Kelompok 1 Lab B
Kelas :
Reguler II B
Dosen Pembimbing :
Mara’atus Sholikhah,S.Farm,M.Farm,Apt
Yuliani,SKM
Lia Puspita,AMF
Metha Vionari D,S.Farm,Apt
NILAI PARAF
1.1 TUJUAN
a. Mahasiswa mampu mengetahui ranmangan formula dalam pembuatan tetes
mata kloramfenikol
b. Mahasiswa dapat memahami proses pembuatan sediaan tetes mata kloramfenikol
c. Mahasiswa mampu memahami evaluasi pada sediaan tetes mata kloramfenikol
d. Mengetahui dan memahami cara pembuatan sediaan tetes mata kloramfenikol yang
baik dan benar.
1.2 MANFAAT
Mahasiswa mampu mengetahui apa dan bagaimana pembuatan sediaan tetes mata
dalam hal ini dibuat dalam skala besar/berkelompok
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan, terletak dalam lingkaran
bertulang berfungsi untuk member perlindungan maksimal dan sebagai pertahanan yang
baik dan kokoh. Penyakit mata dapat dibagi menjadi 4 yaitu, infeksi mata, iritasi mata,
mata memar dan glaucoma. Mata mempunyai pertahanan terhadap infeksi karena secret
mata mengandung enzim lisozim yang menyebabkan lisis pada bakteri dan dapat
membantu mengeleminasi organism dari mata. Obat mata dikenal terdiri atas beberapa
bentuk sediaan dan mempunyai mekanisme kerja tertentu. Obat mata dibuat khusus.Salah
satu sediaan mata adalah obat tetes mata. Obat tetes mata ini merupakan obat yang
berupa larutan atau suspensi steril yang digunakan secara local pada mata.Karena mata
merupakanorgan yang paling peka dari manusia maka pembuatan larutan obat mata
membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas,
kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet, sterilisasi dan kemasan yang tepat.
Hal-hal yang berkaitan dengan syarat tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam makalah
ini.
2. Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk tergantung pada sifat kimia bahan
obat, pH produk, metode penyimpanan (khususnya penggunaan suhu), zat tambahan
larutan dan tipe pengemasan.
3. Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan berair,
larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketika magnefudosifat koligatif
larutan adalah sama. larutan mata dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya sama
dengan 0,9% larutan Na Cl. Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas
daripada suatu waktu yang diusulkan. Maka biasanya dapat mentoleransi larutan
sama untuk range 0,5%-1,8% NaCl. Memberikan pilihan, isotonisitas selalu
dikehendaki dan khususnya penting dalam larutan intraokuler. Namun demikian, ini
tidak dibutuhkan ketika total stabilitas produk dipertimbangkan.
4. Viskositas
USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk
memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan
aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metilselulosa, polivinil alkohol dan hidroksi
metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas. Para
peneliti telah mempelajari efek peningkatan
viskositas dalam waktu kontak dalam mata umumnya viskositas meningkat 25-
50 cps range yang signifikan meningkat lama kontak dalam mata.
5. Tambahan (additives)
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata diperbolehkan, namun
demikian pemilihan dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya Natrium Bisulfat
atau metabisulfat, digunakan dengan konsentrasi sampai 0,3%, khususnya dalam
larutan yang mengandung garam epinefrin. Antioksidan lain seperti asam askorbat
atau asetilsistein juga digunakan. Antioksidan berefek sebagai penstabil untuk
meminimalkan oksidasi epinefrin.
6. Tetes mata harus steril
Sterilisasi merupakan sesuatu yang penting. Larutan mata yang dibuat dapat
membawa banyak organisme, yang paling berbahaya adalah Pseudomonas
aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini yang dapat menyebabkan kebutaan.Ini
khususnya berbahaya untuk penggunaan produk nonsteril di dalam mata ketika
kornea dibuka.Bahan-bahan partikulat dapat mengiritasi mata, ketidak nyamanan
pada pasien dan metode ini tersedia untuk pengeluarannya.
7. Tetes mata harus isotonis
Isotonisitas dalam larutan mata. Ketika sekresi lakrimal sekarang
dipertimbangkan untuk mempunyai tekanan smotic yang sama sebagai cairan darah,
dan kemudian menjadi isotonis dengan 0,9% larutan natrium klorida, perhitungan
untuk penyiapan larutan mata isotonis telah disederhanakan. Farmasis selanjutnya
selalu menuntut, sebagai bagian dari praktek profesionalnya, untuk menyiapkan
larutan mata yang isotonis (Scoville’s : 234).
Tonisitas adalah tekanan osmotik yang diberikan oleh garam dalam larutan
berair. Larutan mata adalah isotonik dengan cairan lain ketika magnetudo sifat
koligatif larutan adalah sama. Larutan yang dipertimbangkan isotonik ketika
tonisitasnya sama dengan larutan NaCl 0,9%.
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang dihasilkan oleh larutan dari
keberadaan padatan terlarut atau tidak larut. Cairan mata dan cairan tubuh lainnya
memberikan tekanan osmotik sama dengan garam normal atau 0,9% larutan NaCl.
Larutan yang mempunyai jumlah bahan terlarut lebih besar daripada cairan mata
disebut hipertonik. Sebaliknya, cairan yang mempunyai sedikit zat terlarut
mempunyai tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik. Mata dapat
mentoleransi larutan yang mempunyai nilai tonisitas dalam range dari ekuivalen
0,5% sampai 1,6% NaCl tanpa ketidaknyamanan yang besar.
Dalam pembuatan larutan mata, tonisitas larutan dapat diatur sama cairan
lakrimal dengan penambahan zat terlarut yang cocok seperti NaCl. Jika tekanan
osmotik dari obat diinginkan konsentrasi melampaui cairan mata, tidak ada yang
dapat dilakukan jika konsentrasi obat yang diinginkan dipertahankan, ketika larutan
hipertonik. Contohnya 10 dan 30% larutan natrium sulfasetamid adalah hipertonik,
konsentrasi kurang dari 10% tidak memberikan efek klinik yang diinginkan. Untuk
larutan hipotonik sejumlah metode disiapkan untuk menghitung jumlah NaCl untuk
mengatur tonisitas larutan mata, salah satu metodenya adalah metode penurunan
titik beku.
8. pH cairan mata
Ada persetujuan umum tentang konsentrasi ion hydrogen dari cairan lakrimal
adalah mendekati netral.Namun demikian, variasi nilai telah dilaporkan oleh
beberapa peneliti. Kemudian Hasford dan Hicks, Buchr dan Baeschlin, Feldman,
Dekking, Byleveld, van Grosz dan Hild dan Goyan dilaporkan telah menemukan pH
cairan mata berhubungan dengan darah. Yang lain telah mendapatkan nilai yang
berbeda: Gyorffy dari 6,3-8,4, Lipschultz 8,0, Oguchi dan Nakasima dari 8,4-8,6.
Federsen-Bjergaard menemukan pH cairan lakrimal dari sepuluh orang normal dan
menemukan nilai 8,2. Dia membuat ketentuan dengan cara kolorimetri dan
elektrometri, dan ditemukan hasil yang sama pada kedua metode. Hind dan Goyan
dalam pekerjaan terakhir, menemukan pH air mata adalah 7,4. Berdasarkan hal itu,
pH cairan lakrimal sekurang-kurangnya 7,4 dan mungkin lebih alkali. (Scoville’s :
224).
Konsentrasi ion hidrogen dari cairan mata berkisar 7,2-7,4. Sekresi lakrimal
mempunyai nilai pH antara 7,2-7,4 dan mempunyai kapasitas membuffer yang
tinggi. Akibatnya, mata dapat mentoleransi larutan yang mempunyai nilai pH dari
3,5-10, mereka tidak didapar dengan kuat ketika cairan mata akan dengan cepat
memperbaiki nilai pH normal dari mata.
9. pH sediaan tetes mata
Larutan lakrimal normalnya pH 7,4 dengan rentang 5,2-8,3. Ini masih bisa
ditoleransi oleh larutan mata dengan range pH ini, disebabkan oleh (1) volume kecil
larutan, (2) buffer cairan mata, dan (3) peningkatan produksi air mata. (Parrot : 223).
Dalam banyak perumpamaan, kita dapat mencapai obat dengan seratus kali lebih
stabil pada pH 5,0 dan kemudian pH 7,0. pH dari larutan mata sebaiknya antara 4,5
dan 9.
10. Pewadahan
Wadah untuk larutan mata. Larutan mata sebaiknya digunakan dalam unit
kecil, tidak pernah lebih besar dari 15 ml dan lebih disukai yang lebih kecil. Botol
7,5 ml adalah ukuran yang menyenangkan untuk penggunaan larutan mata.
Penggunaan wadah kecil memperpendek waktu pengobatan akan dijaga oleh pasien
dan meminimalkan jumlah pemaparan kontaminasi. Botol plastic untuk larutan mata
juga dapat digunakan. Meskipun beberapa botol plastic untuk larutan mata telah
dimunculkan dalam pasaran, mereka masih melengkapi dan yang terbaik adalah
untuk menulis secara langsung produksi untuk menghasilkan informasi teknik dalam
perkembangan terakhir.
Tipe wadah yang biasa digunakan untuk tetes mata adalah vertikal dilipat ambar atau
gelas botol hijau layak dengan tutup bakelite yang membawa tube tetes dengan
sebuah pentil dan kemampuan untuk ditutup sebagaimana untuk menahan
mikroorganisme. Sifat-sifat yang penting sebagai berikut :
a. Mereka (wadah) dilengkapi dengan uji untuk membatasi alkali gelas. Copper (1963)
menunjukkan bahwa kadang-kadang botol dapat dibebasalkalikan tetapi tube tetes
tidak. Ini dapat dicontohkan oleh tetes mata fisostigmin dalam larutan dalam botol
tidak berwarna tetapi pada tube tetes berwarna merah muda.
b. Mereka melindungi isi bahan terhadap cahaya. Banyak bahan obat sensitif terhadap
cahaya.
c. Mereka mempunyai segel yang memuaskan. Norton (1963) menunjukkan test warna.
d. Pentil karet atau pentil dari bahan-bahan lain adalah penyerap dan sebaiknya
dijenuhkan dengan pengawet yang digunakan dalam larutan mata dimana mereka
digunakan.
e. Mereka menyiapkan penetes yang siap digunakan dan melindungi terhadap
kerusakan dan kontaminasi.
f. Mereka dilengkapi dengan pengaturan racun. Banyak obat mata adalah racun.
g. Wadah non gelas tidak bereaksi dengan obat-obat atau partikel lain yang menjadi isi
larutan.
Larutan mata disiapkan secara terus-menerus dikemas dalam wadah tetes
(droptainers) polietilen atau dalam botol tetes gelas. Untuk mempertahankan sterilitas
larutan, wadah harus steril. Wadah polietilen disterilkan dengan etilen oksida,
sementara penetes gelas dapat dengan dibungkus dan diotoklaf. Secara komersial
disiapkan unit dosis tunggal dengan volume 0,3 ml atau kurang dikemas dalam tube
polietilen steril dan disegel dengan pemanasan.
Wadah gelas sediaan mata tradisional dengan dilengkapi penetes gelas telah
dilengkapi hampir sempurna dengan unit penetes polietilen densitas rendah yang
disebut “Droptainer”. Hanya sejumlah kecil wadah gelas yang masih digunakan,
biasanya karena pembatasan sterilitas. Larutan intraokuler volume besar 250-500 ml
telah dikemas dalam gelas, tetapi bahkan sediaan parenteral mulai dikemas dalam
pabrik khusus wadah polietilen/polipropilen.Satu yang masih perlu dipikirkan adalah
wadah plastik, biasanya polietilen densitas rendah, adalah tidak dengan alat
tergantikan dengan gelas.
Wadah plastik adalah permeabel terhadap beberapa bahan termasuk cahaya dan
air. Wadah plastik dapat mengandung variasi bahan-bahan ekstraneous seperti bahan
pelepas jamur, antioksidan, reaksi quenchers dan yang mirip, siap dapat
menggunakan plastik dalam wadah larutan. Lem label, tinta dan warna juga dapat
berpenetrasi polietilen dengan cepat, sebaliknya bahan-bahan menguap dapat
menyerap dari larutan ke dalam atau melalui wadah plastik.
Wadah gelas memberikan bahan yang menyenangkan untuk penyiapan terus-
menerus larutan mata.Tipe I digunakan. Wadah sebaiknya dicuci dengan air destilasi
steril kemudian disterilisasi dengan otoklaf. Penetes normalnya disterilkan dan
dikemas dalam blister pack yang menyenangkan
H. Penggunaan Tetes Mata
• Cuci tangan
• Dengan satu tangan, tarik perlahan-lahan kelopak mata bagian bawah
• Jika penetesnya terpisah, tekan bola karetnya sekali ketika enates dimasukkan ke
dalam botol untuk membawa larutan ke dalam enates
• Tempatkan penates di atas mata, teteskan obat ke dalam kelopak mata bagian bawah
sambil melihat ke atas jangan menyentuhkan enates pada mata atau jari.
• Lepaskan kelopak mata, coba untuk menjaga mata tetap terbuka dan jangan berkedip
paling kurang 30 detik
• jika penetesnya terpisah, tempatkan kembali pada botol dan tutup rapat.
BAB III
PREFORMULASI
3.1 Preformulasi
1. Zinci sulfas ( Farmakope Indonesia Edisi III halaman 637 )
Bahan Cara
Zat Aktif pH
Pembawa Sterilisasi Khasiat
Sterilisasi B
Seng
Aqua pro (pemanasan
Sulfat 4,5 – 7,5 dengan Antibiotikum
Injection
bakterisid) atau
C (Filtrasi
membran
Chloramphenicol 50 mg
1.
Acidum boricum 150 mg
2.
Natrii tetraboras 30 mg
3.
Phenylhydrargyri nitras 200 g
4.
Aqua pro injection Ad 10 ml
5.
4.3.PERHITUNGAN TONISITAS
C chloramphenicol = 0,05 𝑔 𝑥 100% = 0,5 %
10 𝑚𝑙
W = 0,9 - (∑C . E)
W = 0,9 – ((0,5 ×0,09) + (1,5 ×0,5) + (0,3 × 0,42)
W = 0,9 – 0,921
W = - 0,021g/100ml
Untuk 50 ml diperlukan NaCl sebanyak = - 0,021g / 100 ml x 50 ml = - 0,0105
(hipertonis, tidak perlu penambahan NaCl)
4.4.PERHITUNGAN BAHAN
Dibuat 2 botol tetes mata @10 ml
Volume total = (n × vl) + (2 ×3)
= (2 × 10,5 ml) + 6
= 27 ml + 20%
= 32,4 ml ~ 50ml
a) Chloramphenicol = 50 𝑚𝑙 ×0,05 g
10𝑚𝑙
= 0,25 g
=250 mg
Dilebihkan 5% =5/100 × 250 mg
=12,5 mg
Chloramphenicol yang diambil =250 mg + 12,5 mg
=262,5 mg ~ 250 mg
= 0,75 g
=750 mg
= 0,15 g
=150mg
1 Chloramphenicolum 250 mg
4 Aqua destilata Ad 50 ml
BAB V
PROSEDUR KERJA
Waktu
Cara Akhir
No Bahan / Alat Awal
Sterilisasi
Jam Paraf Jam Paraf
Botol coklat
1 Oven 150 oC(60 menit)
drop
2 Beaker Glass Oven 150 oC(60 menit)
Paraf Pengawas:
NO Sediaan Cara Sterilisasi AWAL AKHIR
JAM PARAF JAM PARAF
1 Tetes Mata Autoclave pada suhu
Kloramfenikol 121oC (30 menit)
Dengan pH meter
a. pH meter dikalibrasi dengan larutan dapar standar yang pH sama dengan pH yang
akan diukur.
b. Batang electrode pH meter dibersihkan dengan aquadest dan dikeringkan.
c. Batang electrode dicelupkan dalam sediaan injeksi yang akan diukur pH nya.
d. Menekan auto read lalu enter.
e. Tunggu angka sampai berhenti lalu catat pH.
Keseragaman
No. Kejernihan pH
Volume
Nb : (√ ) memenuhi standar
( x ) tidak memenuhi standar
VI. PEMBAHASAN
VII. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Sirait, Midian. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anief, Moh. 2005. Farmasetika.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Rowe, Raymond C, Paul J Sheskey and Marian E. Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Manufacturing Excipients Sixth edition. London: PhP
Tjay, Hoan, Tan, dkk. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek
Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo