cairan
entrosit keluar menuju medium plasma dan akhirnya mengalami keriput. Selanjutnya,
ketika entrosit ditambah dengan Aquanest, maka akan terjadi hemolisis. Hemolisis
adalah peristiwa keluarnya hemoglobin dari dalam sel menuju cairan yang berada
disekelilingnya. Hal ini terjadi karena Aquanest merupakan cairan yang hipotonis dan
menyebabkan air berpindah dari dalam setoplasma entrosit sehingga entrosit akan
karena disebabkan oleh penambahan larutan dan membran tidak mampu untuk
menahan tekanan yang ada didalam sel entrosit, sehingga terjadilah prinsip hemolisis
Pada pengamatan kedua yaitu daun Rhoe discolor, sel epidermis mengalami
ploses plasmolisis ketika konsentrasi pelarutan sel lebih dibandingkan didalam sel.
Sebagai akibatnya air terdapat didalam sel akan keluar sel. Selanjutnya sel
mengalami proses dehidrasi dan terjadi pelepasan membran sel dari dinding yang
peristiwa plasmolisis akan meningkat. Hal ini disebabkan karena potensial air
terjadi jika pelarut dalam sel lebih tinggi dibanding diluar sel. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kecepatan plasmolisis adalah perbedaan konsentrasi dan laju. Sebab
hasil yang ditemua pada saat ditetesi dengan aquadest berbeda dengan Nacl 2% yang
terjadi adalah daun dalam keadaan normal, terlihat bagian-bagian sel berbentuk
rongga dengan pigmen ungu memenuh dinding sel. Aquadest yang ditetesi
membentuk larutan isotonik baik diluar atau didalam sel. Dari hasil percobaan, Nacl
aquadest 200 ml. Sebelum dimasukkan kedalam larutan aquadest diketahui P: 8 cm,
selama didiamkan dalam 30 manit ialah P: 8,2 cm, L: 1,09 cm, T: 1,18 cm. Pada
perendaman aquadest hasil yang didapatkan adalah tekstur papaya mengeras dan
beratnya bertambah, air dalam larutan masuk kedalam sel-sel pepaya, karena sel
pepaya hipertonis dibanding air. Akibatnya masuknya air menyebabkan isi sel
bertambah dan sel dalam keadaan furgit (tekanan turgor tinggi). Inilah yang
sebelum dirandam dengan Nacl 10% yaitu P: 8 cm, L: 1 cm, T: 1 cm setelah melalui
perendaman selama 30 menit, P: 7,96 cm, L: 0,5 cm, T: 0,96 cm kondisinya menjadi
lembek dan menunjukkan pengurangan berat. Saat pepaya direndam dalam larutan
Nacl 10% akan terjadi perpindahan air secara osmosis dari sel papaya keluar menuju
larutan. Perpindahan air ini terjadi karena sel papaya hipotonis terhadap larutan
garam yang hipertonis akhirnya peristiwa ini mengakibatkan sel pepaya kekurangan
air karena terjadi plasmolisis dan menyebabkan penutunan tekanan turgor. Akibatnya
pepaya menjadi empuk dan lembek.
Nacl 0,9%, Nacl 10% dan aquadest. Telur puyuh direndam dalam larutan Nacl
0,9%selama 1 jam. Setelah perendaman berat telur puyuh seharusnya tidah bertambah
karena cairan didalam telur isotonik terhadap lingkungan. Namun pada saat
melakukan praktikum, berat telur sedikit bertambah yaitu berat awalnya 10,1 menjadi
10,2, P : 3,2 menjadi 3,4, dan L : 2,3 menjadi 2,7. Telur puyuh direndan pada
aquadest dan Nacl 10% selama 1 jam setelah perendaman berat telur puyuh
glass dan deg glas agar tidak ada materi-materi lain selain sampel yang diamati.
Alasan penambahan bahan Aquadest yaitu sebagai pelarut serta untuk memperjelas
preparat dan untuk larutan hipotonik. Alasan penambahan bahan Nacl yakni sebagai
bahan untuk melakukan proses osmosis, serta sebagai larutan isotonik dan hipotonis
digunakan ternyata mengalami gangguan pada lensa okuler. Sehingga para praktikan
mengulang percobaan pada eritrosit manusia. Selain itu, pengirisan sampel yang
seorang farmasis tidak hanya mengetahui pengaruh obat tersebut tetapi juga
mengetahui proses kerja obat. Seorang farmasis juga dapat mengetahui proses kerja
obat mulai dari cara obat larut dan juga efak samping agar tidak terjadi kesalahan saat
pemberian obat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
memiliki toleransi yang berbeda terhadap Nacl dan aquadest. Pada Nacl 0,9%
lingkingan yang terjadi adalah isotonis. Pada Nacl 2% sel entrosit mengalami krenasi
pada Aquadest terjadi hemolisis. Pada plasmolisis Rhoediscolor dapat terjadi apabila
sel tumbuhan diletakkan dilingkungan hipertonik Nacl 2% tekanan tugor
menggunakan sampel pepaya yang direndam pada Aquadest dan Nacl 10%. Pada
aquadest tekanan tugor mengalami peningkatan sedangkan pada Nacl 10% tekanan
tugor melemah sehingga membuat pepaya lunak/lembek. Pada osmosis I telur yang
direndam dengan aquadest dan Nacl 10% mengalami osmosis dan aquadest dalam
(aquadest+Hcl) membuat cangkang telur puyuh terkikis dan terjadi proses osmosis.
B. Saran
1. Untuk Laboratorium
2. Untuk Asisten
Dirjen POM. Farmakope Indonesia jilid III: Depkes RI. Jakarta. 1979