Menurut FI IV halaman 12, Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing,
merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada
mata. Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan
obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet (dan jika perlu
pemilihan pengawet) sterilisasi dan kemasan yang tepat. Perhatian yang sama juga dilakukan
untuk sediaan hidung dan telinga.
Menurut FI III halaman 10, Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau
suspensi yang digunaka dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak
mata dari bola mata.
Menurut DOM Martin : Tetes mata adalah seringkali dimasukkan ke dalam mata yang
terluka atau kecelakaan atau pembedahan dan mereka kemudian secara potensial lebih berbahaya
daripada injeksi intavena.
Menurut Scoville’s : Larutan mata merupakan cairan steril atau larutan berminyak dari
alkaloid garam-garam alkaloid, antibotik atau bahan-bahan lain yang ditujukan untuk
dimasukkan ke dalam mata. Ketika cairan, larutan harus isotonik, larutan mata digunakan untuk
antibakterial, anstetik, midriatikum, miotik atau maksud diagnosa. Larutan ini disebut juga tetes
mata dan collyria (singular collyrium).
Menurut Parrot : Larutan mata (colluria) Obat yang dimasukkan ke dalam mata harus
diformulasi dan disiapkan dengan pertimbangan yang diberikan untuk tonisitas, pH, stabilitas,
viskositas dan sterilisasi. Sterilisasi ini diinginkan karena kornea dan jaringan bening ruang
anterior adalah media yang bagus untuk mikroorganisme dan masuknya larutan mata yang
terkontaminasi ke dalam mata yang trauma karena kecelakaan atau pembedahan dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan.
Menurut Teks Book of Pharmaceutics : Tetes mata adalah cairan steril atau larutan
berminyak atau suspensi yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam saccus conjungtival.
Mereka dapat mengandung bahan-bahan antimikroba seperti antibiotik, bahan antiinflamasi
seperti kortikosteroid, obat miotik seperti fisostigmin sulfat atau obat midriatik seperti atropin
sulfat.
Menurut Ansel INA : Dengan definisi resmi larutan untuk mata adalah larutan steril yang
dicampur dan dikemas untuk dimasukkan dalam mata. Selain steril preparat tersebut memerlukan
pertimbangan yang cermat terhadap faktor-faktor farmasi seperti kebutuhan bahan antimikroba,
isotonisitas, dapar, viskositas dan pengemasan yang cocok.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan obat mata merupakan sediaan steril, yang
terdiri dari bahan bahan berkhasiat obat dan bahan tambahan dan membutuhkan perhatian khusus
dalam pembuatannya terutama dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan
dapar, pengawet, sterilitas, serta kemasan yang tepat.
5. Viskositas
USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk memperpanjang lama
kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metilselulosa,
polivinil alkohol dan hidroksi metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan
viskositas.
Para peneliti telah mempelajari efek peningkatan viskositas dalam waktu kontak dalam
mata. umumnya viskositas meningkat 25-50 cps range yang signifikan meningkat lama kontak
dalam mata.
6. Additives/Tambahan
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata diperbolehkan, namun demikian
pemilihan dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya Natrium Bisulfat atau metabisulfat,
digunakan dengan konsentrasi sampai 0,3%, khususnya dalam larutan yang mengandung garam
epinefrin. Antioksidan lain seperti asam askorbat atau asetilsistein juga digunakan. Antioksidan
berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi epinefrin.
Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal yang sama. surfaktan nonionik,
kelas toksis kecil seperti bahan campuran digunakan dalam konsentrasi rendah khususnya
suspensi dan berhubungan dengan kejernihan larutan.
Penggunaan surfaktan, khususnya beberapa konsentrasi signifikan sebaiknya dengan
karakteristik bahan-bahah. surfaktan nonionik, khususnya dapat bereaksi dengan adsorpsi dengan
komponen pengawet antimikroba dan inaktif sistem pengawet.
Surfaktan kationik digunakan secara bertahap dalam larutan mata tetapi hampir invariabel
sebagai pengawet antimikroba. benzalkonium klorida dalam range 0,01-0,02% dengan toksisitas
faktor pembatas konsentrasi. Benzalkonium klorida sebagai pengawet digunakan dalam jumlah
besar dalam larutan dan suspensi mata komersial.
pH Cairan Mata
Ada persetujuan umum tentang konsentrasi ion hydrogen dari cairan lakrimal adalah mendekati
netral.Namun demikian, variasi nilai telah dilaporkan oleh beberapa peneliti. Kemudian Hasford
dan Hicks, Buchr dan Baeschlin, Feldman, Dekking, Byleveld, van Grosz dan Hild dan Goyan
dilaporkan telah menemukan pH cairan mata berhubungan dengan darah. Yang lain telah
mendapatkan nilai yang berbeda: Gyorffy dari 6,3-8,4, Lipschultz 8,0, Oguchi dan Nakasima
dari 8,4-8,6.
Federsen-Bjergaard menemukan pH cairan lakrimal dari sepuluh orang normal dan
menemukan nilai 8,2. Dia membuat ketentuan dengan cara kolorimetri dan elektrometri, dan
ditemukan hasil yang sama pada kedua metode. Hind dan Goyan dalam pekerjaan terakhir,
menemukan pH air mata adalah 7,4. Berdasarkan hal itu, pH cairan lakrimal sekurang-kurangnya
7,4 dan mungkin lebih alkali. (Scoville’s : 224).
Konsentrasi ion hidrogen dari cairan mata berkisar 7,2-7,4. Sekresi lakrimal mempunyai
nilai pH antara 7,2-7,4 dan mempunyai kapasitas membuffer yang tinggi. Akibatnya, mata dapat
mentoleransi larutan yang mempunyai nilai pH dari 3,5-10, mereka tidak didapar dengan kuat
ketika cairan mata akan dengan cepat memperbaiki nilai pH normal dari mata.
Pewadahan
Wadah untuk larutan mata.Larutan mata sebaiknya digunakan dalam unit kecil, tidak pernah
lebih besar dari 15 ml dan lebih disukai yang lebih kecil. Botol 7,5 ml adalah ukuran yang
menyenangkan untuk penggunaan larutan mata. Penggunaan wadah kecil memperpendek waktu
pengobatan akan dijaga oleh pasien dan meminimalkan jumlah pemaparan kontaminasi. Botol
lastic untuk larutan mata juga dapat digunakan.Meskipun beberapa botol lastic untuk larutan
mata telah dimunculkan dalam pasaran, mereka masih melengkapi dan yang terbaik adalah untuk
menulis secara langsung produksi untuk menghasilkan informasi teknik dalam perkembangan
terakhir.
Tipe wadah yang biasa digunakan untuk tetes mata adalah vertikal dilipat ambar atau
gelas botol hijau layak dengan tutup bakelite yang membawa tube tetes dengan sebuah pentil dan
kemampuan untuk ditutup sebagaimana untuk menahan mikroorganisme. Sifat-sifat yang penting
sebagai berikut :
1. Mereka (wadah) dilengkapi dengan uji untuk membatasi alkali gelas. Copper (1963)
menunjukkan bahwa kadang-kadang botol dapat dibebasalkalikan tetapi tube tetes tidak. Ini
dapat dicontohkan oleh tetes mata fisostigmin dalam larutan dalam botol tidak berwarna tetapi
pada tube tetes berwarna merah muda.
2. Mereka melindungi isi bahan terhadap cahaya. Banyak bahan obat sensitif terhadap cahaya.
3. Mereka mempunyai segel yang memuaskan. Norton (1963) menunjukkan test warna.
4. Pentil karet atau pentil dari bahan-bahan lain adalah penyerap dan sebaiknya dijenuhkan dengan
pengawet yang digunakan dalam larutan mata dimana mereka digunakan.
5. Mereka menyiapkan penetes yang siap digunakan dan melindungi terhadap kerusakan dan
kontaminasi.
6. Mereka dilengkapi dengan pengaturan racun. Banyak obat mata adalah racun.
7. Wadah non gelas tidak bereaksi dengan obat-obat atau partikel lain yang menjadi isi larutan.
Wadah untuk larutan mata. Larutan mata sebaiknya digunakan dalam unit kecil, tidak
pernah lebih besar dari 15 ml dan lebih disukai yang lebih kecil. Botol 7,5 ml adalah ukuran
yang menyenangkan untuk penggunaan larutan mata. Penggunaan wadah kecil memperpendek
waktu pengobatan akan dijaga oleh pasien dan meminimalkan jumlah pemaparan kontaminasi.
Botol plastik untuk larutan mata juga dapat digunakan. Meskipun beberapa botol plastik
untuk larutan mata telah dimunculkan dalam pasaran, mereka masih melengkapi dan yang
terbaik adalah untuk menulis secara langsung produksi untuk menghasilkan informasi teknik
dalam perkembangan terakhir.
Larutan mata disiapkan secara terus-menerus dikemas dalam wadah tetes (droptainers)
polietilen atau dalam botol tetes gelas. Untuk mempertahankan sterilitas larutan, wadah harus
steril. Wadah polietilen disterilkan dengan etilen oksida, sementara penetes gelas dapat dengan
dibungkus dan diotoklaf. Secara komersial disiapkan unit dosis tunggal dengan volume 0,3 ml
atau kurang dikemas dalam tube polietilen steril dan disegel dengan pemanasan.
Wadah gelas sediaan mata tradisional dengan dilengkapi penetes gelas telah dilengkapi
hampir sempurna dengan unit penetes polietilen densitas rendah yang disebut “Droptainer”.
Hanya sejumlah kecil wadah gelas yang masih digunakan, biasanya karena pembatasan sterilitas.
Larutan intraokuler volume besar 250-500 ml telah dikemas dalam gelas, tetapi bahkan sediaan
parenteral mulai dikemas dalam pabrik khusus wadah polietilen/polipropilen. Satu yang masih
perlu dipikirkan adalah wadah plastik, biasanya polietilen densitas rendah, adalah tidak dengan
alat tergantikan dengan gelas.
Wadah plastik adalah permeabel terhadap beberapa bahan termasuk cahaya dan air.
Wadah plastik dapat mengandung variasi bahan-bahan ekstraneous seperti bahan pelepas jamur,
antioksidan, reaksi quenchers dan yang mirip, siap dapat menggunakan plastik dalam wadah
larutan. Lem label, tinta dan warna juga dapat berpenetrasi polietilen dengan cepat, sebaliknya
bahan-bahan menguap dapat menyerap dari larutan ke dalam atau melalui wadah plastik.
Wadah gelas memberikan bahan yang menyenangkan untuk penyiapan terus-menerus
larutan mata. Tipe I digunakan. Wadah sebaiknya dicuci dengan air destilasi steril kemudian
disterilisasi dengan otoklaf. Penetes normalnya disterilkan dan dikemas dalam blister pack yang
menyenangkan.
Nilai isotonisitas.
Cairan mata isotonik dengan darah dan mempunyai nilai isotonisitas sesuai dengan larutan
Natrium Klorida P 0.9%.Secara ideal larutan obat mata harus mempunyai nilai isotonis tersebut,
tetapi mata tahan terhadap nilai isotonis rendah yang setara dengan larutan NaCl P 2.0 % tanpa
gangguan nyata.
Beberapa larutan obat mata perlu hipertonik untuk meningkatkan daya serap dan
menyediakan kadar bahan aktif yang cukup tinggi untuk menghasilkan efek obat yang cepat dan
efektif. Apabila larutan obat seperti ini digunakan dalam jumlah kecil, pengenceran dengan air
mata cepat terjadi sehingga rasa perih akibat hipertonisitas hanya sementara.Tetapi penyesuaian
isotonisitas oleh pengenceran dengan air mata tidak berarti, jika digunakan larutan hipertonik
dalam jumlah besar sebagai koliria untuk membasahi mata. Jadi yang penting adalah larutan obat
mata untuk keperluan ini harus mendekati isotonik.
Pendaparan.
Banyak obat, khususnya garam alkaloid, paling efektif pada pH optimal bagi pembentukan basa
bebas tidak berdisosiasi.Tetapi pada pH ini obat mungkin menjadi tidak stabil, sehingga pH
harus diatur dan dipertahankan dengan penambahan dapar.
Salah satu maksud pendaparan larutan obat mata adalah untuk mencegah kenaikan pH
yang disebabkan pelepasan lambat ion hidroksil dari wadah kaca.Kenaikan pH dapat
mengganggu kelarutan dan stabilitas obat.Penambahan dapar dalam pembuatan obat mata harus
didasarkan pada beberapa pertimbangan tertentu.Air mata normal memiliki Ph lebih kurang 7.4
dan mempunyai kapasitas dapar tertentu. Penggunaan obat mata akan merangsang pengeluaran
air mata dan penetralan cepat setiap kelebihan ion hidrogen atau ion hidroksil dalam kapasitas
pendaparan air mata.
Berbagai obat mata seperti garam alkaloid bersifat asam lemah dan hanya mempunyai
kapasitas dapar yang lemah.Jika hanya satu atau dua tetes larutan yang mengandung obat
tersebut diteteskan pada mata, pendaparan oleh air mata biasanya cukup untuk menaikkan Ph
sehingga tidak terlalu merangsang mata.Dalam beberapa hal, Ph dapat berkisar antara 3.5 dan
8.5.
Beberapa obat, seperti Pilokarpin HCl dan Epinefrin Bitartrat, lebih asam sehingga
melebihi kapasitas dapar air mata. Secara ideal larutan obat mata mempunyai Ph dan isotonisitas
yang sama dengan air mata. Hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena pada Ph 7.4 banyak obat
yang tidak cukup larut dalam air.Sebagian besar garam alkaloid bebas pada ph ini.
Selain itu banyak obat yang tidak stabil secara kimia pada ph mendekati
7.4.Ketidakstabilan ini lebih nyata pada suhu tinggi yang digunakan pada sterilisasi dengan
pemanasan.Oleh karena itu sistem dapar harus dipilih sedekat mungkin dengan pH fisiologis
yaitu 7.4 dan tidak menyebabkan pengendapan obat atau mempercepat kerusakan obat.
Bahan Pengawet.
Larutan obat mata dapat dikemas dalam wadah takaran ganda bila digunakan secara perorangan
pada pasien dan bila tidak terdapat kerusakan pada permukaan mata.Wadah larutan obat mata
harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian pertama.Larutan harus
mengandung zat atau campuran zat sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan
bakteri yang mungkin masuk pada waktu wadah dibuka saat penggunaan.Sedangkan untuk
penggunaan pada pembedahan, disamping steril, larutan obatmata tidak boleh mengandung
bahan antibakteri karena dapat menimbulkan iritasi pada jaringan mata.
Perhitungan
1. Untuk mendapatkan pH yang optimal
pH optimal untuk darah atau cairan tubuh yang lain adalah 7,4 dan disebut isohidri.
Karena tidak semua bahan obat stabil pada pH cairan tubuh, tetes mata sering dibuat dengan pH
diluar tubuh dan berdasarkan kestabilan bahan tersebut.
pH dapat diatur dengan cara :
a. Penambahan zat tunggal, misalnya asam untuk alkaloid, basa untuk golongan sulfa
b. Penambahan larutan dapar, misalnya dapar fosfat untuk injeksi, dapar borat untuk obat tetes
mata.
2. Untuk mendapatkan larutan yang isitonis
Larutan obat tetes mata dikatakan isotonis, jika :
a. Mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan tekanan osmosis cairan tubuh (darah, cairan
lumbar, air mata) bernilai sama dengan tekanan osmosis larutan NaCl 0,9 % b/v.
b. Mempunyai tekanan titik beku sama dengan titik beku cairan tubuh, yaitu -0,52oC.
3. Perhitungan isotonis:
Isotonis adalah suatu keadaan pada saat tekanan osmosis larutan obat sama dengan
tekanan osmosis cairan tubuh kita ( darah, air mata ).
Hipotonis adalah tekanan osmosis larutan obat < tekanan osmosis cairan tubuh.
Hipertonis adalah tekanan osmosis larutan obat > tekanan osmosis caiaran tubuh.
Cara menghitung tekanan osmosis
Banyak rumus yang dapat di pakai tetapi pada umumnya berdasarkan perhitungan
terhadap penurunan titik beku ( PTB ). Penurunan titik beku darah dan air mata adalah -0,520C.
Larutan NaCl 0,9% b/v adalah larutan garam fisiologis yang isotonis dengan cairan
tubuh.
Beberapa cara menghitung tekanan osmosis :
a. Cara penurunan titik beku ( PTB ) air yang disebabkan oleh 1% b/v zat khasiat dengan rumus
menurut FI
Keterangan :
B : bobot zat tambahan ( NaCl ) dalam satuan gram untuk tiap 100 ml larutan
0,52 : titik beku cairan tubuh ( -0,520C )
b1 : PTB zat aktif
C : konsentrasi dalam satuan % b/v zat aktif
b2 : PTB zat tambahan ( NaCl )
Tiga jenis keadaan tekanan osmosis larutan obat :
Keadaan isotonis adalah jika nilai B = 0, maka b1C = 0,52
Keadaan hipotonis adalah jika nilai B positif, maka b1C < 0,52
Keadaan hipertonis adalah jika nilai B negative, maka b1C > 0,52
b. Cara Ekuivalensi NaCl
Yang dimaksud dengan ekuivalensi NaCl (E) adalah banyaknya gram NaCl yang
memberikan efek osmosis yang sama dengan 1 g zat terlarut tertentu.
Jika Eefedrin HCl= 0,28; berarti setiap 1 g Efedrin HCl ̴ 0,28 g NaCl
Jadi dpat dianalogikan sebagai berikut.
Ex= a; artinya tiap 1 g zat X ̴ a g NaCl
Ex= E`; artinya tiap 1 g zat X ̴ E g NaCl
Jika bobot zat X = W g →maka ekuivalensinya adalah W x E g NaCl
Larutan isootonik NaCl 0,9 % b/v ; artinya tiap 100ml NaCl ̴ 0,9 g NaCl
Jika bobot NaCl = W x E g ; maka volume yang isotonis adalah (W x E) 100/0,9 ;
sehingga dapat kita rumuskan sebagai berikut
Rumus 2 V= (W xE) 100/0,9 = (WxE) 111,1
Keterangan :
V = volume lautan yang sudah isotonis dalam satuan ml
W = bobot zat aktif dalam satuan gram
E = nilai ekuivalen zat aktif
Jika volume larutan = V ml dan volume yang sudah isotonis = V ml ; maka =-volume
yang belum isotonis adalah (V-V’)ml, sedangkan volume untuk tiap 100 ml NaCl agar isotonis ̴
0,9 g NaCl, maka bobot NaCl (B) yang masih diperlukan agar larutan menjadi isotonis adalah
(V-V) x 0,9/100, maka B = (V-V) x 0,9 /100 atau B =(0,9/100 x V)-(0,9/100 x V). Jika V kita
ganti dengan (WxE) 100/0,9 maka B = [0,9/100xV]-[0,9/100x(WxE) 100/0,9] dan akhirnya kita
dapatkan rumus sebagai berikut.
Rumus 3 B = 0,9/100 x V – (WxE)
Keterangan :
B = bobot zat tambahan dalam satuan gram
V = volume larutan dalam satuan ml
W = bobot zat khasiat dalam satuan gram
E = ekuivalensi zat aktif terhadap NaCl
Tiga jenis keadaan tekanan osmosis larutan obat:
Keadaan isotonis jika nilai B = 0 ; maka 0,9/100 xV = (WxE)
Keadaan hipotonis jika nilai B positif ; maka 0,9/100 x V > (WxE)
Keadaan hipertonis jika nilai B negatif ; maka 0,9/100 x V < (WxE)
c. Cara faktor disosiasi (Farmakope Belanda VI)
Sudah ditetapkan bahwa larutan NaCl 0,9% b/v isotonis dengan cairan tubuh. Tekanan
osmosis larutan sebanding dengan jumlah bagian-bagian dalam larutan. Dalam larutan encer,
dapat dikatakan bahwa garam-garam terdisosiasi sempurna.
NaCl Na+ + Cl-
(Fa/Ma)xa
Dari sebuah molekul NaCl terbentuk 2 (dua) ion. Jadi faktor disosiasi NaCl = 2; lebih tepat
sebetulnya 1,8 karena ada sedikit kesetimbangan reaksi.
Jadi faktor isotonisnya adalah:
Keterangan:
fa = faktor disosiasi zat-zat yang mendekati keadan yang sebenarnya; untuk zat-zat yang tidak
terdisosiasi seperti glukosa dan gliserin = 1 ; untuk asam lemah dan basa lemah = 1,5 dan untuk
asam kuat dan basa kuat =1,8
Ma= bobot molekul zat.
a, b, c,.... dan seterusnya adalah kadar zat dalam larutan dalam satuan g/liter.
Jadi larutan isotonis dapat dihitug dari NaCl 0,9% b/v tersebut, yaitu:
= (f.NaCl/M.NaCl)x kadar NaCl ( dalam satuan gram/liter)
= (1,8/ 58,5)x9 = 0,28 (berarti setiap larutan yang mempunyai faktor isontonis
= 0,28 adalah isotonis).
Dapat kita turunkan rumus sebagai berikut
(fa/Ma)x a + (fb/Mb)x b + (fc/Mc) x c......dst= 0,28
Rumus 4
Untuk menghitung banyaknya zat penambah (h) dalam membuat larutan isotonis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
(fa/Ma )x a + (fb/Mb)x b ............dst + (fh/Mh)x h = 0,28.
(fh/Mh)x h ={ 0,28- [(fa/Ma )x a]+[ (fb/Mb)x b]+ ......dst}
h= (Mh/fh)x { 0,28-[(fa/Ma )x a] + [(fb/Mb)x b]+.....dst}
Rumus 5
h = (Mh/fh)x { 0,28-[(fa/Ma )x a] + [(fb/Mb)x b]+.....dst}
harga = (Mh/fh)untuk:
Nacl =32
Glukosa = 198
Etanol 96% b/v = 43
Na nitrat = 42
Gliserin = 81
Evaluasi Sediaan Tetes Mata
Evaluasi sediaan merupakan tahap akhir dalam serangkaian proses pembuatan sediaan farmasi
tetes mata dengan cara melihat bentuk sediaan. Pada sediaan tetes mata, harus dilakukan uji
evaluasi terlebih dahulu untuk mengetahui apakah sediaan tetes mata tersebut layak untuk di
gunakan dalam pengobatan atau tidak.
1. Uji Organoleptis
Uji organoleptik atau uji indera atau uji sensori merupakan cara pengujian dengan
menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap
suatu produk. Pengujian organoleptik mempunyai peranan penting dalam penerapan mutu suatu
sediaan. Pengujian organoleptik dapat memberikan indikasi kebusukan, kemunduran mutu dan
kerusakan lainnya dari produk.
Uji organoleptik biasanya dilakukan untuk menilai mutu bahan mentah yang digunakan
untuk pengolahan dan formula yang digunakan untuk menghasilkan produk. Selain itu, dengan
adanya uji organoleptik, produsen dapat mengendalikan proses produksi dengan menjaga
konsistensi mutu dan menetapkan standar tingkat atau kelas-kelas mutu. Produsen juga dapat
meningkatkan keuntungannya dengan cara mengembangkan produk baru, meluaskan pasaran,
atau dengan mengarah ke segmen pasar tertentu. Dengan uji organoleptik, produsen juga dapat
membandingkan mutu produknya dengan produk pesaingnya sehingga dapat memperbaiki
kekurangan produknya dengan cara menyeleksi bahan mentah atau formulasi dari berbagai
pilihan atau tawaran.
Pengujiannya dilakukan dengan mengamati bau, rasa, warna serta kelarutan bahan dalam
sediaan larutan tetes mata. Setelah itu hasil pengamatan dicatat dan dilaporkan dalam bentuk
tabel.
2. Kejernihan
Kejernihan adalah suatu batasan yang relatif, artinya sangat dipengaruhi oleh penilaian
subjektif dari pengamat.Uji kejernihan larutan sangat penting untuk memastikan tidak ada
partikel padat yang belum terdispersi kecuali sediaan yang dibuat dalam bentuk suspensi, serta
untuk mengidentifikasi partikel-partikel yang tidak diinginkan dalam sediaan larutan tetes mata
tersebut.Tidak dapat diragukan, suatu larutan bersih yang sangat mengkilap, membawa pengaruh
bagi pengamat untuk menyimpulkan bahwa produk tersebut istimewa baik dalam mutu maupun
kemurniannya.
Uji kerjernian di tujukan untuk memastikan tidak ada partikel padat kecuali berbentuk
suspensi.Pengamatan dilakukan di bawah cahaya yang terdifusi, tegak lurus ke arah bawah
tabung.Penetapan dilakukan dengan menggunakan tabung reaksi alas datar diameter 15 mm
hingga 25 mm, tidak berwarna, transparan, dan terbuat dari kaca netral. Masukkan ke dalam dua
tabung reaksi masing-masing larutan zat uji dan Suspensi padanan yang sesuai secukupnya,
dibuat segar sehingga volume larutan dalam tabung reaksi terisi setinggi tepat 40 mm.
Bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit pembuatan suspensi padanan dengan latar belakang
yang hitam.
Larutan mata adalah dengan definisi bebas dari partikel asing dan jernih secara normal
diperoleh dengan filtrasi.Tentunya, pentingnya peralatan filtrasi agar jernihdan tercuci baik
sehingga bahan-bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan
untuk menghilangkannya.Pengerjaan penampilan untuk larutan dalam lingkungan yang bersih,
penggunaan LAF dan harus tidak tertumpah memberikan kebersihan untuk penyiapan larutan
jernih bebas dari partikel asing.Dalam beberapa permasalahan, kejernihan dan sterilisasi
dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini penting untuk menyadari bahwa larutan jernih
sama fungsinya untuk pembersihan wadah dan tutup. Keduanya, wadah dan tutup harus bersih,
steril dan tak tertumpahkan.Wadah atau tutup tidak membawa partikel dalam larutanselama
kontak lama dalam
penyimpanan.Normalnya dilakukan tes sterilisasi.
Prosedur Pengujian (FI IV, 881) :
Lakukan penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar diameter 15 mm hingga 25
mm, tidak berwarna, transparan, dan terbuat dari kaca netral.
a. Masukkan ke dalam 2 tabung reaksi, masing-masing larutan zat uji dan suspense padanan yang
sesuai secukupnya, yang dibuat segar sehingga volume larutan dalam tabung reaksi terisi
setinggi tepat 40 mm.
b. Bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit pembuatan Suspensi padanan, dengan latar
belakang hitam.
c. Pengamatan dilakukan di bawah cahaya yang terdifusi, tegak lurus ke arah bawah tabung. Difusi
cahaya harus sedemikian rupa sehingga Suspensi padanan I dapat langsung dibedakan dari air
dan dari suspensi padanan II.
3. Buffer dan pH
Buffer dan pH dalam sediaan tetes mata sangat penting untuk memperbaiki daya tahan
sediaan, mengoptimasi kerja zat aktif, dan juga untuk mencapai kelarutann yang memuaskan.
Mirip seperti darah, cairan mata menunjukan kapasitas dapar tertentu.Yang sedikit lebih rendah
oleh karena system yang terdapat pada darah seperti asam karbonat, plasma, protein amfoter dan
fosfat primer – sekunder, juga dimilikinya kecuali system – hemoglobin – oksi hemoglobin.
Harga pHnya juga seperti darah 7,4 akan tetapi hilangnya karbondioksida dapat
meningkatkannya smapai harga pH 8 – 9. pada pemakain tetes biasa yang nyari tanpa rasa nyeri
adalah larutan dengan harga pH 7,3 – 9,7. daerah pH dari 5,5 – 11,4 masih dapat diterima.
Tetes mata didapar atas dasar beberapa alasan yang sangat berbeda.Misalnya untuk
memperbaiki daya tahan (penisilina), untuk mengoptimasikan kerja (misalnya oksitetrasiklin)
atau untuk mencapai kelarutan yang memuaskan (misalnya kloromfenikol). Pengaturan larutan
pada kondisi isohidri (pH = 7,4) adalah sangat berguna untuk mencapai rasa bebas nyeri yang
sempurna, meskipun hal ini sangat sulit direalisasikan. Oleh karena kelarutan dan stabilitas
bahan obat dan sebagian bahan pembantu juga kerja optimum disamping aspek fisiologis
(tersatukan) turut berpengaruh.
Aspek-aspek tersebut sangat jarang dalam kondisi optimal pada harga pH
fisiologis.Harga pH yang tepat yang dimiliki larutan, merupakan harga kompromis antara faktor-
faktor yang telah disebutkan tadi.Harga itu disebut sebagai harga euhidris misalnya garam
alkaloida yang umumnya dipakai sebagai tetes mata memiliki stabilitas maksimal dalam daerah
pH 2 – 4, yang jelas sangat tidak fisiologis. Hal yang sama terjadi pada anestetikal lokal untuk
terapi mata (stabilitas maksimumnya pada harga pH 2,3 -5,4). Yang terakhir ini dengan
menaiknya harga ph juga menunjukan peningkatan efektifitas atas dasar membaiknya penetrasi
pada kornea. Dengan mempertimbangkan keseimbangan fisiologisnya, larutan ini dieuhidritkan
sampai pada harga pH 5, 5 – 6,5.
Penyeimbangan pH pada umumnya dilakukan dengan larutan dapar isotonis. Larutan
dapar berikut digunakan secara internasional:
a. Dapar natrium asetat – asam borat, kapasitas daparnya tinggi dalam daerah asam.
b. Dapar fospat, kapasitas daparnya tinggi dalam daerah alkalis.
c. Jika harga pH yang ditetapkan atas dasar stabilitas berada diluar daerah yang dapat diterima
secara fisiologis, diwajibkan untuk menambahkan dapar dan melakukan pengaturan pH melalui
penambahan asam atau basa.Larutan yang dibuat seperti itu praktis tidak menunjukan kapasitas
dapar sehingga oleh cairan air mata lebih mudah diseimbangkan pada harga fisiologis dari pada
larutan yang didapar.Antara isotonis dan euhidri terdapat kaitan yang terbatas dalam hal
tersatukannya secara fisiologis.Yakni jika satu larutan mendekati kondisi isotonis, meskipun
tidak berada pada harga pH yang cocok masih dapat tersatukan tanpa rasa nyeri.
d. Idealnya, sediaan tetes mata sebaiknya diformulasi pada pH yang ekivalen dengan cairanair mata
yaitu 7,4 dan prakteknya jarang dicapai. Mayoritas bahan aktif dalam optalmology adalah garam
basa lemah dan paling stabil pada pH asam.Ini umumnya dapat dibuat dalam suspensi
kortikosteroid tidak larut.Suspensi biasanya paling stabilpada pH asam, pH optimum umumnya
menginginkan kompromi pada formulator.pH diseleksi jadi optimum untuk stabil. Sistem dapar
diseleksi agar mempunyai kapasitas adekuat untuk memperoleh pH dengan range stabilitas untuk
durasi umur produk. Kapasitas buffer adalah kunci utama situasi ini
Prosedur Pengujian :
a. Kertas indikator pH. Kertas dicelupkan ke dalam larutan dan hasil warna yang
terbentuk dibandingkan terhadap warna standar. pH meter (FI IV, <1071>)
b. Harga pH adalah harga yan gdiberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang
telah dibakukan terhadap Baku larutan dapar, yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit
pH. Pelarut untuk Larutan dapar harus sama dengan pelarut sediaan.
4. Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan berair.
Larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketika magnitude sifat
koligatif larutan adalah sama. Larutan tetesmata dipertimbangkan isotonik ketika
tonisitasnya sama dengan 0,9 % larutan NaCl. Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi
tonisitas dari suatu waktu yang diusulkan.Sediaan tetes mata sebaiknya dibuat mendekati isotonis
agar dapat diterima tanpa rasa nyeri dan tidak dapat menyebabkan keluarnya air mata, yang
dapat mencuci keluar bahan obatnya. Untuk membuat larutan mendekati isotonis, dapat
digunakan medium isotonis atau sedikit hipotonis, umumnya digunakan natrium-klorida (0,7-
0,9%) atau asam borat (1,5-1,9%) steril. Mata biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk
range 0,5 % – 1,8 %NaCl intraokuler. Namun demikian ini tidak dibutuhkan ketika stabilitas
produk dipertimbangkan.
5. Viskositas
Tetes mata dalam air mempunyai kerugian, oleh karena mereka dapat ditekan keluar dari
saluran konjunktival oleh gerakan pelupuk mata.Oleh karena itu waktu kontaknya pada mata
menurun.Melalui peningkatan viskositas larutan tetes mata dapat dicapai distribusi bahan aktif
yang lebih baik didalam cairan dan waktu kontak yang lebih panjang dengan mata.Lagi pula
sediaan tersebut memiliki sifat lunak dan licin sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.Oleh
Karena itu sediaan ini sering dipakai pada pengobatan kerato konjunktifitis.USP mengizinkan
penggunaan peningkat viskositas untuk memperpanjang waktu kontak dalam mata dan untuk
absorpsi obat dan aktivitasnya.Bahan-bahan seperti metil selulose, polivinil alkohol dan hidroksil
metil selulose ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas.Para peneliti telah
mempelajari efek peningkatan viskositas dalam waktu kontak dalam mata.umumnya viskositas
meningkat 25-50 cps range yang signifikan meningkat lama kontak dalam mata.
Prosedur Uji :
a. Masukan larutan tetes mata dalam viskosimeter ostwald melalui pipa yang berdiameter lebih
besar/yang mempunyai labu.
b. Larutan tetes mata dihentikan dimasukan apabila ½ ruang yang berbentuk tabung terisi.
c. Tutup labu yang berdiameter kecil dengan bola hisap
d. Hisap larutan tetes mata dengan bola hisap hingga naik diatasnya garis yang paling atas
e. Lepaskan bola hisap,bila larutan tetes mata turun tampak pada garis pertama,hidupkan
stopwatch.
f. Matikan stopwatch ketika larutan tetes mata tepat pada garis ke 2
g. Hitung kekentalanya,lakukan percoban diatas 3 kali
h. Hitung waktu alir larutan tetes mata.hitung kekentalannya:
6. Uji Sterilitas
Semua produk tetes mata yang diberi label steril harus melewati uji sterilitas setelah
mengalami suatu proses sterilisasi efektif. Uji sterilisasi sangat penting untuk membersihkan
larutan tetes mata dari pencemaran (kontaminasi) mikroorganisme yang merugikan (patogen)
dan juga untuk mengetahui tingkat sterilitas dari larutan tetes mata tersebut.Sediaan tetes mata
dinyatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun yang tidak,
baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif.
Prosedur Uji:
a. Inokulasi langsung ke dalam media perbenihan lalu diinkubasi pada suhu 2 sampai 25°C.
Volume tertentu spesimen ditambahkan volume tertentu media uji, diinkubasi selama tidak
kurang dari 14 hari, kemudian amati pertumbuhan secara visual sesering mungkin sekurang-
kurangnya pada hari ke-3atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau hari ke-8 dan pada hari terakhir
dari masa uji.
b. Pada interval waktu tertentu dan pada akhir periode inkubasi, semua isi wadah akan diamat
untuk menunjukkan ada atau tidaknya pertumbuhan mikroba seperti kekeruhan dan atau
pertumbuhan pada permukaan. Jika tidak terjadi pertumbuhan, maka sediaan tetes mata yang
telah diuji memenuhi syarat.
Pustaka
1. Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI press
2. Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
3. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia ediai IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
4. Pharmacopee Ned edisi V
5. Soetopo dkk. 2002. Ilmu Resep Teori. Jakarta : Departemen Kesehatan
6. Voigt. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : UGM Press
7. Lachman dkk. 1994. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta : UI Press
8. Departemen Kesehatan RI. 1978. Formularium Nasional edisi II. Jakarta
9. Van Duin. 1947. Ilmu Resep. Jakarta : Soeroengan
10. Anonim. Farmakope Herbal
11. Anief. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM Pres
12. Martindale, The Extra Pharmacopeia Twenty-eight Edition. The Parmaceutical Press, London.
1982.
13. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Jakarta: PT Infomaster.
14. Departement of pharmaceutical Science. 1982. Martindale the Extra Pharmacoeia 28th edition.
London: The Pharmaceutical Press.
15. Badan Pengawas Obat dan Makanan. ISFI. 2006. ISO Indonesia, volume IV. Jakarta: PT. Anem
Kosong Anem (AKA).
16. Wade, Ainley and Paul J Weller.Handbook of Pharmaceutical excipients.Ed II.1994.London;
The Pharmaceutical Press.
17. Hardjasaputra, S. L. Purwanto, Dr. dkk. 2002. Data Obat di Indonesia (DOI), edisi 10. Jakarta:
Grafidian medi press. (#Akfar PIM/2010)