Anda di halaman 1dari 20

PERCOBAAN 2

EFEK OBAT ANESTETIK UMUM


TERHADAP HEWAN UJI

Kelompok 3
Agoesthine Putri Dinanti (PO7139121072)
Yulianti (PO7139121074)
Nyayu Nurmadira (PO7139121086)
PERCOBAAN 2
EFEK OBAT ANESTETIK
UMUM
TERHADAP HEWAN UJI
Introduction

I. Tujuan Percobaan

Agar mahasiswa dapat dapat memahami efek anastesi umum dan memahami tahap-tahap
stadium anastesi.

II.Pengantar
Anastesi umum adalah suatu keadaan hilangnya persepsi sensorik terutama rasa sakit disertai
dengan hilangnya kesadaran yang bersifat reversible. Obat-obat yang menimbulkan anastesi
umum disebut anastetika umum (general anaesthetics).
Menurut Guedeel ada 4 stadium anastesi:

A. Stadium I: (Stadium analgesia)


Penderita masih sadar dan responsif, perasaan sakit hilang, euphoria, respirasi
teratur, pendengaran lebih tajam.
 
B. Stadium II: (Satdium ekstasi/delirium)
Penderita tampak tidak tenang sampai ribut/gelisah, tonos otot naik, respirasi
irregular, pupil tampak membesar, takikardia, gerak bola mata bertambah,
kesadaran menurun, refleks masih ada. Stadium I dan II ini bersama-sama
disebut
stadium induksi. Kemudian dapat mati mendadak karena inhibisi vagal atau
sensitasi jantung terhadap adrenalin (endogen atau eksogen)

C. Stadium III (Stadium pembedahan) dibagi 4 plane, yaitu


• Plane 1: Kesadaran hilang, tonus otot berkurang respirasi teratur cepat dan
dalam gerak bola mata berkurang, pupil kembali ke ukuran normal, refleks
kornea masih ada, refleks peritoneal masih ada, refleks muntah dan menelan
hilang pada plane ini dilakukan pembedahan kecil
• Plane 2: Gerak bola mata berkurang sekali sampai tidak ada, relaksasi
otot sempurna, respirasi teratur, refleks kornea hilang pada plane ini
biasanya dilakukan pembedahan besar
• Plane3: Refleks hilang, pupil berdilatasim palsus lemah tekanan darah
temporer, tonus otot masih ada tetapi relaksasi sempurna, respirasi dalam
dan tidak sempurna
• Plane 4: Respirasi jadi abnormal kecil dan dangkal, semua refleks hilang,
dilatasi maksimal, takikardia, tekanan darah merosot turun.

D.Stadium IV : (Stadium paralisa meduler)


Tekanan darah menurun terus akhirnya nol, respirasi
hilang,kollaps vasomotor, hal ini terjadi karena over dosis.
III. Alat dan bahan

• Hewan percobaan: Kelinci albino sehat


• Alat-alat yang digunakan :

1. Penggaris (alat ukur milimeter)


2. Alat fiksasi
3. Lampu senter
4. Stetoskop
5. Eter kap
6. Botol drop
7. Pipet drop
 
• Obat dan bahan:
1. Eter
2. Amoniak
3. Kapas
1. Tiap kelompok
mahasiswa bekerja
2. Kelinci dibuat tenang
dengan satu kelinci

3. Eter kap ditetesi dengan eter lalu


4 Catat pengamatan sesuai
ditutupkan ke mulut / hidung kelinci
dengan kolom isian
percobaan(penetesan eter sesuai
kebutuhan)

5. Lakukan juga pengamatan serupa sebelum


percobaan
V. Hasil Pengamatan.

1.Sebelum dianastesi

Tanda-tanda fisik yang terjadi Pengamatan Waktu/menit

 Abdominal = 112 kali / menit


Respirasi abdominal dan torak 08.23
 Torak = 130 kali / menit
Denyut jantung permenit 80 kali permenit 08.29
Tidak disinari Disinari
Gerak bola mata Kanan Kiri Kanan Kiri 08.34
normal normal normal normal
Tidak disinari Disinari
Ukuran pupil mata Kanan Kiri Kanan Kiri 08.37
0,7 0,7 0,5 0,5
Refleks kornea Normal 08.39
Inhibis, tonus otot Normal masih ada pertahanan 08.42
Setelah dianastesi.

Tanda-tanda fisik yang Waktu/


Stadium Pengamatan
terjadi menit
Respirasi abdominal dan  Abdominal = 144 kali/menit
08.56
torak  Torak = 161 kali/menit
Denyut jantung permenit 100 menit/menit 08.58
Tidak disinari Disinari
Gerak bola mata Kanan Kiri Kanan Kiri 09.00
I normal normal normal normal
Tidak disinari Disinari
Ukuran pupil mata Kanan Kiri Kanan Kiri 09.02
0,7 0,7 0,5 0,5
Refleks kornea Normal 09.04
Inhibis, tonus otot Normal, masih ada pertahanan 09.05
Lanjutanya:

Stadiu Waktu/
Tanda-tanda fisik yang terjadi Pengamatan
m menit
Respirasi abdominal dan  Abdominal = 110 kali/menit
09.10
torak  Torak = 116 kali/menit
Denyut jantung permenit 70 kali/menit 09.12
Tidak disinari Disinari
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerak bola mata 09.13
meningk mening mening mening
II at kat kat kat
Tidak disinari Disinari
Ukuran pupil mata Kanan Kiri Kanan Kiri 09.15
0,8 0,8 0,6 0,6
Refleks kornea Masih ada 09.17
Inhibis, tonus otot Pertahan meningkat 09.18
Respirasi abdominal dan  Abdominal =134 kali/menit
09.25
torak  Torak =142 kali/menit
Denyut jantung permenit 85 kali/menit 09.26
Tidak disinari Disinari
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerak bola mata 09.27
III berkuran berkura berkura berkura
g ng ng ng
Tidak disinari Disinari
Ukuran pupil mata Kanan Kiri Kanan Kiri 09.30
0,7 0,7 0,5 0,5
Refleks kornea Masih ada 09.32

Inhibis, tonus otot Berkurang 09.33


Respirasi abdominal dan  Abdominal = -
-
torak  Torak =-
Denyut jantung permenit - -
Tidak disinari Disinari
Gerak bola mata Kanan Kiri Kanan Kiri -
IV - - - -
Tidak disinari Disinari
Ukuran pupil mata Kanan Kiri Kanan Kiri -
- - - -
Refleks kornea - -
Inhibis, tonus otot - -
VI. Pembahasan
Anastesi umum adalah suatu keadaan hilangnya persepsi sensorik terutama rasa sakit disertai
dengan hilangnya kesadaran yang bersifat reversible. Obat-obat yang menimbulkan anastesi umum
disebut anastetika umum (general anaesthetics).

Pada percobaan kali ini Pada hewan uji memperoleh beberapa Stadium yang berbeda dari menit ke
menit sesuai dengan pengamatan. Cara kerja dalam pengakuan yang ada yaitu pemasangan corong pada
mulut kelinci dengan penetesen tetes per tetes pada corong yang telah diben kapas Menurut hasil dan
pemberian eter pada hewan uji tersebut, didapati ofek farmakologinya tidak stabil. Bedasarkan
pengamatan pertama pada saat hewan uji sebelum dianetesi, frekuensi pernapasan cepat, gerakan Bola
mata normal Ukuran pupil mata tidak disinari kiri kananya 0,7 dan yang disinari 0,5. Inhibisi dan torus
otot normal, masih ada pertahanan. Setelah pemberian anestesi, hewan uji perlahan memberikan rekasi-
reaksi kesadarn yg semakin menurun mendekati fase erikutnya meskipun belum maksimal. Kemudian
memasuki stadium berikutnya mulai muncul gejala yg terjadi pergerakan mata sedikit cepat, inhibis dan
tonus otot melemah pupil mata semakin mengecil. reaksi kesadaran yg menurun. Namun beberapa menit
kemudian hewan coba mendapatan kesadarannya dgn pupil yang kembali membesar mata dan telinganya
kembali normal dan ihbis, tonus ototnya kembali normal.
VII. Kesimpulan
Pada praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan:
Sebelum dianestesi tanda-tanda fisik yang terjadi pada kelinci masih normal belum ada
perubahan
setelah anastesi
pada stadium 1
respirasi abdominal dan torak meningkat, Denyut jantung meningkat, sedangkan gerak bola
mata, Refleks kornea dan tonus otot tetap normal.
pada stadium 2
respirasi abdominal dan torak meningkat Denyut jantung meningkat, sedangkan gerak bola
mata meningkat , Refleks kornea masih ada dan tonus otot tetap normal(meningkat).
pada stadium 3
respirasi abdominal dan torak kembali normal Denyut jantung kembali normal, sedangkan
gerak bola mata berkurang, Refleks kornea berkurang dan tonus otot berkurang.
LAMPIRAN

Sebelum dianastesi

Respirasi abdominal dan torak Denyut Jantung Gerak bola mata

Ukuran pupil mata Refleks kornea Tonus otot


Sesudah dianastesi

Stadium 1

Respirasi abdominal dan torak Denyut Jantung Gerak bola mata

Ukuran pupil mata Refleks kornea Tonus otot


Stadium 2

Respirasi abdominal dan torak Denyut Jantung Gerak bola mata

Ukuran pupil mata Refleks kornea Tonus otot


Stadium 3

Respirasi abdominal dan torak Denyut Jantung Gerak bola mata

Ukuran pupil mata Refleks kornea Tonus otot


Sesi tanya jawab :
1.Fitri nurul istiqomah (kelompok 1)
Pertanyaanya : Kenapa stadium I dan II disebut stadium induksi ?
Jawabannya :
Karena pada saat stadium I dan II ini merupakan dimulainya dari pemberiaan anastesi ke hewan sampai hewan
tersebut timbul hilangnya kesadaran.

2. Inda Aprillia Aridho shafirtri (kelompok 4)


Pertanyaan : Apa tujuan kelinci dibuat tenang sebelum anastesi ?
Jawabannya :
Agar pada saat praktikum tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti contoh jika pada saat kelinci tidak tenang
bisa saja memecahkan alat-alat yang ada di lab.

3. Elvia Lisnaini (kelompok 2)


Pertanyaan : Mengapa pada percobaan praktikum kalian mengalami stadium II dan III
Jawabannya :
Karna pada saat pengamatan percobaan pada hewan uji kami mengalami tanda-tanda fisik pada stadium II dan III
tersebut ,dan juga setiap kelompok hewan percobaan hasilnya berbeda-beda
TERIMKASIH

Anda mungkin juga menyukai