“TETES MATA”
OLEH:
Afidatur Rafika
Dewi Ayu Liliana
Dwi Enjang
Eko Priyo Basuki
Sotya Bagaskara
Widya Ratna Anggraeni
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Tujuan umum pada penelitian tersebut terdiri atas ;
a) Menerapkan pembuatan tetes mata
b) Dapat meningkatkan pengetahuan tentang sediaan steril
c) Dapat merancang formulasi tetes mata yang baik dengan bahan aktif asam borat
d) Dapat membuat sediaan yang telah diformulasikan tersebut sesuai dengan
persyaratan pembuatan sediaan steril
e) Dapat mengevaluasi sediaan tetes mata yang telah dihasilkan
1.3 Manfaat
a) Mahasiswa mampu membuat sediaan steril dan menerapkan peraturan-peraturan yang
ada Mahasiswa mampu merancang formulasi sediaan tets mata yang baik dengan
bahan aktif kloramfenikol
Mahasiswa dapat membuat dan mengevaluasi sediaan tets mata yang dihasilkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1) JERNIH
Sediaan tetes mata harus jernih, bebas dari partikel asing dan melayang. Cara yang
paling sederhana untuk menjamin kejernihan sediaan adalah dengan melakukan
penyaringan.
2) ISOTONIS
Cairan mata memiliki tonisitas yang ekuivalen dengan larutan NaCl 0,9%, namun
mata masih bisa mentoleril paling rendah 0,6% dan paling tinggi 1,8%.
Pada sediaan yang hipotonis biasanya ditambahkan zat pengisotonis seperti :
NaCl
Asam Borak
Dextrosa
Sediaan yang hipertonis lebih diterima dibandingkan hipotonis.
3) ISOHIDRIS
Sediaan obat tetes mata harus memiliki pH = pH cairan air mata (isohidris),
tujuannya untuk menghindari timbulnya rasa perih pada mata pada waktu diteteskan.
Tapi lebih disyaratkan untuk menyamakan pH sediaan dengan pH stabilitas dari zat
aktif, tujuannya untuk menghindari timbulnya fluktuasi pH sediaan selama
penyimpanan yang bisa mempengaruhi stabilitas zat dan sediaan. Untuk
mengatasinya maka ditambahkan buffer.
4) STERIL
Sediaan tetes mata harus steril karena penggunaannya di gunakan pada bagian mata.
5) VISKOSITAS
Bahan pengkhelat viskositas untuk memperpanjang lama kontak dalam mata dan
untuk absorpsi obat dan aktivitasnya.Bahan-bahan seperti metilselulosa, polivinil
alkohol dan hidroksi metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan
viskositas.
6) HOMOGEN
Pada sediaan tetes mata terutama sediaan tetes mata berbentuk larutan harus
tercampur sempurna.
7) BEBAS PIROGEN
Pada sediaan tetes mata harus bebas pirogen, pirogen merupakan produk
metabolisme mikroorganisme umumnya bakteri dan kapang serta virus.
2.1 Keuntungan Tetes Mata dan Kerugian
2.1.1 Keuntungan
6. Berdasarkan Penggolongannya :
Golongan Obat Bebas :
Merupakan jenis sediaan tetes mata yang dapat dibeli secara langsung tanpa
menggunakan resep Dokter contohnya Insto, rohto dan visine.
Golongan Obat Bebas Terbatas :
Merupakan jenis sediaan obat tetes mata yang saat pembeliaannya harus
menggunakan resep resmi dari Dokter contohnya xendo citrol.
7. Berdasarkan Farmakologinya :
Midriatik dan cycloplegic
Digunakan untuk memperlebar pupil mata, biasanya digunakan bila akan dilakukan
pemeriksaan pada mata untuk melihat detail mata.Tetes mata midriatik secara
temporer akan menstimulasi pelebaran otot iris pada mata.Midriatik biasa
digunakan untuk alasan berikut ini:
1. Relaksasi otot lensa mata dalam melakukan fokus mata.
2. Dalam operasi mata untuk menghindari luka gores dengan memperlebar pupil
mata (misal: operasi katarak).
3. Untuk menghindari operasi katarak pada penderita katarak kecil yang masih
kecil.
4. Post operatif Glaukoma.
5. Pada anak-anak penderita amblyopia (mata malas), midriatik digunakan sebagai
terapi untuk memburamkan pandangan mata agar otak anak terstimulasi.
6. Penggunaan Midriatik menyebabkan pelebaran pupil mata sehingga lebih
sensitif terhadap cahaya. Oleh sebab itu penggunaan kacamata UV dapat
membantu. Misalnya : Cendo Mydriatil
Miotik dan anti glaucoma
Miotik digunakan dengan tujuan konstriksi/memperkecil pupil mata. Obat jenis ini
bertolak belakang dengan penggunaan tetes mata midriatik. Sedangkan
antiglaukoma digunakan untuk mencegah peningkatan Tekanan Intra Okular yang
berakibat pada perubahan patologis optik mata yang dapat menyebabkan kebutaan.
Contoh sediaan, misalnya: Azopt TM, Betoptima TM, Cendo Carpine TM, Cendo
Timolol.
Anastetik lokal
Anastetik local mata biasa digunakan untuk menimbulkan kekebalan atau mati
rasa. Biasanya digunakan sebelum mengukur tekanan pada mata, menghilangkan
objek asing dari mata dan sebelum melakukan beberapa pemeriksaan mata. Efek
dari tetes mata anastetik biasanya selama 20 menit. Contoh sediaan Pantocain.
Tonik
Tonik mata berfungsi sebagai penyegar dan mengatasi kelelahan pada mata.
Penggunaannya juga mampu mempertajam penglihatan. Contoh sediaan, misalnya
: Cendo Augentonic
8. Berdasarkan Wadah
a. Plastic
Tetes mata yang dikemas dalam wadah plastic memiliki penetas yang tetap dan
terpasang serta akan mengeluarkan obat apabila di pegang pada posisi terbalik.
Sediaan tetes mata yang dikemas dalam wadah plastic memiliki keuntungan yaitu
tidak mudah mendapatkan pencemaran dari udara.
b. Botol
Tetes mata yang dikemas dalam wadah botol memberikan bahan yang lebih efisien
untuk penyiapan terus-menerus larutan tetes mata.
10. LP tidak boleh memberikan warna merah. Kemudian, 10 ml air untuk injeksi
dengan ditambahkan 5 tetes larutan biru bromtimol LP tidak boleh memberikan
warna biru.
Menurut Operation manual for Implementation of GMP, proses pembuatan
water for Injection melalui tiga proses sebagai berikut:
a) Proses pertama adalah persiapan (pretreatment) untuk mendapatkan Water For
Injection dimulai dari sumber air (sumur atau mata air) yang ditampung dan
diendapkan, kemudian diberi penyaring pasir dan diberi klorin, sehingga air
dapat diminum (drinking water). Air minum disaring kembali dengan filter 5-
10 µm.
b) Proses kedua adalah proses final treatment biasanya dilakukan reverse osmosis
dengan menggunakan chemical softening (kation anion), atau menggunakan
Twin Bed Column lalu disaring dengan menggunakan filter 5-10 µm kemudian
disaring lagi menggunakan filter yang lebih kecil dengan ukuran filter 2 µm
bila perlu menggunakan ozonisator atau ultraviolet atau pemanasan dengan
temperatur di atas 70o C kemudian dimasukkan dalam tangki penampung
dengan temperatur 70o C kemudian di EDI (Electro Deionization) Atau
didestilasi dimasukkan ke dalam tangki penampung lalu disaring dengan filter
bakteri 0,02 µm.
c) Proses ketiga adalah proses sterilisasi WFI dengan menggunakan autoklaf,
sehingga mendapatkan WFI steril.
2.2.2 Indikasi
Chloramphenicol diindikasikan untuk pengobatan topical dari infeksi akut
konjungtifitis bacterial pada orang dewasa, orang tua, maupun anak-anak umur 2 tahun atau
lebih. Digunakan sebanyak satu tetes pada mata yang terinfeksi selama dua jam pada 48 jam
awal dan empat jam setelahnya. Tidur tidak perlu diganggu untuk pemberian tetes mata.
Pengobatan yang biasa dibutuhkan selama lima hari.
2.2.3 Efek Samping Chlorampenicol
Reaksi hypersensitifitas, demam, kemerahan pada tubuh, mimpi buruk, bengkak pada
wajah dan mata, anemia, penurunan jumlah sel darah putih trombosit yang disebabkan karena
supresi pada sum sum tulang, mual, muntah, diare, kesemutan, gangguan penglihatan.
Penggunaan dosis tinggi pada bayi baru lahir dapat menyebabkan grey baby syndrome
dimana keadaanya memburuk dengan cepat.
2.2.4 Kontra Indikasi
Tetes mata kloramfenikol di kontra indikasikan untuk orang yang memiliki sejarah
hipersesitif pada kloramfenikol ataupun zat kandungan pada tetes mata. Myelosuppression
pada saat penggunaan pertama chloramfenikol dan pasien dengan sejarah keluarga dyscrasias
darah termasuk aplastic anemia.
2.2.5 Dosis pemakaian
Teteskan 1 tetes pada mata yang sakit 1-4 kali.Untuk infeksi akut teteskan 1 tetes
stiap jam atau sesuai petunjuk dokter.Perlu perhatian untuk pemberian pada bayi dan anak-
anak dibawah 2 tahun.
2.2.6 Stabilitas Penyimpanan
Simpan pada suhu 15-25 derajat C, terlindungi dari cahaya.
e. Inkompatibilitas
- Dengan parasetamol : menurunkan waktu paruh dan klirens
- Dengan kontrasepsi oral : menurunkan efikasi kontrasepsi oral
- Dengan diuretic : meningkatkan ekskresi kloramfenikol (furosemid)
f. Cara penggunaan
Dosis umum untuk infeksi ocular, optalmik, kloramfenikol 0,5% dosis 1-2tetes
tiap2 jam untuk 48 jam pemakaian pertama, tiap 4 jam untuk pemakaian setelahnya
2. Bahan Tambahan
Benzalkonium Klorida(Hand Book Of Pharmaceutical Excipients,hal 27
Synonim : alkylbenzyldimethylammonium chloride; alkyl dimethyl benzyl
ammonium c chloride; BKC
Nama kimia :alkyldimethyl(phenylmethyl)ammonium chloride
Stuktur kimia:
Fungsi:
Pengawet antimikroba, antiseptik, desinfektan, solubilizing agents dan wetting
agents
Penggunaan pada pharmaceutical formulation:
Benzalkonium klorida adalah quarternary ammonium compound yang
digunakan pada formulasi farmasi sebagai pengawet antimikroba yang bekerja
serupa dengan kationik surfaktan lain seperti cetermide.
Pada formulasi optalmik, benzalkonium klorida adalah salah satu yang
digunakan sebagai pengawet pada konsentrasi 0,01-0,02% w/v. Sering kali
digunakan kombinasi dengan pengawet lain atau eksipien lain, seperti 0,1% w/v
disodium edetate, untuk meningkatkan aktivitas anti mikroba pada Pseudomonas.
Deskripsi:
Benzalkonium klorida merupakan bubuk putih atau kuning-putih
amorphorus, gel kental, atau serpihan gelatinuous. higroskopis, bersabun saat
disentuh, dan memiliki bau aromatik yang ringan dan rasa sangat pahit
Stabilitas dan penyimpanan: benzalkonium klorida higroskopis dan dapat
dipengaruhi oleh cahaya, udara, dan logam. Larutan yang stabil pada range pH
dan temperatur yang luas dan disterilisasi dengan autoklaf tanpa kehilangan
efektivitas. Larutan dapat disimpan untuk waktu yang lama pada suhu kamar.
Nilai ekivalensi : 0,16
PH : 5 – 8 pada Konsentrasi larutan 10 % w/v
Konsentrasi : 0,01 – 0,02% dalam sediaan mata
Sterilisasi : Otoklaf
Stabilitas : Teroksidasi oleh cahaya ,udara dan logam
NymcelZSB, SCMC.
Nama kimia: Selulosa, karboksimetileter, garamnatrium[9004-32-4]
Struktur Kimia:
BM: 198,18
Fungsi: Viskositas
Aplikasi dalam pharmaceutical formulation:
Na CMC secara luas digunakan pada formulasi sediaan oral dan topikal, terutama
serbuk ditujukan baik untuk aplikasi topikal atau oral dan parenteral administrasi.
Na CMC juga dapat digunakan sebagai pengikat tablet dan disintegran, dan untuk
menstabilkan emulsi.
Ph cma na : 5 – 11
tinggi, Na CMC dapat menyerap air dalam jumlah besar (> 50 %). Pada tablet, hal
ini berkaitan dengan penurunan kekerasan tablet dan peningkatan waktu hancur.
bawah 2, dan viskositas larutan menurun dengan cepat di atas pH 10. Umumnya,
pada suhu 160C selama 1 jam. Namun, proses ini menghasilkan penurunan yang
signifikan pada viskositas dan beberapa penurunan sifat pada sediaan yang dibuat
2.4 Formulasi
2.4.1 Definisi
Formulasi adalah campuran bahan aktif dengan bahan lainnya yang mempunyai daya
kerja sesuai dengan tujuan yang direncanakan.
2.5 Produksi
Produksi yaitu suatu kegiatan untuk membuat, menambah nilai guna, baik nasioanal
maupun internasional.
Tujuan Produksi:
1. Untuk menghasilkan jenis obat yang sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang
berlaku.
2. Meningkatkan mutu dan jumlah produksi.
Produsen selalu berusaha memuaskan keinginan konsumen. Dengan berproduksi,
produsen mendapat kesempatan melakukan uji coba (eksperimen) untuk
meningkatkan mutu sekaligus jumlah produksinya agar lebih baik dari produksi
sebelumnya.
Produksi meliputi ruang, peralatan, personalia dan metode.
2.5.1 Ruang Produksi
2.5.1.1 Definisi Ruang Produksi
Ruang produksi adalah suatu ruang yang dirancang dengan khusus sebagai tempat
dilaksanakan kegiatan produksi dimana di dalamnya mengakomodasi berbagai macam
kebutuhan produksi ( alat, bahan, personal, manajemen ) dengan spesifikasi khusus
1.3.2 Personalia
Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam proses
pembuatan produk steril, terutama dengan tehnik pembuatan secara ASEPTIS adalah
faktor PERSONALIA. Berikut adalah beberapa persyaratan CPOB yang terkait dengan
personalia yang bekerja di ruang steril :
1. Personil yang bekerja di area bersih dan steril dipilih secara seksama untuk
memastikan bahwa mereka dapat diandalkan untuk bekerja dengan penuh disiplin dan
tidak mengidap suatu penyakit atau dalam kondisi kesehatan yang dapat menimbulkan
bahaya pencemaran mikrobiologis terhadap produk.
2. Hanya personil dalam jumlah terbatas yang diperlukan boleh berada di area bersih;
hal ini penting khususnya pada proses aseptik. Inspeksi dan pengawasan dilaksanakan
sedapat mungkin dari luar area bersih.
3. Standar higiene perorangan dan kebersihan yang tinggi adalah esensial. Personil yang
terlibat dalam pembuatan produk steril diinstruksikan untuk melaporkan semua
kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan penyebaran cemaran
4. Pakaian rumah dan pakaian kerja regular tidak boleh dibawa masuk ke dalam kamar
ganti pakaian yang berhubungan dengan ruang ber-Kelas B dan C. Untuk tiap personil
yang bekerja di Kelas A/B, pakaian kerja steril (disterilkan atau disanitasi dengan
memadai) harus disediakan untuk tiap sesi kerja.
Tahapan – tahapan personal ketika memasuki ruangan steril :
1. Sebelum memasuki ruangan steril, personal terlebih dahulu memakai APD yang terdiri
dari masker, head save, headscoon, sepatu yang terbuat dari karet dan jas lab. Apabila
bahan yang ditangani tergolong obat sitostatistika maka perlu memakai kacamata
pelindung.
2. Setelah itu ketika memasuki ruangan ke 3, antara ruangan ke 3 dan ke 4 harus ditutup
rapat. Diruang ini personal akan disinari oleh sinar UV untuk menghilangkan
mikroorganisme yang menempel pada pakaian. Selain itu dialiri oleh udara LAF.
3. Kemudian masuk keruang 2 di tahap ini personal juga melakukan hal yang sama
dengan yang dilakukan pada ruang 3.
4. Di dalam ruang 1 personal sudah dalam keadaan kondisi steril dan siap untuk
melakukan produksi.
APD personalia :
𝑑 2 (𝜌 − 𝜌0 )𝑔
𝑉=
𝜂
Keterangan : V = kecepatan aliran
D = diameter partikel
𝜌 = bobot jenis partikel
𝜌0 = bobot jenis cairan
g = gravitasi, 𝜂 = viskositas cairan
- Volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan. Kelebihan
volume yang dianjurkan tertera dalam daftar dibawah ini
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1.1 Formula
1. Formulasi standart (Fornas)
CHLORAMPHENICOLI GUTTAE OPHTHALMICAE
Tetes mata Kloramfenikol
Komposisi. Tiap ml mengandung :
Chloramphenicolum 1%
Benzalkonium klorid 0,01%
CMC Na 0,5%
KH2PO4 qs
NaOH qs
NaCl qs
Water for injeksi 10 ml
RANCANGAN FORMULA
Komposisi : Kegunaan :
Vol yang tertera pada sediaan = 10 ml → kelebihan 0,5 ml (FI IV, 1995). Jadi sediaan
CMC Na = 3 ml
Penambahan Nacl
1.5 Metodelogi
1. Penyiapan Alat
Beaker
2 1 Oven – 1800C 30 menit
glass
3 Pinset 1 Oven – 1800C 30 menit
Batang
4 1 Oven – 1800C 30 menit
pengaduk
Autoklaf -
5 Gelas ukur 1 15 menit
121ºC
Wadah
6 1
tetes
- Pencucian alat
Merendam dalam larutan tepol 1% dan Na2CO3 0,5% (aa) dan didihkan
selama 1 jam
keadaan terbalik
2. Cara kerja
Timbang CMC Na 50 mg
Taburkan CMC Na secara merata ke dalam mortir yang berisi air panas
Tambahkan WFI ad 10 ml