Disusun oleh :
KELOMPOK II
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari tetes hidung
2. Untuk mengetahui formula umum tetes hidung
3. Untuk mengathui faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan
sediaan tetes hidung
4. Untuk mengetahui bentuk sediaan dari tetes hidung
5. Untuk mengetahui metoda pembuatan tetes hidung
6. Untuk mengetahui evaluasi sediaan tetes hidung
7. Untuk mengetahui bagaimana penyimpanan sediaan tetes hidung ?
8. Untuk mengetahui cara penggunaan sediaan tetes hidung ?
BAB II
ISI
2.1 Definisi
Menurut FI edisi III obat tetes hidung adalah obat tetes yang digunakan
untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat
mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet.
Jadi, Obat Tetes hidung adalah cairan semisolid atau sediaan padat yang
digunakan pada hidung untuk memperoleh suatu efek sistemik atau lokal,
Berisi satu atau lebih bahan aktif.
b. Larutan Inhalasi
Obat atau larutan obat yang diberikan melalui nasal atau rute
pernafasan oral
Tujuan : Lokal (batang bronkhial), dan efek sistemik (Absropsi dari
paru-paru)
Pembawa : air steril untuk injeksi atau larutan NaCl inhalasi
Nebulizer : Alat yang digunakan untuk terapi inhalasi yang mampu
menghasilkan partikel halus (kabut halus)
c. Inhalan
Obat atau gabungan obat yang karena tekanan tinggi dapat terbawa
oleh aliran udara ke dalam alur hidung tempat obat menunjukkan
efeknya
Alatnya Inhaler
Untuk menjamin obat tidak hilang selama penyimpanan, penutup
inhaler harus kedap
2.5 Metoda pembuatan
a. Sediaan larutan
Sterilisasi alat dan bahan
Melarutkan pengisotonis dalam pembawa (larutan 1)
Melarutkan zat aktif + pengawet dalam pembawa (larutan 2)
campur larutan 1 dan larutan 2 sampai homogen
tambakan zat pendapar ke dalam campuran aduk sampai homogen.
Menambahkan pengental aduk sampai homogen
Ditambahkan pembawa ad tanda batas
Memasukkan ke dalam wadah
Sterilisasi akhir.
b. Sediaan suspensi
Suspending agent dicampurkan bersama pembawa kemudian
disterilkan dalam oven.
Zat berkhasiat yang telah ditimbang digerus berturut-turut dalam
mortir steril dan dicampur dengan pembawa yang telah disterilkan
tadi (dalam keadaan dingin) sedikit demi sedikit sambil digerus.
Suspensi ini dituang ke dalam gelas ukur yang dilengkapi batang
pengaduk dan di cukupkan dengan pembawa steril
Sambil diaduk suspensi yang sudah homogen dituang ke dalam
wadah tetes hidung steril yang telah dikalibrasi.
2.6 Evaluasi
1) Evaluasi Kimia
a. Identifikasi zat aktif
b. Penetapan kadar zat aktif
2) Evaluasi fisika
a. Organoleptik
Pemeriksaan organoleptis yang dilakukan meliputi bau, warna,
dari sediaan dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
b. Penetapan bobot jenis
Gunakan piknometer bersih, kering dan telah dikalibrasi dengan
menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan pada
suhu 25 C. Atur hingga suhu zat uji lebih kurang 20, masukkan ke
dalam piknometer. Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu
25, buang kelebihan zat uji dan timbang. Kurangkan bobot
piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah diisi. Bobot jenis
suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat
dengan bobot air dalam piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam
monografi, keduanya ditetapkan pada suhu 25.
c. Keseragaman bobot
Keseragaman bobot dilakukan unutk sediaan tetes hidung berupa
larutan : Timbanglah masa sediaan tetes hidung secara individu sepuluh
wadah dan tentukan rata-rata bobotnya. Tidak lebih dari dua bobot
individu menyimpang dengan lebih dari 10 % dari rata-rata bobot dan
sama sekali tidak menyimpang lebih dari 20%.
d. Keseragaman isi
Keseragaman isi dilakukan untuk sediaan tetes hidung berupa emulsi
atau suspensi
e. Volume terpindahkan
Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering
terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali
volume yang diukur dan telah dikalibrasi, secara hati-hati utnuk
menghindarkan pembentukan gelembung udara pada penuangan dan
diamkan selama tidak lebih dari 30 menit. Jika telah bebas dari
gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran: volume rata-rata
suspense yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100 % dan
tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume yang
dinyatakan pada etiket.
f. pH
Penetapan pH dilakukan dengan menggunakan kertas indikator pH
dengan cara meneteskan sediaan pada kertas indikator tersebut
kemudian warna yang terbentuk dicocokkan dengan berbagai warna pH
yang ada.
g. Homogenitas
Jika sediaan dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lainnya
yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
h. Volume sedimentasi dan kemampuan redispersi
i. Distribusi ukuran partikel
j. Sifat aliran dan viskositas dengan viscometer Brookfield
k. Kejernihan
Penetapan uji kejernihan dilakukan dengan menggunakan tabung reaksi
alas datar diameter 15 mm-25 mm, tidak berwarna, transparan dan
terbuat dari kaca netral. Masukkan ke dalam dua tabung reaksi masing-
masing larutan zat uji dan suspensi padanan yang sesuai secukupnya,
yang dibuat segar dengan cara seperti tertera di bawah sehingga volume
larutan dalam tabung reaksi terisi setinggi tepat 40 mm. bandingkan
kedua isi tabung setelah 5 menit pembuatan suspensi padanan, dengan
latar belakang hitam. Pengamatan dilakukan di bawah cahaya yang
terdifusi, tegak lurus kea rah bawah tabung. Difusi cahaya harus
sedemikian rupa sehingga suspense padanan I dapat langsung dibedakan
dari air dan dari suspensi padanan II
3) Evaluasi biologi
a. Uji sterilitas
Cemaran umum <481> tidak lebih dari 1%.
Larutan uji: Gunakan pelarut etanol mutlak P.
Larutan baku: Gunakan pelarut etanol mutlak P.
Volume penotolan 10 mcl
Media Tioglikolat cair: L-Sistin P 0,5 g , Natrium klorida P 2,5 g,
Glukosa P(C6H12C6.H2O) 5,5 g, Agar P, granul (kadar air tidak lebih
dari 15%) 0,75 g, Ekstrak ragi P (larut dalam air 5,0 g, Digesti pancreas
kasein P 15,0 g, Natrium tioglikolat P atau 0,5 g, Asam tioglikolat P 0,3
ml, Larutan Natrium resazurin P (1 dalam 1000) dibuat segar 1,0 ml, Air
1000 ml, pH setelah sterilisasi 7,01 0,2
Campur dan panaskan hingga larut. Atur pH larutan hingga setelah
sterilisasi 7,1 0,2 menggunakan NaOH 1N. Jika perlu saring selagi
panas menggunakan kertas saring. Tempatkan media dalam tabung yang
sesuai, yang memberikan perbandingan permukaan dengan kedalaman
media sedemikian rupa sehingga tidak lebih dari setengah bagian atas
media yang mengalami perubahan warna sebagai indikasi masuknya
oksigen pada akhir masa inkubasi. Sterilisasi dalam autoklaf. Jika lebih
dari sepertiga bagian atas terjadi warna merah muda, media dapat
diperbaiki 1x dengan pemanasan di atas tangas air atau dalam uap yang
mengalir bebas hingga warna merah muda hilang. Media siap digunakan
jika tidak lebih dari 1/10 bagian atas media berwarna merah muda.
Gunakan media tioglikolat cair untuk inkubasi dalam kondisi aerob.
b. Uji efektivitas pengawet
Prosedur pengujian: Jika wadah sediaan dapat ditembus secara aseptic
menggunakan jarum suntik melalui sumbat karet, lakukan pengujian pada
5 wadah asli sediaan. Jika wadah sediaan tidak dapat ditembus secara
aseptik, pindahkan 20 ml sampel ke dalam masing-masing tabung
bakteriologik tertutup berukuran sesuai dan steril. Inokulasi masing
masing wadah dengan salah satu suspensi mikroba baku, menggunakan
perbandingan 0,10 ml inokula setara dengan 20 ml sediaan dan campur.
Penafsiran hasil suatu pengawet dinyatakan efektif di dalam contoh yang
diuji jika:
Jumlah bakteri viable pada hari ke-14 berkurang hingga tiadak lebih
dari 0,1% dari jumlah awal.
Jumlah kapang dan khamir viable selama 14 hari pertama adalah tetap
atau kurang dari jumlah awal.
Jumlah tiap mikroba uji selama hari tersisa dari 28 hari pengujian
adalah tetap atau kurang dari bilangan yang disebut pada a) dan b)
2.7 Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan di dalam suatu wadah yang tertutup baik,
jika sediaan steril simpanlah di dalam wadah steril yang kedap
udara.
Label sediaan tetes hidung harus mengandung hal-hal berikut:
Nama dan jumlah bahan aktif
Isntruksi penggunaan sediaan tetes hidung
Tanggal kadaluarsa
Kondisi penyimpanan sediaan tetes hidung.