Anda di halaman 1dari 26

FERAWATI SUZALIN

FTS STERIL
PENGERTIAN
• Sediaan steril adalah sedian yang selain
memenuhi persyaratan fisika-kimia juga
persyaratan steril. Steril berarti bebas
mikroba. Sterilisasi adalah proses untuk
mendapatkan kondisi steril.
• Sediaan steril yaitu sediaan terapetis yang
bebas mikroroganisme baik vegetatif atau
bentuk sporanya baik patogen atau
nonpatogen.
• Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang
bebas dari mikroorganisme hidup.

• Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk


obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau
membran mukosa kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan
garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran
kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi
mikroba dan dari komponen toksik dan harus mempunyai tingkat
kemurnian tinggi dan luar biasa. Semua komponen dan proses yang
terlibat dalam penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk
menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik, kimia atau
mikrobiologi.

• Yang termasuk dalam sediaan steril antara lain sediaan parenteral volum
besar, sediaan parenteral volum kecil (injeksi), sediaan mata (tetes/salep
mata)
INDIKASI UMUM
Berdasarkan penggunaan
a.      Injeksi
• Suatu larutan obat dalam pembawa yang
cocok dengan atau tanpa bahan tambahan
yang dimaksudkan untuk penggunaan
parenteral
• Injeksi adalah sediaan steril yang diberikan
melalui penyuntikkan pada lapisan kulit.
b. Cairan Infus
• Infus adalah sediaan yang penggunannya sama dengan
injeksi teapi volumenya lebih besar (lebih dari 100 ml). 
• Merupakan injeksi khusus karena cara pemberiannya
dan volumenya besar Berguna untuk :
1.  Nutrisi dasar, contoh : infus dekstrosa
2.  Perbaikan keseimbangan elektrolit, contoh : infus
ringer  mengandung ion Na+, K+, Ca2+ dan Cl-
3.  Pengganti cairan tubuh, contoh iInfus dekstrosa dan
NaCl
4.  Membantu diagnosis, contoh untuk penentuan fungsi
ginjal : injeksi mannitol
c. Radiopharmaceutical/Radiofarmasi
• Suatu injeksi yang mengandung bahan radioaktif. Berfungsi untuk diagnosis
dan pengobatan dalam jaringan organ. Pembuatan dan penggunaannya
berbeda dengan bahan obat biasa (non radioaktif)

d.  Larutan Irigasi
• Larutan irigasi adalah larutan steril yang dipakai secara topikal, untuk
mencuci sela-sela atau lubang tubuh termasuk luka.
• Persyaratan seperti larutan parenteral
• Dikemas dalam wadah volume besar dengan tutup dapat berputar dalam
botol mulut lebar
• Digunakan untuk merendam luka/mencuci luka, sayatan bedah atau
jaringan/organ tubuh
• Diberi label sama seperti injeksi.
• Contoh : Sodium chlorida untuk irigasi NaCl 0,9% , Ringers untuk irigasi, Steril
water untuk irigasi
• Label/etiket : “bukan untuk obat suntik”
e. Larutan Dialisis
• Untuk menghilangkan senyawa-senyawa toksis yang
secara normal disekresikan oleh ginjal.
• Pada kasus keracunan atau gagal ginjal atau pada pasien
yang menunggu transplantasi ginjal, dialysis adalah
prosedur darurat untuk  menyelamatkan hidup.
• Dialisis adalah proses, dimana senyawa-senyawa dapat
dipisahkan satu dengan lainnya dalam larutan berdasarkan
perbedaan kemampuan berdifusi lewat membran.
• Larutan yang tersedia di perdagangan mengandung
dekstrosa sebagai sumber utama kalori, vitamin, mineral,
elektrolit, dan asam amino/peptida sebagai sumber
nitrogen.
f.    Bahan Diagnostik
• Diagnostik merupakan salah satu metode pemeriksaan dalam ilmu pengobatan
pencegahan (preventive medicine) penyakit infeksi, didasarkan atas reaksi
antara suatu antibodi dengan antigen yang bersangkutan. Untuk ini digunakan
suntikan intrakutan diatas kulit (imunity skin test) dengan suatu antigen
dengan kadar serendah2nya yang masih memungkinkan adanya reaksi.
• Reaksi positip dalam bentuk semacam benjolan diatas kulit, menunjukkan
bahwa tubuh sudah mengandung antibodi tertentu. _ Hasil negatip, berarti
tubuh tidak memiliki antibodi tsb, dlm keadaan ini orang harus diberi vaksin
untuk mengebalkan tubuh secara aktif
• Reaksi TUBERKULIN, merupakan salah satu tes kekebalan yg terkenal untuk
mendiagnosa penyakit tuberculose (Mantoux skin test )
• Zat-zat yang diberikan kepada pasien secara oral/parenteral untuk menentukan
keadaan fungsional dari suatu organ tubuh atau untuk membantu dokter
menentukan diagnosa penyakit dan juga digunakan dalam reaksi imunisasi
• Contoh : Injeksi Evans Blue, yang digunakan dalam kontrol penentuan volume
darah
g. Allergi Ekstrak (Ekstrak allergen)
• Merupakan larutan pekat alergen steril untuk maksud diagnosis atau
pengobatan reaksi alergi
• Ekstrak alergenik adalah zat yang digunakan untuk menguji sensitivitas
terhadap sesuatu, misal antibiotik. Ekstrak ini diencerkan dengan aqua
steril saat akan digunakan.

h.  Antikoagulan
• Larutan untuk mencegah pembekuan darah, butuh syarat seperti injeksi
dan bebas pirogen.
• Contoh : Larutan Natrium sitrat Steril, ACDP, Heparin, ACD

i.   Sediaan vaksin
• Merupakan produk biologi (pembantu diagnostik) untuk tujuan
mencegah penyakit dan pengobatan
j. Zat Padat Kering Atau Larutan Pekat
• Bahan yang tidak stabil dalam bentuk cair/lrt disimpan dalam bentuk zat
padat kering yang dilarutkan pada waktu akan digunakan. _ Jika bahan
padat kering tidak mengandung dapar, pengencer atau zat tambahan lain,
dan bila ditambah pelarut lain yang sesuai, memberikan larutan yang
memenuhi semua aspek persyaratan untuk obat suntik. Sediaan diberi
label obat steril.
• Contoh : Ampicillin Sodium Steril
• Jika bahan padat kering mengandung satu atau lebih, dapar, pengencer
atau zat tambahan lain, sediaan diberi label obat suntik/injeksi. Contoh :
Amphotericin B Injeksi

k.   Larutan, suspensi dan salep untuk mata


• Obat-obatan dalam larutan atau suspensi yang diberikan dengan
meneteskan ke dalam mata termasuk sediaan steril, meskipun batasan
steril biasanya tidak dimasukkan dalam pada namanya, seperti :
“Sulfacetamide larutan mata” atau Hydrocortison Acetat Suspensi mata.
l.    Pelet steril atau implantasi subkutan
• Pelet atau implan steril merupakan tablet berbentuk silindris, kecil,
padat dengan diameter lebih kurang 3,2 mm dan panjang 8 mm,
dibuat dengan mengempa dan dimaksud untuk ditanam subkutan
(paha atau perut) untuk tujuan menghasilkan pelepasan obat terus
menerus selama jangka waktu panjang.3-5 bln.
• Obat antihamil dlm bentuk implan dapat bekerja sampai 3 thn.
(Implanon mengandung etonogestrel 68 mg/susuk KB). Menggunakan
penyuntikan khusus (trocar)/dengan sayatan digunakan untuk hormon
yang kuat sampai 100x dari pemakaian biasa (oral/parenteral).
• Pelet tidak boleh mengandung bahan pengikat, pengencer atau
pengisi yang ditujukan untuk memungkinkan seluruhnya melarut dari
absorbsi pelet di tempat penanaman.
• Contoh : pelet estradiol, biasanya mengandung 10 dan 25 mg estrogen
estradiol (dosis lazim oral dan parenteral 250 mcg).
Bentuk sediaan steril
Sediaan steril dapat berwujud:
1. Padat steril
• merupakan obat steril
• merupakan obat untuk injeksi, yaitu obat kering yang disuspensikan bila
akan digunakan.
• Contoh: sodium ampisilin. Karena ampisilin tidak stabil dalam cairan, maka
dibuat padat.
• Cara pembuatannya yaitu dengaa liofilisasi pada suhu rendah dengan
pengeringan steril, kemudian didinginkan sampai -60oC untuk pembekuan.
Selanutnya dilakukan sublimasi (dengan pengurangan tekanan secara
bertahap), cairan menguap, sodium ampisilin padat tertinggal.
2. Semi padat, misal salep mata.
3. Cair, misal injeksi.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN
Keuntungan sediaan parenteral:
1. Aksi obat lebih cepat
2.      Cocok untuk obat inaktif jika diberikan oral
3.      Obat yang mengiritasi bila diberikasn secara oral
4.      Kondisi pasien (pingsan, dehidrasi) sehingga tidak memungkinkan obat diberikan
secara oral.
5.      Dapat digunakan secara depo terapi.
6.      Kemurniaan dan takaran zat berkhasiat lebih terjamin.

Kerugian sediaan parenteral:


1.      Karena bekerja cepat, jika terjadi kekeliruan sukaar dilakukan pencegahan.
2.      Secara ekonomi lebih mahal dibandingkan sediaan per oral
3.      Risiko, kalau alergi atau salah obat maka tidak bisa langsung dighilangkan
4.      Cara pemberian lebih sukar, butuh personil khusus, misal di rumah sakit oleh dokter
atau perawat.
5. Tidak Praktis
Alasan obat dibuat sediaan parenteral:
1. Kadar obat sampai ke target
• Jumlah obat yang sampai ke jaringan target sesuai dengan jumlah yang diinginkan untuk
terapi.
2. Parameter farmakologi
• Meliputi waktu paruh, C maks., onset.
3. Jaminan dosis dan kepatuhan
• Terutama untuk pasien-pasien rawat jalan
4. Efek biologis
• Efek biologis tidak dapat dicapai karena obat tidak bisa dipakai secara oral. Contoh:
amphoterin B (absorbsi jelek) dan insulin (rusak oleh asam lambung).
5. Alternatif rute, jika tidak bisa lewat oral.
6. Dikehendaki efek lokal dengan menghindari efek atau reaksi toksik sistemik.
• Contoh: methotreksat, penggunaan secara intratekal untuk pengobatan leukimia.
7. Kondisi pasien
• Untuk pasien-pasien yang tidak saar, tidak kooperatif, atau tidak bisa dikontrol
8.  Inbalance (cairan badan dan elektrolit)
• Contoh: muntaber serius, sehingga kekurangan elektrolit yang penting dan segera harus
dikembalikan
9. Efek lokal yang diinginkan. Contoh: anestesi lokal
Obat dikatakan berkualitas jika memenuhi
syarat sebagai berikut:
1. Efikasi
• Efikasi mencakup kemanjuran suatu obat yang dalam terapi
termasuk efektivitas obat dalam terapi.
2. Safety
• Keamanan ini antara lain meliputi: keamanan dosis obat
dalam terapi, memberikan efek terapi sesuai dengan yang
diinginkan dan tidak memberikan efek toksik atau efek
samping yang tidak diinginkan.
3. Acceptable
• Maksudnya disukai oleh pasien. Jadi obat perlu dibuat
sedemikian menarik dan mudah dipakai konsumen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
sediaan:
1. Terapi, meliputi:
• dosis efektif obat. Obat dibuat dalam dosiss yang disesuaikan dengan dosis terapi
efektif obat tersebut.
• lama penggunaan obat. Hal ini juga berpengaruh pada penentuan bentuk sediaan obat
yang akan dibuat dan besarnya dosis obat, sehingga pasien tetap merasa nyaman
selama terapi.
• farmakokinetika obat. Meliputi waktu paruh, absorpsi, t ½ eliminasi, Vd, Cl, dan lain-
lain.
2. Sifat fisika-kimia meliputi:
• ukuran partikel
• sifat alir
• kompaktibilitas
• ketahanan terhadap kelembapan
• Sifat fisika kimia inilah yang menetukan formulasi dan pemilihan metode pembuatan
sediaan obat.
Injeksi merupakan salah satu bentuk sediaan parenteral dimana memiliki :
1.  Keuntungan
• Obat memiliki onset ( mulai kerja ) yang cepat
• Efek obat dapat diramalkan dengan pasti
• Bioavailabilitas sempurna atau hampir sempurna
• Kerusakan obat dalam tractus gastrointestinalis dapat dihindarkan
• Obat dapat diberikan kepada penderita yang sakit keras atau yang
sedang dalam keadaan koma
2.  Kerugian
• Rasa nyeri saat disuntik, apalagi kalau harus diberikan berulang kali
• Memberikan efek psikologis pada penderita yang takut disuntik
• Kekeliruan pemberian obat atau dosis hampir tidak mungkin diperbaiki,
terutama sesudah pemberian intravena
• Obat hanya dapat diberikan kepada penderita di rumah sakit atau
tempat praktek dokter oleh dokter dan perawat yang kompeten.
RUTE PENGGUNAAN
1.   Intravena
• Merupakan larutan yang dapat mengandung cairan yang tidak menimbulkan iritasi yang dapat
bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml. Larutan ini biasanya isotonis dan hipertonis.
Bila larutan hipertonis maka disuntikkan perlahan-lahan. Larutan injeksi intravena harus jernih
betul, bebas dari endapan atau partikel padat, karena dapat menyumbat kapiler dan
menyebabkan kematian. Penggunaan injeksi intravena tidak boleh mengandung bakterisida dan
jika lebih dari 10 ml harus bebas pirogen.

2.   Pemberian Subkutis (Subkutan)


• Lapisan ini letaknya persis dibawah kulit, yaitu lapisan lemak (lipoid) yang dapat digunakan untuk
pemberian obat antara lain vaksin, insulin, skopolamin, dan epinefrin atau obat lainnya. Injeksi
subkutis biasanya diberikan dengan volume samapi 2 ml (PTM membatasi tak boleh lebih dari 1
ml) jarum suntik yang digunakan yang panjangnya samapi ½ sampai 1 inci (1 inchi = 2,35 cm)
• Cara formulasinya harus hati-hati untuk meyakinkan bahwa sediaan (produk) mendekati kondisi
faal dalam hal pH dan isotonis. FN (1978) mensyaratkan larutannya isotoni dan dapat
ditambahkan bahan vasokontriktor seperti Epinefrin untuk molekulisasi obat (efek obat)
• Cara pemberian subkutis lebih lambat apabila dibandingkan cara intramuskuler atau intravena.
Namun apabila cara intravena volume besar tidak dimungkinkan cara ini seringkali digunakan
untuk pemberian elektrolit atau larutan infuse i.v sejenisnya. Cara ini disebut hipodermoklisis,
dalam hal ini vena sulit ditemukan. Karena pasti terjadi iritasi maka pemberiannya harus hati-
hati. Cara ini dpata dimanfaatkan untuk pemberian dalam jumlah 250 ml sampai 1 liter.
3.    Pemberian Intramuskuler 
• Intramuskuler artinya diantara jaringan otot. Cara ini keceparan absorbsinya
terhitung nomor 2 sesudah intravena. Jarum suntik ditusukkan langsung pada
serabut otot yang letaknya dibawah lapisan subkutis. Penyuntikan dapat di pinggul,
lengan bagian atas.
• Volume injeksi 1 sampai 3 ml dengan batas sampai 10 ml (PTM—volume injeksi
tetap dijaga kecil, biasanya tidak lebih dari 2 ml, jarum suntik digunakan 1 samai 1
½ inci. Problem klinik yang biasa terjadi adalah kerusakan otot atau syaraf,
terutama apabila ada kesalahan dalam teknik pemberian.
• Yang perlu diperhatikan antara lain bentuk sediaan yang dapat diberikan, yaitu
bentuk larutan emulsi tipe m/a atau a/m, suspensi dalam minyak atau suspensi
baru dari puder steril. Pemberian intramuskuler memberikan efek “depot” (lepas
lambat), puncak konsentrasi dalam darah dicapai setelah 1-2 jam. Faktor yang
mempengaruhi pelepasan obat dari jaringan otot (im) antara lain : rheologi produk,
konsentrasi dan ukuran partikel obat dalam pembawa, bahan pembawa, volume
injeksi, tonisitas produk dan bentuk fisik dari produk. Persyaratan pH sebaiknya
diperhatikan, karena masalah iritasi, tetapi dapat dibuat pH antara 3-5 kalau bentuk
suspensi ukuran partikel kurang
• Pemberian obat intramuscular menghasilkan efek obat yang kurang cepat, tetapi
biasanya efek berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan oleh pemberian lewat IV.
4.   Pemberian intrathekal-intraspinal
• Penyuntikan langsung ke dalam cairan serebrospinal pada beberapa temapt. Cara ini berbeda
dengan cara spinal anastesi. Kedua pemberian ini mensyaratkan sediaan dengan
kemurniaannya yang sangat tinggi, karena daerah ini ada barier (sawar) darah sehingga
daerahnya tertutup.
• Sediaan intraspinal anastesi biasanya dibuat hiperbarik yaitu cairannya mempunyai tekanan
barik lebih tinggi dari tekanan barometer. Cairan sediaan akan bergerak turun karena
gravitasi, oleh sebab itu harus pada posisi pasien tegak.

5.   Intraperitoneal
• Penyuntikan langsung ke dalam rongga perut, dimana obat secara cepat diabsorbsi. Sediaan
intraperitoneal dapat juga diberikan secara intraspinal, im,sc, dan intradermal

6.  Intradermal
• Cara penyuntikan melalui lapisan kulit superficial, tetapi volume pemberian lebih kecil dari sc,
absorbsinya sangat lambat sehingga onset yang dapat dicapai sangat lambat.

7.   Intratekal
• Digunakan khusus untuk bahan obat yang akan berefek pada cairan serebrospinal. Digunakan
untuk infeksi ssp seperti meningitis, juga untuk anestesi spinal. Intratekal umumnya
diinjeksikan secara langsung pada lumbar spinal atau ventrikel sehingga sediaan dapat
berpenetrasi masuk ke dalam daerah yang berkenaan langsung pada SSP.
SYARAT SEDIAAN STERIL
FISIKA
Tipe sediaan larutan
1. Sediaan obat harus jernih. Jernih maksudnya tidak ada partikel yang tidak larut
dalam sediaan tersebut. Jadi, meskipun sediaan berwarna, tetap terlihat jernih
(tidak keruh).
2. Tidak berwarna. Maksudnya sediaan larutan bisa saja berwarna, namun warna
larutan sama dengan warna zat aktifnya sehingga tidak ada campuran warna lain
dalam sediaan itu.
3. Bebasa dari partikel asing. Partikel asing; partikel yang bukan penyusun obat.
Sumber partikel bisa berasal dari: air, bahan kimia, personil yang bekerja, serat dari
alat/pakaian personil, alat-alat, lingkungan, pengemas (gelas, plastik).
4. Keseragaman volume/berat. Terutama untuk sediaan solid steril.
5. Memenuhi uji kebocoran. Terutama untuk injeksi yang dikemas dalam ampul. Uji
kebocoran dapat dilakukan dengan:
1. uji dengan larutan warna (dye bath test)
2. metode penarikan vakum ganda (the double vacuum pull method)
SYARAT SEDIAAN STERIL : FISIKA
6.      Stabil. Artinya sediaan tidak mengalami degradasi fisika. Misal jika bentuk
sediaan larutan maka sediaan tersebut tetap berada dalam bentuk larutan (bukan
suspensi). Sifat stabil ini berkaitan dengan formulasi. Ketidakstabilan dapat dilihat
dari:
a.   terjadi perubahan warna
• Contoh: larutan adrenalin yang awalnya berwarna jernih karena teroksidasi akan
menjadi merah karena terbentuk adenokrom.
b.   terjadi pengendapan
• Contoh: injeksi aminophilin dibuat dengan air bebas CO2, karena jika tidak bebas
CO2 maka akan terbentuk theopilin yang kelarutannya kecil dalam air sehingga
akan mengendap. Akibatnya dosis menjadi berkurang.
• CO2 + H2O –> H2CO3 (asam)
• Aminopilin + Asam –> theopilin + etilen diamin
• Pengatasan: injeksi aminophilin dibuat dari theopilin dan etilen diamin berlebih.
MACAM PELARUT
1. Air
• Air merupakan pelarut utama. Akan dijelaskan lebih mendetail setelah ini.
2. Pelarut yang dapat campur dengan air (water miscible solvent).
• Jika zat aktif dari sediaan injeksi tidak stabil dalam air, maka pengatasannya dengan dibentuk
sediaan kering steril atau dengan sistem kosolvensi. Aqua kosolven: pelarut pembantu, tidak
pernah dipakai tunggal, tetapi campuran. Macam-macam kosolven yang bisa digunakan:
• glikols (glikol, propilen glikol, PEG BM rendah). PEG bersifat higroskopis sehingga kemampuan
untuk melarutkan zat kurang, sehingga dipakai yang anhidrous dan BM rendah. Propilen glikol
+ benzil akohol (suhu 40oC), untuk injeksi digoxin.
• etanol/alkohol
• dimetil asetamid, dimetil formasmide, DMSO. Pelarut ini larut sempurna dengan air, toksisitas
akutnya rendah, toksisitas kronisnya merusak liver.
• N-(B-hidroksietil), laktamid
• aseton (kosolven pada obat antitumor dan antibiotik)
• asam organik (asam laktat, asam sitrat)
• surfaktan (emulphor EL-714, chremophor, plurnic F 68, lesitin)
• antibeku (gliserol sp 5%, alkohol 15%).
MACAM PELARUT
3. Pelarut yang tidak dapat campur dengan air (water immiscible
solvent).
• Contoh: minyak kacang (peanut oil), minyak wijen (oleum
sesame), minyak biji kapas (cotton seed), minyak jagung (corn
oil), minyak zaitun (olive), paraben cair. Oleum
sesame dianggap pelarut yang paling baik untuk jenis pelarut
golongan ini karena mengandung komponen penstabil
(pencegah tengik). Sedangkan paraben sekarang dilarang
penggunaanya.
• Sebagai pelarut juga harus emenuhi batasan klorida, kalsium,
ion sulfat, CO2. logam berat, oxidizable substance dengan total
zat padat terlarut kurang dari 10 ppm (ppm = % x 104).
Uji pirogen
1. Secara kualitatif: Rabbit test
• Berdasarkan respon demam pada kelinci. Digunakan kelinci karena kelinci
menunjukkan respon terhadap  pirogen sesuai dengan keadaan manusia.
Kenaikan suhu diukur melalui rektal.
2. Secara kuantitatif: LAL test
• Cara uji in vitro dengan menggunakan sifat membentuk gel dari lisat amebasit
dari limulus polifemus. Uji ini 5-10 kali lebih sensitif dari Rabbit test.

Kondisi LAL-test:
• pH larutan 6-7
• suhu 37oC
• kontrol negatif: aquadest (pelarut)
• kontrol positif (pirogen/endotoksin)
• Keuntungan: cepat, mudah, praktis
Uji sterilitas
1. Direct inoculation of culture medium
• Meliputi pengujian langsung dari sampel dalam media pertumbuhan. Menurut British
Farmakope:
• media tioglikolat cair yang mengandung glukosa dan Na Tioglikolat cocok untuk
pembiakan aerob. Suhu inkubasi 30-35oC.
• Soya bean casein digest medium
• Media ini membantu pertumbuhan bakteri anaerob dan fungsi. Suhu inkubasi 30-35oC,
sedang fungi 20-25oC.

2. Membran filtrasi
• Teknik yang banyak direkomendasikan farmakope, meliputi filtrasi cairan melalui
membran steril. Filter lalu ditanam dalam media. Masa inkubasi 7-14 hari karena mungkin
organisme perlu adaptasi dulu.

3. Introduction of concentrate culture medium


• Medium yang pekat langsung dimasukkan dalam wadah sampel yang akan ditumbuhkan.
Tidak banyak digunakan, hanya dipakai bila ada kecurigaan akan adanya bakteri.

Anda mungkin juga menyukai