Kontrak Pembelajaran
Dermis,
Hipodermis
terdiri atas 5 lapisan
Stratum korneum
(lapisan tanduk),
Stratum lusidum
(daerah sawar),
Stratum granulosum
(lapisan keratohialin),
Stratum spinosum
stratum basalis (lap
malpighi).
• Terbentuk oleh jaringan elastis & serabut
kolagen.
Merupakan jaringan penyambung dibawah kulit yang
• Nyeri
• Peningkatan kreatinin phospokinase dalam serum sebagai akibat
dari trauma
• Kadang-kadang kerusakan nervus siantica
• Obat-obat tertentu pada pemberian i.m. tidak terabsorpsi secara
sempurna karena terjadi presipitasi yang menyebabkan redisolusi
sangat lambat atau terjadinya fagositosis dari partikel obat
• Contoh : Inj. Ampiciilin, Phenytoin
• Inj. Chlordiazepoksid, Diazepam, Digoxin
SUBKUTAN (s.c)
1. Isotonis
Jika suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan
konsentrasi dalam sel darah merah, sehingga tidak terjadi
pertukaran cairan diantara keduanya, maka larutan
dikatakan isotoni (ekuivalen dengan larutan 0,9% NaCl
2. Isoosmotik
Jika suatu larutan memiliki tekanan osmose sama
dengan tekanan osmose serum darah, maka larutan
dikatakan isoosmotik (0,9% NaCl)
(2)
3. Hipotonis
Konsentrasi obat, larutan lebih rendah dari serum darah,
sehingga menyebabkan air akan melintasi membran sel
darah merah yang semipermiabel sehingga memperbesar
volume sel darah merah dan menyebabkan peningkatan
tekanan dalam sel. Tekanan yang lebih besar
menyebabkan pecahnya sel-sel darah merah. Peristiwa
demikian disebut Hemolisa.
(3)
4. Hipertonis
Konsentrasi obat lebih tinggi dari serum darah, sehingga
menyebabkan air keluar dari sel darah merah melintasi
membran semipermiabel dan mengakibatkan terjadinya
penciutan sel-sel darah merah. Peristiwa demikian
disebut Plasmolisa
BAHAN PEMBANTU MENGATUR
TONISITAS
• NaCl
• Glukosa,
• Sukrosa
• KNO3
• NaNO3
BEBERAPA CARA DAPAT MENJADIKAN
LARUTAN ISOTONIS
1. Kesetaraan dengan garam Natrium klorida
Ekuivalensi natrium klorida memberikan jumlah natrium
klorida (g) yang menghasilkan tekanan osmotik sama
seperti 1 gram bahan obat dengan syarat bahwa natrium
klorida maupun bahan obat berada dalam larutan obat
bervolume sama. Maka, 1 gram bahan obat ekuivalen
dengan tekanan osmotik dari x gram natrium klorida.
2. White Vincent
Dimana V= W.E. V’
V = Volume larutan bahan obat isotoni
ditentukan (ml)
W = masa bahan obat yang dibuat
E = Ekivalensi Zat aktif
V’ = Volume suatu larutan isotoni (ml) yang
mengandung 1 gram NaCl (111,1 ml)
3. Penurunan titik beku
W= (0,52 – a) / b
W= Jumlah (g) bahan pembantu isotoni dalam
100 ml larutan
a = Turunnya titik beku air akibat zat terlarut,
dihitung dengan memperbanyak nilai untuk
larutan 1% b/v.
b =Turunya titik beku air yang dihasilkan oleh 1%
b/v bahan pembantu isotonis
• pH Obat suntik
• Isohidris : kondisi suatu larutan zat yang pHnya sesuai dengan pH
fisiologis tubuh sekitar 7,4
• Euhidris : usaha pendekatan pH larutan suatu zat secara teknis kearah
pH fisiologis tubuh dilakukan pada zat yang tidak stabil pada pH
fisiologis seperti garam alkaloid, vitamin c
• Fungsi larutan dapar dalam obat suntik adalah :
• Meningkatkan stabilitas obat, injeksi vit C dan inj. Luminal
• Mengurangi rasa nyer dan iritasi
• Dapat menghambat pertumbuhan bakteri
• Meningkatkan aktivitas fisiologis obat
• Stabilisasi
• Tujuannya adalah :meningkatkan kestabilan obat dengan syarat harus
sesuai dengan monografi masing-masing obat dan tidak berbahaya
dalam jumlah yang diberikan.
• Agar sediaan obat injeksi tetap stabil maka kita perlu memperhatikan
hal-hal berikut :
• Untuk mencegah reaksi oksidasi kita hendaknya mengupayakan agar
obat tidak kontak dengan oksigen.
• Reaksi dapat dicegah :
• Pengaliran gas netral, dialirkan pada saat menimbang, melarutkan
dan Penyaringan.
• Gas netral yang sering digunakan :
• Karbondioksida dan Nitrogen,
• Ditambahkan stabilisator larutan antioksigen misalnya larutan
Natrium Bisulfit, Natrium asamsulfoksilat, asam ascobat, dll.
• Bila oksidasi dikatalisis oleh logam berat dapat dicegah pembentukan
reaksi komlekson dengan menambahkan garam dinatrium EDTA
• Pengaruh Cahaya dapat dicegah dengan cara selama
pembuatan dan penyimpanan larutan injeksi
sebaiknya terlindung dari cahaya
• Bila Obat tidak dapat disterilisasi dengan panas
maka dapat disaring dengan penyaring bebas kuman
• Bahan obat yang rusak karena proses hidrolisis maka
sebaiknnya diracik dalam ampul kering
• Pengawet perlu ditambahkan apabila :
• Untuk obat suntik yang dikerjakan secaa aseptis
• Obat suntik yang disimpan dalam wadah-wadah
takaran ganda
• Obat suntik yang disterilkan dengan cara pemanasan
selama 30 menit pada suhu 98 C
• Pengawet tidak perlu ditambahkan apbila :
• Sediaan injeksi yang takaran penyuntikkannya
sekali suntik melebihi 10 cml
• Penyuntikan dilakukan secara intra tekal,
intra peridural karena diberikan juga secara
dosis tunggal.
• Pemberian obat secara intravena
• Obat suntik itu sendiri sudah mengandung
bakterisid.
• Pengawet yang biasa digunakan :
• Klorbutanol 0,5% b/v
• Fenilraksa (II)nitrat 0,001% b/v
• Klorkresol 0,1% b/v
• Dll.
Dapar
• TYNDALLISASI
• Azas : Pemanasan pada suhu 80 C selama 1
jam selama 3 hari berturut-turut ( spora
vegetatif mati)
• Hasil tidak memuaskan untuk obat suntik
sebab spora tidak berbentuk vegetatif.
• Pasteurisasi
• Pasteur : 50 – 60 C
• Penting untuk sterisasi susu terhadap
Mycobact. Tuberculosis.
DENGAN KALOR KERING
• Tujuan :
• Menjernihkan suatu larutan
• Mengumpulkan dan memisahkan jasad renik
agar sediaan cair menjadi steril.
• Jenis saringan :
• Pasteur – Chamberland
• Setz : Asbes
• Filter membrane
DENGAN GAS TERTENTU
• Ada 2 jenis :
• 1. Elektromagnetik (radiasi UV dan radiasi Y
• 2. Partikel B
UJI STERILITAS