Anda di halaman 1dari 20

“RAGAM BAHASA INDONESIA”

Paper disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pembimbing :

HERU SETIAWAN, M.Pd

KELOMPOK 10

Disusun oleh :

1. Anisa Widiastuti (17250201014)


2. Nabila Sukmanadewi (17250201015)

PRODI D-III KEPERAWATAN PONOROGO

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulilah selalu panjatkan pada Allah swt yang senantiasa
memberikan Ridho dan Rahmatnya sehingga Penyusun dapat menyelesaikan Tugas
Makalah tepat pada waktnya.

Makalah yang bertema tentang “Ragam Bahasa” ini disusun untuk memenuhi tugas
dari mata kuliah Bahasa Indonesia di Program Study D-III Keperawatan Ponorogo.

Dengan kerendahan hati pada kesempatan ini penyusun mengucapkan rasa


terimakasih yang sebesar-besarnya.

Ponorogo, 9 September 2020

Penyusun
HASIL DISKUSI

I. Ragam bahasa
A.Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda -
beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara.
orang yang dibicarakan. serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990).
Seiring dengan perkembangan zaman, sekarang ini masyarakat mengalami
perubahan sehingga bahasa pun mengalami perubahan. Perubahan itu berupa
variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Dalam hal ini banyaknya
variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien
sehingga dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang
cocok untuk keperluan tertentu, yaitu disebut ragam standar (Subarianto, 2000).
Adapun pengertian ragam bahasa menurut beberapa ahli, yaitu sebagai
berikut.
a) Ragam bahasa menurut Bachman (1999)
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang
berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara,
kavvan bicara. orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.
b) Ragam bahasa menurut Dendy Sugono (1999)
Sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah
pekok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan takbaku. Dalam situasi
remi. seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan
bahasa baku. Sebaliknya, dalam situasi takresmi, seperti di rumah, di taman,
atau di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.
c) Ragam bahasa menurut Fishmaned (1968)
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum,
tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam
bahasa baku agar dapat menjadi anutan bagi masyarakat pengguna bahasa
Indonesia. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah kaidah tentang
norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan
(situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan.

B. Penyebab Terjadinya Ragam Bahasa


Ragam bahasa timbul seiring dengan timbulnya perubahan di dalam
masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai
keperluamya. Oleh karena banyaknya variasi, agar tidak mengurangi fungsi
bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme
untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu, dalam hal
ini disebut ragam standar (Subarianto, 2000).
Ada beberapa faktor sebagai penyebab timbulnya ragam bahasa yang ada di
Indonesia, yakni seperti di bawah ini,
1. Faktor Budaya
Setiap daerah mempunyai perbedaan kultur atau daerah hidup yang
berbeda, seperti di wilayah Jawa dan Papua serta beberapa wilayah
Indonesia lainnya.
2. Faktor Sejarah
Setiap daerah mempunyai kebiasaan (adat istiadat) dan bahasa nenek
moyang sendiri-sendiri dan berbeda-beda, antara daerah satu dengan
daerah lainnya.
3. Faktor Perbedaan Demografi
Setiap daerah memiliki dataran yang berbeda, seperti wilayah di daerah
pantai, pegunungan yang biasanya cenderung mengunakan bahasa yang
singkat jelas dan dengan intonasi volume suara yang besar dan tingi.
Berbeda dengan daerah pemukiman padat penduduk yang menggunakan
bahasa lisan yang panjang lebar disebabkan lokasinya yang saling
berdekatan dengan intonasi volume suara yang kecil.

C. Jcnis-jenis Ragam Bahasa


1. Ragam Bahasa Dilihat dari Cara Penuturan
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa dibagi menjadi empat.
yaitu, sebagai berikut
a. Ragam Dialek
Ragam dialek/daerah adalah variasi bahasa yang dipakai oleh
kelompok bangsawan di tempat tertentu (lihat Kridalaksana. 1993:42).
Dalam istilah lama disebut dengan logat. Logat yang paling menonjol
yang mudah diamati ialah lafal (lihat Sugono, 1999:11). Logat bahasa
Indonesia orang Jawa tampak dalam pelafalan /b/ pada posisi awal
nama-nama kota, seperti mBandung. mBayuwangi, atau realisai
pelafalan kata seperti pendidi’an, tabra'an, kenai’an, gera'an. Logat
daerah yang paling kentara, yakni dari segi tata bunyinya. Logat
Indonesia yang dilafalkan oleh orang Tapanuli dapat dikenali, misalnya
karena tekanan kata yang amat jelas. Logat Indonesia orang Bali dan
Jawa, yakni pada pelafalan bunyi /t/ dan /d/-nya. Ciri-ciri khas yang
meliputi tekanan. turun naiknya nada, dan panjang pendeknya bunyi
bahasa membangun aksen yang berbeda-beda.
b. Ragam Terpelajar
Tingkat pendidikan penutur bahasa Indonesia juga mewamai
penggunaan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh
kelompok penutur berpendidikan tampak jelas perbedaannya dengan
yang digunakan oleh kelompok penutur yang tidak berpendidikan,
terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari haliusa asing. seperti
contoh dalam tabel berikut.

Tidak Terpelajar Terpelajar


Pidio Video
Pilem Film
Komplek Kompleks
c. Ragam Resmi
Pajar Fajar
Pitamin Vitamin Ragam resmi
adalah bahasa yang
digunakan dalam situasi resmi. Seperti pertemuan – pertemuan,
peraturan – peraturan, dan perundangan – undangan.
Ciri-ciri ragam bahasa resmi adalah sebagai berikut.
 Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten.
 Menggunakan imbuhan secara lengkap.
 Menggunakan kata ganti resmi.
 Menggunakan kata baku.
 Menggunakan EYD.
 Menghindari unsur kedaerahan.
d. RagamTidak Resmi
Ragam tidak resmi adalah ragam bahasa yang digunakan dalam
situasi tidak resmi, seperti dalam pergaulan, atau percakapan pribadi.
Ciri-ciri ragam bahasa tidak resmi kebaiikan dari ragam bahasa resmi.
Ragam bahasa resmi atau tidak resmi ditentukan oleh tingkat
keformalan bahasa yang digunakan. Semakin tinggi tingkat kebakuan
suatu bahasa, berarti semakin resmi bahasa yang digunakan.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat keformalannya, semakin rendah
tingkat kebakuan bahasa yang digunakan (Sugono, 1998:12-13).

2. Ragam Bahasa Dilihat Dari Cara Berkomunikasi


Macam-macam ragam bahasa dilihat dari cara berkomunikasi dibagi
menjadi tiga, yaitu seperti dibawah ini
a. Ragam Lisan
Ragam bahasa lisan adalah suatu ragam bahasa yang dihasilkan
oleh alat ucap (organ of speech). Dalam ragam bahasa lisan ini, kita
harus memperhatikan beberapa hal seperti tata bahasa. kosakata, dan
lafal dalam pengucapannya. Dalam hal ini dengan memperhatikan hal-
hal tersebut, pembicara dapat mengatur tinggi rendah suara atau tekanan
yang dikeluarkan, mimik/ekspresi muka yang ditunjukkan, serta gerak
tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide sang pembicara.
Contoh ragam lisan, yakni meliputi hal-hal berikut ini.

1. Ragam bahasa cakapan.


2. Ragam bahasa pidato.
3. Ragam bahasa kuliah.
4. Ragam bahasa panggung.

Ciri-ciri ragam bahasa lisan. yakni seperti dibawah ini.

1. Memerlukan kehadiran orang lain.


2. Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap.
3. Terikat ruang dan waktu.
4. Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.

Kelebihan ragam bahasa lisan. yakni sebagi berikut.

1. Dapat disesuaikan dengan situasi.


2. Faktor efisiensi.
3. Faktor kejelasan.
4. Faktor kecepatan.
5. Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas
pengertian bahasa yang dituturkan oleh penutur.
6. Penggunaan bahasa lisan bisa berdacarkan pengetahuan serta
penalsiran dari informasi audit, visual dan kognitif sang penutur.

Kelemahan ragam bahasa lisan, yakni seperti di bawah ini.

1. Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan


terdapat frase-frase sederhana.
2. Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
3. Tidak semua orang bisa melafalkan bahasa lisan dengan benar.
4. Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.
b. Ragam Tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam
ragam bahasa tulis, kita harus memperhatikan beberapa hal seperti tata
cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan pemilihan
kosakata, dalam hal ini kita dituntut untuk tepat dalam pemilihan unsur
tata bahasa seperti bentuk kata, susunan kalimat, pilihan kata, kebenaran
penggunaan ejaan, dan juga penggunaan tanda baca dalam
mengungkapkan ide kita.

Contoh ragam lisan, yakni meliputi ha!-hal di bawah ini.

 Ragam bahasa teknis


 Ragam bahasa undang-undang
 Ragam bahasa catatan
 Ragam bahasa surat

Ciri-ciri ragam bahasa tulis adalah sebagai berikut.

 Tidak memerlukan kehadiran orang lain.


 Adanya unsur gramatikal (hubungan antar unsur-unsur bahasa dalam
satuan yang lebih besar) yang dinyatakan secara lengkap.
 Tidak terikat oleh ruang dan waktu.
 Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.

Kelebihan ragam bahasa tulis, yakni sebagai berikut

 Informasi yang disajikan bisa dipilih oleh sang penulis untuk


dikemas menjadi media atau materi yang lebih menarik dan
menyenangkan.
 Umumnya memiliki kedekatan antara budaya dengan kehidupan
masyarakatnya.
 Sebagai sarana untuk memperkaya kosakata.
 Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud/tujuan, memberikan
informasi, serta dapat mengungkap unsur-unsur emosi sehingga
mampu meningkatkan wawasan si pembaca.

Kelemahan ragam bahasa tulis, yakni sebagi berikut

 Alat atau sarana yang dapat memperjelas pengertian seperti bahasa


lisan tidak ada. Akibatnya, bahasa tulis pun harus disusun lebih
sempurna.
 Tidak mampu menyajikan berita secara lugas dan jujur.
 Hal yang tidak ada dalam bahasa tulis pun tidak dapat diperjelas.

c. Ragam Bahasa Dilihat dari Topik Pembicaraan


1. Ragam Sosial
Ragam sosial, yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan
kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan
sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Misalnya, ragam bahasa
yang digunakan dalam keluarga atau persahabatan dua orang yang
akrab dapat dikatakan sebagai ragam sosial. Selain itu, ragam sosial
berhubungan pula dengan tinggi atau rendahnya status
kemasyarakatan lingkungan sosial yang bersangkutan.
2. Ragam Fungsional
Ragam fungsional (profesional) adalah ragam bahasa yang
dikaitkan dengan profesi, lembaga, lungkungan kerja, atau kegiatan
tertentu lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian
keadaan penggunaannya. Ragam fungsional dapat menjadi bahasa
negara dan bahasa teknis keprofesian, seperti bahasa dalam
lingkungan keilmuan/teknologi, kedokteran, dan keagamaan.
3. Ragam Jurnalistik
Bahasa Jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipergunakan oleh
dunia persuratkabaran (dunia pers = media massa celak). Dalam
perkembangan lebih lanjut, bahasa jurnalistik adalah bahasa yang
dipergunakan oleh seluruh media massa. Dalam hal ini termasuk
media massa audio (radio), audio visual (televisi), dan multimedia
(internet). Ragam bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa
yang dibentuk oleh spesifikasi materi yang disampaikannya. Ragam
khusus jurnalistik termasuk dalam ragam bahasa ringkas.
4. Ragam Sastra
Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau karakter subjektif,
lentur. konotatif, kreatif, dan inovatif. Bahasa sastra ialah bahasa
yang dipakai untuk menyampaikan emosi (perasaan) dan pikiran.
fantasi dan lukisan angan-angan, penghayatan lahir dan batin,
peristiwa dan khayalan dengan bentuk istimewa. Dalam hal ini
istimewa karena kekuatan efeknya pada pendengar/pembaca dan
istimewa cara penuturannva. Bahasa dalam ragam sastra ini
digunakan sebagai bahan kesenian, di samping sebagai alat
komunikasi. Untuk memperbesar efek penuturan dikerahkan segala
kemampuan yang ada pada bahasa. Arti, bunyi, asosiasi, irama,
tekanan, suara, panjang pendek suara, persesuaian bunyi kata, sajak,
asonansi, posisi kata, ulangan kata/kalimat di mana perlu dikerahkan
untuk mempertinggi efek. Misalnya, bahasa dalam sajak jelas
bedanya dengan bahasa dalam karangan umum.
Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah. ragam bahasa sastra
banyak mengunakan kalimat yang tidak efektif. Penggambaran yang
sejelas – jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering
dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta
pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
5. Ragam Politik dan Hukum
Bahasa politik berisi kebijakan yang dibuat oleh penguasa
dalam rangka menata dan mengatur kehidupan masyarakat.
Dengan sendirinya penguasa merupakan salah satu sumber
penutur bahasa yang mempunyai pengaruh yang besar dalam
pengembangan bahasa di masyarakat. Salah satu ciri khas bahasa
hukum adaiah penggunaan kalimat yang panjang dengan pola
kalimat luas. Dalam hal ini diakui bahwa bahasa hukum
Indonesia tidak terlalu memperhatikan sifat dan ciri khas
bahasa Indonesia dalam strukturnya. Hal ini disebabkan hukum
Indonesia pada umumnya didasarkan pada hukum yang ditulis
pada zaman penjajahan Belanda dan ditulis dalam bahasa
Belanda. Namun, terkadang sangat sulit menggunakan kalimat
yang pendek dalam bahasa hukum karena dalam bahasa hokum
kejelasan norma-norma dan aturan terkadang membutuhkan
penjelasan yang panjang lebar, jelas kriterianya, keadaan, serta
situasi yang dimaksud.

II. Ragam Bahasa Ilmiah


Ragam bahasa ilmiah adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang
digunakan dalam pertemuan dan penulisan karya ilmiah. Dimana ragam bahasa
ilmiah ini diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil
pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode
(pendekatan rasional pendekatan empiris) dengan sistematika penulisan yang
bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau
keilmiahannya.
 CIRI-CIRI RAGAM BAHASA ILMIAH
1. Baku
Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
baku, baik mengenai struktur kalimat maupun kata.
2. Logis.
Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah
dapat diterima akal.
3. Kuantitatif.
Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti
4. Tepat.
Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh
pemutus atau penulis dan tidak mengandung makna ganda.
5. Denotatif yang berlawanan dengan konotatif.
Kata yang digunakan atau dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya dan tidak
diperhatikan perasaan karena sifat ilmu yang objektif.
6. Runtun.
Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya, baik
dalam kalimat maupun dalam alinea atau paragraf adalah seperangkat
kalimat yang mengemban satu ide atau satu pokok bahasan.
 Karakteristik Ragam Bahasa Ilmiah
1. Cendekia
artinya bahasa Indonesia itu mampu digunakan secara tepat untuk
mengungkapkan hasil berpikir logis, yakni mampu membentuk pernyataan
yang tepat dan seksama.
Contoh : Infeksi cendawan pembentuk mikoriza (CPM) akan mempengaruhi
serapan hara fosfor oleh tanaman inang melalui akar terutama tanaman yang
tumbuh pada tanah yang kekurangan fosfor yang dimungkinkan oleh adanya
hifa eksternal.
2. Lugas
artinya Paparan bahasa yang lugas akan menghindari kesalah-pahaman dan
kesalahan menafsirkan isi kalimat dapat dihindarkan.Penulisan yang bernada
sastra perlu dihindari.
Contoh : Mahasiswa sering mendapatkan tugas yang tidak dapat dikatakan
ringan sehingga kemampuan berfikirnya menjadi berada di awing-awang
3. jelas
artinya Gagasan akan mudah dipahami apabila:
a. Dituangkan dalam bahasa yang jelas
b. Hubungan antara gagasan yang satu dengan yang lain juga jelas. Kalimat
yang tidak jelas, umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat
panjang.
Contoh : Struktur cendawan pembentuk mikoriza (CPM) pada apikal akar
berbentuk bebas dan berpengaruh tidak langsung terhadap kapasitas serapan
hara oleh akar, misalnya dalam kompetisidalam memanfaatkan karbohidrat,
karena cendawan pembentuk mikorisa sangat tergantung kepada kandungan
karbon tanaman inang sebagai sumber energinya serta kapasitas dan
mekanisme CPM dalam menyerap hara hanya akan dievaluasi dari
asosiasinya dengan tanaman inang.
4. Formal
artinya Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal.
Tingkat keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada lapis
kosa kata, bentukan kata, dan kalimat.
Contoh:

Kata Formal Kata Nonformal


Wanita Cewek
Dari Ketimbang
Hanya Cuma
Membuat Bikin
Dipikirkan Dipikirin
Bagaimana Gimana
Matahari Mentari
Tulisan ilmiah termasuk kategori paparan yang bersifat teknis.

5. menghindari kalimat fragmentasi


Artinya kalimat yang belum selesai. Kalimat yang seperti ini terjadi karena
adanya keinginan tanpa menyadari kesatuan gagasan dalam beberapa
kalimat tanpa menyadari kesatuan yang diungkapkan.
6. Bertolak dari gagasan
Artinya penonjolan diadakan pada gagasan atau hal yang diungkapkan dan
tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat-kalimat yang digunakan
didominasi oleh kalimat pasif.
Contoh : Penulis menyimpulkan bahwa hifa cendawan pembentuk mikoriza
yang berasosiasi dengan akar tanaman mampu membantu tanaman untuk
menyerap unsur hara fosfor dan nitrogen
7. Objektif
artinya Sifat objektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan
sebagai pangkal tolak, tetapi juga diwujudkan dalam penggunaan kata.
Contoh : Daun tanaman kedelai yang mengalami khlorosis disebabkan oleh
kekurangan unsur nitrogen. Kata yang menunjukkan sikap ekstrem dapat
memberi kesan subyektif dan emosional. Kata seperti harus, wajib, tidak
mungkin tidak, pasti, selalu perlu dihindari.
8. Ringkas dan padat
direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang hemat.
Contoh : Tri dharma perguruan tinggi menjadi ukuran kinerja setiap sivitas
akademika.

III. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Komunikasi


Menurut Gorys Keraf (2004:1), bahasa adalah alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Ketika anggota masyarakat menginginkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya,
maka orang tersebut akan menggunakan suatu bahasa yang sudah biasa
digunakannya untuk menyampaikan sesuatu informasi. Pada umumnya bahasa-
bahasa tersebut dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain, hal ini
dapat dikarenakan adanya perbedaan kultur,
lingkungan dan kebiasaan yang mereka miliki. Mungkin asumsi beberapa orang
berpendapat bahwa tidak hanya bahasa saja yang dapat dijadikan sebagai media
komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa terdapat dua orang atau lebih yang
mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah
disepakati bersama. Mereka memakai beberapa alat ataupun media untuk
menyampaikan suatu kabar yang memang ingin diinformasikan kepada pihak
lain dengan menggunakan lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong
dan sebagainya.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang arbiter, yang dipergunakan oleh sekelompok masyarakat untuk
bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Dilihat dari pengertian
yang ada dalam kamus tersebut, dapat difahami bahwa bahasa juga dapat
berfungsi sebagai lambang bunyi sebagai mana not yang ada pada nada, akan tetapi
fungsi atau manfaat yang diberikan sangatlah berbeda antara keduanya. Bunyi
yang dihasilkan oleh bahasa dipreoritaskan untuk menyampaikan suatu
informasi serta lebih menitik beratkan pada kepadatan isinya bukan pada fungsi
estetika yang dihasilkannya.
Pengertian Bahasa Menurut Kridalaksana (1983) dan Kentjono (1982),
bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota
kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.
Lain halnya dengan Owen dalam Setiawan (2006:1), yang menjelaskan definisi
bahasa yaitu language can be defined as a socially shared combinations of those
symbols and rule governed combinations of those symbols (bahasa dapat
didefenisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem
konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang
dikehendaki.

IV. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Ilmu


Bahasa Indonesia telah ditetapkan sebagai bahasa nasional pada tanggal 28
Oktober 1928 tepat pada peristiwa sumpah pemuda.Hal ini terdapat pada isi
Sumpah Pemuda pada nomor ketiga, yakni “Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Sejak peristiwa sumpah pemuda,
bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan baik
dalam penggunaan secara lisan maupu tulis hingga sekarang.
Pembahasan mengenai hakikat bahasa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
sejarah perkembangan bahasa Indonesia. Menurut Nurhasanah (2017:89) sejarah
perkembangan bahasa Indonesia dibedakan dalam 3 periode. Ketiga periode
tersebut adalah sebelum sumpah pemuda, periode sumpah pemuda sampai periode
kemerdekaan Republik Indonesia, dan periode pasca proklamasi kemerdekaan
sampai sekarang.
Periode sebelum sumpah semuda (sebelum tahun 1928), dalam periode ini
kondisi yang terjadi bahwa bahasa Melayu telah menjadi bahasa persatuan, serta
bahasa resmi yang diterapkan di sekolah-sekolah adalah bahasa Belanda.
Dampaknya pada periode tersebut bahasa Indonesia belum dapat disebut bahasa
Indonesia karena belum ada penetapan tentang penggunaan bahasa Indonesia.
Mengingat bangsa Indonesia sedang dalam masa jajahan bangsa Belanda.
Periode sumpah pemuda sampai periodekemerdekaan Republik
Indonesia.Pada periode ini, yaitu sejak tahun 1928 tepatnya sejak di ikrarkannya
sumpah pemuda sampai tahun 1945, perkembangan bahasa Indonesia telah
mengalami perubahan penggunaan di masyarakat. Hal ini terjadi sesuai dengan poin
ke tiga pada sumpah pemuda “Kami putra-putri Indonesia mengaku berbahasa satu
bahasa Indonesia”.Sejak saat itu maka munculah kesadaran dalam setiap pribadi
masyarakat Indonesia walaupun belum merata seperti yang terjadi saat ini. Dalam
periode ini ada beberapa perkembangan baru di bidang bahasa yaitu:
a. Lahirnya angkatan pujangga baru tepatnya pada tahun 1933
b. Diadakannya kongres bahasa Indonesia yang pertama yang menghasilkan
ketetapan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu Priok
c. Pada tahun 1942-1945 Jepang melarang penggunaan bahasa Belanda sebagai
bahasa wajib di sekolah-sekolah dan malah menyarankan penggunaan bahasa
Indonesia
d. Pada tahun 1945 muncullah angkatan sastrawan 45 yang dipelopori oleh
Chairil Anwar yang bergerak dalam bidang puisi dan Idrus yang bergerak
dalam bidang prosa.
Periode pasca proklamasi kemerdekaan sampai sekarang. Dalam periode ini
terdapat beberapa pembaharuan mengenai penggunaan bahasa Indonesia,
diantaranya:
a. Bahasa Indonesia dianggap sebagai bahasa Nasional seperti tersurat dalam
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36 yang berbunyi bahwa “bahasa negara
adalah bahasa Indonesia”. Sejak saat itu bahasa Indonesia ditetapkan
penggunaannya secara sah sebagai bahasa nasional Indonesia.
b. Pada tahun 1954 diadakan kongres bahasa Indonesia yang kedua yang diadakan
di Medan
c. Pada tahun 1978 diadakan lagi kongres bahasa Indonesia yang ke tiga yang
dilaksanakan di Jakarta, yang membahas dan menetapkan Ejaan yang
Disempurnakan (EYD).
Hakikat bahasa Indonesia dalam konteks pemakaian bahasa Indonesia yang
benar dapat dilihat dari pedoman bahasa Indonesia. Pedoman bahasa Indonesia yang
benar terdapat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia. Pedoman ejaan bahasa Indonesia sebelumnya yakni Ejaan yang
Disempurnakan (EYD), namun sejak tahun 2015 pedoman ejaaan menggunakan
PUEBI atau Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
 Kedudukan Bahasa Indonesia dalam Ilmu Pengetahuan
Pembahasan kedudukan bahasa Indonesia secara umum telah jelas tercantum
dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia nomor 24 Tahun 2009 Tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Lebih lanjut
dijelaskan dalam Pasal 1 ayat 2 yakni “Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang selanjutnya disebut Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang
digunakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Menurut
pendapat diatas disimpulkan bahwa kedudukan bahasa Indonesia secara umum
adalah sebaga bahasa resmi nasional yang digunakan diseluruh wilayah Indonesia.
Menurut Undang-Undang Dasar Republik Indonesia nomor 24 Tahun 2009,
pasal 1 ayat 2 kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Negara Indonesia
dijelaskan lebih lanjut memiliki beberapa fungsi. Salah satu fungsi dari bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi negara adalah yang berkaitan dengan bidang ilmu
lmu pengetahun. Fungsi bahasa Indonesia dalam bidang ilmu pengetahuan menurut
pasal 25 ayat 3 mengenai Bahasa Negara yakni sebagai bahasa pengantar
pendidikan dan bahasa sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
Realisasi bahasa Indonesia sebagai alat yang digunakan untuk sarana
pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan yakni diwajibkan bagi para
peneliti untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang digunakan
dalam karya ilmiah. Realisasi bahasa Indonesia sebagai alat pengembangan ilmu
pengetahuan juga dijelaskan pada pendapat Pramuki (2014:1.11) sebagai berikut:
“Sebagai alat pengembang kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi,
bahasa Indonesia adalah satu-satunya bahasa yang digunakan untuk membina dan
mengembangkan kebudayaan nasional yang memiliki ciri-ciri dan identitas sendiri.
Di samping itu, bahasa Indonesia juga dipekai untuk memperluas ilmu pengetahuan
dan teknologi modern baik melalui penulisan buku-buku teks, penerjemahan,
penyajian pelajaran di lembaga lembaga pendidikan umum maupun melalui sarana-
sarana lain di luar lembaga pendidikan.”

V. Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Komunikasi


a. Di daerah Madiun Khususnya Kecamatan Gemarang penggunaan Bahasa
Indonesia sebagai komunikasi sangat jarang digunakan, karena pada umumnya
masyarakat Gemarang menggunakan Bahasa Jawa untuk berkomunikasi sehari-
hari. Penggunaan Bahasa Indonesia sebagai komunikasi digunakan hanya untuk
orang pendatang yang digunakan untuk beradaptasi dengan masyarakat sekitar
dan untuk rapat – rapat pemerintahan .
b. Di daerah Madiun khususnya Kecamatan Mejayan penggunaan Bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi sangatlah jarang digunakan, karena pada
umumnya masyarakat Mejayan menggunakan Bahasa Jawa untuk
berkomunikasi sehari-hari. Penggunaan Bahasa Indonesia hanya digunakan saat
berkomunikasi dengan orang pendatang dari luar kota atau dari manapun yang
harus beradaptasi dengan masyarakat sekitar.

Daftar Pustakka

I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa. 2018. Ragam Bahasa Indonesia. Bali :


Universitas Udayana Fakultas Ilmu Budaya Program Studi Sastra Indonesia.
Murti, S. (2015).Eksistensi Penggunaan Bahasa Indonesia di Era
Global.Dalam Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB.
Nurhasanah, N. (2017). Peranan Bahasa Sebagai Mata Pelajaran Wajib Di
Indonesia.Eduscience, 2 (2), hlm.87-93.
Pramuki, B.E, dkk. (2014). Materi Pokok Bahasa Indonesia.Banten:
Universitas Terbuka.
http://menulisbukuilmiah.blogspot.com/2008/10/karya-tulis-ilmiah-ciri-dan-
sikap.html

Anda mungkin juga menyukai