Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini berbagai bentuk sediaan obat dapat dijumpai dipasaran. Diantaranya adalah
sediaan injeksi yang termasuk sediaan steril. Produk steril adalah sediaan teraseptis dalam
bentuk terbagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan
sediaan unik diantara bentuk sediaan obat terbagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui
kulit atau membran mukosa ke bagian dalam tubuh. Dan kemudian langsung menuju reseptor.
Sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik serta
harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi dan luar biasa. Dalam injeksi intravena
memberikan beberapa keuntungan antara lain efek terapi lebih cepat didapat., dapat
memastikan obat sampai pada tempat yang diinginkan, cocok unyuk keadaan darurat, untuk
obat obat yang rusak oleh cairan lambung
Sediaan injeksi merupakan sediaan yang sangat penting bagi dunia kesehatan. Karena
pada keadaan sakit yang dianggap kronis, pemberian obat minum sudah tidak maksimal lagi ,
sehingga perlu dan sangat penting untuk di berikan sediaan injeksi, karena akan sangat
membantu untuk mempercepat mengurangi rasa sakit pada pasien, sebab sediaan injeksi
bekerja secara cepat, dimana obat langsung masuk ke dalam pembuluh darah dan akan
bekerja secara optimal pada bagian yang sakit. Sediaan injeksi merupakan salah satu contoh
sediaan steril , jadi keamanan dan kebersihan sediaan juga telah di uji.
Pemberian preparat parenteral terbagi dalam lima rute yang paling umum, yaitu
intravena, intramuscular, subkutan, intrakutan, dan intraspinal. Pada umumnya pemberian
secara parenteral dilakukan bila diinginkan kerja obat yang lebih cepat, seperti pada keadaan
darurat atau gawat darurat. Bila penderita tidak dapat diajak bekerjasama dengan baik, tidak
sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan secara oral atau bila obat tersebut
tidak efektif dengan cara pemberiaan yang lain. Injeksi diracik dengan melarutkan,
mengemulsikan, atau mensuspensikan sejumlah obat kedalam sejumlah pelarut atau dengan
mengisikan sejumlah obat kedalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud sediaan injeksi dan pembagiannya
2. Perbadaan antara injeksi volume kecil vial dan ampul
3. Sediaan apa saja yang termasuk dalam injeksi vial dan ampul?
C. Tujuan Percobaan

1. Mengetahui sediaan injeksi dan pembagiannya


2. Mengetahui injeksi vial dan ampul
3. Macam-macam sedian vial dan ampul

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, injeksi adalah sediaan steril berupa larutan,
emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu
sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau
melalui kulit atau melalui selaput lendir.(FI.III.1979.
Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, injeksi adalah injeksi yang dikemas
dalam wadah 100 mL atau kurang.Umumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa

diberikan secara intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena berbahaya yang dapat
menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kapiler.(FI.IV.1995)
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara
tradisional keaadan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran
dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah
istilah yang mempunyai konotasi relative, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak
bebas dari mikroorganisme hanya dapat diduga atas dapat proyeksi kinetis angka kematian
mikroba.(Lachman hal.1254)
Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari
mikroorganisme hidup. Pada prinsip ini termasuk sediaan parenteral mata dan iritasi. Sediaan
parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan
ini disuntikan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. karena sediaan
mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit
dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen
toksis,dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi atau luar biasa. Semua komponen dan
proses yang terlibat dalam penyediaan dalam produk ini harus dipilih dan dirancang untuk
menghilangkan semua jenis kontaminasi apakah fisik, kimia, mikrobiologis. (Lachman hal
1292)
Injeksi telah digunakan untuk pertama kalinya pada manusia sejak tahun 1660,
meskipun demikian perkembangan pertama injeksi semprot baru berlangsung pada tahun
1852, khususnya pada saat dikenalkannya ampul gelas, untuk mengembangkannya bentuk
aplikasi ini lebih lanjut. Ampul gelas secara serempak dirumuskan oleh apoteker LIMOUSIN
(Perancis) dan FRIEDLAENDER (Jerman) pada tahun 1886.
Sediaan steril injeksi dapat berupa ampul, ataupun berupa vial. Injeksi vial adalah salah
satu bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas
atau volume 0,5 mL 100 mL. Injeksi vial pun dapat berupa takaran tunggal atau ganda
dimana digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume
sebanyak 5 mL atau pun lebih.Sedangkan injeksi ampul adalah wadah berbentuk silindris
yang terbuat dari kaca dan memiliki ujung runcing (leher) dan memiliki bidang dasar datar
dengan ki saran antara 1-50 ml dan kadang-kadang 30 ml. (Anonim.Penuntun Praktikum
Farmasetika I.2011)
Ampul adalah wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas yang memiliki ujung
runcing (leher) dan bidang dasar datar. Ukuran nominalnya adalah 1, 2, 5, 10, 20 kadangkadang juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah wadah takaran tunggal, oleh karena total jumlah

cairannya ditentukan pemakaian dalam satu kali pemakaiannya untuk satu kali injeksi.
Menurut peraturan ampul dibuat dari gelas tidak berwarna, akan tetapi untuk bahan obat peka
cahaya dapat dibuat dari bahan gelas berwarna coklat tua. Ampul gelas berleher dua ini
sangat berkembang pesat sebagai ampul minum untuk pemakaian peroralia (R. Voigt hal.
464)
Ampul merupakan wadah takaran tunggal sehingga penggunaannya untuk satu kali
injeksi. Ampul dibuat dari bahan gelas tidak berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang
peka terhadap cahaya, dapat digunakan ampul yang terbuat dari bahan gelas berwarna coklat
tua.
A. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara dalam keadaan:
1. Tidak perlu pengawet karena merupakan takaran tunggal
2. Tidak perlu isotonis
3. Diisi melalui buret yang ujungnya disterilkan terlebih dahulu dengan alkohol 70 %
4. Buret dibilas dengan larutan obat sebelum diisi.
Vial adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada
dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 ml. Vial dapat berupa takaran
tunggal atau ganda. Digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi
dengan volume sebanyak 5 mL atau lebih besar. Bila diperdagangan, botol ini ditutup dengan
sejenis logam yang dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan
injeksi. (R. Voight hal 464).
B. Hal yang perlu diperhatikan untuk sediaan injeksi dalam wadah vial (takaran ganda):
1. Perlu pengawet karena digunakan berulang kali sehingga kemungkinan adanya kontak
dengan lingkungan luar yang ada mikroorganismenya
2. Tidak perlu isotonis, kecuali untuk subkutan dan intravena harus dihitung isotonis
(0,6% 0,2%) (FI IV hal. 13)
3. Perlu dapar sesuai pH stabilitasnya
4. Zat pengawet (FI IV hal 17) keculai dinyatakan lain, adalah zat pengawet yang cocok
yang dapat ditambahkan ke dalam injeksi yang diisikan dalam wadah ganda/injeksi
yang dibuat secara aseptik, dan untuk zat yang mepunyai bakterisida tidak perlu
ditambahkan pengawet
2.2. Keuntungan Dan Kerugian Sediaan Injeksi
A. Keuntungan
1. Dapat dicapai efek fisiologis segera, untuk kondisi penyakit tertentu (jantung berhenti)
2. Dapat diberikan untuk sediaan yang tidak efektif diberikan secara oral atau obat yang
dirusak oleh sekresi asam lambung

3. Baik untuk penderita yang tidak memungkinkan mengkonsumsi oral (sakit jiwa atau
tidak sadar)
4. Pemberian parenteral memberikan kemungkinan bagi dokter untuk mengontrol obat,
karena pasien harus kembali melakukan pengobatan
5. Sediaan

parenteral

dapat

menimbulkan

efek

lokal

seperti

pada

kedokteran

gigi/anastesiologi
6. Pengobatan parenteral merupakan salah satu cara untuk mengoreksi gangguan serius
cairan dan keseimbangan elektrolit
B. Kerugian
1. Pemberian sediaan parenteral harus dilakukan oleh personel yang terlatih dan
membutuhkan waktu pemberian yang lebih lama
2. Pemberian obat secara parenteral sangat berkaitan dengan ketentuan prosedur aseptik
dengan rasa nyeri pada lokasi penyuntikan yang tidak selalu dapat dihindari
3. Bila obat telah diberikan secara parenteral, sukar sekali untuk menghilangkan/merubah
efek fisiologisnya karena obat telah berada dalam sirkulasi sistemik
4. Harganya relatif lebih mahal, karena persyaratan manufaktur dan pengemasan
5. Masalah lain dapat timbul pada pemberian obat secara parenteral seperti septisema, infeksi
jamur, inkompatibilias karena pencampuran sediaan parenteral dan interaksi obat
6. Persyaratan sediaan parenteral tentang sterilitas, bebas dari partikulat, bebas dari pirogen,
dan stabilitas sediaan parenteral harus disadari oleh semua personel yang terlibat.
2.3. Syarat-syarat Injeksi
A. Bebas dari mikroorganisme, steril atau dibuat dari bahan-bahan steril di bawah kondisi
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

yang kurang akan adanya kombinasi mikroorganisme (proses aseptik).


Bahan-bahan bebas dari endotoksin bakteri dan bahan pirogenik lainnya.
Bahan-bahan yang bebas dari bahan asing dari luar yang tidak larut.
Sterilitas
Bebas dari bahan partikulat
Bebas dari Pirogen
Kestabilan
Injeksi sedapat mungkin isotonis dengan darah.

2.4. kegunaan parenteral digolongkan 5 jenis yang berbeda, yaitu:


A. Obat atau larutan atau emulsi yang digunakan untuk injeksi, ditandaidengan nama Injeksi.
B. sediaan padat kering, atau cairan pekat tidak mengandung dapar, pengencer atau bahan
tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah penambahan pelarutan yang sesuai
memenuhi persyaratan injeksi, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya steril
C. sediaan seperti tertera pada no.2 tetapi mengandung satu atau lebih dapar, pengencer atau
bahan tambahan lain, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya untuk injeksi
D. sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan
secara intra vena atau ke dalam saluran spinal, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya
suspensisteril.
E. sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan yang
memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa
yang sesuai, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya steril untuk suspensi
2.5. Pemberian Sediaan Parenteral
A.

Untuk memastikan obat sampai ke bagian tubuh atau jaringan yang membutuhkan
dengan konsentrasi yang mencukupi.

B.

Untuk mencapai parameter farmakologi tertentu yang terkontrol, seperti waktu onset,
serum peak, kecepatan eliminasi obat dari dalam tubuh.

C.

Untuk pasien yang tidak bisa melakukan self medicate

D.

Untuk mendapatkan efek biologik yang tidak didapatkan melalui pemakaian oral

E.

Untuk alternatif bila rute yang diharapkan (oral) tidak tersedia

F.

Untuk mendapatkan efek lokal, untuk meminimalkan efek toksik sistemik

G.

Untuk pasien yang tidak sadar, tidak kooperatif, tidak terkontrol

H.

Untuk pengobatan ketidakseimbangan elektrolit dan cairan untuk supply nutrisi


jangka panjang/pendek

I.

Untuk mendapatkan efek lokal yang diharapkan

2.6. Rute-Rute Injeksi


A. Parenteral Volume Kecil
1. Intradermal
Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan "dermis"
yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika sisi anatominya
mempunyai derajat pembuluh darah tinggi, pembuluh darah betul-betul kecil.Makanya
penyerapan dari injeksi disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat
dibandingkan karena absorpsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal
dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas terhadap
mikroorganisme.
2. Intramuskular
Istilah intramuskular (IM) digunakan untuk injeksi ke dalam obat.Rute
intramuskular menyiapkan kecepatan aksi onset sedikit lebih normal daripada rute
intravena, tetapi lebih besar daripada rute subkutan.
3.

Intravena
Istilah intravena (IV) berarti injeksi ke dalam vena. Ketika tidak ada absorpsi,
puncak konsentrasi dalam darah terjadi dengan segera, dan efek yang diinginkan dari
obat diperoleh hampir sekejap.

4. Subkutan
Subkutan (SC) atau injeksi hipodermik diberikan di bawah kulit.Parenteral
diberikan dengan rute ini mempunyai perbandingan aksi onset lambat dengan absorpsi
sedikit daripada yang diberikan dengan IV atau IM.
5. Rute intra-arterial
Disuntikkan langsung ke dalam arteri, digunakan untuk rute intravena ketika aksi
segera diinginkan dalam daerah perifer tubuh.
6. Intrakardial
Disuntikkan langsung ke dalam jantung, digunakan ketika kehidupan terancam
dalam keadaan darurat seperti gagal jantung.

7. Intraserebral
Injeksi ke dalam serebrum, digunakan khusus untuk aksi lokal sebagaimana
penggunaan fenol dalam pengobatan trigeminal neuroligia.

8. Intraspinal
Injeksi ke dalam kanal spinal menghasilkan konsentrasi tinggi dari obat dalam
daerah lokal. Untuk pengobatan penyakit neoplastik seperti leukemia.
9. Intraperitoneal dan intrapleural
rute yang digunakan untuk pemberian berupa vaksin rabies.Rute ini juga digunakan
untuk pemberian larutan dialisis ginjal.
10. Intra-artikular
Injeksi yang digunakan untuk memasukkan bahan-bahan seperti obat antiinflamasi
secara langsung ke dalam sendi yang rusak atau teriritasi.
11. Intrasisternal dan peridual
Injeksi ke dalam sisterna intracranial dan durameter pada urat spinal. Keduanya
merupakan cara yang sulit dilakukan, dengan keadaan kritis untuk injeksi.
12. lIntrakutan (i.c)
Injeksi yang dimasukkan secara langsung ke dalam epidermis di bawah stratum
corneum. Rute ini digunakan untuk memberi volume kecil (0,1-0,5 ml) bahan-bahan
diagnostik atau vaksin.
13. Intratekal
Larutan yang digunakan untuk menginduksi spinal atau anestesi lumbar oleh
larutan injeksi ke dalam ruang subarachnoid.Cairan serebrospinal biasanya diam pada
mulanya untuk mencegah peningkatan volume cairan dan pengaruh tekanan dalam
serabut saraf spinal.Volume 1-2 ml biasa digunakan.Berat jenis dari larutan dapat diatur
untuk membuat anestesi untuk bergerak atau turun dalam kanal spinal, sesuai keadaan
tubuh pasien.
B. Parenteral Volume Besar

2.7. Bentuk-bentuk Sedian Injeksi


A.

Larutan air
bentuk yang paling sederhana dan banyak digunakan. Bentuk larutan air dapat
digunakan untuk semua rute pemberian.

B.

Suspensi air

biasanya diberikan dalam rute intramuscular(im) dan subkutan (sc). Suspensi tidak
pernah diberikan secara intravena (iv), intraarteri, inraspinal, inrakardiak, atau injeksi
optalmik. Ukuran partikel suspensi biasanya kecil dan distribusi ukuran partikel harus
dikontrol untuk meyakinkan partikel dapat melewati jarum suntik saat pemberian.
Ukuran partikel tidak boleh membesar dan tidak boleh terjadi caking saat penyimpanan.
C.

Larutan kering untuk sediaan yang larut dalam air, tetapi tidak stabil di air.

D.

Larutan minyak dibuat bila zat aktif tidak larut air tetapi larut dalam minyak dan
diberikan melalui im. Larutan minyak menimbulkan efek depo, untuk masalah iritasi dan
sensitisasi, suspensi air lebih dipilih dibanding larutan minyak.

E.

Suspensi minyak
injeksi suspensi bisa juga dibuat dalam pembawa minyak, meskipun pembuatannya lebih
jarang dibanding suspensi air. Suspensi minyak dapat menimbulkan efek depot/lepas
lambat pada rute pemberian im.

F.

Injeksi minyak
senyawa yang bersifat lipofilik banyak yang dibuat dalam bentuk injeksi minyak.
Sediaan ini secara umum digunakan dengan rute im, dan pada keadaan normal tidak
digunakan untuk rute lain.

G.

Emulsi
zat yang bersifat lipofilik juga dapat dibuat dalam bentuk emulsi o/w. Zat dapat
dilarutkan dalam larutan minyak atau zatnya sendiri sudah benbentuk minyak. Droplet
minyak harus dikontrol dengan hati-hati dan pada saat penyimpanan agar emulsi tidak
pecah. Ukuran droplet ideal 3 m. Biasanya dalam bentuk nutrisi parenteral.

H.

Larutan koloidal biasanya diberikan melalui rute im.

I.

Sistem pelarut campur banyak kondisi klinik sangat diperlukan suatu zat dibuat dalam
bentuk larutan sejati, agar siap bercampur dengan larutan iv ketika diberikan. Untuk zat
yang sukar larut dalam air, maka selain digunakan dalam bentuk garam atau diformulasi
dalam pH tinggi atau rendah, beberapa zat dapat pula diformulasi dalam pelarut campur.
Kosolvent digunakan untuk menurunkan polaritas pembawa sehingga zat lebih larut.
Pemberian biasanya mengiritasi, toksik dan menimbulkan rasa nyeri. Pemberian

intravena perlu dilakukan perlahan untuk mencegah presipitasi zat aktif. Pemilihan
kosolvent terbatas oleh toksitas.
J.

Larutan terkonsentrasi berupa konsentrat dan diberikan dengan dilarutkan dahulu di


dalam larutan iv.

K.

Serbuk untuk injeksi beberapa zat yang tidak stabil dalam air, sehingga dibuat dalam
bentuk serbuk untuk injeksi. Sediaan ini bisa berupa serbuk dry filled atau serbuk
liofilisasi (freeze dried).

L.

Implant biasanya berupa hormon dan diberikan dengan maksud pemberian lambat,
ditunda atau dikontrol, dimana pemberian tidak dapat dilakukan via oral.

2.8. Wadah Injeksi


Pembagian wadah untuk injeksi dibagi menjadi dua macam yaitu:
A. Wadah dosis tunggal
suatu wadah yang kedap udara yang mempertahankan jumlah obat steril yang
dimaksudkan untuk pemberian parenteral sebagai dosis tunggal dan yang bila dibuka
tidak dapat ditutup rapat kembali yang dengan jaminan tetap steril (steril (Ansel,1989)
Contoh: ampul.
Wadah dosis tunggal biasanya disebut ampul, tertutup rapat dengan melebur wadah
gelas dalam kondisi aseptis.Wadah gelas dibuat mempunyai leher agar dapat dengan
mudah dipisahkan dari bagian badan wadah tanpa terjadi serpihan-serpihan gelas.Sesudah
dibuka, isi ampul dapat dihisap kedalam alat suntik dengan jarum hipodermik.Sekali
dibuka, ampul tidak dapat ditutup dan digunakan lagi untuk waktu kemudian, karena
sterilitas isinya tidak dapat dipertanggungjawabkan lagi. Beberapa produk yang dapat
disuntikkan dikemas dalam alat suntik yang diisi sebelumnya dengan atau tanpa cara
pemberian khusus. Gelas yang digunakan dalam mengemas sediaan farmasi digolongkan
menjadi 4 kategori, yaitu :
Gelas
Tipe 1

Komposisi
Borosilikat

Sifat-sifat

Aplikasi

Resistensi terhadap

Sediaan parenteral asidik

hidrolisis tinggi,eksporasi

dan netral, bisa juga

termal rendah

untuk sediaan alkali yang


sama

Tipe II

Kaca soda kapur Resistensi hidrolitik relatif Sediaan parenteral asidik


(diperlukan

Tipe III

tinggi

dan netral, bisa juga

dealkalisasi)

untuk sediaan alkalin

Kaca soda lapur Sama dengan tipe II, tapi

yang sesuai
Cairan anhidrat dan

(tidak

produk kurang, sediaan

dengan pelepasan oksida

mengalami

parenteral jika sesuai

perlakuan
Tipe NP Kaca soda kapur Resistensi hidrolitik sangat Hanya digunakan
(penggunaan

rendah

umum)

untuksediaaan non
parenteral (oral, tipikal,
dsb)

Tipe 1, 2 dan 3 untuk produk parenteral

Tipe NP untuk produk non-parenteral dan tipe itu dimaksudkan untuk penggunaan
oral dan topical.

B. Wadah dosis ganda


wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan isinya perbagian berturut-turut
tanpa terjadi perubahan kekuatan, kaulitas atau kemurnian bagian yang tertinggal. Contoh
vial atau botol serum (Ansel, 1989)
Dalam industri farmasi, kemasan yang terpilih harus cukup melindungi kelengkapan
suatu produk.Karenanya seleksi kemasan dimulai dengan penetuan sifat-sifat fisika dan
kimia dari produk itu, keperluan melindunginya, dan tuntutan pemasarannya. Secara
umum, hal-hal penting yang harus diperhatikan dari wadah:
1. Harus cukup kuat untuk menjaga isi wadah dari kerusakan
2. Bahan yang digunakan untuk membuat wadah tidak bereaksi dengan isi wadah
3. Penutup wadah harus bisa mencegah isi:
a. Kehilangan yang tidak diinginkan dari kandungan isi wadah
b. Kontaminasi produk oleh kotoran yang masuk seperti mikroorganisme atau uap
yang akan mempengaruhi penampilan dan bau produk.
4. Untuk sediaan jenis tertentu harus dapat melindungi isi wadah dari cahaya
5. Bahan aktif atau komponen obat lainnya tidak boleh diadsorpsi oleh bahan pembuat
wadah dan penutupnya, wadah dan penutup harus mencegah terjadinya difusi melalui
dinding wadah serta wadah tidak boleh melepaskan partikel asing ke dalam isi wadah
6. Menunjukkan penampilan sediaan farmasi yang menarik.

2.9. Kondisi penutupan penyimpan obat dikelompokkan :


A. Wadah tertutup baik, yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari zat
dan dari hilangnya obat pada kondisi pengangkutan, pengapalan,

padat dari luar

penyimpanan dan

distribusi yang lazim.


B. Wadah tertutup baik terlindung dari cahaya
C. Wadah tertutup rapat
wadah yang dapat melindungi isinya dari kontaminasi cairan-cairan, zat padat atau
uap dari luar, dari hilangnya obat tersebut, dan dari pengembangan, pencairan, atau
penguapan pada kondisi pengangkutan, pengapalan, penyimpanan, dan distribusi yang
lazim. Suatu wadah tertutup rapat ditutup kembali sehingga kemampuan yang sama seperti
sebelum dibuka.
D. Wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya
Wadah untuk injeksi termasuk penutup tidak boleh berinteraksi melalui berbagai cara
baik secara fisik maupun kimiawi dengan sediaan, yang dapat mengubah kekuatan, mutu
atau kemurnian di luar persyaratan resmi dalam kondisi biasa pada waktu penanganan,
pengangkutan, penyimpanan, penjualan, dan penggunaan. Wadah terbuat dari bahan yang
dapat mempermudah pengamatan terhadap isi.Tipe kaca yang dianjurkan untuk tiap
sediaan umumnya tertera dalam masing-masing monografi. (FI Ed. IV).
Wadah dan sumbatnya tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan di dalamnya
baik secara kimia maupun secara fisika, yang dapat mengakibatkan perubahan khasiat, mutu
dan kemurniannya. (FI ed. III, hal XXXIV)
Bagaimanapun bentuk dan komposisi wadah, wadah pengemas merupakan sumber
dari masalah stabilitas sediaan, bahan partikulat, dan sumber pirogen. (Diktat Steril, hal 82)
2.10.Daftar Obat Injeksi
Nama Obat

Sediaan

Golongan

Adidryl

vial

antihistamin

Adimidon

vial

NSAI

Alinamin Forte

ampul

neurotropik

Atropin sulfat

ampul

antikolinergik

Bricasma

ampul

bronkodilator

Buscopan

ampul

spasmolitik

Chinin antipirin

ampul

antimalaria

vial

steroid

Diazepam

ampul

antiansietas

Epinefrin

ampul

adrenergik

Kalmetason

ampul

steroid

Kanamicin

vial

antibiotika

Kemicetin

vial

kloramfenikol

Lasix

ampul

diuretik

Metergin

ampul

metil ergometrin

Meylon

vial

elektrolit

Neurobion

ampul

neurotropik

Oxitosin

ampul

oxitosin

Pavaperin

tube

spasmolitik

Pehacain

ampul

anastetik

Piralen

ampul

antiemetik

Sesden

ampul

spasmolitik

Systabon

ampul

spasmolitik

Ulsikur

ampul

simetidin

Viccilin

vial

ampisilin

ampul

vit K

Cortison

Vit K

Anda mungkin juga menyukai