Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FARMAKOLOGI

TENTANG OBAT TETES TELINGA

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 5 :
1.(1804066) TRI SYAHRI RAMADHAN
2.(1804081) SARMITA
3.(1804121) PATMI AIKA

DOSEN : NESSA,S.Farm,M.Biomed,Apt

JURUSAN : FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam dunia farmasi sediaan obat tetes sangat diperlukan dalam dunia
kesehatan. Obat tetes merupakan sediaan cair yang mengandung obat dan
atau sediaan obat dalam keadaan terlarut, tersuspensi atau teremulsi,
digunakan secara diminum dalam dosis tetesan dan disimpan dalam wadah
untuk dosis banyak . Obat tetes tertentu yang digunakan pada telinga disebut
obat tetes telinga (Otoguttae).
Guttae adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi, atau suspense,
dimaksudkan untuk obat dalam ataupun luar, digunakan dengan cara
meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan
tetesan yang dihasilkan penetes baku dalam farmakope Indonesia. Guttae atau
obat tetes merupakan salah satu dari bagian sediaan farmasi yang termaksud
ke dalam sediaan steril. Dari semua obat tetes hanyalah obat tetes telinga
yang tidak menggunakan air sebagai zat pembawanya. Karena obat tetes
telinga harus memperhatikan kekentalan. Agar dapat menempel dengan baik
kepada dinding telinga. Guttae auritulares ini sendiri merupakan obat tetes
yang digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga.
Zat pembawanya biasanya menggunakan gliserol dan propilenglikol. Jika
terkena cahaya matahari atau cahaya yang lainnya akan merusak sediaan tetes
telinga tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi tetes telinga?
2. Bagaimana patofisiologi pada telinga?
3. Apa saja sediaan tetes telinga?
4. Bagaimana cara menggunakan obat tetes telinga?
1.3. Tujuan Dan Manfaat
1. Mengetahui definisi tetes telinga
2. Mengetahui bagaimana patofisiologi pada telinga
3. Mengetahui apa saja sediaan tetes telinga
4. Mengetahui bagaimana cara menggunakan obat tetes telinga
BAB II
ISI
2.1. Anatomi Telinga

Secara anatomis, telinga terbagi menjadi 3 bagian, bagian luar, tengah


dan dalam. Telinga luar terdiri dari pinna atau aurikula, yaitu daun kartilago
yang menangkap gelombang bunyi dan menjalurkannya ke kanal auditori
eksternal (meatus), suatu lintasan sempit yang panjangnya sekitar 2,5 cm
merentang dari aurikula sampai membran timpani. Membran timpani
(gendang telinga) adalah pembatas telinga tengah. Membran timpani
berbentuk kerucut, permukaan eksternalnya dilapisi kulit dan permukaan
internalnya dilapisi membran mukosa; membran ini memisahkan telinga luar
dan telinga tengah, memiliki tegangan, ukuran, dan ketebalan yang sesuai
untuk menggetarkan gelombang bunyi secara mekanis. Telinga tengah
terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus tulang temporal. Tuba
eustachius (auditori) menghubungkan telinga tengah dengan faring. Tuba
yang biasanya tertutup dapat terbuka saat menguap, menelan, atau
mengunyah. Saluran ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara
pada kedua sisi membran timpani.
2.2. Definisi Tetes Telinga
 FI III : Guttae Auriculares, tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan
untuk telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Kecuali
dinyatakan lain, tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan
air.
 Ansel : Tetes telinga adalah bentuk larutan, suspensi atau salep yang
digunakan pada telinga dengan cara diteteskan atau dimasukkan dalam
jumlah kecil ke dalam saluran telinga untuk melepaskan kotoran telinga
(lilin telinga) atau untuk mengobati infeksi, peradangan atau rasa sakit.
 DOM King : Tetes telinga adalah bahan obat yang dimasukkan ke dalam
saluran telinga, yang dimaksudkan untuk efek lokal, dimana bahan – bahan
obat tersebut dapat berupa anestetik lokal, peroksida, bahan – bahan
antibakteri dan fungisida, yang berbentuk larutan, digunakan untuk
membersihkan, menghangatkan, atau mengeringkan telinga bagian luar.
 Formulasi Steril : Obat Tetes telinga adalah larutan zat aktif dalam air atau
dalan pembawa lain yang digunakan dengan meneteskan ke dalam lubang
telinga.
2.3. Patologi dan Bakteriologi Otitis
Salah satu kondisi patofisiologi pada telinga adalah infeksi telinga otitis
akut (swimmers ear), yakni suatu kondisi inflamasi dari kanal eksternal
telinga, umumnya disebabkan oleh trauma lokal (akibat cara membersihkan
telinga dengan menggunakan alat runcing dan tajam), tetapi bisa juga
disebabkan oleh hal-hal lain.
Manifestasi tahap preinflamasi dari otitis eksternal, seperti kelainan kulit,
disertai dengan perasaan gatal pada kanal eksternal dan penumpukan unit
apopilo sebaseus. Diduga hal ini akibat kehilangan lipid pada kanal auditor
eksternal sehingga terjadi peningkatan kandungan air stratum korneum yang
menyebabkan edema intraseluler. Tahap inflamasi akut disebabkan oleh
trauma yang menginduksi radang sehingga bakteri mendapatkan akses
menuju dermis.
Otomikosis adalah hasil infeksi jamur pada permukaan kanal eksternal
telinga. Hal ini sering merupakan infeksi ikutan bakteri atau akibat
keberadaan serumen basah (moist). Otitis media supuratif kronik adalah
kondisi inflamasi dari telinga tengah. Selain itu, mungkin pula terjadi
pengerasan (granulations) jaringan, fibriosis dan osteoneogenesis. Umumnya
organisme penyebab otitis akut eksternal ini adalah Pseudomonas aeruginosa
dan Staphylococcus aureus. Penyebab inflamasi kronik adalah Proteus
spesies, Aspergillus niger, dan Candida albicans adalah penyebab otomikosis.
Selain itu mungkin juga terdapat Mucormycosis dan Actiomyces, sedangkan
penyebab otitis media supuriatif kronik adalah Paeruginosa dan S aureus.
Saat telinga terasa sakit, penyebabnya pasti berbeda-beda. Namun, Anda
perlu mengenali beberapa gejala yang biasanya menandai masalah pada
telinga, yaitu:
 Telinga terasa sakit apalagi saat tiduran
 Sakit kepala
 Kesulitan tidur
 Kesulitan mendengar dari biasanya
 Keseimbangan menurun
 Adanya cairan yang keluar dari telinga
 Saluran telinga memerah
 Ada sensasi panas dalam telinga
 Terasa gatal
 Ada rasa tidak nyaman dalam telinga
 Pembengkakan di sekitar telinga
2.4. Sediaan tetes telinga
1. Larutan untuk menghilangkan serumen
Serumen adalah kombinasi sekresi keringat dari kelenjar sebaseous dan
kanal eksternal auditori. Sekresi ini jika mengering akan membentuk masa
semisolida lengket dan dapat mengikat sel epitelial, rambut rontok, debu
dan benda asing lainnya yang masuk kedalam liang telinga. Akumulasi
serumen secara berlebihan dalam telinga dapat menyebabkan rasa gatal,
nyeri, dan mengganggu pendengaran, jika tidak dikeluarkan secara
periodik, maka serumen dapat mengeras dan menghilangkannya akan lebih
sulit serta menimbulkan rasa sakit.
Untuk melunakkan serumen yang sudah memadat digunakan minyak
mineral ringan, minyak nabati, dan hidrogen peroksida. Saat ini digunakan
larutan surfaktan sintetik. Salah satu dari agen ini adalah kondensat
trietanol amin polipeptida oleat, yang secara komersial diformulasi dengan
pembawa propilen glikol, digunakan untuk emulsifikasi serumen untuk
mempermudah pengeluarannya.
Sediaan lainnya adalah karbamida peroksida (6,5%) dalam campuran
gliserin, propilen glikol, dan asam sitrat. Pada saat berkontak dengan
serumen, karbamida peroksida melepas oksigen yang merusak integritas
dari wax serumen yang memadat, sehingga mudah dihilangkan.
Menggunakan obat tetes telinga yang dijual bebas biasanya hanya dapat
dilakukan jika mengalami gangguan telinga ringan, misalnya
penumpukkan kotoran telinga atau telinga kemasukan hewan kecil, seperti
semut atau serangga. Berikut contoh sediaan untuk menghilangkan
serumen :
 Hidrogen peroksida (H2O23%): disebut juga cairan perhidrol yang
digunakan untuk melembutkan atau membantu mengeluarkan dan
membersihkan kotoran telinga (serumen). Namun, perlu diperhatikan
bahwa penggunaan H2O2 secara berlebihan justru dapat menimbulkan
infeksi karena kemungkinan ada cairan yang tertinggal di dalam telinga
sehingga menjadi sarang pertumbuhan bakteri.
 Fenol gliserin: fungsi obat tetes telinga ini mirip dengan hidrogen
peroksida, yakni melunakkan serumen sekaligus melembapkan lubang
telinga. Cairan pembersih telinga ini tergolong aman dan tidak
menimbulkan iritasi.
 Natrium dokusat: juga berfungsi untuk membuat kotoran telinga
melunak sehingga lebih mudah dikeluarkan. Hanya saja, ini bukan
cairan pembersih telinga anak mengingat sifatnya yang rawan
menyebabkan permukaan kulit telinga menjadi kemerahan.

Farmakodinamik dan farmakokinetik


Hidrogen peroksida adalah obat antiseptik, penghilang bau dan
haemostatis yang telah terbukti. Setelah produk memasuki daerah yang
terkena kulit, dan juga saat berhubungan dengan zat yan mampu
mengoksidasi dan menguranginya, ia terurai akibat pengaruh enzim
peroksidase, melepaskan oksigen molekul. Dialah yang membantu
mengoksidasi, memurnikan luka dari nanah, melumpuhkan zat organik,
termasuk protein dan darah. Hidrogen peroksida dengan konsentrasi
minimal 3% memiliki efek antimikroba lemah. Hidrogen peroksida dapat
membunuh bakteri dengan cara melepaskan oksigen reaktif saat berkontak
dengan jaringan yang mengandung enzim katalase.
Efek sampingnya adalah kemerahan, iritasi, dan rasa seperti tertusuk
pada kulit atau area yang diolesi hidrogen peroksida serta alergi hidrogen
peroksida yang ditandai dengan gatal, bengkak, pusing, hingga kesulitan
bernapas.
2. Obat tetes dengan kandungan antibiotik untuk menangani infeksi akibat
bakteri

Framycetin merupakan obat antibiotik golongan aminoglikosida. Zat


ini terdapat pada antibiotik neomycin. Obat ini dapat mengobati penyakit
infeksi telinga, mata, dan kulit. Antibiotik ini dapat digunakan untuk
membasmi berbagai macam bakteri penyebab infeksi. Framycetin bekerja
dengan cara membunuh bakteri. 
Framycetin menghambat sintesis protein pada bakteri yang rentan
dengan mengikat subunit ribosom sehingga menghambat
perkembangbiakan bakteri sekaligus membunuhnya. Framycetin tidak
dapat digunakan terhadap infeksi jamur, virus , dan sebagian besar bakteri
anaerob.
Framycetin digunakan untuk perawatan dan pencegahan infeksi
terhadap luka-luka dan mencegah atau mengobati infeksi pada mata atau
telinga. Pasien harus memberi tahu dokter tentang obat dan perawatan
yang sedang digunakan sebelum menggunakan Framycetin untuk
menghindari efek samping yang tidak diinginkan.
Framycetin tersedia dalam 3 macam bentuk, dalam bentuk kasa yang
dibalur dengan krim antibiotik, obat tetes antibiotik dan krim antibiotik.
Efek sampingnya adalah gatal, ruam, kemerahan, atau iritasi kulit lainnya
yang terjadi setelah perawatan
3. Obat tetes dengan kandungan steroid untuk meredakan pembengkakan dan
rasa nyeri
Flumetasone merupakan obat golongan kortikosteroid yang dapat
digunakan untuk mengatasi kelainan pada kulit atau peradangan pada
telinga. Obat ini biasanya digunakan pada gangguan kulit seperti
dermatitis tanpa infeksi atau pun kondisi peradangan telinga yang dicurigai
disertai infeksi ringan.
Flumetasone dapat menyebabkan efek samping yang meliputi:
 Kemerahan dan kulit kering pada penggunaan topikal
 Dapat menyebabkan munculnya bisul atau terjadi infeksi pada
penggunaan topikal yang selanjutnya ditutup atau dibalut
 Ringan dingin atau terbakar sensasi di lokasi aplikasi
4. Obat tetes dengan kandungan antijamur untuk menangani infeksi jamur
dalam telinga
Clotrimazole adalah obat antijamur yang berfungsi untuk mengobati
infeksi jamur pada kulit (tinea pedis, kurap, panu), liang telinga (otitis
eksterna), dan vagina (candidiasis vaginalis)
Farmakodinamik
Clotrimazole adalah turunan imidazole dengan fungsi antifungal
spektrum luas. Antifungal ini menghambat biosintesa sterol, terutama
ergostol, sebuah komponen penting untuk membran sel jamur, sehingga
meningkatkan permeabilitas membran. Gangguan pada membran sel jamur
menyebabkan kebocoran isi intraselular, sehingga menghambat
pertumbuhan sel (fungistatik) atau menyebabkan lisis dan kematian sel
(fungisidal).
Beberapa efek samping minimal yang muncul antara lain:
 Kulit menjadi kemerahan
 Rasa gatal di sekitar luka
 Iritasi ringan
 Kulit luar yang megelupas
 Reaksi alergi yang parah
5. Sediaan antiseptik
Agen antiseptik sering digunakan untuk pengobatan penyakit kanal
eksternal telinga. Beberapa antiseptik biasa digunakan untuk profilaksis
pembedahan telinga. Sediaan antiseptik otologi dipasarkan hanya sebagai
larutan asam asetat (cuka). Sediaan asam asetat (biasanya larutan 2-5%)
menunjukkan aktivitas antibakteri dan antijamur. Sangat bermanfaat untuk
P. Aeruginosa, Staphilooccus, B-hemolitic streptococci, Candida spesies,
dan Aspergillus. Tidak ada mikroorganisme yang resisten terhadap sediaan
ini.
Antiseptik umum, seperti povidon iodin, klorheksidin glukonat, dan
heksakhlorofen dapat digunakan ototopikal untuk profilaksis pembedahan.
Paling umum digunakan adalah povidon iodium karena spektrum
aktivitasnya lebar terhadap mikroflora, mikrozoa, dan virus. Selama
profilaksis pembedahan, antiseptik harus dicegah jangan sampai memasuki
telinga tengah karena akan menghambat migrasi fibrolast selama proses
penyembuhan.
6. Sediaan Anestetika
Agen anestetika digunakan untuk menghilangkan nyeri terkait dengan
infeksi, seperti otitis eksternal, otitis media, dan miringitis gelembung
(bullous). Dapat pula digunakan secara lokal sebelum operasi, pada
umumnya selama miringotomi pada pasien dengan membran timpanik
tidak rusak atau utuh.
Kebanyakan sediaan anestetik mengandung benzokain karena
benzokain diabsorbsi buruk melalui kulit sehingga terlokalisasi untuk
waktu lama, hanya saja efektivitasnya sulit diramalkan. Benzokain
diketahui pula menjadi penyebab reaksi hipersensitivitas.
2.5. Cara menggunakan obat tetes telinga
 Cuci tangan hingga bersih menggunakan sabun terlebih dahulu
 Kocok botol obat, baik yang obat tetes untuk sakit telinga maupun obat
pembersih telinga.
 Jika botolnya menggunakan pipet terpisah, angkat pipet dari botolnya
dengan hati-hati. Letakan botol di atas alas yang kokoh
 Miringkan kepala ke sisi kiri atau kanan sesuai telinga yang sakit
 Masukan beberapa tetes sesuai petunjuk dokter
 Bersihkan tetesan obat yang tumpah ke sekitar telinga Tetap miringkan
kepala yang sedang ditetesi selama 5 menit
 Segera letakkan pipet dalam botol dan tutup dengan rapat
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Guttae auritulares ini sendiri merupakan obat tetes yang digunakan untuk
telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Zat pembawanya
biasanya menggunakan gliserol dan propilenglikol. Jika terkena cahaya
matahari atau cahaya yang lainnya akan merusak sediaan tetes telinga
tersebut.
Salah satu kondisi patofisiologi pada telinga adalah infeksi telinga otitis
akut (swimmers ear), yakni suatu kondisi inflamasi dari kanal eksternal
telinga, umumnya disebabkan oleh trauma lokal (akibat cara membersihkan
telinga dengan menggunakan alat runcing dan tajam), tetapi bisa juga
disebabkan oleh hal-hal lain.
3.2. Saran
Sebaiknya dalam penggunaan obat tetes telinga harus diperhatikan cara
penggunaannya, supaya tidak menimbulkan efek samping yang berlebihan.
Sementara jika Anda mengalami infeksi telinga, cairan pembersih yang akan
diberikan akan disesuaikan dengan penyebabnya
DAFTAR PUSTAKA
Moh.Anief.1998. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek.Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press

R.Voight. Buku Pembelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

King, R.E., (1984), Dispensing of Medication, Ninth Edition, Marck Publishing


Company, Philadelphia.

Martin., (1971), Dispensing of Medication, Marck Publishing Company,


Pensilvania.

Howard, C. Ansel.(1989), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, UI Press,


Jakarta

Anda mungkin juga menyukai