Anda di halaman 1dari 17

PAPER TOKSIKOLOGI

(Teknik Preparasi Sample)

Kelompok 2 / IVB D3 TLM

Nama Anggota :

1. Komang Sri Anggita Wijayanti P07134120053


2. Putu Gita Arisudani P07134120054
3. Ketut Prisma Amrita Juana P07134120055
4. Ni Made Dwi Maharani Pramesthi P07134120056
5. Komang Trisna Arumdati P07134120057
6. Ni Made Ritha Antarini P07134120058

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

TAHUN AJARAN 2022


i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena karunianya
penulis dapat menyelesaikan Paper tugas Toksikologi ini yang berjudul “teknik preparasi
sampel toksikologi” ini diajukan sebagai bukti telah menjalankan perkuliahan Toksikologi.

Laporan ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu saya
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
laporan. Dalam penulisan laporan praktikum ini dirasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis milik. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
laporan ini.

Atas tersusunnya laporan ini, maka penulis menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada Ibu apt. G.A. Md. Ratih K.R.D.S.Farm.,M.Farm, bapak I Wayan Karta, S.Pd.,
M.Si., Ibu Nur Habibah, S.Si., M.Sc, selaku dosen Toksikologi yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
penulis tekuni. Serta segenap pihak yang telah membantu hingga laporan ini terselesaikan.

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Denpasar, 04 Februari 2022

Penyusu

ii
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................4

BAB I.........................................................................................................................................5

PENDAHULUAN......................................................................................................................5

A. LATAR BELAKANG....................................................................................................5

B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................6

C. TUJUAN.........................................................................................................................6

BAB II........................................................................................................................................7

ISI...............................................................................................................................................7

BAB III.....................................................................................................................................16

PENUTUP................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17

3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tahap-Tahap Analis Sampel Toksikologi................................................................7
Gambar 2. Skema Ekstrasi Spesimen Darah, Plasma, atau Serum............................................9
Gambar 3. Skema Ekstraksi Urine atau Cairan Lambung.......................................................11

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hasil analisis dalam toksikologi analitis bisa dianggap tidak berharga jika
pengumpulan sampel, pengangkutan, dan penyimpanan tidak dilakukan dengan baik
dan benar, meskipun analisisnya telah dilakukan dengan hati-hati. Jadi, penting untuk
memahami sifat dan stabilitas analit, sifat matriks sampel, dan keadaan dimana
analisis harus dilakukan. Dokumentasi sejarah sampel yang benar (asal, cara
pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, dan data pendukung) sangat penting.
Konsentrasi analit pada spesimen umumnya diasumsikan mewakili
konsentrasi pada cairan atau jaringan tertentu. Seluruh darah, plasma (cairan yang
diperoleh pada sentrifugasi darah utuh dengan antikoagulan), atau serum banyak
digunakan dalam pekerjaan klinis. Hal ini karena tidak hanya darah yang relatif
mudah dikumpulkan, namun juga analisis kuantitatif seringkali dapat memberikan
informasi yang berguna mengenai besarnya paparan dan karenanya tingkat keparahan
keracunan. Ekskresi (udara yang dihembuskan, urin) atau sekresi (air liur, empedu)
seringkali kurang berguna dalam hal interpretasi data kuantitatif, namun bisa sangat
berguna dalam pekerjaan kualitatif.
Variasi pengukuran bioanalitik dapat bergantung pada subjek dan
mencerminkan perubahan fisiologis normal, sementara yang lain mungkin
mencerminkan prosedur pengumpulan dan penanganan sampel. Spesimen postmortem
adalah masalah khusus karena, secara umum, informasi tentang konsentrasi analit
dalam darah pada saat kematian diperlukan. Konsentrasi darah postmortem mungkin
tidak secara akurat mencerminkan konsentrasi darah perimortem karena beberapa
alasan. Haemolysis biasa terjadi, sementara haemostasis dapat menyebabkan
perubahan komposisi seluler dari darah yang dijadikan sampel. Ada juga
kemungkinan kontaminasi selama pengumpulan, misalnya dengan isi perut, dan
kebocoran analit dari jaringan yang berdekatan, contohnya kebocoran potassium
intraselular ke plasma, yang dimulai segera setelah kematian.

5
B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa yang dimaksud dengan preparasi sampel toksikologi ?
2) Apa saja metode dan Teknik dalam preparasi sampel tolksikologi ?
3) Apa saja kelemahan dan kelebihan Teknik preparasi sampel toksikologi ?

C. TUJUAN
1) Agar mahasiswi bisa memahami dan mengerti apa itu preparasi sampel dalam
toksikologi
2) Agar mahasiswi bisa memahami metode dan Teknik dalam preparasi sampel
toksikologi
3) Agar mahasiswi bisa memahami kelemahan dan kekurangan preparasi sampel
dalam toksikologi.

6
BAB II

ISI

Teknik preparasi sample merupakan salah satu factor penentu keberhasilan analis
toksikologi disamping kehandalan penguasaan metode analisis instrumentasi. Tujuan dari
preparasi sampel dapat menghilanhkan redisu yang tidak larut dan senyawa yang
mengganggu, dan kadang-kadang konsentrasi atau bahkan pengenceran analit untuk
menyesuaikan sensivitas.
Metode yang dipilih untuk persiapan sampel tergantung pada keseluruhan strategi analis.
Dalam preparasi sampel harus disesuaikan dengan tujuan. Metode apapun dipilih semudah
mungkin secara teknis, tidak hanya untuk meminimalkan biaya tetapi juga untuk
memaksimalkan validitas dan reproduksibilitas.

Gambar 1. Tahap-Tahap Analis Sampel Toksikologi

1. Metode persiapan sampel:


 Prepitasi protein
 Mikrodifusi, merupakan suatu bentuk pemurnian sampel yang bergantung
pada pembebasan senyawa yang mudah menguap, misalnya hydrogen sianida.
 Hidrolisis metabolisme terkonjugasi

7
Pelepasan konjugasi merupakan langkah penting dalam analisis toksikologi,
terutama urin. Banyak obat dan metabolit (misalnya benzodiazepin, obat
pencahar, opiat dan steroid) diekskresikan dalam urin dan dalam empedu
terutama sebagai konjugat dengan asam D-glukuronat atau dengan sulfat, atau
kadang-kadang keduanya. Sementara konjugat sulfat adalah senyawa ester,
glukuronida dapat berupa eter (aseton), ester (asil), atau N - atau S-
glukuronida.
2. Teknik Preparasi
Teknik preparasi Tekik preparasi sampel toksikologi yang dipilih bergantung pada
jenis sampel dan tujuan pengujian.
a. Sampel berbentuk serbuk atau tablet
Satu tablet sampel (50 mg serbuk) larutkan dalam 10 mL metanol, bila perlu
saring.
b. Sampel Ganja
1. Tanaman ganja (Cannabis plant, Cannabis herba)
Lebih kurang 400 mg cuplikan yang telah diserbuk haluskan, masukkan ke
dalam Erlenmeyer bertutup, tambahkan 10 ml petroleum eter atau toluen, dan
kocok selama 1 jam, kemudian saring. Bila perlu tambahkan lagi pelarut
hingga diperoleh volume 10 ml.
2. Damar Ganja (Cannabis resin)
Lebih kurang 100 mg damar ganja dalam mortir, gerus dengan ± 2 ml toluen
sampai terbentuk pasta. Dengan bantuan 8 ml toluen masukkan ke dalam
Erlenmeyer bertutup, kocok selama 1 jam dan saring.
3. Hasis (Hasis oil, Cannabis oil)
Lebih kurang 50 mg hasis larutkan dalam 10 ml toluen.
c. Sampel cuplikan berbentuk cairan
Ambil minimal 10 mL cairan, tanpa penambahan zat lain.
d. Spesimen darah/serum/plasma

Persiapan spesimen darah/serum/plasma dengan cara ekstraksi adalah sebagai berikut:

1. Ekstraksi darah/serum/plasma, ini merupakan pemisahan atau isolasi specimen dengan


pelarut organic pad pH tertentu dari zat-zat yang mengganggu berdasarkan dengan
kelarutannya. Hasil ekstraksi disaring dan dikeringkan sehingga didapatkan residu yang
dapat dianalisa.

8
 Alat : Vortex mixer, Shaker, Sentrifus, Tapered tube, Corong pisah,
Corong, Batang pengaduk, Penangas air, Sonikator.
 Reagen : Pelarut organic (CHCl3), Natrium Sulfat Anhidrat, Natrium
Hidroksida, Asam Sulfat pekat.
 Cara kerja:

Pertama-tama, ditambahkan 2 ml Buffer Fosfat (pH 7,4) dan 40 ml Kloroform (CHCl3)


Ke dalam 4 ml specimen lalu kocok, kemudian untuk menghasilkan masa yang padat,
tambahkan 2 gram Na2SO3 anhidrat dan kocok kembali. Kemudian tuangkan CHCl3 melalui
saringan. Diektraksi kembali masa padat tersebut dalam 20 ml CHCl3, campur kedua hasil
ekstraksi fraksi CHCl3. Simpan masa padat yang ada. Apabila terdapat Salisilat I fraksi
CHCl3 diekstraksi dengan NaHCO3 untuk menghilangkan Salisilat yang dapat menghambat
penentuan selanjutnya. Pada fraksi CHCl3, tambahkan 8 ml NaOH 0,45 M (setara dengan 2
kali volume specimen yang diambil) lalu kocok selama 2 menit kemudia sentrifus. Larutan
NaOH kemungkinan mengandung barbiturat dan senyawa asam lemah lainnya (fraksi B).
Cuci fraksi CHCl3 dengan sedikit air, buang air cucian, keringkan fraksi CHCl3 dengan
Na2SO4 anhidrat, uapkan sampai kering. Residu kemungkinan mengandung obat-obat netral
dan beberapa obat yang bereaksi basa (Fraksi C) seperti Klordiaepoksid, Diazepam dan
Nitrazepam. Apabila specimen masih ada, basakan dengan larutan ammonia, lalu ekstraksi 2
kali, masing-masing dengan 10ml CHCl3, kemudian keringkan dengan Na2SO4 anhidrat.
Uapkan larutan sampai kering. Residu kemungkinan mengandung obat golongan basa (Fraksi
D).

9
Gambar 2. Skema Ekstrasi Spesimen Darah, Plasma, atau Serum
2. Ekstraksi urin/cairan lambung, ini merupakan pemisahan/isolasi spesimen dengan
pelarut organik pada Ph tertentu dari zat-zat yang menggangu, hasil ekstraksi disaring dan
di keringkan sehingga didapat residu yang dapat dianalisa.
 Alat : Vortex mixer, shaker, sentrifus, tapered tube, corong pisah, corong, batang,
pengaduk, penangas air
 Reagen : Pelarur organik (eter), natrium sulfat anhidrat, natrium hidroksida,
asam sukfat pekat
 Cara Kerja

Langlah pertama tambahkan 10 ml urin dengan asam phosphate dan asam tartrat
untuk membuat Ph 3, kemudian ekstraksi 2 kali masing-masing dengan 30 ml eter lalu
campur hasil ekstraksi, selanjutnya cuci dengan 5 ml air dan tambahkan air cucian kedalam
specimen, simpan fraksi air untuk ekstraksi selanjutnya. Fraksi eter diatas diekstrasikan
dengan 5 ml larutan natrium bikarbonat, selanjutnya fraksi eter diektrasikan kembali dengan
5 ml NaOH 0,45 N dan simpan sebagian hasil ekstraski untuk pemeriksaan barbiturate dan
beberapa substansi asam lemah lainnya, misalnya Klotdiazepoksid (Fraksi B). Kemudian
sebagian lain dari fraksi eter dicuci kembali dengan air, lalu saring hasil cucian dan
tambahkan dengan Na2SO4 anhidrat, uapkan sampai kering, residu mungkin mengandung
obat-obatan netral (Fraksi C). Fraksi air pada butir 3 ditambahk dengan ammonia untuk

10
membuat Ph 8, kemudian ektraksi sebanyak 2 kali masing” dengan 10ml CHCl 3, selanjutnya
campuran ektraksi fraksi dengan air, kemudian saring dan tambahkan dengan sedikit asam
tartrat untuk menghindari hilangnya zat-zat yang mudah menguap, uapkan sampai kering,
residu kemungkinan mengandung antara golongan Benzodiazepin: Klordiazepoksid,
Diazepam, Nitrozepam (Fraksi D).

Ektraksi cairan lambaung dilakukan seperti ekstraksi pada urin dengan tambahan car akerja
specimen yang akan diekstraksi sebagai berikut: tambahkan kedalam specimen ammonium
sulfat (padat berlebihan) bersama-sama dengan beberapa tetes asam phospate 10% panaskan,
kocok dan saring.

Gambar 3. Skema Ekstraksi Urine atau Cairan Lambung


e. Sampel rambut
1. Dekontaminasi dengan pelarut organic:
a. Ambil untai rambut (~ 100 mg).
b. Cuci dengan 5 ml diklorometana selama 2 menit.
c. Keringkan dengan kertas adsorben.
d. Cuci kembali dalam 5 ml diklorometana selama 2 menit.
e. Keringkan lagi

11
2. Prosedur dengan pelarut berair
a. Ambil untai rambut (~ 100 mg).
b. Cuci dengan 10 ml SDS 0,1% dalam air (b / v) selama 3 menit.
c. Bilas dua kali dengan 10 ml air selama 3 menit.
d. Bilas dengan 10 ml aseton selama 3 menit.
e. Keringkan dalam oven pada suhu 60 ° C selama 30 menit.
3. Preparasi

Langkah pertama adalah homogenisasi dengan memotong rambut menjadi potongan 1-3 mm
atau dengan grinder. Untuk memastikan homogenitas sampel, disarankan agar menggunakan
setidaknya 20-30 mg rambut. Hindari kontaminasi gunting) dan harus digunakan botol sekali
pakai. Senyawa yang terdapat dalam matriks rambut dapat dilarutkan dengan menggunakan
berbagai metode ekstraksi, yang efisiensi dan selektivitasnya harus sesuai dengan
karakteristik obat target dan teknik analisis.

a. Ekstraksi dengan metanol


Metanol melarutkan senyawa lipofilik netral, dan hidrofilik sedang; karena sifatnya
yang hidrofilik, ia menembus rambut, menghasilkan pembengkakan matriks dan
pembebasan obat-obatan. Sonikasi sampel dalam bak mandi ultrasonic meningkatkan
proses ekstraksi.
 Keuntungan cara ini adalah:
1. Hampir semua obat dapat diekstraksi dengan methanol,
2. efektif terhadap senyawa hidrofilik dan lipofilik, prosedur ini "ringan" terhadap
3. senyawa yang tidak stabil yang mudah mengalami hidrolisis (misalnya heroin dan
kokain).
4. Injeksi langsung ekstrak pada GC-MS atau LC-MS dimungkinkan bila konsentrasi
obat cukup tinggi.
5. Campuran asam organik metanol / berair telah terbukti memperbesar panel
6. obat yang dapat diekstraksi secara efisien.

Kekurangan cara ini:

a. Ekstrak metanol sering menggabungkan zat yang mengganggu, dan prosedur


pembersihan (seperti ekstraksi fase cair / cair atau padat) dianjurkan dalam
penggunaan rutin.

12
b. Pemulihan obat yang dapat diionkan tidak lengkap dan lebih rendah daripada prosedur
ekstraksi lainnya.
b. Ekstraksi dengan larutan asam atau larutan buffer

Inkubasi pada HCl berair 0,01-0,50 M atau buffer fosfat M pada pH 6,4-7,6 biasanya
dilakukan pada suhu 56°C atau 60°C dalam semalam. Bila diperlukan (misalnya untuk
menyingkirkan kontaminasi eksternal), morfin glukuronida, yang merupakan fraksi minor
dari morfin total, dapat ditentukan dengan membandingkan konsentrasi morfin sebelum dan
sesudah perlakuan dengan glukuronidase / arilulfatase.

Keuntungan:
a) Ekstraknya umumnya lebih bersih dari pada ekstrak metanol.
b) Obat-obatan dasar diekstraksi dengan efisien
Kekurangan
a. Hidrolisis molekul berikut telah dilaporkan:
b. konversi parsial kokain menjadi benzoylecgonine;
c. Konversi heroin (diacetylmorphine) menjadi 6-monoacetylmorphine (6-
MAM);
d. Hidrolisis 6-MAM menjadi morfin.
c. Digesti dalam NaOH encer

Larutan 1 M NaOH ditambahkan pada sampel rambut dan inkubasi selama satu jam pada
80°C, atau semalam pada suhu 60°C. Hanya cocok untuk obat-obatan yang stabil dalam
kondisi basa.

Kelebihan:

a. Sesuai terutama nikotin, amfetamin dan beberapa neuroleptik.


b. Sangat efektif untuk pemulihan kuantitatif
c. Dapat digunakan dalam kombinasi dengan mikrokontroler fase padat headspace (HS-
SPME) untuk mendeteksi senyawa semi-volatile (misalnya turunan amphetamine,
anestetik lokal, barbiturat, diphenhydramine, ketamin, metadon, phencyclidine,
phenothiazines, tramadol, dan antidepresan trisiklik).
d. Dapat berguna untuk mendeteksi obat yang konsentrasinya sangat rendah seperti
metabolit cannabinoids.

Kekurangan :

13
a. Tidak sesuai untuk obat-obatan yang tidak stabil dalam kondisi basa (misalnya
kokain, benzodiazepin).
b. Pelarutan matriks rambut secara parsial atau lengkap menghasilkan larutan "kotor"
yang membutuhkan pembersihan (clean up) sebelum analisis instrumental.
3. Pemeriksaan fraksi-fraksi dengan metode pemeriksaan KLT

Contoh Pemeriksaan Pada Jurnal

Judul Jurnal : Hubungan Perilaku Merokok Dengan Penggunaan Napza Jenis


Amphetamin Pada Mahasiswa Perhotelan Perguruan Tinggi Di Kota Denpasar Tahun
2019.

Pada jurnal tersebut pengambilan sampel pada penelitian tersebut dilakukan di


Perguruan Tinggi Kota Denpasar pada bulan Juli-Desember 2019. Penelitian tersebut
bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku merokok dengan penggunaan NAPZA
jenis amphetamin Mahasiswa Perhotelan di Perguruan Tinggi Kota Denpasar. Kemudian
penelitian akan dilanjutkan dengan uji laboratorium pada urin mahasiswa untuk mengetahui
kandungan NAPZA jenis amphetamine. Populasi pada penelitian tersebut adalah seluruh
mahasiswa perguruan tinggi di Kota Denpasar di semester akhir yang akan disalurkan ke
Kapal Pesiar sebanyak 30 mahasiswa.

Sampel yang diambil adalah sampel urine. Sampel urin yang diambil masing-masing
sebanyak 5 mL. Sampel pada penelitian tersebut adalah mahasiswa Perguruan Tinggi di Kota
Denpasar semester akhir yang akan disalurkan ke Kapal Pesiar sebanyak 27
mahasiswa. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling yang memenuhi
kriteria inklusi. Purposive sampling adalah Pengambilan sampel berdasarkan atas suatu
pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi ataupun ciri yang sudah diketahui
sebelumnya. Selain itu pengukuran kandungan amphetamine pada urin mahasiwa di
Perguruan Tinggi Kota Denpasar dilakukan dengan menggunakan metode Rapid
Diagnostic Test (RDT).

Judul Jurnal : Pemilihan, Penyimpanan dan Stabilitas Sampel Toksikologi pada


Korban Penyalahgunaan Narkotika

Pada saat pemilihan sampel untuk toksikologi untuk korban penyalahguna narkotika beberapa
hal harus dipertimbangkan yaitu sampel mudah untuk dianalisis, sampel mudah didapatkan,
pertimbangkan juga apakah yang dicari obat induk atau metabolitnya, waktu deteksi obat,

14
stabilitas obat pada spesimen, volume sampel yang diperlukan serta apakah referensi data
kuantitatif obat terhadap sampel yang kita pilih tersedia.

Penyimpanan sampel merupakan hal yang penting diperhatikan. Hal ini karena setelah
pengambilan sampel, proses degradasi obat oleh enzim tetap berlangsung walaupun diluar
tubuh. Degradasi ini diminimalisir dengan penyimpanan sampel dengan pengawet yang
adekuat dan disimpan disuhu yang rendah yaitu kulkas suhu 400C untuk waktu yang tidak
begitu lama dan – 200C untuk waktu lebih dari 2 minggu.5 Untuk mendapatkan hasil yang
valid dalam melakukan analisis toksikologi, kita perlu mengenali sifat dan stabilitas dari
analit. Studi-studi yang dilakukan oleh Giorgi SN dan Meeker JE terhadap stabilitas kokain,
benzoylecgonin, methampetamin, amphetamin, morfin, codein dan phencyclidine selama 5
tahun didapatkan hasil bahwa obat yang paling tidak stabil adalah kokain, benzoylecgonin
dan morfin. Sedangkan methampetamine dan PCP bersifat stabil..

Pemilihan sampel

Pemilihan sampel merupakan tahap yang penting dalam sebuah kasus keracunan. Royal
college

of pathologist, bagian forensik dan medikolegal telah menerbitkan guidelines untuk


menangani spesimen medikolegal dalam hal menjaga rantai barang bukti. Pada saat
pemilihan sampel untuk toksikologi pertimbangkan hal berikut:

1. Sampel mudah untuk dianalisis

2. Sampel mudah didapatkan, tidak invasif

3. Pertimbangkan apakah yang dicari obat induk atau metabolitnya

4. Waktu obat masih terdeteksi pada spesimen

5. Stabilitas obat pada spesimen

6. Volume sampel

7. Referensi data apakah tersedia

15
BAB III

PENUTUP
Pengambilan sampel adalah tahap pra analitik yang penting yang menentukan
validitas hasil pemeriksaan sampel toksikologis. Tahap sampling meliputi: penetapan
jenis sampel, penetapan lokasi sampling, dan penanganan sampel (pengawetan,
penyimpanan dan transport). Jenis sampel meliputi sampel biologis yang berupa
specimen yang berasal dari tubuh manusia dan sampel non biologis berupa cuplikan
zat yang dicurigai, serta residu kejadian (barang-barang yang diduga terkait dengan
kasus keracunan). Penanganan sampel bertujuan agar tidak terjadi perubahan analit
yang terkandung dalam sampel. Pemilihan jenis sampel harus mengingat
toksokinetika senyawa yang dicurigai. Masing-masing sampel memiliki kelebihan dan
kekurangan.Tujuan tambahan dari preparasi sampel dapat menghilangkan residu yang
tidak larut dan senyawa yang mengganggu, dan kadang-kadang konsentrasi atau
bahkan pengenceran analitik untuk menyesuaikan sensitivitas. Pilihan ekstraksi
pelarut yang bijaksana, termasuk ekstraksi balik terkontrol pH dari elektrolit lemah
menjadi larutan berair, kadang-kadang diikuti dengan ekstraksi ulang ke dalam
pelarut, dapat memperbaiki selektivitas dan sensitivitas.

16
DAFTAR PUSTAKA
Idayani, S. and Putri, N.L.N.D.D., 2020. HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN
PENGGUNAAN NAPZA JENIS AMPHETAMIN PADA MAHASISWA PERHOTELAN
PERGURUAN TINGGI DI KOTA DENPASAR TAHUN 2019: THE RELATIONSHIP OF
SMOKING BEHAVIOR WITH THE USE OF AMPHETAMIN TYPE OF DRUGS IN
HIGHER EDUCATION HOSPITALITY STUDENTS IN DENPASAR 2019. Bali Medika
Jurnal, 7(1), pp.138-145.

Manela, C., 2015. Pemilihan, penyimpanan dan stabilitas sampel toksikologi pada korban
penyalahgunaan narkotika. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1).

17

Anda mungkin juga menyukai