Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI

PRODUKSI SEDIAAN SUSPENSI PARACETAMOL


YANG BAIK

DOSEN PENGAMPU :
Prof. Dr. Teti Indrawati, M. Si., Apt

DISUSUN OLEH :

Widania Alifa (21340013)


Dicky Arif Hermawan (21340014)
Fandy Rezha Setiadi (21340015)
Aprilia Dwi Angraini (21340016)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2021
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada penyusun makalah yang berjudul Teknologi
Sediaan Suspensi Paracetamol sehingga dapat selesai dalam waktu yang
ditetapkan. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Teknologi Sediaan
Farmasi yang diberikan oleh Prof. Teti Indrawati, MS. Apt yang mungkin dapat
membantu teman-teman dalam mempelajari hal-hal penting dalam mata kuliah
ini.
Makalah ini dapat kami selesaikan karena hasil kerja keras sama tim yang
terkoordinir dengan baik. Karena itu pada kesempatan ini kami ingin
mengucapkan rasa syukur karena telah menyelesaikan tugas ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan berguna bagi


pembaca. Akhir kata penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Jakarta, Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
2.1 Suspensi ........................................................................................................ 3
2.2 Jenis Suspensi .............................................................................................. 3
2.3 Pada alur bahan, alur proses, alur produksi dan alur SDM pada
sediaan suspensi Paracetamol sebagai berikut : .................................... 4
2.4 Komponen Sediaan Suspensi .................................................................... 6
2.5 Metode Pembuatan Suspensi ..................................................................... 7
2.6 Evaluasi Sediaan Suspensi ......................................................................... 8
2.7 Karakteristik Suspensi ................................................................................ 9
2.8 CPOB ............................................................................................................ 9
2.8.1Aspek CPOB ................................................................................... 10
BAB III PEMBAHASAN .................................................................................. 18
3.1 Formulasi Suspensi Parasetamol ............................................................. 18
3.2 Pembuatan Suspensi.................................................................................. 18
3.3 Evaluasi Suspensi Parasetamol................................................................ 19
3.4 Hasil dan Pembahasan .............................................................................. 21
3.5 Pengemasan ................................................................................................ 29
3.6 Penyimpanan .............................................................................................. 30
3.7 Distribusi .......................................................................................................
30
BAB IV KESIMPULAN .................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 34

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Parasetamol merupakan zat aktif dengan karakteristik serbuk hablur putih,
tidak berbau, dan memiliki rasa sediki pahit. Parasetamol larut dalam 1:70 air
dingin, 1:20 air mendidih, 1:7 etanol, 1:13 aseton, 1:40 gliserol, 1:9 propilen
glikol serta larut dalam metanol, dimetil formalmida, etil diklorida, dan dalam
larutan alkali hidroksida. Parasetamol memiliki titik leleh 168-172ºC dan pH
5,3-6,5. Parasetamol memiliki efek farmakologi sebagai obat analgetik –
antipiretik. Dosis lazim untuk parasetamol adalah 500 – 1000 mg untuk pasien
dewasa. Parasetamol dapat dibuat menjadi sediaan tablet, sirup, elexir suspensi
dan injeksi.
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa serta mempunyai
diameter partikel yang sebagian besar lebih dari 0,1 mikron. Sediaan suspensi
parasetamol merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat
parasetamol tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Sistem terdispersi
terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai fase dispersi, terdistribusi
keseluruh medium pendispersi. Untuk menjamin stabilitas suspensi
parasetamol ditambahkan bahan tambahan yang disebut bahan pensuspensi
atau suspending agent. Syarat- syarat suspensi yang terdapat dalam
Farmakope Indonesia Edisi IV adalah zat yang terdispersi harus halus dan
tidak boleh cepat mengendap. Jika dikocok, perlahan-lahan endapan harus
segera terdispersi kembali, kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar
sediaan mudah dikocok dan dituang
Produksi sediaan suspensi yang baik mengikuti panduan dalam Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Produksi sediaan suspensi baiknya
menjamin manajemen mutu produk, personalia, bangunan dan fasilitas,
peralatan, sanitasi dan hiegiene dan dokumentasi dengan CPOB sebagai
panduan utama.
Atas dasar tersebut maka dibuat makalah teknologi sediaan suspensi
parasetamol agar mengetahui semua aspek dalam pembuatan sediaan suspensi
parasetamol yang baik,
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana alur bahan, alur proses dan alur produksi pada sediaan suspensi
parasetamol?
2. Bagaimana komponen yang digunakan pada sediaan suspensi
parasetamol?
3. Bagaimana ruangan, metode dan alat yang digunakan pada sediaan
suspensi parasetamol?
4. Bagaimana evaluasi yang digunakan pada sediaan suspensi parasetamol?
Bagaimana karakteristik yang digunakan pada sediaan suspensi
parasetamol?

2
1.3 Tujuan
1. Memahami alur bahan, alur proses dan alur produksi pada sediaan
suspensi parasetamol
2. Memahami komponen yang digunakan dalam sediaan suspens parasetamol
3. Memahami ruangan, metode dan alat yang digunakan pada sediaan
suspensi parasetamol
4. Memahami evaluasi yang digunakan dalam sediaan suspensi parasetamol.
5. Memahami karakteristik yang digunakan dalam sediaan suspensi
parasetamol.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu
suspensi yang siap digunakan atau suspensi yang direkonstitusi dengan
sejumlah air atau pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan.
Jenis produk ini umumnya campuran serbuk yang mengandung obat dan
bahan pensuspensi yang dengan melarutkan dan pengocokan dalam sejumlah
cairan pembawa (biasanya air murni) menghasilkan bentuk suspensi yang
cocok untuk diberikan.
2.2 Jenis Suspensi
Suspensi dalam dunia farmasi terdapat dalam berbagai macam bentuk. Hal
ini terkait dengan cara dan tuuan penggunaan sediaan suspense tersebut.
Beberapa bentuk sediaan suspensi antara lain :
1. Suspensi injeksi intramuscular (misal suspensi penulisin)
2. Suspensi subkutan
3. Suspensi optamik (tetes mata) (misal suspensi hidrokortison asetat)
4. Suspensi tetes telinga
5. Suspensi oral (misal suspensi Parasetamol)
6. Suspensi topical
7. Suspensi rektal (misal suspensi para nitro sulfatiazol)
2.3 Pada alur bahan, alur proses, alur produksi dan alur SDM pada sediaan
suspensi Paracetamol sebagai berikut :
a. Alur bahan
b. Alur produksi

5
c. Alur SDM

Alur produksi pembuatan minuman cair

2.4 Komponen Sediaan Suspensi


1. Bahan Aktif
Contoh : sulfur pracipitat, calamin, titanium dioksida
2. Bahan Tambahan
Pewarna : metilen blue, sunset yellow
Pengawet : nipagin 2 – 5%, nipasol 0,05-0,025%
3. Suspending Agent
a.Akasia (PGA)
Bahan ini diperoleh dari eksudat tanaman akasia sp, dapat larut dalam
air, tidak larut dalam alkohol, dan bersifat asam, viskositas optimum
mucilagonya adalah PH 5-9. Mucilage gom arab dengan kadar 35%
memiliki kekentalan kira kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah
dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan
pengawet. (ilmu resep syamsuni hal 139
b.Tragakhan

6
Mengandung tragakhan 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu
serbuk tragakhan dengan air 20x banyaknya sampai diperoleh suatu
massa yang homogen. Kemudian diencerkan dengan sisa dari
tragakhan lambat mengalami hidrasi. Sehingga untuk mempercepat
hidrasi biasanya dilakukan pemanasan, mucilago tragakhan juga lebih
kental daripada mucilago dari gom arab (ilmu resep syamsuni hal 140)
c. Mucilago Amily
Dibuat dengan amilum tritici 2% . (vanduin hal 58)
d. Solution Gum Arabicum
Mengandung gum arabikum 10% dan dibuat dengan jalan membuat
dahulu mucilage gom arab dari gom yang tersedia kemudian
mengencerkannya. (vanduin hal 58 )
e. Mucilago Saleb
Dibuat dengan serbuk saleb an serbuk saleb 1 % seharusnya dengan
serbuk yang telah snya dengan serbuk yang telah dihilangkan patinya
dengan pengayakan, dimana diperoleh suatu mucilage. (vanduin hal
58)
f. Solution Gummosa
Mengandung pulvis gummosus 2% dan dibuat dengan jalan menggerus
dahulu pulvis gummosus dengan air 7x banyaknya sampai diperoleh
suatu masa yang homogen dan mengencerkannya sedikit demi sedikit
(vanduin hal 58)

2.5 Metode Pembuatan Suspensi


Suspensi dapat dibuat dengan metode sebagai berikut:
1. Metode Dispersi
Pada metode ini dilakukan dengan cara serbuk bahan obat ke dalam
serbuk bahan obat ke dalam musilago yang telah terbentuk, kemudian baru
diencerkan. Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran pada
saat mendispersikan serbuk ke dalam pembawa. Hal tersebut karena
adanya t karena adanya udara lemak, atau kontaminasi serbuk. Serbuk
yang sangat halus mudah termasuki udara sehingga sukar dibasahi
tergantung pada besarnya sudut kontak antara zat terdispersi dengan
medium. Jika sudut kontak ±90° , serbuk akan mengembang diatas cairan.
Serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan
tegangan permukaan antara partikel zat padat dengan cairan tersebut
perlu ditambahkan zat pembasah atau wetting agent.
2. Granulated product
Pada metode ini terdapat beberapa proses yaitu :
a. Reduksi ukuran partikel
b. Pencampuran suspending agent, weating weating agent dan anti
foaming foaming agent
c. Pencampuran bahan aktif
d. Granulasi
e. Pengeringan
f. Miling
g. Final blend
3. Combination product
Bahan yang tiidak tahan panas ditambahkan setelah pengeringan granul.
4. Powder Blend
Pada metode ini komponen formula dicampur dalam bentuk serbuk. Bahan
dengan jumlah sedikit dilakukan pencampuran dua tahap, pertama
dicampur dengan bahan lain supaya didapat hasil yang homogen.

2.6 Evaluasi Sediaan Suspensi


1) Evaluasi Fisika
Distribusi ukuran partikel untuk sediaan sirup kering, distribusi partikel
partikel homogen homogen (tersalut) (tersalut) setelah setelah
direkonstitusi, direkonstitusi, dapat diamati diamati dari semakin besarnya
ukuran partikel maka rongga–rongga antar partikel partikel yang
terbentuk terbentuk pun semakin besar dan distribusinya menyebar di
dalam sediaan, sehingga setelah dikocok sediaan suspensi kering ini dapat
terdispersi homogen kembali.
2) Homogenitas
Sediaan suspensi terkonstisusi dilarutkan dengan air hingga mencapai
volume yang telah ditentukan yaitu 60 mL. Setelah itu, zat yang
terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok
perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Sediaan
terkonstitusi dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas
suspensi. Selain itu, kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar
sediaan mudah dikocok dan dituang.
3) Penetapan bobot jenis sediaan dengan piknometer
Pada penetapan bobot jenis sediaan suspensi kering menggunakan
piknometer. Untukmengetahui bobot jenis sediaan dapat diperoleh dari
selisih bobot piknometer yang telah diisi zat uji dengan bobot piknometer
kosong.
4) Volume terpindahkan
Volume rata-rata suspensi yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari
100% dan tidak satu pun volume wadah yang kurang dari 95% dari
volume yang dinyatakan dalam etiket.
5) Penetapan pH dengan menggunakan pH meter.
6) Kadar air Suspensi kering kadar air tidak lebih dari 3%
7) Penetapan waktu rekonstitusi
Penetapan ini dilakukan untuk menentukan lamanya waktu terkonstitusi
suatu sediaan. Dalam hal ini sediaan serbuk kering ditambahkan air,
kemudian dihitung waktu yang diperlukan sampai sediaan tersebut
membentuk suspensi dengan sempurna.
8) Volume sedimentasi dan kemampuan redisperse
Untuk sediaan suspensi kering yang baik diharapkan terdapat sedimentasi
yang besar atau tidak terjadi sama sekali (melarut homogen). Hal ini
penting karena dengan volume sedimentasi yang besar maka
kemungkinan untuk melarut secara homogen kembali akan lebih besar bila
dibandingkan dengan volume sedimentasi yang sedikit (dapat membentuk
caking). Untuk mengetahui kemampuan redispersi sediaan maka sediaan
yang sudah didiamkan dikocok kembali. Apabila setelah dikocok sediaan
mudah melarut kembali dan menjadi larutan yang homogen maka
kemampuan redispersinya baik.

2.7 Karakteristik Suspensi


Suatu sediaan suspensi yang baik harus memenuhi kriteria tertentu.

Kriteria tersebut adalah :

1. Pengendapan partikel lambat sehingga takaran pemakaian yang


serba sama dapat dipertahankan dengan pengocokan sediaan.
2. Seandaianya terjadi pengendapan selama penyimpanan harus dapat
segera terdispersi kembali apabila suspense dikocok.
3. Endapan yang trbentuk tidak boleh mengeras pada dasar wadah.
4. Viskositas suspensi tidak boleh terlalu tinggi sehingga sediaan dengan
mudah dapat dituang dari wadahnya.
5. Memberikan warna, bau, rasa serta warna yang menarik/
2.8 CPOB
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat
dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai
dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan
pengendalian mutu. Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah
sangat esensial untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang
bermutu tinggi.
Pembuatan secara sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang
digunakan untuk menyelamatkan jiwa, atau memulihkan, atau memelihara
kesehatan. Tidaklah cukup jika produk jadi hanya sekedar lulus dari
serangkaian pengujian, tetapi yang lebih penting adalah bahwa mutu harus
dibentuk ke dalam produk tersebut. Mutu obat tergantung pada bahan awal,
bahan pengemas, proses produksi dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan
yang dipakai, dan personel yang terlibat. Pemastian mutu suatu obat tidak
hanya mengandalkan pada pelaksanaan pengujian tertentu saja, namun obat
hendaklah dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau secara
cermat.
2.8.1 Aspek CPOB
1. Manajemen Mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai
dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum
dalam dokumen izin edar(registrasi) dan tidak menimbulkan risiko
yang membahayakan penggunanya karena tidakaman, mutu rendah
atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian
tujuan ini melalui suatu“Kebijakan Mutu”, yang memerlukan
partisipasi dan komitmen jajaran di semuadepartemen di dalam
perusahaan, parapemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan
mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan system
Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan
secara benar serta menginkorporasi Cara Pembuatan Obat yang Baik
termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu.
2. Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan
dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan
pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu, industri farmasi
bertanggung jawab untuk menyediakan personel yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan
semua tugas. Tiap personel hendaknya memahami dan
melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Seluruh
personel hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh
pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi
mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaan.
Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas
spesifik dan kewenangan daru personel pada posisi penanggung
jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas
mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta
mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai.
Struktur organisasi hendaklah sedemikian rupa sehingga
bagian produksi, pemastian mutu, dan pengawasan mutu dipimpin
oleh orang yang berlainan, yang tidak saling bertanggung jawab
satu terhadap yang lain. Masing-masing hendaklah diberi
wewenang penuh dan sarana pendukung yang diperlukan untuk
dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Hendaklah personel
tersebut tidak mempunyai kepentingan lain di luar organisasi yang
dapat menghambat atau membatasi kewajibannya dalam
melaksanakan tanggung jawab atau yang dapat menimbulkan
konflik kepentingan pribadi atau finansial.
Kepala bagian produksi dan kepala bagian pengawasan
mutu haruslah seorang apoteker yang cakap, terlatih, dan memiliki
pengalaman praktis yang memadai di bidang industri farmasi dan
keterampilan dalam kepemimpinan sehingga memungkinkan
melaksanakan tugas secara profesional. Kepala bagian produksi
hendaklah memiliki wewenang serta tanggung jawab penuh untuk
mengelola produksi obat. Kepala bagian pengawasan mutu adalah
satu-satunya yang memiliki wewenang untuk meluluskan bahan
awal, produk antara, produk ruahan, dan obat jadi bila prroduk
tersebut sesuai dengan spesifikasinya, atau menolaknya bila tidak
cocok dengan spesifikasinya, atau bila tidak dibuat sesuai dengan
prosedur yang disetujui dan kondisi yang ditentukan.
3. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki
desain, konstruksi dan letakyang memadai, serta disesuaikan
kondisinyadan dirawat dengan baik untuk
memudahkanpelaksanaan operasi yang benar. Tata letakdan desain
ruangan harus dibuat sedemikianrupa untuk memperkecil risiko
terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahanlain, serta
memudahkan pembersihan,sanitasi dan perawatan yang efektif
untukmenghindarkan pencemaran silang,penumpukan debu atau
kotoran, dan dampaklain yang dapat menurunkan mutu obat.
Tingkat kebersihan ruang/area untuk pembuatan obat hendaklah
diklasifikasikan sesuai dengan jumlah maksimum partikulat udara
yang diperbolehkan untuk tiap kelas kebersihan seperti di bawah
ini:
1) Kelas A
Untuk kegiatan yang beresiko tinggi, misalnya pengisian wadah
tutup karet, ampul, dan vial terbuka, penyambungan secara aseptik.
Umumnya kondisi ini dicapai dengan memasang unit aliran udara
laminar (laminar air flow) dengan kecepatan 0,36-0,54 m/detik.
Contoh kegiatan: pembuatan dan pengisian aseptik, pengisian salep
mata steril, pengisian bubuk steril dan pengisian suspensi steril.
2) Kelas B
Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptik, kelas ini adalah
lingkungan latar belakang untuk zona kelas A.
3) Kelas C
Untuk pembuatan larutan bila ada risiko di luar kebiasaan,
pengisian produk yang akan mengalami sterilisasi akhir.
4) Kelas D
Untuk melakukan tahap pembuatan produk steril dengan tingkat
risiko lebih rendah. Contoh kegiatan: penanganan komponen
setelah pencucian, pembuatan obat steril dengan sterilisasi akhir.
5) Kelas E
Ruang untuk pengolahan dan pengemasan primer obat non steril.
Contoh kegiatan: pembuatan salep, kecuali salep mata.
4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan
konstruksi yang tepat,ukuran yang memadai serta ditempatkan
dandikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain
serta seragam daribets-ke-bets dan untuk memudahkanpembersihan
serta perawatan agar dapatmencegah kontaminasi silang,
penumpukan debu atau kotoran dan hal-hal yangumumnya
berdampak buruk pada mutu produk.

Alat yang digunakan dalam pembuatan aracetamol :


a. Timbangan
b. Mortir
c. Batang pengaduk
d. Botol coklat
e. Spatula
f. Kertas perkamen
g. Gelas ukur
h. Erlenmeyer
i. Pipet tetes
j. Beaker glass

5. Sanitasi dan Higiene


Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggihendaklah diterapkan pada
setiap aspekpembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi danhigiene
meliputi personil, bangunan, peralatandan perlengkapan, bahan
produksi sertawadahnya, bahan pembersih dan desinfeksi,dan segala
sesuatu yang dapat merupakansumber pencemaran produk.
Sumberpencemaran potensial hendaklah dihilangkanmelalui suatu
program sanitasi dan higieneyang menyeluruh dan terpadu.
Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk
keamanan personel, hendaklah personel mengenakan pakaian
pelindung yang bersih dan sesuai dengan tugasnya termasuk
penutup rambut. Hendaklah dihindarkan bersentuhan langsung
antara tangan operator dengan bahan awal, produk antara dan
produk ruahan yang terbuka dan juga dengan bagian peralatan yang
bersentuhan dengan produk.
6. Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan; danmemenuhi ketentuan CPOB yang menjamin
senantiasa menghasilkan produk yangmemenuhi persyaratan mutu
serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar.
Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personel yang
kompeten. Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan
dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan,
penimbangan, pengolahan, pengemasan dan distribusi hendaklah
dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila
perlu dicatat.
Aspek produksi mencakup spesifikasi bahan awal; validasi proses
(pembersihan, sterilisasi, dan lainnya); prosedur tetap; sistem
penomoran bets/lot produk ruahan atau produk jadi; penimbangan
dan penyerahan bahan baku obat; pengembalian bahan baku obat;
pengolahan bahan baku menjadi produk obat jadi; monitoring; dan
dokumentasi.
Semua prosedur produksi hendaklah divalidasi dengan tepat, sesuai
dengan prosedur yang telah ditentukan dan catatan hasilnya
hendaklah didokumentasikan. Perubahan yang penting dalam
proses, baik itu penggantian alat maupun penggantian asal bahan
baku, hendaklah dilakukan validasi ulang. Hal ini untuk menjamin
bahwa perubahan tersebut akan tetap menghasilkan produk yang
memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
7. Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu merupakan bagian yangesensial dari Cara
Pembuatan Obat yang Baikuntuk memberikan kepastian bahwa
produksecara konsisten mempunyai mutu yangsesuai dengan tujuan
pemakaiannya.Keterlibatan dan komitmen semua pihak
yangberkepentingan pada semua tahapmerupakan keharusan untuk
mencapaisasaran mutu mulai dari awal pembuatansampai kepada
distribusi produk jadi.
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi,
pengujian serta termasukpengaturan, dokumentasi dan
prosedurpelulusan yang memastikan bahwa semuapengujian yang
relevan telah dilakukan, danbahan tidak diluluskan untuk dipakai
atauproduk diluluskan untuk dijual, sampaimutunya telah
dibuktikan memenuhipersyaratan.
Pengawasan Mutu tidak terbatas padakegiatan laboratorium, tapi
juga harus terlibatdalam semua keputusan yang terkait denganmutu
produk. Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi
dianggap hal yang fundamental agar Pengawasan Mutudapat
melakukan kegiatan dengan memuaskan.
8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu
Tujuan inspeksi diri adalah untukmengevaluasi apakah semua
aspek produksidan pengawasan mutu industri farmasimemenuhi
ketentuan CPOB. Programinspeksi diri hendaklah dirancang
untukmendeteksi kelemahan dalam pelaksanaanCPOB dan untuk
menetapkan tindakanperbaikan yang diperlukan. Inspeksi
dirihendaklah dilakukan secara independen danrinci oleh petugas
yang kompeten dariperusahaan yang dapat mengevaluasi
penerapan CPOB secara obyektif.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutindan, di samping itu,
pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan
kembaliobat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua
saran untuk tindakanperbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan
catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat
program tindak lanjut yang efektif.
9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk
dan Produk Kembalian
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan
kemungkinan terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan telitisesuai
dengan prosedur tertulis.Untuk menangani semua kasus
yangmendesak, hendaklah disusun suatu sistem,bila perlu mencakup
penarikan kembaliproduk yang diketahui atau diduga cacat dari
peredaran secara cepat dan efektif.
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali
dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari
peredaran. Penarikan kembali produk dilakukan jika ditemukan
produk yang cacat mutu atau jika ada laporan mengenai reaksi
merugikan yang serius serta beresiko terhadap kesehatan. Penarikan
kembali produk dapat berakibat penundaan atau penghentian
pembuatan obat tersebut. Produk yang ditarik kembali hendaklah
diberi identifikasi dan disimpan terpisah di area yang aman
sementara menunggu keputusan terhadap produk tersebut.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, kemudian
dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai
kerusakan, daluwarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau
kemasan yang menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah,
dan keamanan obat yang bersangkutan. Penanganan produk
kembalian dan tindak lanjutnya hendaklah didokumentasikan dan
dilaporkan. Bila produk harus dimusnahkan, dokumentasi
hendaklah mencakup berita acara pemusnahan yang diberi tanggal
dan ditandatangani oleh personel yang melaksanakan dan saksi.
10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yangbaik merupakan bagian yang esensial dari
pemastian mutu. Dokumentasi yang jelasadalah fundamental untuk
memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yangrelevan
secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah
tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya
mengandalkan komunikasi lisan. Dokumen Produksi Induk/Formula
Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi,laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan
dokumen adalah sangat penting.
11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara
benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindarkan kesalah
pahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan
mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi
Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas yang
menentukantanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak.
Kontrak harus menyatakansecara jelas prosedur pelulusan tiap
betsproduk untuk diedarkan yang menjaditanggung jawab penuh
kepala bagianManajemen Mutu (Pemastian Mutu).

12. Kualifikasi dan Validasi


Bagian ini menguraikan prinsip kualifikasi danvalidasi yang
dilakukan di industri farmasi.CPOB mensyaratkan industri farmasi
untukmengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti
pengendalian terhadap aspekkritis dari kegiatan yang dilakukan.
Perubahansignifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang
dapat memengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan
dengankajian risiko hendaklah digunakan untukmenentukan ruang
lingkup dan cakupan validasi.
Industri farmasi dan sarana yang tidak mengikuti acuan Pedoman
CPOB dikenai sanksi administratif sebagai berikut:
peringatan;
peringatan keras;
penghentian sementara kegiatan;
pembekuan Sertifikat CPOB
pencabutan Sertifikat CPOB; dan/atau
rekomendasi pencabutan izin industri farmas
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Produksi Sediaan Suspensi Paracetamol Yang Baik


Produksi suspensi Paracetamol yang baik dimulai dengan merancang formula

sediaan, menentukan metode pembuatan, evaluasi yang akan dilakukan, merancang

etiket serta kemasan dari produk yang dilakukan oleh bagian Research and Development

(R&D) dengan penanggung jawab seorang Apoteker.

Tahap formulasi yang telah selesai dan baik dapat dilakukan proses produksi oleh

bagian produksi yang dipimpin oleh Apoteker dimana ini dilakukan mulai dari proses sejak

bahan baku mulai diterima oleh departemen gudang hingga menghasilkan produk jadi yang

kemudian akan disimpan ke gudang finished good. Proses pengolahan tersebut

dilaksanakan sesuai dengan jadwal produksi bulanan yang telah disusun oleh departemen

PPIC.

Departemen QC dengan penanggung jawab seorang Apoteker yang terdaftar,

terkualifikasi dan memperoleh pelatihan yang sesuai akan selalu melakukan kontrol atau

pengawasan terhadap mutu suatu produk. Apoteker departemen QC akan dibantu oleh unit-

unit yang dimiliki, terdiri dari beberapa unit yaitu QC bahan awal, QC In Process Control

(IPC) dan QC bahan kemas. Quality Control (QC) bahan awal akan melakukan

pemeriksaan terhadap bahan awal. Pihak gudang akan memeriksa kelengkapan dokumen,

antara lain berupa surat jalan, Purchasing Order (PO), sertifikat analisis bahan (CoA) dari

bahan awal tersebut serta tampilan fisik, kesesuaian label dengan bahan dan kondisi bahan

awal. Bila kelengkapan dokumen telah tersedia dan pemeriksaan secara fisik telah
memenuhi syarat, maka gudang akan membuat BPB (Bukti Penerimaan Barang). BPB

terdiri dari 4 rangkap


yang kesemuanya diberikan kepada departemen QC untuk dilakukan analisa dan

untuk setiap bahan awal dibuat nomor kontrol oleh warehouse.

Pengendalian kualitas produk suspensi paracetamol dari produk awal (ketika proses

produksi masih berjalan) hingga produk ruahan dilakukan oleh QC IPC. Pada kegiatan ini

yang melakukan sampling pada saat proses produksi adalah operator dari departemen

produksi bertujuan untuk meminimalisir cross contamination. Unit QC bahan kemas

memiliki tanggung jawab yaitu malakukan pelulusan atau penolakan (disposisi) barang

masuk/incoming material, melakukan IPC pengemasan primer dan sekunder, dan

menyimpan retain sample produk jadi.

Departemen QA dengan penanggung jawab seorang apoteker yang terdaftar

dan terkualifikasi akan bertanggungjawab terhadap terhadap pereleasan produk jadi,

penyimpanan dan pemusnahan batch file, penanganan penyimpangan batch, penanganan

keluhan, barang kembalian dan penarikan kembali produk, pengkajian produk tahunan

(PPT), pembuatan Certificate of Analysis (COA), dan validasi dengan selalu memastikan

quality (kualitas), efficacy (efektivitas) dan safety (keamanan) dari produk yang telah di

buat oleh bagian produksi dengan menjamin semua produk sesuai dengan ketentuan-

ketentuan pada CPOB

3.2. Komponen Dan Rancangan Formulasi Suspensi Parasetamol


Formulasi suspensi parasetamol adalah sebagai berikut :
Komposisi Tiap Formulasi (%b/v)
Karakteristik bahan
Komponen Bahan
F1 F2 F3

Zat aktif Parasetamol 500 mg 500 mg 500 mg Serbuk hablur, putih, tidak berbau
rasa sedikit pahit
Suspending gom arab 2,5 - 2,5 Serbuk, putih kuning, hampir tidak
agent berbau, tawar seperti lendir
Suspending Na-CMC 0,25 - 0,75 Serbuk atau granul, putih sampai
agent krem, higroskopis, mudah terdisoersi
dalam air membentuk koloid

Natrosol HBR 1% -

Pembasah Propilenglikol 25 - 25 Cairan jernih,


kental,higrokopis,stabil bila dicamur
etanol
Pemanis Sorbitol 70% 20 - 20 Manis, kental, higroskopis, dapat
terurai dengan pemanasan
Pengaroma Oleum Citri 4 tetes - 4 tetes Cairan kuning pucat, bau khas, rasa
Jeruk 0.5 tetes pedas dan agak pahit, larut dalam 12
bagian volume etanoll 90%
Pewarna Sunset 0,1 - 0,1 Serbuk kuning kemerahan, didalam
Yellow larutan memberikan warna orange
terang, mudah larut dalam air
Jingga 0,25

Pelarut Aquades ad 100 ml 100 ml 100 ml Cairan jernih tidak berwarna tidak
berbau
Organoleptis: Organoleptis Organoleptis: Parameter :
-warna : -warna : jingga -warna : 1. Organoleptis :
kuning kekuningan kunimg 2. pH : 4,0 - 6
-bau : jeruk -bau : bau -bau : jeruk 3. volume sedimentasi : F = 1
-rasa : manis khas -rasa : manis 4. viskositas :
paracetamol
-rasa :
pH: 5,00 berkurangnya pH : 5,21
rasa jeruk
Karakteristik sediaan viskositas : Viskositas :
18,63 Ph : 3,9 39

volume Viskositas : Volume


sedimentasi : 50,20 sedimentasi :
0,28 0,1
Redisperse :
redisperse : 80% Redisperse :
terbentuk 75
cacking
Zat aktif, Zat aktif, Zat aktif,
suspending suspending suspending
agent, agent, agent,pemba
pembasah, pengaroma,p sah,
Komponen pemanis,peng ewarna pemanis,pen
aroma, pelarut. garoma,
pewarna, pewarna,
pelarut. pelarut

Metode Disperse Disperse Disperse


3.2 Pembuatan Suspensi
Langkah-langkah pembuatan suspensi pada formula 1 adalah sebagai berikut:

1. Semua bahan ditimbang dengan seksama.


2. Serbuk gom arab dilarutkan dengan air sebanyak 7 kalinya dalam
lumpang, Natrium karboksimetilselulosa ditaburkan kedalam air panas sebanyak
20 kalinya dan biarkan sampai mengembang dalam lumpang lain
3. Campurkan gom arab dan larutan Na-CMC
4. Larutkan parasetamol dengan propilenglikol
5. Tambahkan sorbitol gerus homogen.
6. Campuran ibuprofen ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran
serbuk gom arab dan Natrium karboksimetilselulose sambil diaduk homogen
7. Tambahkan pewarna kuning dan oleum citri 4 tetes, diaduk homogen kemudian
ditambahkan aquades hingga 100 ml.

Komponen utama yang digunakan pada pembuatan suspensi F1, F2, dan F3, yaitu

zat aktif,suspending, pembasah, pemanis, pengawet, pengaroma, pewarna, dan pelarut

berbeda. Hal ini bertujuan untuk melihat karakteristik masing-masing formula dan

mendapatkan formula terbaik untuk dibuat dalam volume yang lebih besar dan dipasarkan

secara massal.

Pada Formula 1 (F1) komponen suspensi terdiri dari zat aktif, pembasah, pelarut,

pemanis, pengawet, pengaroma, dan pewarna . Karakteristik sediaan yang diperoleh yaitu

larutan jernih, berwarna kuning dan berbau khas jeruk/orange akibat penambahan

pengaroma. Sediaan F1 memiliki pH 5 yang masih dalam range syarat suspense yang

diharapkan dengan viskositas 18,63. Viskositas yang diperoleh kemungkinan disebabkan

karena beberapa faktor yaitu: tekanan karena viskositas cairan naik, dengan naiknya

tekanan, kehadiran zat lain misalnya penambahan gula yang meningkatkan viskositas air,

ukuran dan berat molekul juga akan mempengaruhi viskositas naik dengan naiknya berat
molekul, kekuatan antar molekul viskositas juga akan mempengaruhi naiknya viskositas

karena dengan adanya ikatan hidrogen (Bird, 1987). Untuk volume sedimentasi berdasarkan

literatur nilai F = 1. Hasil volume sedimentasi formula 1 yaitu 0,28. Hal ini menunjukkan

bahwa formula satu sesuai persyaratan.

Hasil redispersi pada formula 1 adalah sediaan terbentuk cacking apabila terjadi caking pada

suspensi, maka akan sulit terdispersi kembali. Hal ini tidak sesuai dengan persyaratan

dimana sediaan suspense yang baik harus mampu terdispersi.

Dalam formula 2 (F2) menggunakan suspending agent natrosol Hbr 1% ,sebagai

pemanis digunakan sukrosa 25% dan sebagai pelarut aquadest ad 100%. Dalam formulasi

ini juga terdapat pewarna jingga untuk menghasilkan warna jingga serta perasa dan

pengaroma jeruk. Pada hasil organoleptis didapatkan rasa jeruk dalam formula suspensi.

Hal ini diduga karena penambahan pengaroma jeruk dan sukrosa sebagai pemanis. Hasil

pengujian pH didapatkan 3,9 yang artinya tidak memuhi persyaratan FI .

Formula 3 (F3) secara organoleptis dihasilkan warna larutan jenih berwarna kuning,

berbau khas jeruk, rasa manis akibat penambahan pengaroma. Sediaan F1 memiliki pH

5.21yang masih dalam range syarat suspense yang diharapkan dengan viskositas 39.

Viskositas yang diperoleh kemungkinan disebabkan karena beberapa faktor yaitu: tekanan

karena viskositas cairan naik, dengan naiknya tekanan, kehadiran zat lain misalnya

penambahan gula yang meningkatkan viskositas air, ukuran dan berat molekul juga akan

mempengaruhi viskositas naik dengan naiknya berat molekul, kekuatan antar molekul

viskositas juga akan mempengaruhi naiknya viskositas karena dengan adanya ikatan

hidrogen (Bird, 1987). Untuk volume sedimentasi berdasarkan literatur nilai F = 1. Hasil

volume sedimentasi formula 3 yaitu 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa formula satu sesuai

persyaratan. Hasil redispersi pada formula 3 adalah sediaan mampu terdispersi Kembali
sebanyak 75%. Redispersi ini dipengaruhi oleh partikel yang terbentuk dalam suatu system

suspensi, pada formula 3 partikel membentuk flok sehingga sediaan masih dapat

terdispersi kembali (Anief, 1994). Hal ini sesuai dengan persyaratan dimana sediaan

suspense yang baik harus mampu terdispersi.

Berdasarkan hasil evaluasi dari ketiga jenis formula, dapat disimpulkan bahwa F1, F2,

dan F3 masing – masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Formula suspense

paracetamol yang baik menggunakan na cmc dan gom arab sebagai suspending agent.

Namun dari segi penampilan F1 dan F3 memiliki penampilan menarik secara fisik karena

aroma jeruk dan warnanya yang cerah. F3 memiliki rasa yang manis daripada yang

lainnya sehingga memungkinkan lebih cocok untuk anak – anak.

Pembuatan suspense Paracetamol F1, F2, dan F3 menggunakan metode disperse untuk

menjamin fase disperse (padat) dengan mudah terbasahi dan dididespersikan.

3.3 ALUR PENGADAAN BARANG UNTUK PRODUKSI SEDIAAN

ELIKSIR PARACETAMOL

Pada alur bahan, bagian RnD melakukan perkembangan formula untuk membuat

pengadaan bahan dengan perintah pembuatan dari Production Planning and

Inventory Control (PPIC) yang dikepalai oleh Apoteker, dengan cara

mengeluarkan Surat MPR (Material Purchase Requisition). Surat tersebut kemudian

diserahkan ke bagian purchasing, kemudian bagian purchasing, melakukan pembelian

sesuai dengan kebutuhan. Bagian purchasing melakukan pembelian sesuai dengan

pemasok yang telah ditetapkan sebelumnya. Pembelian barang dilakukan oleh bagian

purchasing dengan cara mengeluarkan Purchase Order (PO) yang diserahkan ke

pemasok dan sudah mendapatkan persetujuan dari Plant Manager yang dikepalai

oleh Apoteker. Bahan yang diterima dari pemasok kemudian dilakukan pemeriksaan
dan pengujian bahan baku yang dilakukan oleh Quality Control (QC) yang dikepalai

oleh Apoteker kemudian dilakukan verifikasi secara fisik seperti identitas pemasok,

jenis dan jumlah kemasan, kondisi kemasan (bocor, rusak, kotor, dan lain- lain) dan

tersedianya sertifikat analisis/Certificate of Analysis (CoA), dari produsen bahan awal.

Kemudian bahan awal dikarantina di gudang sampai bahan tersebut diluluskan

untuk dipergunakan dalam proses produksi dan ditandai dengan label

“DIKARANTINA” berwarna kuning. Setelah itu dilakukan pengambilan sampel

untuk keperluan pemeriksaan kualitas sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

Jika bahan baku tidak memenuhi syarat maka dalam satu bets akan diberi label

“DITOLAK” berwarna merah kemudian dipindahkan ke area khusus untuk diproses

lebih lanjut yaitu dapat dilakukan pengembalian bahan ke suplier atau dimusnahkan,

dan untuk bahan baku yang memenuhi syarat maka diberi label “DILULUSKAN”

berwarna hijau dan disimpan dalam gudang penyimpanan. Setelah selesai dikarantina

dan diseleksi maka bahan baku ditimbang untuk pencampuran, setelah dilakukan

karantina kembali, produk antara dilakukan pengemasan yang dimasukan ke dalam

wadah penyimpanan produk jadi dan dikarantina kembali sehingga produk siap

diedarkan.

RnD melakukan perkembangan formula

PPIC membuat perintah pembuatan/produksi dan


mengeluarkan surat MPR (Material Purchase
Requisition)
Surat MPR diserahkan ke bagian purchasing

Bagian purchasing melakukan pembelian dengan cara


mengeluarkan Purchase Order (PO) dan PO diserahkan
ke pemasok

Gambar 1. Alur Pengadaan Bahan Baku


3.4 PRODUKSI

SEDIAAN ELIKSIR PARACETAMOL YANG BAIK (ALUR, PROSE PRODUKSI,

EVALUASI, PENGEMASAN, PENYIMPANAN, DAN DISTRIBUSI)

3.4.1. Alur Pengeluaran Bahan Baku dari Gudang

45
Gambar 3. Alur Pengeluaran Bahan Baku

3.4.2. Alur Produksi Sediaan Eliksir Paracetamol

1. Penyerahan bahan awal oleh personil yang berwenang sesuai dengan prosedur

yang telah disetujui. Catatan persediaan bahan disimpan dengan baik agar

rekonsiliasi persediaan dapat dilakukan.

46
Penimbangan bahan awal oleh personil yang berwenang sesuai prosedur tertulis

untuk memastikan bahan yang benar yang ditimbang atau diukur dengan akurat

ke dalam wadah yang bersih dan diberi label dengan benar.

3. Alat timbang diverifikasi setiap hari sebelum dipakai untuk membuktikan

bahwa kapasitas, ketelitian dan ketepatannya memenuhi persyaratan sesuai

denganjumlah bahan yang akan ditimbang.

4. Setiap tahap proses, produk dan bahan harus dilindungi terhadap pencemaran

mikroba dan pencemaran lain. Dan untuk menghindarkan terjadinya

kecampurbauran, pencemaran silang, hilangnya identitas dan keraguan, maka

hanya bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang terkait dari satu bets

saja yang boleh ditempatkan dalam area penyerahan. Setelah penimbangan,

penyerahan dan penandaan, bahan awal, produk antara dan produk ruahan

hendaklah diangkut dan disimpan dengan cara yang benar sehingga

keutuhannya tetap terjaga sampai saat pengolahan berikutnya.

5. Kegiatan pembuatan produk yang berbeda tidak boleh dilakukan bersamaan

atau berurutan di dalam ruang yang sama kecuali tidak ada risiko terjadinya

kecampur bauran ataupun cemaran silang.

6. Kondisi lingkungan di area pengolahan harus dipantau dan dikendalikan agar

selalu berada pada tingkat yang dipersyaratkan untuk kegiatan pengolahan.

Sebelum kegiatan pengolahan dimulai hendaklah diambil langkah untuk

memastikan area pengolahan dan peralatan bersih dan bebas dari bahan awal,

produk atau dokumen yang tidak diperlukan untuk kegiatan pengolahan yang

akan dilakukan.
7. Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan hendaklah diperiksa dan

dinyatakan bersih secara tertulis sebelum digunakan.

8. Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang

tertulis.

9. Tiap penyimpangan hendaklah dipertanggung jawabkan dan dilaporkan.

10. Wadah dan tutup yang dipakai untuk bahan yang akan diolah, produk antara

dan produk ruahan hendaklah bersih dan dibuat dari bahan yang tepat sifat dan

jenisnya untuk melindungi produk atau bahan terhadap pencemaran atau

kerusakan

Berikut ini adalah alur proses produksi yang dimulai dari penyerahan bahan

baku dan bahan pengemas, penimbangan, pengolahan produk hingga pengemasan

produk jadi:

Penyerahan Bahan Penyerahan Bahan Baku


Pengemas

Penimbangan
Botol
Pencampuran Larutan
IPC:

Pencucian Organoleptis
Kadar Zat Aktif
pH
BJ
Pengeringan Filling
IPC:

Karantina Uji Keseragaman


Volume
Uji Kebocoran
Etiket Packaging
Dus, Etiket, Box Pengemasan Sekunder IPC:
Kemasan

Produk Jadi

Gambar 4. Alur Produksi Sediaan Eliksir


Paracetamol

3.3 Evaluasi Suspensi Parasetamol


Penyimpanan dilakukan selama 8 minggu dan dilakukan evaluasi stabilitas
fisik suspensi paracetamol meliputi pemeriksaan:

1. Organoleptis
Evaluasi organoleptis suspensi dilakukan dengan menilai perubahan rasa,
warna, dan bau.
2. Bobot jenis
Bobot jenis diukur dengan menggunakan piknometer. Pada suhu ruang,
piknometer yang kering dan bersih ditimbang (A gram). Kemudian diisi
dengan air dan ditimbang kembali (A1 gram). Air dikeluarkan dari
piknometer dan piknometer dibersihkan. Sediaan lalu diisikan dalam
piknometer dan timbang (A2 gram). Bobot jenis sediaan dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:

Bobot jenis =
3. Viskositas
Uji visikositas dilakukan dengan menggunakan visikometer stormer. Cara
penentuan visikositas dari sediaan suspensi adalah sebagai berikut:
masukan sediaan suspensi sebanyak 50 mL kedalam cup. Alas wadah
dinaikkan sedemikian rupa sehingga slinder (bob) tetap berada ditengah –
tengah cup dan terbenam dalam sediaan. Skala diatur sehingga
menunjukkan angka nol. Berikan beban tertentu dan lepaskan kunci
pengatur putaran sehingga beban turun dan mengakibatkan bob berputar.
Catatlah waktu yang diperlukan bob untuk berputar 100 kali putaran.
Dengan menambah dan mengurangi beban akan didapat pengukuran pada
beberapa kecepatan geser. Hitung kecepatan geser dalam RPM dalam tiap
beban yang diberikan dengan persamaan sebagai berikut

Hitung visikositas sediaan pada tiap kecepatan geser dengan persamaan


sebagai berikut:

Kurva dibuat berdasarkan hubungan antara kecepatan geser terhadap


beban yang diberikan pada setiap sediaan.
4. Pengukuran pH
Suspensi parasetamol ditentukan dengan menggunakan pH meter digital.
Kalibrasi alat, lalu elektroda dari pH meter digital dicelupkan ke dalam
suspensi, biarkan selama 30 detik, catat nilai pH yang muncul pada layar
alat.
5. Volume Sedimentasi
Suspensi parasetamol (10 mL) dimasukkan ke dalam gelas ukur
bervolume 10 mL. Kemudian biarkan tersimpan tanpa gangguan, catat
volume awal (Vo), simpan maksimal hingga 4 minggu. Volume tersebut
merupakan volume akhir (Vu). Parameter pengendapan dari suatu
suspensi dapat ditentukan dengan mengukur volume sedimentasi (F) yaitu
perbandingan volume akhir endapan (Vu) dengan volume awal sebelum
terjadipengendapan (Vo) yaitu:

6. Redispersi
Evaluasi suspensi parasetamol ini dilakukan setelah pengukuran volume
sedimentasi konstan. Dilakukan secara manual dan hati-hati, tabung
reaksi diputar 180° dan dibalikkan ke posisi semula. Formulasi yang
dievaluasi ditentukan berdasarkan jumlah putaran yang diperlukan untuk
mendispersikan kembali endapan partikel parasetamol agar kembali
tersuspensi. Kemampuan redispersi bai bila suspensi telah terdispersi
sempurna dan diberi nilai 100%. Setiap pengulangan uji redispersi pada
sampel yang sama, maka akan menurunkan nilai redispersi sebesar 5%.
7. Freeze-thawcycling
Sebanyak 50 mL dari masing-masing formula dibekukan pada suhu 4° C dan
dicairkan pada suhu 40° C secara bergantian selama 24 jam sebanyak enam
siklus lalu dilanjtukan dengan evaluasi pertumbuhan kristal dengan pengamatan
mikroskopis langsung menggunakan mikroskop cahaya yang dilengkapi
dengan kamera.
8. Distribusi ukuran partikel
Masing-masing formula dievaluasi distribusi ukuran partikel yang dilakukan
secara mikroskopis cahaya menggunakan lensa okuler pada
100x (10x10) yang dilengkapi kamera. Ukuran partikel dilakukan dengan
mengukur 1000 partikel dari masing-masing formula dan dilakukan
pengelompokan ukuran partikel
Pada Tabel IX dapat dilihat hasil evaluasi volume sedimentasi suspensi

parasetamol Pengujian volume sedimentasi dilakukan untuk mengetahui

rasio pengendapan (F) yang terjadi selama penyimpanan waktu tertentu.

Pengujian volume sedimentasi yang mana suspensi dengan Volume

sedimentasi yang baik dari ketiga formula adalah pada F1 yang

mempunyai harga < 1 atau > 1.

Pengemasan Sediaan suspensi Paracetamol

Pengemasan mempunyai peran penting, sebab suatu sediaan tidak akan berarti

apabila pengemasannya buruk atau tidak sesuai dengan bentuk sediaan tersebut. Hal

ini dapat menyebabkan rusaknya bahan yang dikemas baik karena faktor fisik

(penyimpanan) maupun faktor kimia (stabilitas bahan yang dikemas). Pada

umumnya pengemasan berfungsi untuk menempatkan bahan atau hasil pengolahan

atau hasil industri dalam bentuk yang memudahkannya dalam penyimpanan,


pengangkutan, dan distribusi sampai ke tangan konsumen. Secara garis besar fungsi

pengemasan adalah sebagai berikut:

1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga ke konsumen, agar

produk tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran.

2. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar ultraviolet,

panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan

mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk.

3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat

komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada

kemasan.

4. Meningkatkan efisiensi, misalnya memudahkan penghitungan (satu kemasan

berisi 10, 1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan

penyimpanan. Hal ini penting dalam dunia perdagangan.

5. Melindungi pengaruh buruk dari luar, melindungi pengaruh buruk dari produk

di dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang berbau

tajam, atau produk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk yang

dapat menularkan warna, maka dengan mengemas produk ini dapat melindungi

produk- produk lain di sekitarnya.

6. Memperluas pemakaian dan pemasaran produk, misalnya penjualan kecap dan

sirup mengalami peningkatan sebagai akibat dari penggunaan kemasan botol

plastik.

7. Menambah daya tarik calon pembeli.

8. Sarana informasi dan iklan.


Pengemasan sediaan suspensi Paracetamol terdiri dari pengemasan primer,

sekunder, dan tersier, dimana pengemasan primer menggunakan botol berwarna

coklat, pengemasan sekunder menggunakan dus, dan pengemasan tersier

menggunakan karton.

3.4.5. Penyimpanan Sediaan suspensi Paracetamol

Suspense mengandung sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam

bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang

sesuai, yang ditujukan untuk penggunaan oral. baik disimpan dalam wadah-wadah

tertutup rapat, tahan cahaya untuk menjaga terhadap temperatur berlebihan.Dalam

kondisi penyimpanan khusus diperlukan pada label suhu dan kelembaban relatif,

yang harus terus dipantau. Produk farmasi harus disimpan di area yang mudah

dibersihkan dan dilakukan pemeriksaan. Palet harus disimpan dalam kondisi yang

baik dan bersih. Area penyimpanan harus bersih, dan bebas dari akumulasi

limbah dan hama. Agen pengendalian hama yang digunakan harus aman, dan tidak

boleh ada risiko kontaminasi terhadap produk farmasi.

Harus ada prosedur yang tepat untuk membersihkan tumpahan dan

memastikan tidak adanya risiko kontaminasi. Untuk produk dalam status karantina

dipastikan disimpan di area terpisah, ditandai dengan jelas dan aksesnya dibatasi.

3.4.6. Distribusi

Proses distribusi produk jadi kepada distributor dilakukan berdasarkan

packing list yang dikeluarkan oleh bagian marketing. Dalam hal ini distributor akan

mengirimkan order ke bagian marketing, kemudian marketing akan memasukkan

data pesanan dari distributor (placement order), setelah itu akan dikeluarkan

packing
list-nya. Packing list ini kemudian akan dihitung nilai rupiah dari barang yang akan

didistribusikan oleh bagian keuangan, sedangkan dari petugas gudang akan

menyiapkan barang yang diminta dan order distributor harus sudah sesuai dengan

multipack berdasarkan packing list yang diterima. Setelah barang yang diminta

sudah siap, maka akan dibuat surat panggilan ke distributor untuk mengambil

barang. Setelah itu, bagian keuangan akan melakukan pemotongan stok barang

yang ada di dalam sistem (shipment) dan mencetak invoice. Kemudian barang

tersebut akan diserahkan kepada distributor sesuai dengan jadwal yang ditentukan

dan proses penyerahan barang ke distributor dilakukan di ruang transito untuk

dilakukan cross check kesesuaian barang. Distribusi dipertanggungjawabkan oleh

Manager QA (Apoteker).

Fasilitas distribusi dari pemasok yang mempunyai izin sesuai dengan

peraturan perundang-undangan dan dikendalikan dengan prosedur tertulis untuk

meminimalkan resiko obat dan/atau bahan obat palsu memasuki rantai distribusi.

Fasilitas distribusi harus memastikan bahwa obat dan/atau bahan obat hanya

disalurkan kepada pihak yang berhak atau berwenang untuk menyerahkan obat ke

masyarakat dan memantau tiap transaksi yang dilakukan, dan melakukan

penyelidikan jika ditemukan penyimpangan pola transaksi obat dan atau bahan obat

yang berisiko terhadap penyalahgunaan. Obat dan/atau bahan obat yang diambil

harus memiliki masa simpan yang cukup sebelum kedaluwarsa dan berdasarkan

FEFO. Nomor bets obat dan/atau bahan obat harus dicatat. Beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam proses distribusi:


1. Aman dan bebas dari akses pihak yang tidak sah.

2. Identitas produk tidak mudah hilang.

3. Dokumen pengiriman (tanda tangan, identitas, stempel) kembali ke


PBF.

4. Pihak ketiga memahami kodisi penyimpanan.

5. Kontrak mencantumkan tanggung jawab saat terjadi hal yang tidak diinginkan

Karakteristik bahan
Komponen Bahan
Jumlah presentase

Zat aktif Parasetamol 500 mg Serbuk hablur, putih, tidak berbau rasa
sedikit pahit
Suspending gom arab 2,5 Serbuk, putih kuning, hampir tidak
agent berbau, tawar seperti lendir
Suspending Na-CMC 0,75 Serbuk atau granul, putih sampai krem,
agent higroskopis, mudah terdisoersi dalam air
membentuk koloid

Natrosol HBR -

Pembasah Propilenglikol 25 Cairan jernih, kental,higrokopis,stabil


bila dicamur etanol

Pemanis Sorbitol 70% 20 Manis, kental, higroskopis, dapat terurai


dengan pemanasan
Pengaroma Oleum Citri 4 tetes Cairan kuning pucat, bau khas, rasa
Jeruk pedas dan agak pahit, larut dalam 12
bagian volume etanoll 90%
Pewarna Sunset 0,1 Serbuk kuning kemerahan, didalam
Yellow larutan memberikan warna orange
terang, mudah larut dalam air
Jingga

Pelarut Aquades ad 100 ml Cairan jernih tidak berwarna tidak


berbau
Organoleptis: Parameter :
-warna : kunimg 1. Organoleptis :
-bau : jeruk 2. pH : 4,0 - 6
-rasa : manis 3. volume sedimentasi : F = 1
4. viskositas :

pH : 5,21
Karakteristik sediaan
Viskositas : 39

Volume sedimentasi :
0,1

Redisperse : 75

Zat aktif, suspending


agent,pembasah,
Komponen pemanis,pengaroma,
pewarna, pelarut

Metode Disperse

Organoleptis, Ph,
viskositas, volume
Evaluasi sedimentasi,
redisperse.
BAB IV
KESIMPULAN

1. Produksi sediaan suspensi parasetamol yang baik dimulai dengan merancang


formula sediaan oleh bagian Research and Development (R&D) dikepalai oleh satu
orang Apoteker. Kemudian departemen PPIC yang dikepalai oleh seorang apoteker
melakukan proses pengadaan barang. Proses selanjutnya dilanjutkan oleh
departemen produksi untuk membuat jadwal produksi yang dipimpin seorang
Apoteker. Selama produksi sediaan suspensi parasetamol departemen QC dengan
penanggung jawab seorang Apoteker melakukan kontrol atau pengawasan mutu pada
setiap proses produksi sediaan suspensi Paracetamol. Kemudian, bagian QA yang
dikepalai seorang apoteker bertanggungjawab terhadap memberikan izin perilisan
produk jadi yang telah di buat oleh bagian produksi dengan menjamin semua produk
sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada CPOB
2. Komponen yang digunakan untuk pembuatan suspensi parasetamol adalah zat aktif
(parasetamol), suspending agent (akasia, tragakan dan Na-CMC), pengawet (nipagin,
nipasol dan Na-benzoat), pelarut (aquadest) , pemanis (sorbitol, manitol) dan
emollient (gliserin).
3. Alur pengadaan barang untuk produksi sediaan suspensi Paracetamol diawali
dengan permintaan bahan baku oleh bagian Production Planning and Inventory
Control (PPIC) yang dikepalai oleh Apoteker dengan cara mengeluarkan surat MPR
(Material Purchase Requisition), surat tersebut kemudian diserahkan ke
bagian Purchasing. Bagian Purchasing melakukan pembelian sesuai dengan
kebutuhan dengan cara mengeluarkan Purchase Order (PO) yang diserahkan ke
pemasok dan sudah mendapatkan persetujuan dari Plant Manager yang dikepalai
oleh Apoteker. Bahan yang diterima dari pemasok kemudian dilakukan
pemeriksaan dan pengujian bahan baku yang dilakukan oleh Quality Control (QC)
yang dikepalai oleh Apoteker. Alur bahan baku dimulai dari bahan baku diterima,
dikarantina (label kuning), pemeriksaan kualitas oleh bagian QC dengan
penanggungjawab seorang Apoteker, jika bahan baku sesuai spesifikasi dan dapat
diterima maka diberi label hijau sedangkan yang ditolak diberi label merah
4. Alur produksi sediaan suspensi paracetamol yang baik dimulai dari proses
Penimbangan → Pencampuran → IPC (organoleptis, kadar zat aktif, pH, BJ) →
Filling → Karantina → IPC (uji keseragaman volume dan uji kebocoran) →
Pengemasan dan Pelabelan (pengemasan primer menggunakan botol, sekunder
menggunakan dus, tersier menggunakan karton) → IPC (kemasan) → Produk Jadi →
Penyimpanan (di tempat yang bersih, di atas palet dengan suhu dan kelembaban yang
terus dipantau) → Distribusi (distributor akan mengirimkan order ke bagian
marketing, kemudian marketing akan memasukkan data pesanan dari distributor
(placement order), setelah itu akan dikeluarkan packing list-nya)
5. Formula suspensi parasetamol yang dibuat adalah paracetamol 500 mg dengan bahan
tambahannya gom arab 2,5% , Na-CMC 0,75% , Propilenglikol 25% , Sorbitol 70%,
Oleum citri 4 tetes, pewarna sunset yelllow 0,1 % dan aquadest ad 100 ml. Suspensi
parasetamol dibuat dengan metode dispersi yakni partikel suspensi dalam keadaan
terpisah satu dengan yang lain, dan masing-masing partikel mengendap secara
terpisah Karakterisitik hasil evaluasi suspensi yang dihasilkan dari formulasi adalah
pH 5,21, volume sedimentasi 0,1 dan 75% redispersi dilakukan uji stabilitas
dipercepat.
59
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta
Banker, G. S., and Anderson, N. R., 1986, Tablet in Lachman, L., Lieberman
H.A., (Editor), The Theory Practice of Industrial Pharmacy, Leo and Febiger,
Philadelphia
Banker, G. S., and Anderson, N. R., 1986, Tablet in Lachman, L., Lieberman
H.A., (Editor), The Theory Practice of Industrial Pharmacy, Leo and Febiger,
Philadelphia
Senthil. V, et al. 2011. Formulation and Evaluation of Paracetamol Suspension
from Trigonella Foenum Graecum Mucilage. India : Journal of Advanced
Pharmacy Education and Research

Noviza, Deni. et al. 2015. Solubillasi Parasetamol dengan Ryoto Sugar Ester dan
Propilen Glikol. Padang : Jurnal Sains Farmasi dan Klinis
35
36

Anda mungkin juga menyukai