DOSEN PENGAMPU :
Prof. Dr. Teti Indrawati, M. Si., Apt
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada penyusun makalah yang berjudul Teknologi
Sediaan Suspensi Paracetamol sehingga dapat selesai dalam waktu yang
ditetapkan. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Teknologi Sediaan
Farmasi yang diberikan oleh Prof. Teti Indrawati, MS. Apt yang mungkin dapat
membantu teman-teman dalam mempelajari hal-hal penting dalam mata kuliah
ini.
Makalah ini dapat kami selesaikan karena hasil kerja keras sama tim yang
terkoordinir dengan baik. Karena itu pada kesempatan ini kami ingin
mengucapkan rasa syukur karena telah menyelesaikan tugas ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
2.1 Suspensi ........................................................................................................ 3
2.2 Jenis Suspensi .............................................................................................. 3
2.3 Pada alur bahan, alur proses, alur produksi dan alur SDM pada
sediaan suspensi Paracetamol sebagai berikut : .................................... 4
2.4 Komponen Sediaan Suspensi .................................................................... 6
2.5 Metode Pembuatan Suspensi ..................................................................... 7
2.6 Evaluasi Sediaan Suspensi ......................................................................... 8
2.7 Karakteristik Suspensi ................................................................................ 9
2.8 CPOB ............................................................................................................ 9
2.8.1Aspek CPOB ................................................................................... 10
BAB III PEMBAHASAN .................................................................................. 18
3.1 Formulasi Suspensi Parasetamol ............................................................. 18
3.2 Pembuatan Suspensi.................................................................................. 18
3.3 Evaluasi Suspensi Parasetamol................................................................ 19
3.4 Hasil dan Pembahasan .............................................................................. 21
3.5 Pengemasan ................................................................................................ 29
3.6 Penyimpanan .............................................................................................. 30
3.7 Distribusi .......................................................................................................
30
BAB IV KESIMPULAN .................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 34
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.3 Tujuan
1. Memahami alur bahan, alur proses dan alur produksi pada sediaan
suspensi parasetamol
2. Memahami komponen yang digunakan dalam sediaan suspens parasetamol
3. Memahami ruangan, metode dan alat yang digunakan pada sediaan
suspensi parasetamol
4. Memahami evaluasi yang digunakan dalam sediaan suspensi parasetamol.
5. Memahami karakteristik yang digunakan dalam sediaan suspensi
parasetamol.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu
suspensi yang siap digunakan atau suspensi yang direkonstitusi dengan
sejumlah air atau pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan.
Jenis produk ini umumnya campuran serbuk yang mengandung obat dan
bahan pensuspensi yang dengan melarutkan dan pengocokan dalam sejumlah
cairan pembawa (biasanya air murni) menghasilkan bentuk suspensi yang
cocok untuk diberikan.
2.2 Jenis Suspensi
Suspensi dalam dunia farmasi terdapat dalam berbagai macam bentuk. Hal
ini terkait dengan cara dan tuuan penggunaan sediaan suspense tersebut.
Beberapa bentuk sediaan suspensi antara lain :
1. Suspensi injeksi intramuscular (misal suspensi penulisin)
2. Suspensi subkutan
3. Suspensi optamik (tetes mata) (misal suspensi hidrokortison asetat)
4. Suspensi tetes telinga
5. Suspensi oral (misal suspensi Parasetamol)
6. Suspensi topical
7. Suspensi rektal (misal suspensi para nitro sulfatiazol)
2.3 Pada alur bahan, alur proses, alur produksi dan alur SDM pada sediaan
suspensi Paracetamol sebagai berikut :
a. Alur bahan
b. Alur produksi
5
c. Alur SDM
6
Mengandung tragakhan 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu
serbuk tragakhan dengan air 20x banyaknya sampai diperoleh suatu
massa yang homogen. Kemudian diencerkan dengan sisa dari
tragakhan lambat mengalami hidrasi. Sehingga untuk mempercepat
hidrasi biasanya dilakukan pemanasan, mucilago tragakhan juga lebih
kental daripada mucilago dari gom arab (ilmu resep syamsuni hal 140)
c. Mucilago Amily
Dibuat dengan amilum tritici 2% . (vanduin hal 58)
d. Solution Gum Arabicum
Mengandung gum arabikum 10% dan dibuat dengan jalan membuat
dahulu mucilage gom arab dari gom yang tersedia kemudian
mengencerkannya. (vanduin hal 58 )
e. Mucilago Saleb
Dibuat dengan serbuk saleb an serbuk saleb 1 % seharusnya dengan
serbuk yang telah snya dengan serbuk yang telah dihilangkan patinya
dengan pengayakan, dimana diperoleh suatu mucilage. (vanduin hal
58)
f. Solution Gummosa
Mengandung pulvis gummosus 2% dan dibuat dengan jalan menggerus
dahulu pulvis gummosus dengan air 7x banyaknya sampai diperoleh
suatu masa yang homogen dan mengencerkannya sedikit demi sedikit
(vanduin hal 58)
etiket serta kemasan dari produk yang dilakukan oleh bagian Research and Development
Tahap formulasi yang telah selesai dan baik dapat dilakukan proses produksi oleh
bagian produksi yang dipimpin oleh Apoteker dimana ini dilakukan mulai dari proses sejak
bahan baku mulai diterima oleh departemen gudang hingga menghasilkan produk jadi yang
dilaksanakan sesuai dengan jadwal produksi bulanan yang telah disusun oleh departemen
PPIC.
terkualifikasi dan memperoleh pelatihan yang sesuai akan selalu melakukan kontrol atau
pengawasan terhadap mutu suatu produk. Apoteker departemen QC akan dibantu oleh unit-
unit yang dimiliki, terdiri dari beberapa unit yaitu QC bahan awal, QC In Process Control
(IPC) dan QC bahan kemas. Quality Control (QC) bahan awal akan melakukan
pemeriksaan terhadap bahan awal. Pihak gudang akan memeriksa kelengkapan dokumen,
antara lain berupa surat jalan, Purchasing Order (PO), sertifikat analisis bahan (CoA) dari
bahan awal tersebut serta tampilan fisik, kesesuaian label dengan bahan dan kondisi bahan
awal. Bila kelengkapan dokumen telah tersedia dan pemeriksaan secara fisik telah
memenuhi syarat, maka gudang akan membuat BPB (Bukti Penerimaan Barang). BPB
Pengendalian kualitas produk suspensi paracetamol dari produk awal (ketika proses
produksi masih berjalan) hingga produk ruahan dilakukan oleh QC IPC. Pada kegiatan ini
yang melakukan sampling pada saat proses produksi adalah operator dari departemen
memiliki tanggung jawab yaitu malakukan pelulusan atau penolakan (disposisi) barang
keluhan, barang kembalian dan penarikan kembali produk, pengkajian produk tahunan
(PPT), pembuatan Certificate of Analysis (COA), dan validasi dengan selalu memastikan
quality (kualitas), efficacy (efektivitas) dan safety (keamanan) dari produk yang telah di
buat oleh bagian produksi dengan menjamin semua produk sesuai dengan ketentuan-
Zat aktif Parasetamol 500 mg 500 mg 500 mg Serbuk hablur, putih, tidak berbau
rasa sedikit pahit
Suspending gom arab 2,5 - 2,5 Serbuk, putih kuning, hampir tidak
agent berbau, tawar seperti lendir
Suspending Na-CMC 0,25 - 0,75 Serbuk atau granul, putih sampai
agent krem, higroskopis, mudah terdisoersi
dalam air membentuk koloid
Natrosol HBR 1% -
Pelarut Aquades ad 100 ml 100 ml 100 ml Cairan jernih tidak berwarna tidak
berbau
Organoleptis: Organoleptis Organoleptis: Parameter :
-warna : -warna : jingga -warna : 1. Organoleptis :
kuning kekuningan kunimg 2. pH : 4,0 - 6
-bau : jeruk -bau : bau -bau : jeruk 3. volume sedimentasi : F = 1
-rasa : manis khas -rasa : manis 4. viskositas :
paracetamol
-rasa :
pH: 5,00 berkurangnya pH : 5,21
rasa jeruk
Karakteristik sediaan viskositas : Viskositas :
18,63 Ph : 3,9 39
Komponen utama yang digunakan pada pembuatan suspensi F1, F2, dan F3, yaitu
berbeda. Hal ini bertujuan untuk melihat karakteristik masing-masing formula dan
mendapatkan formula terbaik untuk dibuat dalam volume yang lebih besar dan dipasarkan
secara massal.
Pada Formula 1 (F1) komponen suspensi terdiri dari zat aktif, pembasah, pelarut,
pemanis, pengawet, pengaroma, dan pewarna . Karakteristik sediaan yang diperoleh yaitu
larutan jernih, berwarna kuning dan berbau khas jeruk/orange akibat penambahan
pengaroma. Sediaan F1 memiliki pH 5 yang masih dalam range syarat suspense yang
karena beberapa faktor yaitu: tekanan karena viskositas cairan naik, dengan naiknya
tekanan, kehadiran zat lain misalnya penambahan gula yang meningkatkan viskositas air,
ukuran dan berat molekul juga akan mempengaruhi viskositas naik dengan naiknya berat
molekul, kekuatan antar molekul viskositas juga akan mempengaruhi naiknya viskositas
karena dengan adanya ikatan hidrogen (Bird, 1987). Untuk volume sedimentasi berdasarkan
literatur nilai F = 1. Hasil volume sedimentasi formula 1 yaitu 0,28. Hal ini menunjukkan
Hasil redispersi pada formula 1 adalah sediaan terbentuk cacking apabila terjadi caking pada
suspensi, maka akan sulit terdispersi kembali. Hal ini tidak sesuai dengan persyaratan
pemanis digunakan sukrosa 25% dan sebagai pelarut aquadest ad 100%. Dalam formulasi
ini juga terdapat pewarna jingga untuk menghasilkan warna jingga serta perasa dan
pengaroma jeruk. Pada hasil organoleptis didapatkan rasa jeruk dalam formula suspensi.
Hal ini diduga karena penambahan pengaroma jeruk dan sukrosa sebagai pemanis. Hasil
Formula 3 (F3) secara organoleptis dihasilkan warna larutan jenih berwarna kuning,
berbau khas jeruk, rasa manis akibat penambahan pengaroma. Sediaan F1 memiliki pH
5.21yang masih dalam range syarat suspense yang diharapkan dengan viskositas 39.
Viskositas yang diperoleh kemungkinan disebabkan karena beberapa faktor yaitu: tekanan
karena viskositas cairan naik, dengan naiknya tekanan, kehadiran zat lain misalnya
penambahan gula yang meningkatkan viskositas air, ukuran dan berat molekul juga akan
mempengaruhi viskositas naik dengan naiknya berat molekul, kekuatan antar molekul
viskositas juga akan mempengaruhi naiknya viskositas karena dengan adanya ikatan
hidrogen (Bird, 1987). Untuk volume sedimentasi berdasarkan literatur nilai F = 1. Hasil
volume sedimentasi formula 3 yaitu 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa formula satu sesuai
persyaratan. Hasil redispersi pada formula 3 adalah sediaan mampu terdispersi Kembali
sebanyak 75%. Redispersi ini dipengaruhi oleh partikel yang terbentuk dalam suatu system
suspensi, pada formula 3 partikel membentuk flok sehingga sediaan masih dapat
terdispersi kembali (Anief, 1994). Hal ini sesuai dengan persyaratan dimana sediaan
Berdasarkan hasil evaluasi dari ketiga jenis formula, dapat disimpulkan bahwa F1, F2,
paracetamol yang baik menggunakan na cmc dan gom arab sebagai suspending agent.
Namun dari segi penampilan F1 dan F3 memiliki penampilan menarik secara fisik karena
aroma jeruk dan warnanya yang cerah. F3 memiliki rasa yang manis daripada yang
Pembuatan suspense Paracetamol F1, F2, dan F3 menggunakan metode disperse untuk
ELIKSIR PARACETAMOL
Pada alur bahan, bagian RnD melakukan perkembangan formula untuk membuat
pemasok yang telah ditetapkan sebelumnya. Pembelian barang dilakukan oleh bagian
pemasok dan sudah mendapatkan persetujuan dari Plant Manager yang dikepalai
oleh Apoteker. Bahan yang diterima dari pemasok kemudian dilakukan pemeriksaan
dan pengujian bahan baku yang dilakukan oleh Quality Control (QC) yang dikepalai
oleh Apoteker kemudian dilakukan verifikasi secara fisik seperti identitas pemasok,
jenis dan jumlah kemasan, kondisi kemasan (bocor, rusak, kotor, dan lain- lain) dan
untuk keperluan pemeriksaan kualitas sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Jika bahan baku tidak memenuhi syarat maka dalam satu bets akan diberi label
lebih lanjut yaitu dapat dilakukan pengembalian bahan ke suplier atau dimusnahkan,
dan untuk bahan baku yang memenuhi syarat maka diberi label “DILULUSKAN”
berwarna hijau dan disimpan dalam gudang penyimpanan. Setelah selesai dikarantina
dan diseleksi maka bahan baku ditimbang untuk pencampuran, setelah dilakukan
wadah penyimpanan produk jadi dan dikarantina kembali sehingga produk siap
diedarkan.
45
Gambar 3. Alur Pengeluaran Bahan Baku
1. Penyerahan bahan awal oleh personil yang berwenang sesuai dengan prosedur
yang telah disetujui. Catatan persediaan bahan disimpan dengan baik agar
46
Penimbangan bahan awal oleh personil yang berwenang sesuai prosedur tertulis
untuk memastikan bahan yang benar yang ditimbang atau diukur dengan akurat
4. Setiap tahap proses, produk dan bahan harus dilindungi terhadap pencemaran
hanya bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang terkait dari satu bets
penyerahan dan penandaan, bahan awal, produk antara dan produk ruahan
atau berurutan di dalam ruang yang sama kecuali tidak ada risiko terjadinya
memastikan area pengolahan dan peralatan bersih dan bebas dari bahan awal,
produk atau dokumen yang tidak diperlukan untuk kegiatan pengolahan yang
akan dilakukan.
7. Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan hendaklah diperiksa dan
tertulis.
10. Wadah dan tutup yang dipakai untuk bahan yang akan diolah, produk antara
dan produk ruahan hendaklah bersih dan dibuat dari bahan yang tepat sifat dan
kerusakan
Berikut ini adalah alur proses produksi yang dimulai dari penyerahan bahan
produk jadi:
Penimbangan
Botol
Pencampuran Larutan
IPC:
Pencucian Organoleptis
Kadar Zat Aktif
pH
BJ
Pengeringan Filling
IPC:
Produk Jadi
1. Organoleptis
Evaluasi organoleptis suspensi dilakukan dengan menilai perubahan rasa,
warna, dan bau.
2. Bobot jenis
Bobot jenis diukur dengan menggunakan piknometer. Pada suhu ruang,
piknometer yang kering dan bersih ditimbang (A gram). Kemudian diisi
dengan air dan ditimbang kembali (A1 gram). Air dikeluarkan dari
piknometer dan piknometer dibersihkan. Sediaan lalu diisikan dalam
piknometer dan timbang (A2 gram). Bobot jenis sediaan dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
Bobot jenis =
3. Viskositas
Uji visikositas dilakukan dengan menggunakan visikometer stormer. Cara
penentuan visikositas dari sediaan suspensi adalah sebagai berikut:
masukan sediaan suspensi sebanyak 50 mL kedalam cup. Alas wadah
dinaikkan sedemikian rupa sehingga slinder (bob) tetap berada ditengah –
tengah cup dan terbenam dalam sediaan. Skala diatur sehingga
menunjukkan angka nol. Berikan beban tertentu dan lepaskan kunci
pengatur putaran sehingga beban turun dan mengakibatkan bob berputar.
Catatlah waktu yang diperlukan bob untuk berputar 100 kali putaran.
Dengan menambah dan mengurangi beban akan didapat pengukuran pada
beberapa kecepatan geser. Hitung kecepatan geser dalam RPM dalam tiap
beban yang diberikan dengan persamaan sebagai berikut
6. Redispersi
Evaluasi suspensi parasetamol ini dilakukan setelah pengukuran volume
sedimentasi konstan. Dilakukan secara manual dan hati-hati, tabung
reaksi diputar 180° dan dibalikkan ke posisi semula. Formulasi yang
dievaluasi ditentukan berdasarkan jumlah putaran yang diperlukan untuk
mendispersikan kembali endapan partikel parasetamol agar kembali
tersuspensi. Kemampuan redispersi bai bila suspensi telah terdispersi
sempurna dan diberi nilai 100%. Setiap pengulangan uji redispersi pada
sampel yang sama, maka akan menurunkan nilai redispersi sebesar 5%.
7. Freeze-thawcycling
Sebanyak 50 mL dari masing-masing formula dibekukan pada suhu 4° C dan
dicairkan pada suhu 40° C secara bergantian selama 24 jam sebanyak enam
siklus lalu dilanjtukan dengan evaluasi pertumbuhan kristal dengan pengamatan
mikroskopis langsung menggunakan mikroskop cahaya yang dilengkapi
dengan kamera.
8. Distribusi ukuran partikel
Masing-masing formula dievaluasi distribusi ukuran partikel yang dilakukan
secara mikroskopis cahaya menggunakan lensa okuler pada
100x (10x10) yang dilengkapi kamera. Ukuran partikel dilakukan dengan
mengukur 1000 partikel dari masing-masing formula dan dilakukan
pengelompokan ukuran partikel
Pada Tabel IX dapat dilihat hasil evaluasi volume sedimentasi suspensi
Pengemasan mempunyai peran penting, sebab suatu sediaan tidak akan berarti
apabila pengemasannya buruk atau tidak sesuai dengan bentuk sediaan tersebut. Hal
ini dapat menyebabkan rusaknya bahan yang dikemas baik karena faktor fisik
3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat
komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada
kemasan.
5. Melindungi pengaruh buruk dari luar, melindungi pengaruh buruk dari produk
di dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang berbau
tajam, atau produk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk yang
dapat menularkan warna, maka dengan mengemas produk ini dapat melindungi
plastik.
menggunakan karton.
bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang
sesuai, yang ditujukan untuk penggunaan oral. baik disimpan dalam wadah-wadah
kondisi penyimpanan khusus diperlukan pada label suhu dan kelembaban relatif,
yang harus terus dipantau. Produk farmasi harus disimpan di area yang mudah
dibersihkan dan dilakukan pemeriksaan. Palet harus disimpan dalam kondisi yang
baik dan bersih. Area penyimpanan harus bersih, dan bebas dari akumulasi
limbah dan hama. Agen pengendalian hama yang digunakan harus aman, dan tidak
memastikan tidak adanya risiko kontaminasi. Untuk produk dalam status karantina
dipastikan disimpan di area terpisah, ditandai dengan jelas dan aksesnya dibatasi.
3.4.6. Distribusi
packing list yang dikeluarkan oleh bagian marketing. Dalam hal ini distributor akan
data pesanan dari distributor (placement order), setelah itu akan dikeluarkan
packing
list-nya. Packing list ini kemudian akan dihitung nilai rupiah dari barang yang akan
menyiapkan barang yang diminta dan order distributor harus sudah sesuai dengan
multipack berdasarkan packing list yang diterima. Setelah barang yang diminta
sudah siap, maka akan dibuat surat panggilan ke distributor untuk mengambil
barang. Setelah itu, bagian keuangan akan melakukan pemotongan stok barang
yang ada di dalam sistem (shipment) dan mencetak invoice. Kemudian barang
tersebut akan diserahkan kepada distributor sesuai dengan jadwal yang ditentukan
Manager QA (Apoteker).
meminimalkan resiko obat dan/atau bahan obat palsu memasuki rantai distribusi.
Fasilitas distribusi harus memastikan bahwa obat dan/atau bahan obat hanya
disalurkan kepada pihak yang berhak atau berwenang untuk menyerahkan obat ke
penyelidikan jika ditemukan penyimpangan pola transaksi obat dan atau bahan obat
yang berisiko terhadap penyalahgunaan. Obat dan/atau bahan obat yang diambil
harus memiliki masa simpan yang cukup sebelum kedaluwarsa dan berdasarkan
FEFO. Nomor bets obat dan/atau bahan obat harus dicatat. Beberapa hal yang harus
5. Kontrak mencantumkan tanggung jawab saat terjadi hal yang tidak diinginkan
Karakteristik bahan
Komponen Bahan
Jumlah presentase
Zat aktif Parasetamol 500 mg Serbuk hablur, putih, tidak berbau rasa
sedikit pahit
Suspending gom arab 2,5 Serbuk, putih kuning, hampir tidak
agent berbau, tawar seperti lendir
Suspending Na-CMC 0,75 Serbuk atau granul, putih sampai krem,
agent higroskopis, mudah terdisoersi dalam air
membentuk koloid
Natrosol HBR -
pH : 5,21
Karakteristik sediaan
Viskositas : 39
Volume sedimentasi :
0,1
Redisperse : 75
Metode Disperse
Organoleptis, Ph,
viskositas, volume
Evaluasi sedimentasi,
redisperse.
BAB IV
KESIMPULAN
Noviza, Deni. et al. 2015. Solubillasi Parasetamol dengan Ryoto Sugar Ester dan
Propilen Glikol. Padang : Jurnal Sains Farmasi dan Klinis
35
36