BIOTEKNOLOGI FARMASI
KELAS C1 / 3
B. TEORI UMUM
Keberadaan DNA dalam suatu organisme dapat diketahui dengan 2 cara yaitu
secara kualitatif dengan metode Elektroforesis Gel Agarose dan secara kuantitatif dengan
metode spektrofotometri. Uji kuantitatif DNA adalah analisis untuk menentukan
kandungan/jumlah DNA yang terdapat dalam suatu zat atau komponen zat yang
sebelumnya telah diketahui keberadaan DNA plasmidnya dalam larutan contoh dengan
cara uji kualitatif. Uji kuantitatif DNA dengan metode spektrofometri ini bertujuan untuk
mengetahui keberadaan dan jumlah DNA di dalam suatu larutan.
Secara umum, berikut ini adalah aturan penentuan konsentrasi asam nukleat yang
diukur dengan Spektrofotometer pada panjang gelombang 260 nm :
a. Pengukuran Spektrofotometer yang menghasilkan Optical Density (OD)
sebesar 1 unit berarti mengandung DNA utas ganda dengan konsentrasi 50
mikrogram/ml.
b. Pengukuran Spektrofotometer yang menghasilkan Optical Density (OD)
sebesar 1 unit berarti mengandung DNA utas tunggal dengan konsentrasi 33
mikrogram/ml.
c. Pengukuran Spektrofotometer yang menghasilkan Optical Density (OD)
sebesar 1 unit berarti mengandung RNA utas tunggal dengan konsentrasi 40
mikrogram/ml.
Bahan :
a. DNA genom dan DNA plasmid hasil isolasi
b. Buffer TE
c. ddH2O
D. PROSEDUR KERJA
Pengukuran konsentrasi dan kemurnian DNA dengan spektrofotometri
Catatan :
a. Apabila pada A260 / A280 nilainya < 1,8 maka kontaminan fenol/protein
b. Apabila pada A260 / A280 nilainya > 2,0 maka kontaminan RNA
E. SOAL LATIHAN
1. Mengapa DNA dapat ditentukan kadarnya menggunakan spektrofotometer?
Jawab :
DNA dapat ditentukan kadarnya dengan spektrofotometer karena DNA dan
RNA mampu menyerap sinar UV pada panjang gelombang 260nm karena adanya
basa purin dan pirimidin. Sebab alat spektrofotometer hanya dapat digunakan untuk
analisa senyawa yang mengandung gugus kromofor dan auksokrom seperti DNA
dan RNA pada basa purin dan pirimidinnya.
2. Bagaimana cara mengetahui kemurnian DNA ?
Jawab :
Kemurnian DNA atau RNA dapat ditentukan dengan menghitung nilai
absorbansi λ 260nm dibagi dengan nilai absorbansi λ 280nm. Dan DNA yang
murni memiliki nilai antara 1,8 – 2,0. Itulah cara mengetahui kemurnian secara
kuantitatif dan kualitatif, maka kemurnian DNA dapat dicek dengan elektroforesis
gel untuk mengetahui tingkat kemurnian DNA dari kontaminan RNA.
3. Senyawa apakah yang biasanya mengkontaminasi DNA?
Jawab :
Senyawa yang biasanya mengkontaminasi DNA yaitu seperti protein, polifenol,
fenol RNA yang akan menyerap sinar UV pada panjang gelombang 280nm.
F. HASIL PENGAMATAN
HASIL PENGAMATAN
Rumus :
= 1.872
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sampel 1 masuk kedalam sampel
yang murni karena masuk dalam rentang (1.8 – 2.0) yakni bernilai 1.872. Sedangkan
sampel 2 termasuk kedalam sampel yang terkontaminan fenol / protein karena nilai
kemurnian < 1.8 yakni bernilai 1.571. Dan untuk sampel 3 termasuk kedalam sampel
yang terkontaminan RNA karena nilai kemurnian > 2.0 yakni bernilai 2.129.
G. PEMBAHASAN
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis untuk mengukur konsentrasi
senyawa berdasarkan kemampuan senyawa tersebut mengabsorbsi berkas sinar atau
cahaya. Alat ini terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, sementara
fotometer adalah pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi.
Spektrofotometer dilengkapi sumber cahaya atau gelombang elektromagnetik,
baik cahaya UV (ultra-violet) atau pun cahaya nampak (visible). Komponen utama dari
alat ini adalah sumber cahaya, pengatur intensitas, monokromator, kuvet, detektor,
penguat arus dan indikator atau layar.
Keberadaan DNA dalam suatu organisme dapat diketahui dengan 2 cara yaitu
secara kualitatif dengan metode Elektroforesis Gel Agarose dan secara kuantitatif
dengan metode spektrofotometri. Uji kuantitatif DNA adalah analisis untuk
menentukan kandungan / jumlah DNA yang terdapat dalam suatu zat atau komponen
zat yang sebelumnya telah diketahui keberadaan DNA plasmidnya dalam larutan
contoh dengan cara uji kualitatif. Analisis kuantitatif merupakan salah satu teknik
analisis yang bertujuan untuk menentukan jumlah atau seberapa banyak suatu zat atau
komponen zat.
Jumlah DNA dicerminkan berat molekul bukan oleh volume. Untuk mengetahui
jumlah DNA, maka DNA hasil isolasi harus dianalisis dengan spektrofotometer UV
dengan panjang gelombang 260 nm. Kualitas DNA yang berhubungan dengan
kemurnian terhadap kontaminan protein dapat dilihat dari perbandingan absorbansi
suspensi DNA pada panjang gelombang 260 nm terhadap 280 nm. Rasio Abs260 /
Abs280 antara 1,8 - 2,0 mencerminkan DNA yang relatif murni dan terbebas dari
kontaminan protein. Nilai absorbansi pada panjang gelombang 260 nm dapat
dikonversikan menjadi konsentrasi, yaitu nilai 1 pada Abs260 = 50 µg DNA utas ganda
tiap ml.
𝐴260
Kemurnian DNA =𝐴280
• Titik Kritis
Penyebab kesalahan sistematik yang sering terjadi dalam analisis menggunakan
spektrofotometer adalah:
a. Serapan oleh pelarut
Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi
matrik selain komponen yang akan dianalisis.
b. Serapan oleh kuvet
Kuvet yang biasa digunakan adalah dari bahan gelas atau kuarsa. Dibandingkan
dengan kuvet dari bahan gelas, kuvet kuarsa memberikan kualitas yang lebih
baik, namun tentu saja harganya jauh lebih mahal. Serapan oleh kuvet ini diatasi
dengan penggunaan jenis, ukuran, dan bahan kuvet yang sama untuk tempat
blangko dan sampel.
c. Kesalahan fotometrik normal
Pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini
dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas
dari alat yang digunakan. (melalui pengenceran atau pemekatan) Sama seperti
pH meter, untuk mengatasi kesalahan pada pemakaian spektrofotometer UV-
VIS maka perlu dilakukan kalibrasi.
H. KESIMPULAN & SARAN
Kesimpulan
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis untuk mengukur konsentrasi senyawa
berdasarkan kemampuan senyawa tersebut mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya. Alat
ini terdiri dari spektrofotometer dan fotometer.
Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti lagi dalam melakukan praktikum dengan cara
mengikuti tahapan yang telah ada, agar didapat hasil yang maksimal dan sesuai dengan
teori yang telah ada sehingga dapat meminimalisir kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
• Brock, T. D., Michael T. Madigan, john M. Martinko and Paker. 1994. Biology of
microorganisms. Prentice Hall.
• Brown, T.A. 1991. Pengantar Kloning Gena (terjemahan). Yayasan Essentia Medica.
• Glick, B.R. and J.J. Pasternak. 1994. Molekuler Biotechnology, Principles and
applications of Recombinan DNA. Washington: ASM Press
• Muladno, 2002. Teknik Rekayasa Genetika. Bogor: Pustaka Wirausaha Muda