Nama Anggota :
Laporan ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu saya
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
laporan. Dalam penulisan laporan praktikum ini dirasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis milik. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
laporan ini.
Atas tersusunnya laporan ini, maka penulis menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada Ibu apt. G.A. Md. Ratih K.R.D.S.Farm.,M.Farm, bapak I Wayan Karta, S.Pd.,
M.Si., Ibu Nur Habibah, S.Si., M.Sc, selaku dosen Toksikologi yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
penulis tekuni. Serta segenap pihak yang telah membantu hingga laporan ini terselesaikan.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Penyusu
ii
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................4
BAB I.........................................................................................................................................5
PENDAHULUAN......................................................................................................................5
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................5
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................6
C. TUJUAN.........................................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................7
ISI...............................................................................................................................................7
BAB III.....................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tahap-Tahap Analis Sampel Toksikologi................................................................7
Gambar 2. Skema Ekstrasi Spesimen Darah, Plasma, atau Serum............................................9
Gambar 3. Skema Ekstraksi Urine atau Cairan Lambung.......................................................11
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hasil analisis dalam toksikologi analitis bisa dianggap tidak berharga jika
pengumpulan sampel, pengangkutan, dan penyimpanan tidak dilakukan dengan baik
dan benar, meskipun analisisnya telah dilakukan dengan hati-hati. Jadi, penting untuk
memahami sifat dan stabilitas analit, sifat matriks sampel, dan keadaan dimana
analisis harus dilakukan. Dokumentasi sejarah sampel yang benar (asal, cara
pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, dan data pendukung) sangat penting.
Konsentrasi analit pada spesimen umumnya diasumsikan mewakili
konsentrasi pada cairan atau jaringan tertentu. Seluruh darah, plasma (cairan yang
diperoleh pada sentrifugasi darah utuh dengan antikoagulan), atau serum banyak
digunakan dalam pekerjaan klinis. Hal ini karena tidak hanya darah yang relatif
mudah dikumpulkan, namun juga analisis kuantitatif seringkali dapat memberikan
informasi yang berguna mengenai besarnya paparan dan karenanya tingkat keparahan
keracunan. Ekskresi (udara yang dihembuskan, urin) atau sekresi (air liur, empedu)
seringkali kurang berguna dalam hal interpretasi data kuantitatif, namun bisa sangat
berguna dalam pekerjaan kualitatif.
Variasi pengukuran bioanalitik dapat bergantung pada subjek dan
mencerminkan perubahan fisiologis normal, sementara yang lain mungkin
mencerminkan prosedur pengumpulan dan penanganan sampel. Spesimen postmortem
adalah masalah khusus karena, secara umum, informasi tentang konsentrasi analit
dalam darah pada saat kematian diperlukan. Konsentrasi darah postmortem mungkin
tidak secara akurat mencerminkan konsentrasi darah perimortem karena beberapa
alasan. Haemolysis biasa terjadi, sementara haemostasis dapat menyebabkan
perubahan komposisi seluler dari darah yang dijadikan sampel. Ada juga
kemungkinan kontaminasi selama pengumpulan, misalnya dengan isi perut, dan
kebocoran analit dari jaringan yang berdekatan, contohnya kebocoran potassium
intraselular ke plasma, yang dimulai segera setelah kematian.
5
B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa yang dimaksud dengan preparasi sampel toksikologi ?
2) Apa saja metode dan Teknik dalam preparasi sampel tolksikologi ?
3) Apa saja kelemahan dan kelebihan Teknik preparasi sampel toksikologi ?
C. TUJUAN
1) Agar mahasiswi bisa memahami dan mengerti apa itu preparasi sampel dalam
toksikologi
2) Agar mahasiswi bisa memahami metode dan Teknik dalam preparasi sampel
toksikologi
3) Agar mahasiswi bisa memahami kelemahan dan kekurangan preparasi sampel
dalam toksikologi.
6
BAB II
ISI
Teknik preparasi sample merupakan salah satu factor penentu keberhasilan analis
toksikologi disamping kehandalan penguasaan metode analisis instrumentasi. Tujuan dari
preparasi sampel dapat menghilanhkan redisu yang tidak larut dan senyawa yang
mengganggu, dan kadang-kadang konsentrasi atau bahkan pengenceran analit untuk
menyesuaikan sensivitas.
Metode yang dipilih untuk persiapan sampel tergantung pada keseluruhan strategi analis.
Dalam preparasi sampel harus disesuaikan dengan tujuan. Metode apapun dipilih semudah
mungkin secara teknis, tidak hanya untuk meminimalkan biaya tetapi juga untuk
memaksimalkan validitas dan reproduksibilitas.
7
Pelepasan konjugasi merupakan langkah penting dalam analisis toksikologi,
terutama urin. Banyak obat dan metabolit (misalnya benzodiazepin, obat
pencahar, opiat dan steroid) diekskresikan dalam urin dan dalam empedu
terutama sebagai konjugat dengan asam D-glukuronat atau dengan sulfat, atau
kadang-kadang keduanya. Sementara konjugat sulfat adalah senyawa ester,
glukuronida dapat berupa eter (aseton), ester (asil), atau N - atau S-
glukuronida.
2. Teknik Preparasi
Teknik preparasi Tekik preparasi sampel toksikologi yang dipilih bergantung pada
jenis sampel dan tujuan pengujian.
a. Sampel berbentuk serbuk atau tablet
Satu tablet sampel (50 mg serbuk) larutkan dalam 10 mL metanol, bila perlu
saring.
b. Sampel Ganja
1. Tanaman ganja (Cannabis plant, Cannabis herba)
Lebih kurang 400 mg cuplikan yang telah diserbuk haluskan, masukkan ke
dalam Erlenmeyer bertutup, tambahkan 10 ml petroleum eter atau toluen, dan
kocok selama 1 jam, kemudian saring. Bila perlu tambahkan lagi pelarut
hingga diperoleh volume 10 ml.
2. Damar Ganja (Cannabis resin)
Lebih kurang 100 mg damar ganja dalam mortir, gerus dengan ± 2 ml toluen
sampai terbentuk pasta. Dengan bantuan 8 ml toluen masukkan ke dalam
Erlenmeyer bertutup, kocok selama 1 jam dan saring.
3. Hasis (Hasis oil, Cannabis oil)
Lebih kurang 50 mg hasis larutkan dalam 10 ml toluen.
c. Sampel cuplikan berbentuk cairan
Ambil minimal 10 mL cairan, tanpa penambahan zat lain.
d. Spesimen darah/serum/plasma
8
Alat : Vortex mixer, Shaker, Sentrifus, Tapered tube, Corong pisah,
Corong, Batang pengaduk, Penangas air, Sonikator.
Reagen : Pelarut organic (CHCl3), Natrium Sulfat Anhidrat, Natrium
Hidroksida, Asam Sulfat pekat.
Cara kerja:
9
Gambar 2. Skema Ekstrasi Spesimen Darah, Plasma, atau Serum
2. Ekstraksi urin/cairan lambung, ini merupakan pemisahan/isolasi spesimen dengan
pelarut organik pada Ph tertentu dari zat-zat yang menggangu, hasil ekstraksi disaring dan
di keringkan sehingga didapat residu yang dapat dianalisa.
Alat : Vortex mixer, shaker, sentrifus, tapered tube, corong pisah, corong, batang,
pengaduk, penangas air
Reagen : Pelarur organik (eter), natrium sulfat anhidrat, natrium hidroksida,
asam sukfat pekat
Cara Kerja
Langlah pertama tambahkan 10 ml urin dengan asam phosphate dan asam tartrat
untuk membuat Ph 3, kemudian ekstraksi 2 kali masing-masing dengan 30 ml eter lalu
campur hasil ekstraksi, selanjutnya cuci dengan 5 ml air dan tambahkan air cucian kedalam
specimen, simpan fraksi air untuk ekstraksi selanjutnya. Fraksi eter diatas diekstrasikan
dengan 5 ml larutan natrium bikarbonat, selanjutnya fraksi eter diektrasikan kembali dengan
5 ml NaOH 0,45 N dan simpan sebagian hasil ekstraski untuk pemeriksaan barbiturate dan
beberapa substansi asam lemah lainnya, misalnya Klotdiazepoksid (Fraksi B). Kemudian
sebagian lain dari fraksi eter dicuci kembali dengan air, lalu saring hasil cucian dan
tambahkan dengan Na2SO4 anhidrat, uapkan sampai kering, residu mungkin mengandung
obat-obatan netral (Fraksi C). Fraksi air pada butir 3 ditambahk dengan ammonia untuk
10
membuat Ph 8, kemudian ektraksi sebanyak 2 kali masing” dengan 10ml CHCl 3, selanjutnya
campuran ektraksi fraksi dengan air, kemudian saring dan tambahkan dengan sedikit asam
tartrat untuk menghindari hilangnya zat-zat yang mudah menguap, uapkan sampai kering,
residu kemungkinan mengandung antara golongan Benzodiazepin: Klordiazepoksid,
Diazepam, Nitrozepam (Fraksi D).
Ektraksi cairan lambaung dilakukan seperti ekstraksi pada urin dengan tambahan car akerja
specimen yang akan diekstraksi sebagai berikut: tambahkan kedalam specimen ammonium
sulfat (padat berlebihan) bersama-sama dengan beberapa tetes asam phospate 10% panaskan,
kocok dan saring.
11
2. Prosedur dengan pelarut berair
a. Ambil untai rambut (~ 100 mg).
b. Cuci dengan 10 ml SDS 0,1% dalam air (b / v) selama 3 menit.
c. Bilas dua kali dengan 10 ml air selama 3 menit.
d. Bilas dengan 10 ml aseton selama 3 menit.
e. Keringkan dalam oven pada suhu 60 ° C selama 30 menit.
3. Preparasi
Langkah pertama adalah homogenisasi dengan memotong rambut menjadi potongan 1-3 mm
atau dengan grinder. Untuk memastikan homogenitas sampel, disarankan agar menggunakan
setidaknya 20-30 mg rambut. Hindari kontaminasi gunting) dan harus digunakan botol sekali
pakai. Senyawa yang terdapat dalam matriks rambut dapat dilarutkan dengan menggunakan
berbagai metode ekstraksi, yang efisiensi dan selektivitasnya harus sesuai dengan
karakteristik obat target dan teknik analisis.
12
b. Pemulihan obat yang dapat diionkan tidak lengkap dan lebih rendah daripada prosedur
ekstraksi lainnya.
b. Ekstraksi dengan larutan asam atau larutan buffer
Inkubasi pada HCl berair 0,01-0,50 M atau buffer fosfat M pada pH 6,4-7,6 biasanya
dilakukan pada suhu 56°C atau 60°C dalam semalam. Bila diperlukan (misalnya untuk
menyingkirkan kontaminasi eksternal), morfin glukuronida, yang merupakan fraksi minor
dari morfin total, dapat ditentukan dengan membandingkan konsentrasi morfin sebelum dan
sesudah perlakuan dengan glukuronidase / arilulfatase.
Keuntungan:
a) Ekstraknya umumnya lebih bersih dari pada ekstrak metanol.
b) Obat-obatan dasar diekstraksi dengan efisien
Kekurangan
a. Hidrolisis molekul berikut telah dilaporkan:
b. konversi parsial kokain menjadi benzoylecgonine;
c. Konversi heroin (diacetylmorphine) menjadi 6-monoacetylmorphine (6-
MAM);
d. Hidrolisis 6-MAM menjadi morfin.
c. Digesti dalam NaOH encer
Larutan 1 M NaOH ditambahkan pada sampel rambut dan inkubasi selama satu jam pada
80°C, atau semalam pada suhu 60°C. Hanya cocok untuk obat-obatan yang stabil dalam
kondisi basa.
Kelebihan:
Kekurangan :
13
a. Tidak sesuai untuk obat-obatan yang tidak stabil dalam kondisi basa (misalnya
kokain, benzodiazepin).
b. Pelarutan matriks rambut secara parsial atau lengkap menghasilkan larutan "kotor"
yang membutuhkan pembersihan (clean up) sebelum analisis instrumental.
3. Pemeriksaan fraksi-fraksi dengan metode pemeriksaan KLT
Sampel yang diambil adalah sampel urine. Sampel urin yang diambil masing-masing
sebanyak 5 mL. Sampel pada penelitian tersebut adalah mahasiswa Perguruan Tinggi di Kota
Denpasar semester akhir yang akan disalurkan ke Kapal Pesiar sebanyak 27
mahasiswa. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling yang memenuhi
kriteria inklusi. Purposive sampling adalah Pengambilan sampel berdasarkan atas suatu
pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi ataupun ciri yang sudah diketahui
sebelumnya. Selain itu pengukuran kandungan amphetamine pada urin mahasiwa di
Perguruan Tinggi Kota Denpasar dilakukan dengan menggunakan metode Rapid
Diagnostic Test (RDT).
Pada saat pemilihan sampel untuk toksikologi untuk korban penyalahguna narkotika beberapa
hal harus dipertimbangkan yaitu sampel mudah untuk dianalisis, sampel mudah didapatkan,
pertimbangkan juga apakah yang dicari obat induk atau metabolitnya, waktu deteksi obat,
14
stabilitas obat pada spesimen, volume sampel yang diperlukan serta apakah referensi data
kuantitatif obat terhadap sampel yang kita pilih tersedia.
Penyimpanan sampel merupakan hal yang penting diperhatikan. Hal ini karena setelah
pengambilan sampel, proses degradasi obat oleh enzim tetap berlangsung walaupun diluar
tubuh. Degradasi ini diminimalisir dengan penyimpanan sampel dengan pengawet yang
adekuat dan disimpan disuhu yang rendah yaitu kulkas suhu 400C untuk waktu yang tidak
begitu lama dan – 200C untuk waktu lebih dari 2 minggu.5 Untuk mendapatkan hasil yang
valid dalam melakukan analisis toksikologi, kita perlu mengenali sifat dan stabilitas dari
analit. Studi-studi yang dilakukan oleh Giorgi SN dan Meeker JE terhadap stabilitas kokain,
benzoylecgonin, methampetamin, amphetamin, morfin, codein dan phencyclidine selama 5
tahun didapatkan hasil bahwa obat yang paling tidak stabil adalah kokain, benzoylecgonin
dan morfin. Sedangkan methampetamine dan PCP bersifat stabil..
Pemilihan sampel
Pemilihan sampel merupakan tahap yang penting dalam sebuah kasus keracunan. Royal
college
6. Volume sampel
15
BAB III
PENUTUP
Pengambilan sampel adalah tahap pra analitik yang penting yang menentukan
validitas hasil pemeriksaan sampel toksikologis. Tahap sampling meliputi: penetapan
jenis sampel, penetapan lokasi sampling, dan penanganan sampel (pengawetan,
penyimpanan dan transport). Jenis sampel meliputi sampel biologis yang berupa
specimen yang berasal dari tubuh manusia dan sampel non biologis berupa cuplikan
zat yang dicurigai, serta residu kejadian (barang-barang yang diduga terkait dengan
kasus keracunan). Penanganan sampel bertujuan agar tidak terjadi perubahan analit
yang terkandung dalam sampel. Pemilihan jenis sampel harus mengingat
toksokinetika senyawa yang dicurigai. Masing-masing sampel memiliki kelebihan dan
kekurangan.Tujuan tambahan dari preparasi sampel dapat menghilangkan residu yang
tidak larut dan senyawa yang mengganggu, dan kadang-kadang konsentrasi atau
bahkan pengenceran analitik untuk menyesuaikan sensitivitas. Pilihan ekstraksi
pelarut yang bijaksana, termasuk ekstraksi balik terkontrol pH dari elektrolit lemah
menjadi larutan berair, kadang-kadang diikuti dengan ekstraksi ulang ke dalam
pelarut, dapat memperbaiki selektivitas dan sensitivitas.
16
DAFTAR PUSTAKA
Idayani, S. and Putri, N.L.N.D.D., 2020. HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN
PENGGUNAAN NAPZA JENIS AMPHETAMIN PADA MAHASISWA PERHOTELAN
PERGURUAN TINGGI DI KOTA DENPASAR TAHUN 2019: THE RELATIONSHIP OF
SMOKING BEHAVIOR WITH THE USE OF AMPHETAMIN TYPE OF DRUGS IN
HIGHER EDUCATION HOSPITALITY STUDENTS IN DENPASAR 2019. Bali Medika
Jurnal, 7(1), pp.138-145.
Manela, C., 2015. Pemilihan, penyimpanan dan stabilitas sampel toksikologi pada korban
penyalahgunaan narkotika. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1).
17