Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah

swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayanya

sehingga penulis dapat memperoleh kesehatan dan

kekuatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini.

Penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada

dosen pembimbing atas kebijaksananan dan

kesediaannya dalam membimbing kami sehingga

makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatas ilmu

maupun dari segi penyampaian yang menjadikan

mkalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang membangun sangat di perlukan

dari semua pihak untuk kesempurnan makalah ini.


Tim penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Absorbs sitemik dari suatu obat bergantung

pada sifat fisika kimia obat, sifat produk obat dan

anatomifisiologi site absorbs obat. Semua

pertimbangan tersebut penting dalam fabrikasi dan

evaluasi biofarmasetika produk obat. Pemilihan

produk obat yang tepat memerluakan pemahaman

yang menyeluruh dari factor-faktor fisiologis dan

patologis yan mempengaruhi absorsi obat untuk

menjamin kemanjuran terapeutik dan menghindari

interaksi dari obat-obat dan obat nutrien yang

potensial.
Absorbsi obat mengharuskan molekul-molekul

obat berada dalam bentuk larutan pada tmpat

absorsi. Disolusi dari bentuk-bentuk sediaan padat

dalam cairan-cairan saluran cerna merupakan syarat


untuk menyampaikan suatu obat ke sirkulasi

sistemik setelah pemberian oral.


Umumnya absorbs obat pada saluran cerna

terjadi secara difusi pasif sehingga untuk dapat

diabsorbsi, obat harus larut dala saluran

pencernaan. Absorbs sistemik suatu obat dari

tempat ekstravaskuler dipengaruhi oleh sifat-sifat

anatomic dan fisiologik absorbs, serta sifat- sifat

fisikokimia obat tersebut. Obat-obat yang diabsorbsi

oleh difusi pasif, yang menunjukkan kelarutan dalam

air rendah, cenderung memiliki laju absorbs oral

lebih lambat daripada yang menunjukkan kelarutan

dari air yang tingi.


2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah adalah factor- factor

fisikakimia yang mempengaruhi difusi pasif.


BAB II

PEMBAHASAN

DIFUSI PASIF

Secara teoritis suatu obat lipofilik apat melintasi sel

atau mengelilinginya. Jika obat mempunyai berat

molekul rendah dan lipofili, lipid membransel bukan

merupakan sawar untuk difusi dan absorbs obat. Difusi

pasif merupakan proses dimana molekul berdifusi

secara spontan dari suatu daerah konsentrasi tinggi ke

konsentrasi rendah. Proses adalah pasif karena tidak

ada energy eksternal yang dikeluarkan. Molekul obat

bergerak kedepan dan balik melintasi suatu membrane.

Jika kedua sisi mempunyai konsentrasi obat yang sama,

molekul obat bergerak kedepan diimbangi oleh molekul

yang bergerak kembali, menghasilkan tidak terjadi

perpindahan obat. Bila pada berbagai waktu, pada

suatu sisi konsentrasi obat tinggi maka jumlah molekul

yang bergerak kedepan akan lebih tinggi dibanding


jumlah molekul obat yang bergerak kembli; hasilnya

akan terjadi perpindahan molekul kesisi lain. Laju

transfer disebut flu, dan dinyatakan oleh suatu fektor

untuk menunjukkan arah ruang. Kecenderungan

molekul untuk bergerak kesemua arah adalah alami,

karena molekul memiliki energy kinetika dan secara

konstan bertumbukan satu dengan yang lain dalam

ruang. Hanya pergerakan molekul kekiri dan kekanan

karena pergeraan molekul pada arah yang lain tidak

akan menghasilkan perubahan konsentrasi oleh karena

keterbatasan dari dinding wadah.

Difusi pasif merupakan proses absorbsi utama

untuk sebagian besar obat. Tenaga pendorong untuk

difusi pasif ini adalah konsentrasi obat yang lebih tinggi

pada sisi mukosa dibandingkan dala darah. Menurut

hokum difusi fick, molekul obat berdifusi dari daerah

dengan konsentrasi obat tinggi kedaerah dengan

konsentrasi obat rendah.

Oleh karena obat diditribusi secara cepat kedalam

suatu volume yang besar sesudah masuk kedalam


darah, konsentrasi obat didalam darah menjadi sangat

renah dibandingkan terhdap konsentrasi obat di site

pemakaian. Sebagai contoh, obat biasanya diberikan

dalam dsisi milligram, sedangkan konsentrasi dala

plasma seringkali menjadi microgram/ml atau

nanogram permili liter.

Menurut hokum difusi fick, terdapat beberapa factor

lain yang dapat mempengaruhi difusi pasif obat.

Sebagai contoh derajat kelarutan obat dalam lemak

akan mempengaruhi laju absorbs obat. Koefisien partisi,

K, menyatakan partisi obat dalam lemak air dari suatu

obat melintasi membrane hipotetik dalam mukosa.

Obat- obat yang lebih larut dalam lemak, memiliki

harga K yang lebih besar. Luas permukaan membrane,

A juga mempengaruhi laju absorbdi obat. Obat dapat

diabsorbsi dari sebagian besar daerah sauran cerna.

Akan tetapi daerah duo denum dari usus halus

menunjukkan absorbs obat yang paling cepat karena

adanya vifi dan mokro fili yang menyebabkan besarnya


luas permukaan. Vili-vili ini berkurang pada daerah

saluran cerna lain.

Derajat kelarutan, agar suatu obat dapat terabsorsi

dari usus dengan baik, obat tersebut harus memiliki

tingkat kelarutan diantara kelarutan didalam air dan

didalam lipid, yaitu obat tidak terlalu hidrofobik, tidak

terlalu hidrofilik, tetapi memiliki derajat kelarutan yang

tepat untuk berpartisipasi melewati membrane biologi.

Tebal membrane model hipotetik, h, merupakan

suatu tetapan bagi site obsorbsi tertentu. Obat

biasanya berdifusi sangat cepat melalui kapiler

membrane plasma dalam kompartemen vaskuler,

berbeda dengan difusi melalui membrane plasma dari

kapiler dalam otak. Didalam otak, kapiler dilapisi padat

oleh sel-sel glial, sehingga obat berdifusi lambat

didalam otak, seolah-olah terdapat membrane lipid

yang tebal. Istilah sawar darah- otak (blood brain

barrier) digunakan untuk menggambaran adanya difusi

yang sangat kecil bagi molekul yang larut dalam air

yang melewati membrane sel kapiler menuju otak. Akan


tetapi dalam keadaan penyakit tertentu seperti

meningitis membrane ini menjadi terganggu atau

menjadi lebih permeable terhadap difusi otak.

Koefisien difusi, D adalah suatu tetatapan untuk

setiap obat dan didefinisikan sebagai jumlah molekul

obat yang terdifusi lewat suatu membrane dengan luas

tertentu untu tiap satuan waktu bila perbedaan

konsentrasi sama dengan 1. Satuan D adalah luas

2
persatuan waktu, misal; cm /detik .

Karena D, a, K dan h, adalah kontan dibawah

keadaan yang umum untuk absrbsi, suatu tetapan

gabungan P atau koefisien permiabiltas dapat

ditentukan.

Selanjutnya, konsentrasi obat dalam plasma Cp,

adalah sangat kecil dibandingkan terhadap kadar obat

didalam saluran cerna, Cgi. Beberapa obat mempunyai

sustituen kimia lipofilik dan hidrofilik. Obat obat yan

lebih larut lemak cenderung melintasi membrane lebih

mudah dibandingkan molekul yang kurang larut lemak


atau lebih larut air. Untuk obat-obat yang bersifat

elektrolit lemah, seperti asam atau basa lemah, tingkat

ionisasi mempengaruhi laju transport obat. Spesies

obat terionisasi mengandung suatu muatan dan lebih

larut air dibanding spesies obat tak terionisasi yang

lebih larut lipid. Tingkat ionisasi suatu elektrolit lemah

akan bergantun pada pKa obat dan Ph media dimana

obat terlarut.

Factor lainnya yang dapat mempengaruhi

konsentrasi mempengaruhi konsentrasi obat pada

setiap sisi suatu membrane adalah afinitas obat

terhadap komponen jaringan, yang akan mencegah

obat bergerak kembali dengan bebas lewat membrane

sel. Sebagai contoh suatu obat seperti dikumaroln

terikat ke protein plasma dan igoksin terikt protein

jaringan. Pada masing-masing kasus, obat terkait

protein tidak dapat bergerak bebas melintasi

membrane sel. Obat seperti klordan sangat larut lemak

dan akan partisi ke dalam jaringan adipose ( lemak).

Selanjutnya, obat seperti tetra siklin kemungkinan


membentuk kompleks dengan kalsium didalam tulang

dan gigi. Pada akhirnya, suatu obat dapat tertimbun

dalam suatu jaringan oleh karena adanya ambilan yang

khas atau proses transport aktif. Proses yang demiian

telah ditunjukkan untuk iodide dalam jaringan tiroid,

kalium dalam cairan intraseluler dan katekolamina

tertentu dalam site penyimpana adrenergic. Obat- obat

tersebut mempunyai total konsentrasi oabat yang lebih

tinggi pada sisi dimana ikatan terjadi, namun

konsentrasi obat bebas yang berdifusi lewat membrane

sel akan sama pada kedua sisi membrane.


BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Difusi pasif merupakan proses dimana mlekul

berdifusi secara spontan dari suatu daerah

konsentrasi tinggi kesuatu daerah konsentrasi

rendah. Proses adalah pasif karena tidak ada

energy eksternal yang dikeluarkan. Adapun

factor fisika kimia yang mempengaruhi difusi

pasif adalah koefisien partisi (K), derajat

kelarutan, ketebalan membrane, luas

permukaan, dan afinitas.

DAFTAR PUSTAKA
Leon Shargel. 2012. Biofarmasetika &

Farmakokinetika Terapan edisi V. Airlangga

University Press: Surabaya.


TUGAS MAKALAH
FAKTOR-FAKTOR FISIKA KIMIA YANG MEMPENGARUHI
DIFUSI PASIF

OLEH:
FITRIANI MUH.NUR
UTARI MUTMAINNAH
DWY KUSUMASARI
ZULFA KADIR
ENDANG KURNIATI
HASRIATI IDRIS
AYU NATALISNAWATI
NURFADILAH P
HASNA AHMAD
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015

Anda mungkin juga menyukai