Anda di halaman 1dari 32

SEDIAAN INFUS

DOSEN PEMBIBING :
APT. FERDY FIRMANSYAH, M.SC

1. DEVI SEPTIANI 1900007


2. DINDA WIJIYANINGSIH 1900009
3. JANATUL ULPA SINTA 1900018
DISUSUN OLEH 4. METI YUNANTI 1900023
KELOMPOK 3 5. NURMALAIKA AYUNI PUTRI 1900032
6. RIZSARI NINGSIH 1900040
7. VAYLIA ANTASYA 1900046
8. WULAN PRASEPTI UTAMI 1900048
POINT-POINT MATERI

1 Pengenalan Sediaan Infus

Preformulasi dan Formulasi Resep


2 Sediaan Infus

3 Evaluasi Sediaan
Definisi Sediaan Infus
• Infus merupakan larutan dalam jumlah yang besar terhit
ung mulai dari 10 ml yang diberikan melalui intravena t
etes demi tetes dengan bantuan pelaratan khusus.
• Sediaan infus harus berupa larutan atau emulsi steril,
bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terh
adap darah.
• Menurut IMO hal 190
Infus adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan car
a merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit at
au melalui selaput lendir.
Tujuan Terapi Melalui Infus

• Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,


vitamin, protein, lemak, dan kalori, yang tidak dapat dipertahankan tubuh dan
tidak dapat lagi mengkonsumsi secara oral.
• Memperbaiki keseimbangan asam-basa
• Memperbaiki volume komponen-komponen darah
• Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh
• Memonitor tekanan vena sentral (CVP)
• Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan diistirahatkan
Syarat-syarat Sediaan Infus
• Aman. Tidak boleh memyebabkan iritasi jaringan atau efek tosis yang tidak diinginkan.
• Sediaan harus jernih. Jernih maksudnya tidak ada partikel yang tidak larut dalam sediaan tersebut.
• Bebas dari partikel asing. Partikel asing merupakan partikel yang bukan penyusun sediaan. Sumber
partikel bisa berasal dari: air, bahan kimia, personil yang bekerja, seratr dari alat/pakaian personil,
alat-alat, lingkungan, pengemas (gelas, plastik).
• Harus steril, dan bebas pirogen
• Memenuhi seseragaman volume.
• Memenuhi uji kebocoran.
• Stabil, artinya sediaan tidak mengalami degradasi fisika. Ketidakstabilan dapat dilihat dari: perubaha
n warna dan pengendapan.
• Sedapat mungkin isohidri (pH larutan sama dengan pH darah, pH fisiologis tubuh = 7,4),dan
isotonis(tekanan osmosis larutan sama dengan tekanan osmosis cairan tubuh.), Tujuan sediaan infus
dibuat isotonis untuk meminimalkan trauma pada pembuluh darah.
Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Infus

Kelebihan Kekurangan

1. Bekerja cepat 1. Rasa nyeri pada saat disuntikkan


2. Dapat diberikan pada pasien yang 2. Memberikan efek psikologis pada
tidak sadarkan diri pasien yang takut suntik
3. Obat memiliki onset ( mulai kerja ) 3. Kekeliruan atau kesalahan dalam dosis
yang cepat hampir tidak mungkin diperbaiki
4. Kemurnian dan takaran zat lebih 4. Obat hanya dapat diberikan pada
terjamin pasien dirumah sakit atau tempat
praktek dokter.
Penggolongan Infus
Berdasarkan Partikel dlm Cairan dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Kristaloid
• Cairan Hipotonik, Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi,
misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada
pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.
Contoh NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
• Cairan Isotonik, Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi
(kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki
risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal
jantung kongestif dan hipertensi. Contoh: Ringer-Laktat (RL), dan normal
saline / larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%)
• Cairan Hipertonik, Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan
produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Misalnya Dextrose 5%, NaCl
45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%,
produk darah (darah), dan albumin

2. Koloid

Mempunyai partikel besar, yg agak sulit menembus membran semipermeabel/


dinding pembuluh darah. dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya
hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah.
Contohnya adalah dextran, albumin dan steroid, HES (Hydroxy Etil Starch)
Penggolongan Infus
Berdasarkan Komposisi dan Kegunaan yaitu :

1. Infus Elektrolit
Infus yang digunakan untuk membantu memulihkan kestabilan elektolit / cairan
tubuh. Infus jenis ini mengandung ino -  ion seperti K+, Mg++, sulfat, fosfat, protein
serta senyawa organic asam fosfat ATP, heksosa monofosfat, dan lain-lain. Fungsi
larutan elektrolit secara klinis digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau
penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah.

2. Infus Karbohidrat
Sediaan infus berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang cocok untuk donor kalori.
Kita menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan glikogen otot kerangka,
hipoglikemia dan lain-lain. Keguanaan: 5% isotonis, 20% untuk diuretika dan 30-
50% terapi oedema di otak.
3. Larutan Irigasi

Sediaan larutan steril dalam jumlah besar (3 liter). Larutan tidak disuntikkan ke
dalam vena, tetapi digunakan diluar system peredaran dan umumnya menggunakam
jenis tutup yang diputar atau plastic yang dipatahkan sehingga memungkinkan
pengisian larutan dengan cepat. Kita menggunakan larutan untuk merendam atau
mencuci luka-luka sayatan bedah atau jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi
perdarahan.

4. Larutan Karbohidrat dan Elektrolit


Merupakan infus kombinasi antara karbohidrat dan elektrolit. Contoh infus jenis ini
adalah infus KA-EN 4 B paed (otsuka)
5. Larutan Dialisis Perintoneal
Larutan steril dalam jumlah besar (2 liter) dan tidak disuntikkan ke dalam vena,
tetapi dibaairkan mengalir kedalam ruangan peritoneal dan umumnya menggunakan
tutup plastic yang dipatahkan sehingga memungkinkan larutan dengan cepat turun
kebawah. Penggunaan cairan demikian bertujuan untuk mengthilangkan senyawa-
senyawa toksik yang secara normal dikeluarkan atau diekskresikan ginjal
Wadah Sediaan Infus
Sifat fisika – kimia wadah akan mempengaruhi kestabilan produk steril infus tersebut. Secara u
mum, hal yang harus diperhatikan dari wadah adalah:
1. Harus cukup kuat untuk menjaga isi wadah dari kerusakan
2. Bahan yang digunakan untuk membuat wadah tidak bereaksi dengan isi  wadah
3. Penutup wadah harus bisa mencegah isi:
• Kehilangan yang tidak diinginkan dari kandungan isi wadah.
• Kontaminasi produk oleh kotoran yang masuk seperti mikroorganisme atau uap yang akan
mempengaruhi penampilan dan bau produk.
4. Untuk sediaan jenis tertentu harus dapat melindungi isi wadah dari cahaya
5. Bahan aktif atau komponen obat lainnya tidak boleh diadsorpsi oleh bahan pembuat wadah dan
penutupnya, wadah dan penutup harus mencegah terjadinya difusi melalui dinding wadah serta
wadah tidak boleh melepaskan partikel asing ke dalam isi wadah
Cara Penggunaan Infus
1. Mencuci tangan.
2. Memberitahu tindakan yang akan
dilakukan.
3. Mengisi selang infus.
4. Membuka plastik infus set dengan
benar.
5. Tetap melindungi ujung selang agar
steril.
6. Menggantungkan infus set dengan
cairan infus dengan posis cairan
infus mengarah keatas.
7. Menggantung cairan infus di
standar cairan infus
Preformulasi dan Formulasi
Resep Sediaan Infus
• Preformulasi adalah langkah awal pengembangan bentuk suatu
sediaan dari suatu bahan obat secara rasional dengan
memanfaatkan data-data fisikokimia dan biofarmakokinetik dari
obat sendiri maupun kombinasinya dengan bahan pembantu
(eksipien)
• bahan harus selalu melewati proses studi preformulasi .
• Formulasi adalah salah satu kegiatan dalam pembuatan
sediaan dimana menitikberatkan pada kegiatan merancang
komposisi bahan baik bahan aktif maupun bahan tambahan yang
diperlukan untuk membuat sediaan tertentu yang meliputti
nama dan takaran bahan , dimana penentuaan bahan harus selalu
melewati proses studi preformulasi .
Resep Sediaan Infus

R / NaCl 860 mg
KCl 30 mg
CaCl 33 mg
Aqua Pro Inj ad 500 ml
M.F. Infus 500 ml
Tinjauan Farmakologi Zat aktif

Zat NaCl Zat KCl


• MEKANISME KERJA : untuk mengatur distribusi • MEKANISME KERJA : Kalium memiliki fungsi dalam
air, cairan dan keseimbangan elektrolit dan tekanan berbagai proses fisiologis. Kalium merupakan mineral yang
osmotik cairan tubuh penting dan merupakan kation utama cairan intraseluler.
• INDIKASI : ketidak seimbangan elektrolit Sebagai kation, kalium memiliki fungsi untuk mengatur
• KONTRA INDIKASI : Untuk pasien penyakit hati isotonisitas antara cairan intraselular dan ekstraseluler,
perifer udem atau pulmonali udem, kelainan fungsi pergerakan cairan, dan keseimbangan asam basa.
ginjal. • INDIKASI : ketidak seimbangan elektrolit
• EFEK SAMPING : efek samping yang sering • KONTRA INDIKASI : pada pasien yang memiliki riwayat
terjadi nausea, mual, diare, kram usus, haus, hipersensitivitas berat terhadap sediaan kalium jenis apapun.
Selain itu, pasien yang mengalami hiperkalemia juga
menurunkan salivasi dan lakrimasi,
kontraindikasi untuk mengkonsumsi kalium klorida.
berkeringat, demam, hipertensi, takikardi, • EFEK SAMPING : hiperkalemia jika pemberian terlalu cepat
gagal ginjal, sakit kepala, lemas, kejang, atau melebihi dosis terapeutik. Hiperkalemia dapat
koma dan kematian. menyebabkan aritmia jantung yang berujung pada kematian.
• Kekuatan dosis: Di rumah sakit, kemasan 500 dan • Kekuatan dosis: Kadar kalium normal pada dewasa adalah
1000 mL, dan kadang ukuran lain tersedia; infuse 3,5–5,1 mEq/L, sedangkan kadar kalium normal untuk anak
0,45%, 20% adalah 3,4–4,7 mEq/L
Sifat Fisika Kimia Zat
Nama Zat NaCl Nama Zat KCl

Kelarutan mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah Kelarutan larut dalam air, lebih mudah larut dalam air
larut dalam air mendidih. (FI ed IV hal 584) mendidih (FI ed IV hal 477)

E. NaCl 1,00 (FI ed IV hal 1251) E. NaCl 0,76 (FI ed IV hal 1245)

Ph 4,5 –7 Ph 4–8
0,9% (DI 2003 hal 1415) 5%

Kasiat Biasa digunakan dalam sediaan parenteral


Kasiat Pengganti ion Na+, Cl- dalam tubuh sebagai senyawa pengisotonis.

Cara sterilisasi Autoklaf atau Filtrasi Cara sterilisasi Autoklaf atau Filtrasi

Rute IV Rute IV
Sifat Fisika Kimia Zat
Nama Zat CaCl2

Kelarutan mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air
panas (FI ed IV hal 160)

E. NaCl 0,51 (FI ed IV hal 1246)

Ph 5,5 – 7,5
10%

Kasiat Untuk mempertahankan elektrolit tubuh

Cara sterilisasi Autoklaf atau Filtrasi

Rute IV
Permasalahan Resep
• Sediaan belum isotonis, perlu penambahan NaCl

Usul Penyempurnaan
• Volume sediaan dilebihkan 2%, karena volume sediaan > 50 ml (FI ed III, hal 144).
• Volume sediaan dilebihkan 10% untuk mengatasi kehilangan volume akibat penyaringan dan
penyerapan karbon aktif.
• Zat aktif dilebihkan 5% untuk mengatasi kehilangan akibat absorbsi oleh karbon aktif.
• Penggunaan karbon aktif 0,1% dari volume total untuk menghilangkan pirogen.
Perhitungan
Volume dilebihkan
Volume direncanakan Perhitungan Zat

• Berat zat aktif untuk isotonis


 NaCl
 KCl
 CaCl2

• V
V
V
V
 
Volume yang belum isotonis
V
V

Nacl yang perlu ditambahkan


Penimbangan Bahan
•  NaCl
• KCl
• CaCl2

• Karbon aktif = 0,1 % = 0,1/100 x 560 ml = 0,56 gram


• API = 560 ml
Formula Akhir
R / NaCl 4,386 g
KCl 0,1134 g
CaCl 0,039 mg
Norit 0,56 g
Aqua Pro Inj ad 500 ml
M.F. Infus 500 ml
Sterilisasi Alat dan Bahan

NAMA ALAT CARA STERILISASI NAMA BAHAN CARA STERILISASI


ERLEMEYER SWD
NaCl Autoklaf atau Filtrasi
BEKER GELAS SWD
KCl Autoklaf atau Filtrasi
CORONG SWD
GELAS UKUR SWD CaCl2 Autoklaf atau Filtrasi
LUMPANG FLAMBER
STANFER FLAMBER
CAWAN PEMGUAP FLAMBER
SPATEL FLAMBER
BATANG FLAMBER
PENGADUK
KACA ARLOGI FLAMBER
Cara Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan. 
2. Api bebas CO2 dibuat dengan memanaskan aquades sampai mendidih kemudian dibiarkan mendidih sampai
selama 40 menit. 
3. Zat aktif (NaCl, KCl, dan CaCl2) ditimbang dengan dilebihkan sebanyak 5% dari jumlah yang tertera pada
formula.
4. Zat aktif dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah dikalibrasi. 
5. Api bebas CO2 dimasukkan ke dalam beaker glass tadi untuk melarutkan zat aktif sampai larut. Kemudian kaca
arloji dibilas dengan bebas CO2 sampai tanda batas kalibrasi.
6. Karbon aktif 0,1% dimasukkan ke dalam larutan. Beaker glass ditutup dengan kaca arloji dan disisipi dengan
batang pengaduk. 
7. Larutan dihangatkan pada suhu 50 0C – 70 0C selama 15 menit sambil sesekali diaduk. 
8. Kertas saring ganda dan terlipat dibasahi dengan api bebas pirogen dan bebas CO 2, kemudian diletakkan pada
corong, dan corong diletakkan pada erlenmeyer steril. 
9. Larutan disaring ke dalam erlenmeyer tadi. 
10. Volume larutan infus diukur dengan gelas ukur tepat 250 ml dan diisikan ke dalam botol infus. 
11. Pasang tutup botol karet infus steril dan diikat dengan simpul champaigne.  
12. Botol infus berisi larutan disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 115 0C selama 30 menit. 
Evaluasi
Evaluasi sediaan infus dilakukan melalui beberapa uji sebagai berikut

1 2 3 4 5
Uji Bahan Partikulat Uji Kejernihan
Penetapan pH Uji Kebocoran Uji Pirogen untuk
dalam Injeksi dan Warna volume sekali
penyuntikan
Penjelasan evaluasi…

01 Uji Bahan Partikulat dalam Injeksi

• Tujuan: Menghitung partikel asing subvisibel rentang ukuran tertentu.


• Prinsip: Prosedurnya dengan cara memanfaatkan sensor penghamburan
cahaya, jika tidak memenuhi batas yang ditetapkan maka mikroskopik.
menghitung bahan partikulat subvisibel setelah dikumpulkan pada
penyaring membran mikropori.
• Hasil: Penghamburan cahaya: hasil perhitungan jumlah total butiran baku
yang terkumpul pada penyaring harus berada dalam batas 20% dari hasil
perhitungan partikel kumulatif rata-rata per mL.
• Mikroskopik: injeksi memenuhi syarat jika partikel yang ada (nyata atau
menurut perhitungan) dalam tiap unit tertentu diuji melebihi nilai yang
sesuai dengan yang tertera pada FI.
Penjelasan evaluasi…

Penetapan pH
02 • Alat: pH meter
01 • Tujuan: Mengetahui pH sediaan sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan
• Prinsip: Pengukuran potensiometri (pH meter) yang
telah dibakukan sebagaimana mestinya yang mampu
mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH
menggunakan elektrode indikator yang peka, elektrode
kaca, dan electrode pembanding yang sesuai.
• Hasil: pH cairan uji menggunakan pH sesuai dengan
spesifikasi formulasi sediaan yang ditargetkan.
Penjelasan evaluasi…

Uji Kejernihan dan Warna


03 • Tujuan: Memastikan bahwa setiap larutan obat suntik jernih
dan bebas pengotor.
• Prinsip: Wadah-wadah kemasan akhir diperiksa satu persatu
dengan menyinari wadah dari samping dengan latar belakang
hitam untuk menyelidiki pengotor berwarna putih dan latar
belakang putih untuk menyelidiki pengotor berwarna.
• Hasil: Memenuhi syarat bila tidak ditemukan pengotor dalam
larutan.
Penjelasan evaluasi…

Uji Kebocoran
04 • Tujuan: Memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan
volume serta kestabilan sediaan.
• Prinsip: Untuk cairan bening tidak berwarna (a) wadah takaran
tunggal yang masih panas setelah selesai disterilkan dimasukkan
ke dalam larutan metilen biru 0,1%. Jika ada wadah yang bocor
maka larutan metilen biru akan masuk ke dalam karena perubahan
tekanan di luar dan di dalam wadah tersebut sehingga larutan dalam
wadah akan berwarna biru. Untuk cairan yang berwarna (b) lakukan
dengan posisi terbalik, wadah takaran tunggal ditempatkan diatas
kertas saring atau kapas. Jika terjadi kebocoran maka kertas saring
atau kapas akan basah.
• Hasil: Sediaan memenuhi syarat jika larutan dalam wadah tidak
menjadi biru (prosedur a) dan kertas saring atau kapas tidak basah
(prosedur b)
Penjelasan evaluasi…

Uji Pirogen Untuk Volume Sekali Penyuntikan


05 > 1o ml
• Tujuan: Untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat yang dapat diterima
oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi.
• Prinsip: Pengukuran kenaikan penyuntikan larutan uji secara IV dan ditujukan
untuk sediaan yang dapat ditoleransi dengan uji kelinci dengan dosis penyuntikan
tidak lebih dari 10 mL/kg bb dalam jangka waktu tidak lebih dari 10 menit.
• Hasil: setip penurunan suhu dianggap nol. Sediaan memenuhi syarat bila tak
seekor kelinci pun dari 3 kelinci menunjukkan kenaikan suhu 0,5° atau lebih. Jika
ada kelinci yang menunjukkan kenaikan suhu 0,5° atau lebih lanjutkan pengujian
dengan menggunakan 5 ekor kelinci. Jika tidak lebih dari 3 ekor dari 8 ekor
kelinci masing-masing menunjukkan kenaikan suhu 0,5° atau lebih dan jumlah
kenaikan suhu maksimum 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3° sediaan dinyatakan
memenuhi syarat bebas pirogen.

Anda mungkin juga menyukai