Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN

STERIL

Formulasi dan Evaluasi Infus Glukosa

DISUSUN OLEH:
1. Desti Putri Syafitri PO.71.39.1.21.047
2. Agoesthine Putri Dinanti PO.71.39.1.21.072
3. Riska Wulan Dari PO.71.39.1.21.075
4. Debby Two Nabila PO.71.39.1.21.082
5. Mutiara Fajrianti PO.71.39.1.21.084
6. Nurhaliza PO.71.39.1.21.088

KELAS :
Reguler 2B

DOSEN PEMBIMBING:
Mara’atus Sholikhah,S.Farm,M.Farm,Apt
Yuliani,SKM
Lia Puspita,AMF
Meta Vionary D,S.Farm,Apt

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN DIII FARMASI
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir. Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau
mensuspensikan sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan
sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda.

Sediaan injeksi umumnya merupakan sediaan berbentuk larutan dengan


konsentrasi yang encer sehingga komponen terbesar dari sediaan tersebut adalah
pelarut. Oleh karena itu pelarut yang digunakan sebagai pembawa untuk sediaan
injeksi sebaiknya tidak mempunyai aktivitas terapeutik dan tidak bersifat toksis.
Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam memilih pelarut yang akan
digunakan untuk formulasi sediaan steril antara lain adalah rute pemberian, absorpsi
obat, volume sediaan, kelarutan danstabilitas zat aktif.

Sediaan injeksi dapat diberikan melalui berbagai rute pemberian misalnya


intra muskular, intarvena, subkutan, intraokular dan lain-lain. Tidak semua pelarut
dapatdigunakan untuk masing-masing rute pemberian, misalnya pelarut yang
digunakan untuk sediaan yang digunakan secara intravena harus dapat bercampur
langsung dengan cairan darah sehingga tidak bisa digunakan pelarut non air seperti
minyak.

Absorpsi obat umumnya terjadi lebih cepat dan sempurna bila zat tersebut
larut didalam air. Modifikasi formula dengan menggunakan pelarut yang dapat
bercampur denganair atau pelarut yang tidak bercampur dengan air akan dapat
menyebabkan berkurangnya kecepatan absorpsi. Efek ini kadang-kadang diinginkan
dalam sediaan lepas lambat.
1.2 Tujuan Pratikum
a. Mahasiswa dapat mengetahui rancangan formula sediaan infus glukosa
b. Mahasiswa dapat memproduksi sediaan infus glukosa
c. Mahasiswa dapat mengevaluasi sediaan infus glukosa

1.3 Prinsip
a. Pembuatan sediaan infus glukosa dengan mencampurkan zat aktifnya dan zat
tambahan yang cocok.
BAB II
STUDI PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Definisi
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir. Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau
mensuspensikan sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan
sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda.
Infus intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas
pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke
dalam vena, dengan volume relatife banyak. Kecuali dinyatakan lain, infus
intravenous tidak diperbolehkan mengandung bakteriasida dan zat dapar. Larutan
untuk infus intravenous harus jernih dan praktis bebas partikel. (Menurut Farmakope
Indonesia edisi III Hal. 12)
Infus adalah sediaan parenteral volume besar merupakan sediaan cair steril
yang mengandung obat yang dikemas dalam wadah 100 ml atau lebih dan ditujukan
untuk manusia. Infus adalah larutan injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas
dalam wadah lebih dari 100 ml. (Menurut Farmakope Indonesia edisi IV Hal. 10)

2. Persyaratan Sediaan Infus


Kerja optimal larutan obat yang diberikan secara parenteral hanya diperoleh jika
persyaratan berikut terpenuhi :
1. Sesuai antara kandungan bahan obat yang ada di dalam sediaan dengan
persyaratan tertulis pada etiket dan tidak terjadi pengurangan kualitas selama
penyimpanan
2. Penggunaan wadah yang cocok, sehingga tidak hanya memungkinkan sediaan
tetap steril, tetapi juga mencegah terjadinya interaksi antara bahan obat dan
material dinding wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi.
4. Bebas pirogen.
5. Isotonis
6. Isohidris
7. Bebas partikel melayang.

3. Penggolongan Infus
Penggolongan sediaan infus berdasarkan komposisi dan kegunaanya, antara
lain:
1. Larutan Elektrolit
a. Cairan Fisiologis Tubuh Manusia
Tubuh manusia mengandung 60% air terdiri atas cairan intraseluler
(didalam sel) 40% yang mengandung ion-ion K+, Mg ++, sulfat, fosfat,
protein, serta senyawa organic asam fosfat seperti ATP, heksosa
monofosfat, dan lain-lain. Air pun mengandung cairan ekstraselular (di
luar sel) 20% yang kurang lebih mengandung 3 liter air dan terbagi atas
cairan interstisial (diantara kapiler dan sel) 15% dan plasma darah 5%
dalam sistem peredaran darah serta mengandung beberapa ion seperti Na+,
klorida, dan bikarbonat.
b. Fungsi Larutan Elekrolit
Secara klinis, larutan digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau
penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah, ada 2 jenis kondisi
plasma darah yang menyimpang, yaitu:
 Asidosis: Kondisi plasma darah terlampau asam akibat adanya ion
klorida dalam jumlah berlebih.
 Alkalosis: Kondisi plasma darah yang terlampau basa akibat adanya
ion klorida dalam jumlah berlebih.

2. Infus Karbohidrat
Infus karbohidrat adalah sediaan infuse berisi larutan glukosa atau dekstrosa
yang cocok untuk donor kalori. kita menggunakannya untuk memenuhi
kebutuhan glikogen otot kerangka, hipoglikemia, dan lain-lain. Kegunaan: 5%
isotonis, 20% untuk diuretika, dan 30-50% terapi oedema di otak. contoh:
Larutan Manitol 15-20% digunakan untuk menguji fungsi ginjal.
3. Larutan Kombinasi Elektrolit Dan Karbohidrat
Contohnya: Infus KA-EN 4 B (Otsuka)

4. Larutan Irigasi
Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besar (3 liter).
larutan tidak disuntikkan ke dalam vena, tetapi digunakan di luar system
peredaran dan umumnya menggunakan jenis tutup yang diputar atau plastic
yang dipatahkan, sehingga memungkinkan pengisian larutan denagn cepat.
kita menggunakn larutan untuk merendam atau mencuci luka-luka sayatan
bedah atau jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi perdarahan. kikta biasa
menggunakannya dalam kegiatan laparatomy, Arthroscopy, Hysterectomy,
dan Turs (urologi). Contohnya: Larutan Glycine 1.5% dalam 3 liter dan
Larutan asam asetat 0.25% dalam 1-3 liter.

5. Larutan Dialisis Peritoneal


Larutan dialisis peritoneal merupakan suatu sediaan larutan steril dalam
jumlah besar (2liter). Larutan tidak disuntikan kedalam vena, tetapi dibiarkan
mengalir ke dalam ruangan peritoneal dan umumnya menggunakan tutup
plastic yang dipatahkan, sehingga memungkinkan larutan dengan cepat turun
ke bawah. penggunaan cairan demikian bertujuan menghilangkan senyawa-
senyawa toksik yang normaldikeluarkan atau dieksresikan ginjal.
Contohnya: Larutan Dianeal 1.5% dan 2.5%. 2 liter.

6. Larutan Plasma Expander atau Penambah Darah


Larutan Plasma expander adalah suatu sediaam larutan steril yang digunakan
untuk menggantikan plasma darah yang hilang akibat perdarahan, luka baker,
operasi, dan lain-lain.

4. Jenis Sterilisasi dan Fungsinya


Sterilisasi dapat dilakukan baik dengan metode fisika maupun kimia (Tille, 2017).
Sterilisasi dengan metode fisika dapat dilakukan dengan cara :
1) Pemanasan
a) Pemanasan kering
 Pemijaran(flambeer)
Metode ini dengan memanaskan alat biasanya berupa ose di atas api bunsen
sampai ujung ose memijar.

Gambar 7. Pemijaran ose

 Pembakaran
Pembakaran dilakukan untuk alat-alat dari bahan logam atau kaca dengan
cara dilewatkan di atas api bunsen namun tidak sampai memijar. Misalkan:
a) melewatkan mulut tabung yang berisi kultur bakteri di atas api Bunsen
b) memanaskan kaca objek di atas api busnen sebelum digunakan;
c) memanaskan pinset sebelum digunakan untuk meletakkan disk antibiotic
pada cawan petri yang telah ditanam bakteri untuk pemeriksaan uji
kepekaan antibiotik.

 Dengan udara padas/Hot air oven(Sterilisasi D)


Sterilisasi dengan metode ini digunakan untuk benda-benda dari kaca/gelas,
petri, tabung Erlenmeyer, tidak boleh bahan yang terbuat dari karet atau
plastic. Oven Suhu 150-1800oC selama 1-3 jam. Alat-alat tersebut terlebih
dahulu dibungkus menggunakan kertas sebelum dilakukan sterilisasi.
Gambar 8. Hot air oven
 Insinerator
Bahan-bahan infeksius seperti jarum bekas suntikan yang ditampung
dalam safety box biohazard, darah, dilakukan sterilisasi dengan
menggunakan insinerator. Hasil pemanasan dengan suhu 8700-9800oC akan
menghasilkan polutan berupa asap atau debu. Hal ini yang menjadi
kelemahan dari sterilisasi dengan metode insenerasi. Namun, metode ini
dapat meyakinkan bahwa bahan infeksius dapat dieliminasi dengan baik
yang tidak dapat dilakukan dengan metode lainnya.

b) Pemanasan Basah
Merupakan pemanasan dengan tekanan tinggi, contohnya adalah dengan
menggunakan autoklav. Sterilisasi dengan metode ini dapat digunakan untuk
sterilisasi biohazard (bakteri limbah hasil praktikum) dan alat-alat yang tahan
terhadap panas (bluetip, mikropipet), pembuatan media, dan sterilisasi cairan.
Pemanasan yang digunakan pada suhu 121oC selama 15 menit (Tille, 2017).
Pemanasan basah dapat menggunakan :
 Autoklaf manual(Sterilisasi A)
Metode ini menggunakan ketinggiian air harus tetap tersedia di dalam
autoklaf. Sterilisasi menggunakan autoklaf manual tidak dapat ditinggal
dalam waktu lama. Autoklaf manual setelah suhu mencapai 121oC setelah
15 menit, jika tidak dimatikan maka suhu akan terus naik, air dapat habis,
dan dapat meledak.

 Autoklaf digital/otomatis(Sterilisasi A)
Alat ini dapat diatur dengan suhu mencapai 121oC selama 15 menit. Setelah
suhu tercapai, maka suhu akan otomastis turun sampai mencapai 500C dan
tetap stabil pada suhu tersebut. Jika digunakan untuk sterilisasi media, suhu
ini sesuai karena untuk emmbuat media diperlukan suhu 50-7000C.

Gambar 9. Autoklaf manual dan otomatis

2) Radiasi
Radiasi ionisasi digunakan untuk mensterilkan alat-alat berupa bahan plastic
seperti kateter, plastic spuit injeksi, atau sarung tangan sebelum digunakan.
Contoh radiasi ionisasi adalah metode pada penggunaan microwave yaitu
dengan menggunakan panjang gelombang pendek dan sinar gamma high
energy.
3) Filtrasi(penyaringan)
Metode ini digunakan untuk sterilisasi bahan-bahan yang sensitive terhadap
panas seperti radioisotope, kimia toksik. Filtarsi berupa cairan dengan
menggunakan prinsip melewatkan larutan pada membran selulosa asetat atau
selulosa nitrat.
ii. Filtarsi berupa udara dengan menggunakan high-efficiency particulate
air (HEPA) untuk menyaring organisme dengan ukuran lebih besar dari 0.3
µm dari ruang biology savety cabinet (BSCs)
4) terilisasi dengan metode kimiawi (Sterilisasi B)
a. Uap formaldehide atau hydrogen peroksida digunakan untuk
sterilisasi filter HEPA pada BSCs.
b. Glutaraldehyde bersifat sporisidal, yaitu membunuh spora bakteri
dalam waktu 3-10 jam pada peralatan medis karena tidak merusak
lensa, karet, dan logam, contohnya adalah alat untuk bronkoskopi.
5. Tinjauan Zat Berkhasiat
a. Farmakologi
Glukosa / dextrosa merupakan suatu gula (monosakarida) yang diperoleh dari
hidrolisis pati, mengandung satu molekul air hidrat atau anhidrat. Dapat
diberikan secara peroral atau melalui infus i.v sebagai treatment deplesi dan
karbohidrat.

b. Farmakokinetik
Glukosa cepat diserap dari GIT. Konsentrasi tertinggi glukosa dalam plasma
terjadi dalam 40 menit setelah pemakaian oral pada pasien hipoglikomia.
Glukosa dimetabolisme melalui asam laktat atau piruvat menjadi CO2 dan
H2O.

c. Indikasi
Digunakan untuk infus vena parifer sebagai sumber kalori dimana pengganti
cairan dan kalori yang dibutuhkan. (ISO VOL 51)

d. Dosis (ISO VOL 51)


Dewasa: 500 ml, intra vena secara lambat sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi pasien (diambil dari acuan dari merk INFUSAN D-5 di ISO Vol 51
hal 364).

e. Efek Samping
Pemakaian larutan glukosa i.v dapat menyebabkan nyeri lokal karena iritasi
vena, tromboplebitis, nekrosis jaringan, gangguan keseimbangan elektrolit.

f. Kontraindikasi
Pasien dengan sindrom malabsobrsi glukosa-galaktosa, dan penderita koma
diabetikum (ISO VOL 51).
6. Data Pendukung
A. Data Zat Aktif
Zat Aktif Bahan Cara pH Cara E Fungsi
Pembawa Suntik Stabilitas Sterilisasi NaCl
Glucosum Aqua pro Injeksi 3,5 – 6,5 Autoclave 0,18 Kalorigenikum
injection (i.v) pada suhu
121oC
selama 30
menit

B. Data Zat Pembantu


No Nama Zat Bahan pH Fungsi
Pembawa Stabilitas
1. Aqua pro injection - - Pelarut

B. Preformulasi
1. Glukosa (FI Ed.III Hal 268)
Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran putih tidak
berbau, rasa manis
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air
mendidih dan agak sukar larut dalam etanol (95 %) P
mendidih, sukar larut dalam metanol (95%) P
Khasiat : Kalorigenikum
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup
baik

2. Aqua Pro Injection (Depkes RI 1979, hal. 97)


Nama resmi : Aqua Pro Injection
Nama lain : Air untuk injeksi
Pemerian : Keasaman, kebasaan, amoniak, besi, tembaga, timbal,
kalsium klorida, nitratsulfat, zat oksidasi memenuhi
syarat aquadestillata.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Khasiat : Untuk pembuatan injeksi
BAB III
FORMULASI
A. Formulasi Acuan

Formularium Nasional Edisi II Hal : 137 - 138

B. Formulasi yang diterapkan

Infus Glukosa

Komposisi. Glucosum 25 g
Aqua Pro Injectione hingga 500 ml

C. Perhitungan
1. Perhitungan Tonisitas Larutan
E Glucosum = 0,18
25
C Glucosum =
500 x 100 % = 5 %
W = 0,9 - (∑C x E)
W = 0.9 – (5 x 0,18)
W = 0,9 – 0,9
W = 0 (Isotonis)

2. Perhitungan Bahan
Volume yang dibuat = 500 ml
Dilebihkan 20% = 20
100 x 500 ml = 100 ml
Sehingga seluruh volume = 500 ml + 100 ml = 600 ml
4
Volume yang diisi dilebihkan 4% = 500 ml + (
100 x 500 ml = 20 ml)
= 500 ml + 20 ml = 520 ml
25
1. Glukosum =
500 x 600 ml = 30 g
Dilebihkan 5% = 5
100 x 30 g = 1,5 g
Glukosum yang diambil = 30 g + 1,5 g = 31,5 g = 31.500 mg
2. Aqua Pro Injeksi = ad 600 ml

3. Penimbangan Bahan
No Nama Zat Obat Penimbangan
1. Glucosum 31,5 g = 31.500 mg
2. Aqua Pro Injeksi Ad 600 ml
BAB IV
Prosedur Kerja
A. Alat dan Bahan
Paraf Pengawas:
NO Bahan/Alat Cara Sterilisasi AWAL AKHIR
JAM PARAF JAM PARAF
1 Botol Infus Oven 150C ( I jam)
2 Beaker gelas Oven 150C ( I jam)
3 Kaca arloji Flambeer 30 detik
4 Corong gelas Autoclave 121C
dan kertas (30 menit)
saring
5 Sendok spatula Flambeer 30 detik
6 Batang Flambeer 30 detik
pengaduk
7 Pipet tetes Autoclave 121C
(30 menit)
8 Kapas Autoclave 121C
(30 menit)
9 Pinset Flambeer 30 detik
10 Erlemeyer Oven 150C ( I jam)
11 Karet pipet + Rebus 30 menit
karet botol infus
12 Gelas ukur Autoclave 121C
(30 menit)
13 Perkamen Autoclave 121C
(30 menit)
14 Aquadest Rebus 30 menit
setelah mendidih
B. Cara Pembuatan
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Sterilkan semua alat dan bahan yang akan digunakan dengan menggunakan
oven dan autoklaf (sesuai petunjuk sterilisasi).
c. Timbang Glukosa dengan kaca arloji masukkan ke dalam beaker glass
larutkan dengan sedikit aqua pro injeksi. Bilas kaca arloji dengan sedikit
aqua pro injeksi
d. Cek Ph sediaan dengan kertas Ph (3,5 - 6,5). bila Ph tidak sesuai tambahkan
NaOH (basa) atau HCI (asam) hingga pH sesuai dengan ketentuan
e. Tambahkan karbon adsorben yang sebelumnya sudah diaktifkan di oven
selama 5-10 menit kedalam beaker glass.
f. Panaskan sediaan larutan dengan suhu 600C-700C sambil diaduk-aduk
selama 15 menit
g. Basahi kertas saring dengan aqua pi.Lalu saring larutan di gelas ukur
h. Tambahkan aqua pro injeksi ad 600 ml
i. Masukkan ke dalam botol infus sebanyak 520 ml
j. Tutup botol infus lalu ikat dengan simpul champagne
k. Beri etiket dan masukkan ke dalam kemasan.

C. Tabel Sterilisasi Akhir


Paraf Pengawas:
NO Sediaan Cara Sterilisasi AWAL AKHIR
JAM PARAF JAM PARAF
1 Infus Glukosa Autoclave pada suhu
121oC (30 menit)

D. Evaluasi Sediaan
1. Uji Kejernihan (Lachman hal 1355)
Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh seseorang yang
memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya yang baik,
terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya, dan berlatar belakang hitam
putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar, harus
benar-benar bebas dari partikel-partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata
2. Uji PH (FI hal 1039-1040)
Cek PH larutan dengan menggunakan PH meter atau dengan kertas indicator
universal.
Prosedur :
1) PH meter di kalibrasi dengan larutan dapar standar yang PH sama dengan
PH yang akan diukur. Nilai pH dalam darah normal 7,35 – 7,45
2) Batang elektrode PH meter dibersihkan dengan aquadest dan dikeringkan.
3) Batang elektrode dicelupkan dalam sediaan injeksi yang kan diukur PH
nya.
4) Menekan auto read lalu enter. Tunggu angka sampai berhenti lalu catat
PH
 Dengan PH meter : sebelum digunakan, periksa elektroda dan jembatan
garam. Kalibrasi PH meter.
 Pembakuan PH meter : bilas elektroda dan sel beberapa kali dengan
larutan uji dan isi sel dengan sedikit larutan. Baca harga PH. Gunakan air
bebas CO2 untuk pelarutan dengan pengenceran larutan uji.
 Alat : kertas PH atau PH meter
 pH untuk sediaan infus glukosa adalah 3,5 - 6,5.

E. Hasil Evaluasi
Kejernihan pH
Tidak jernih 4.00
BAB V

PEMBAHASA

Pada praktikum ini dibuat sediaan infus dengan bahan aktif glucosum. Injeksi
adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah
obat ke dalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam
wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda. Infus adalah sediaan parenteral volume
besar merupakan sediaan cair steril yang mengandung obat yang dikemas dalam
wadah 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia. Infus adalah larutan injeksi
dosis tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah lebih dari 100 ml. (Menurut
Farmakope Indonesia edisi IV Hal. 10) Pada pratikum yang telah dilakukan dibuat
sediaan infus glucosum sebanyak 500 ml, untuk uji kertas pH yang didapatkan adalah
4.00, pada bagian uji kejernihannya sediaan tidak bebas dari partikel kecil sehingga
sediaan infus yang didapatkan tidak jernih.
BAB VI

KESIMPULA

Pada pratikum sediaan infus glucosum ini diambil kesimpulan bahwa dibuat
sediaan infus dengan bahan aktif glucosum. Infus adalah sediaan parenteral volume
besar merupakan sediaan cair steril yang mengandung obat yang dikemas dalam
wadah 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia. Infus adalah larutan injeksi
dosis tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah lebih dari 100 ml. (Menurut
Farmakope Indonesia edisi IV Hal. 10).

Pada pratikum yang telah dilakukan dibuat sediaan infus glucosum sebanyak
500 ml, untuk uji kertas pH yang didapatkan adalah 4.00, pada bagian uji
kejernihannya sediaan tidak bebas dari partikel kecil sehingga sediaan infus yang
didapatkan tidak jernih.
BAB VII

RENCANA DESAIN KEMASAN

a. Desain Kotak

Netto 500ml
K K

GLUFUS® Komposisi : GLUFUS®


Tiap 500 ml mengandung No Reg :DKL222523849A1
Infus Glukosa Glukosa........................25 g Infus Glukosa No Batch : 9251011
Aqua pro injection.........500 Mfg. Date : Oktober
ml 2022 Exp. Date :
Oktober 2023
Indikasi:
Digunakan untuk infus vena
parifer sebagai sumber
kalori dimana pengganti
cairan dan kalori yang
dibutuhkan.
Dosis :
Dewasa: 500 ml, intra vena
(i.v) secara lambat sesuai
dengan kebutuhan dan
Diproduksi oleh
kondisi pasien

Netto 500ml

GLUFUS®
Infus Glukosa
b. Etiket

GLUFUS ®
Infus Glukosa (i.v)

Komposisi :
Tiap 500 ml mengandung Glukosa…25 g K
Aqua pro injection500 ml

Diproduksi oleh
PT.KitaSehat PALEMBANG-INDONESIA

Netto 500ml
c. Brosur

GLUFUS ®
Infus Glukosa

Komposisi :
Tiap 500 ml mengandung Glukosa…25 g
Aqua pro injection500 ml

Osmolaritas6765,983 mOsm/L

Indikasi:
Digunakan untuk infus vena parifer sebagai sumber kalori dimana
pengganti cairan dan kalori yang dibutuhkan.

Kontraindikasi:
Pasien dengan sindrom malabsobrsi glukosa-galaktosa, dan penderita koma diabetikum

Efek Samping :
Demam, iritasi atau infeksi pada tempat infuse, tromboflebitis atau flebitis yang meluas dari injeksi dan ekstravasasi.

Dosis :
Dewasa: 500 ml,(i.v) secara lambat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien

Penyimpanan :
Dalam botol infus yang terbuat dari kaca. Tertutup dengan rapat dan disimpan pada suhu kamar (25-30°C)

Cara Pemakaian: Intra Vena (i.v)

No Reg No Batch Mfg. Date Exp. Date


:DKL222523849A1
: 9251011
: Oktober 2022
: Oktober 2023

Diproduksi oleh
PT.KitaSehat
PALEMBANG-INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA

Kesehatan, D. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Niazi, S. K. (2020). Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations:


Sterile Products. New york: CRC Press.

Prawirosujanto, S. (1978). Formularium Nasional Edisi Kedua . Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

RI, D. J. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.
DOKUMENTASI

Sterilisasi alat menggunakan Oven

Sterilisasi alat menggunakan Autoclave

Sterilisasi alat dengan perebusan


Sterilisasi alat dengan flamber

Penimbangan Bahan

Pembuatan Infus
Evaluasi

Uji Kejernihan Uji pH

Anda mungkin juga menyukai