Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAANSTERIL

INFUS NORMAL SALIN

Disusun Oleh :

Disusun Oleh :

PROGRAM STUDI SI FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER

YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL

TAHUN 2019/2020

Jl.dr. Soebandi No. 99 Jember, Telp/Fax. (0331) 483536

E_mail : jstikesdr.soebandi@yahoo.comLaman: www.stikesdrsoebandi.ac.id

PRAKTIKUM III

INFUS NORMAL SALIN


A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa dapat memahami preformulasi sediaan infus normal salin


2. Mahasiswa dapat merancang formula infus normal salin
3. Mahasiswa dapat membuat infus normal sain dalam skala laboratorium sesuai dengan
persyaratan sediaan steril yang telah ditentukan.
4. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi sediaan infus normal salin
B. DASAR TEORI
Sediian steril yaitu sediaan terapetis yang bebas mikroorganisme baik vegetatif maupun
bentuk spora baik patogen atau nonpatogen. Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk
terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan steril secara umum adalah sediaan
farmasi yang mempunyai kekhususan sterilitas dan bebas dari mikroorganisme.
Tujuan suatu obat dibuat steril
1. Tujuan obat dibuat steril (seperti obat suntik) karena berhubungan langsung dengan darah
atau cairan tubuh dan jaringan tubuh lain dimana pertahanan terhadap zat asing tidak
selengkap yang berada di saluran cerna atau gastrointestinal.
2. Diharapkan dengan steril dapat dihindari adanya infeksi sekunder. Dalam hal ini tidak
berlaku relatif steril atau setengah steril, hanya ada dua pilihan yaitu steril dan tidak steril.
3. Sediaan farmasi yang perlu disterilkan adalah obat suntik dan injeksi, tablet implant,
tablet hipodermik dan sediaan untuk mata seperti tetes mata atau Guttae Ophth., cuci
mata atau Collyrium dan salep mata atau Oculenta.

Infus adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi bebas pirogen dan sedapat mungkin
dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung kedalam vena dalam volume relative
banyak. Emulsi dibuat dengan air sebagai fase luar. Diameter fase dalam tidak lebih dari 5 µm.
Kecuali dinyatakan lain, infuse intravena tidak diperbolehkan mengandung bakterisida dan zat
dapar. Larutan untuk infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel. Emulsi untuk
intravena setelah dikocok harus homogen dan tidak menunjukkan pemisahan fase (Farmakope
Indonesia III ).
Keuntungan pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja obat yang cepat
dibandingkan cara-cara pemberian lain dan tidak menyebabkan masalah terhadap absorbsi obat.
Sedangkan kerugiannya yaitu obat yang diberikan sekali lewat intravena maka obat tidak dapat
dikeluarkan dari sirkulasi seperti dapat dilakukan untuk obat bila diberikan per oral, misalnya
dengan cara dimuntahkan. Pada umumnya cairan infus intravena digunakan untuk pengganti
cairan tubuh dan memberikan nutrisi tambahan, untuk mempertahankan fungsi normal tubuh
pasien rawat inap yang membutuhkan asupan kalori yang cukup selama masa penyembuhan atau
setelah operasi. Selain itu ada pula kegunaan lainnya yakni sebagai pembawa obat-obat lain.
Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal, dalam wadah plastik atau
gelas, steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel lain. Oleh karena volumenya yang besar,
pengawet tidak pernah digunakan dalam infuse intravena untuk menghindari toksisitas yang
mungkin disebabkan oleh pengawet itu sendiri.
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk
meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun hipertonis dapat
digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam
kecepatan yang lambat.
Persyaratan sediaan infus :

1. Sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan di dalam etiket dan yang ada dalam sediaan.
Hal ini perlu diperhatikan karena terjadi pengurangan efek selama penyimpanan akibat
perusakan obat secara kimia.

2. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril tetapi
juga mencegah terjadinya interaksi bahan obat dengan material dinding wadah.

3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi. untuk itu, beberapa faktor yang paling banyak menentukan
adalah:

a) bebas kuman
b) bebas pirogen
c) tonisitas
d) isohidris
e) bebas bahan melayang

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat : - Botol Infus
- Neraca
- Autoclaf
- Oven
- Alat-alat Gelas
2. Bahan :- NaCl
- Eksperimen lain yang diperlukan

D. CARA KERJA
1. Sterilasasi Alat Yang Digunakan
2. Formula Yang Diajukan
R/ NaCl 0,9%
NaOH/HCl 0.1N q.s
Aq. Pro Injek ad 400mL

3. Data Penimbangan
1 botol infus 100mL + 2% = 102mL
3 botol infus x @102mL = 306mL + 100%
= 336,6mL => 400mL
NaCl 0,9% = 0,9 gram/100mL = X/400mL
= 3,6 gram

4. Prosedur Pembuatan Infus Normal Salin


1. Alat-alatdisterilkan
2. Dikalibrasi botol infus 3 botol ad 102 ml
3. Timbang NaCl sebanyak 3,6 gram lalu dimasukkan kedalam beker glass, dilarutkan
dengan aqua p.i 400ml. Terlebih dahulu dilarutkan 300ml kemudian di cek pH (antara
6-7) jika kekurangan asam ditambahkan HCL, jika kekurangan basa ditambahkan
NaOH sampai pH diantara 6-7, kemudian di ad kan sampai 400 ml.
4. Kemudian disaring dengan saringan double, setelah itu tutup dengan penutup karet
diikat sampul menggunakan benang wol dengan teknik sampen
5. Disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121˚C selama 15 menit
6. Dikemas dan diberi etiket

 Uji Evaluasi Infus Normal salin


a. Uji Organoleptis
Pengujian infus normal salin 0.9% meliputi bau, dan warna sediaan.
b. Uji pH
Uji pH pada larutan dapat dilakukan dengan menggunakan pH meter atau kertas
indikator universal
c. Uji Kejernihan
Uji kejernihan dilakukan secara visual biasanya dilakakuan dengan memeriksa wadah
bersih dari luar di bawah penerangan cahaya yang baik, dijalankan dengan aksi
memutar, harus benar-benar bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata
(Lachman, 2004)

5.Pembahasan

Pratikum ini bertujuan untuk membuat sediaan steril berupa sediaan infus normal
salin. Infusa dalah proses mengekstraksi unsur-unsur substansi terlarut (khususnya obat)
atau terapi dengan cara memasukkan cairan ke dalam tubuh. Pemberian infuse kepada
pasien dilakukan melalui intravena. Terapi intravena adalah tindakan yang dilakukan
dengan cara memaksukkan cairan, elektrolit, obat intravena dan nutrisi parenteral ke
dalam tubuh melalui intravena. Tindakan ini sering kali merupakan tindakan life saving
seperti saat kehilangan banyakcairan, dehidrasi dan syok.
Cairan isotonis adalah cairan yang mengandung osmolalitas yang mendekati
osmolalitas plasma yaitu 280 – 290 mOsm/L dimana meliputi ringer laktat NaCl 0,9%
dan asering. Sediaan infus normal salin harus isotonis atau memiliki tonisitas yang sama
dengan cairan yang ada di dalam tubuh, ketika cirannya isotonis air yang didalam plasma
darah ada yang keluar ada yang masuk sehingga terjadi keseimbangan cairan di dalam
plasma darah. Jika cairan itu hipertonis maka yang terjadi air pada plasma darah akan
keluar sehingga menyebabkan plasma darahnya mengkerut, fungsinya menjadi tidak
normal dan jika cairannya itu hipotonis maka plasma darah akan mengembang karena
H2O nya akan masuk sehingga terjadi kelebihan air pada plasma darah dan akan
mengembang serta tidak dapat menerima air di dalam sel sehingga plasma darah akan
mengalami lisis

6. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai