Anda di halaman 1dari 6

Tugas

1. Pengujian pH dilakukan untuk mengetahui apakah pH sediaan sudah sesuai


dengan pH obat menurut literatur atau belum, dimana pH merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas dan kelarutan sediaan tersebut12.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat pH meter merek Ohauss
2. Pengujian stabilitas dengan spektrofotometri UV (Spectrophotometer Shimadzu
UV-1800) dengan panjang gelombang teoritis masing-masing sampel untuk
mengukur nilai transmittan13 . Selanjutnya, dilakukan analisis statistika untuk
membandingkan nilai transmittan untuk sampel dari rumah sakit dan hasil
racikan di laboratorium.
3. Uji Sterilitas dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Semarang. Uji sterilitas
dilakukan dengan metode inokulasi langsung menggunakan media agar
BrainHeart Infusion (BHI) sebagai media penyubur dengan inkubasi selama 24
jam kemudian dipindahkan pada media universal yaitu media agar BP.
(Melviya, JMPF Vol 8(3), 2018)

1. Sterilitas
Semua bentuk sediaan yang diberikan secara parenteral, larutan optalmik
dan beberapa dosis medis yang digunakan dalam hubungannya dengan pemberian
bahan yang harus steril, bebas dari semua mikroorganisme hidup, kebebasan dari
mikoorganisme hidup dijamin pada awalnya dengan pembuatan produk dengan
proses sterilisasi yang sah, kemudian pengemasan produk dalam dalam suatu
bentuk yang meyakinkan penyimpanan dari sifat ini. Istilah steril adalah mutlak
dan seharusnya tidak pernah digunakan atau betul-betul dipertimbangkan dalam
suatu cara relatif baik sebagian atau hampir steril juga diharapkan dalam
penanganan berikutnya dari produk selama pemberian, teknik aseptik dan
manipulator akan menjamin pengeluaran berlanjut dari mikroorganisme hidup.
Teknik aseptik yang tepat untuk penyiapan dan pemberian bentuk sediaan steril
akan didiskusikan selanjutnya.
2. Bebas dari bahan partikulat
Bahan partikulat mengacu kepada bahan yang bergerak, tidak larut, yang
tanpa sengaja ada dalam sediaan parenteral. Kehadiran bahan partikulat dalam
sediaan larutan parenteral diperhatikan karena konsep rute pemberiannya.
Walaupun rute parenteral dapat menyiapkan lama penyimpanan, penampilan,
kebutuhan, dan metode efektif dari pemberian, namun dipercaya bahwa bahan-
bahan dari luar yang tidak disengaja dapat berbahaya. Komposisi dari bahan
partikulat yang tidak diinginkan bervariasi. Dalam beberapa hal, komposisi ini
dari berbagai sumber, mengingat yang lain memiliki sumber khusus tersendiri.
Bahan asing yang ditemukan dalam sediaan parenteral meliputi selulosa, serat
kapas, gelas, karet, logam, partikel plastik, bahan kimia tidak larut, karet
diatomae, ketombe dan sebagainya.
- Pengaruh Secara Biologis
Kejernihan, atau tidak adanya bahan partikel yang tampak selalu dipertimbangkan
sebagai persyaratan untuk produk parenteral. Bagaimanapun, awalnya ini adalah
alasan fisiologis misalnya pengaruh larutan terhadap bahan yang tampak terhadap
pasien yang menerimanya dalam injeksi akan merupakan gambaran kesimpulan
produk yang beredar di pasaran, dengan adanya bahan yang mengapung. Saat
gelas ampul mulai terkenal sebagai wadah pengemasan, hal ini dapat dicatat
bahwa kemungkinan partikel gelas akan masuk ke dalam larutan saat ampul
dibuka.
- Sumber partikel
Bahan partikel dapat masuk dalam larutan parenteral dengan berbagai cara dan
sumber :
1.      Larutan itu sendiri dan bahan kimia yang dikandungnya.
2.      Proses pabrikasi dan berbagai variabel seperti lingkungan, peralatan dan
personil.
3.      Komponen kemasan dan kandungannya.
4.      Alat dan peralatan yang digunakan saat pemberian produk.
5.      Manipulasi yang melibatkan peralatan produk untuk pemberian sama baiknya
dengan lingkungan saat produk tersebut dibuat.
3. Bebas dari Pirogen
Sekarang dalam praktek pemberian obat secara parenteral, reaksi piretik sering
diamati. Reaksi-reaksi ini antara lain malaise, sakit kepala, dan peningkatan suhu
tubuh (demam). Istilah seperti "sait fever", "protein fever", "serum fever", dan
"salvarsan fever", umum digunakan untuk mengartikan reaksi ini.
Definisi
Pirogen didefinisikan sebagai produk metabolit yang berasal dari mikroorganisme
hidup, atau mikroorganisme mati yang dapat menyebabkan respon demam setelah
penyuntikan. Pirogen diproduksi oleh mikroorganisme gram-negatif yang sangat
poten. Ekstrak pirogen kering muncul menjadi stabil sepanjang waktu, bahkan
larutan yang terpirogenik kehilangan beberapa aktivitasnya sampai beberapa
tahun.
4. Kestabilan
Dalam perkembangan sediaan steril, perkembangan atau perhatian utama
ditujukan pada kestabilan obat. Obat dalam sediaan cenderung menjadi kurang
stabil daripada obat dalam bentuk kering. Untuk penggunaan parenteral, suatu
larutan atau suspensi dibutuhkan atau berupa faktor kestabilan obat
dipertimbangkan secara hati-hati. Pemilihan bahan tambahan membantu dalam
peranannya pada kestabilan secara fisika dan kimia. Untuk larutan kestabilan
secara fisika memperlihatkan pada kenampakan secara fisika dari produk saat
penyimpanan. Pembentukan endapan atau warnanya biasanya mengindikasikan
ketidakstabilan. Penguraian obat tidak begitu nyata ditunjukkan oleh perubahan
secara visual, sutau larutan subpoten dapat tetap jernih dan tidak berwarna.
5.  injeksi sedapat mungkin isotonis dengan darah (SDF : 164)
Walaupun diinginkan bahwa cairan intravena isotonik untuk meminimalkan
trauma pada pembuluh darah, larutan hipertonik atau hipotonik dapat diberikan
dengan sukses. Larutan nutrient hipertonik konsentrasi tinggi digunakan pada
hiperalimentasi parenteral. Untuk meminimalkan iritasi pembuluh, larutan ini
diberikan secara perlahan dengan kateter pada vena besar seperti subclavian.
6. Uji Keseragaman Bobot
Keseragaman bobot : Sediaan yang sebelum digunakan sebagai injeksi
dilarutkan terlebih dahulu, harus memenuhi syarat keseragaman bobot berikut :
Hilangkan etiket 10 wadah, cuci bagian luar wadah dengan air, keringkan.
Timbang satu persatu, dalam keadaan terbuka. Keluarkan isi wadah, cuci wadah
dengan air kemudian dengan etanol (95%)P, keringkan pada suhu 105  0C hingga
bobot tetap, dinginkan, timbang satu persatu. Bobot isi wadah tidak boleh
menyimpang lebih dari batas yang tertera pada daftar berikut, kecuali satu wadah
yang boleh menyimpang tidak lebih dari 2 kali batas yang tertera.

7. Uji Keseragaman Volume


Untuk injeksi dalam bentuk cairan, Volume isi netto tiap wadah harus
sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan. Kelebihan volume yang dianjurkan
tertera dalam daftar di bawah ini.

8. Wadah Injeksi
Ada dua tipe utama wadah untuk injeksi yaitu dosis tunggal dan dosis
ganda. Wadah dosis tunggal yang paling sering digunakan adalah ampul dimana
kisaran ukurannya dari 1-100 ml. pada kasus tertentu, wadah dosis ganda dan
sebagainya berupa vial serum atau botol serum. Kapasitas vial serum 1-50 ml,
bentuknya mirip ampul tetapi disegel dengan pemanasan. Ditutup dengan penutup
karet spiral. Botol serum juga dapat sebagai botol tipe army dengan kisaran
ukuran dari 75-100 ml dan memiliki mulut yang lebar dimana ditutup dengan
penutup karet spiral. Labu atau tutup yang lebih besar mengandung 250-2000 ml, digunakan untuk cairan
parenteral yang besar seperti NaCl isotonis.

DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Depkes RI:  Jakarta.

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Depkes RI: Jakarta.


Parrot, L.E. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics. Burgess Publishing Co: USA.

Jenkins, G.L. 1969. Scoville's:The Art of Compounding. Burgess Publishing Co: USA.

Gennaro, A.R. 1998. Remington's Pharmaceutical Science, 18th Edition. Marck Publishing Co: Easton.

Lachman, L, et all. 1986. The Theory and Practise of Industrial Pharmacy, Third Edition, Lea and Febiger: Philadelphia.

Turco, S.,dkk. 1970. Sterile Dosage Forms. Lea and Febiger: Philadelphia.

Groves,M.J..  Parenteral Technology Manual, Second Edition. Interpharm Press.

D.  Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah sediaan disterilkan dan sebelum wadah dipasang
etiket dan dikemas
1.    Evaluasi Fisika
a.    Penetapan pH .   (FI ed. IV, hal 1039-1040)
b.    Bahan Partikulat dalam Injeksi  <751>  ( FI> ed IV, hal. 981-984).
c.    Penetapan Volume Injeksi Dlam Wadah <1131>  (FI ed. IV Hal 1044).
d.   Uji Keseragaman Bobot dan Keseragaman Volume (FI ed III hal.   19)
e.    Uji Kejernihan Larutan  (FI ED. IV, hal 998)
f.     Uji Kebocoran   (Dry Bath Test dan Double Vacuum Pull).
Pada pembuatan kecil-kecilan hal ini dapat dilakukan dengan mata tetapi
untuk produksi skala besar hal ini tidak mungkin dikerjakan.Wadah-wadah
takaran tunggal yang masih panas setelah selesai disterilkan dimasukkan kedalam
larutan biru metilen 0,1%. Jika ada wadah-wadah yang bocor maka larutan biru
metilen akan dimasukkan kedalamnya karena perbedaan tekanan di luar dan di
dalam wadah tersebut. Cara ini tidak dapat dilakukan untuk larutan-larutan yang
sudah berwarna. Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan terbalik, jika ada
kebocoran maka larutan ini akan keluar dari dalam wadah. Wadah-wadah yang
tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus diperiksa dengan memasukkan
wadah-wadah tersebut ke dalam eksikator yang divakumkan. Jika ada kebocoran
akan diserap keluar.
g.    Uji Kejernihan dan Warna
Umumnya setiap larutan suntik harus jernih dan bebas dari kotoran-kotoran.
Uji ini sangat sulit dipenuhi bila dilakukan pemeriksaan yang sangat teliti karena
hampir tidak ada larutan jernih. Oleh sebab itu untuk uji ini kriterianya cukup jika
dilihat dengan mata biasa saja yaitu menyinari wadah dari samping dengan latar
belakang berwarna hitam dan putih. Latar belakang warna hitam dipakai untuk
menyelidiki kotoran-kotoran berwarna muda, sedangkan latar belakang putih
untuk menyelidiki kotoran-kotoran berwarna gelap.
2.    Evaluasi Biologi
1.    Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba <61> (FI ed IV, HAL 854-855)
2.    Uji Sterilitas  <71> (FI ed. IV, HAL 855-863)
3.    Uji Endotoksin Bakteri <201> (FI ed. IV, HAL 905-907)
4.    Uji Pirogen <231> (FI ed. IV, HAL. 908-909)
5.    Uji Kandungan Zat Antimikroba <441> (FI ed. IV, HAL. 939-942)
3.    Evaluasi Kimia
a.    Uji Identifikasi (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing)
b.    Penetapan Kadar (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing).

Anda mungkin juga menyukai