Anda di halaman 1dari 10

Makalah praktikum farmasetka steril pembuatan linger laktat

Latar belakang
Formulasi sediaan steril merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang banyak
dipakai, terutama saat pasien dirawat di rumah sakit. Sediaan steril sangat membantu pada saat
pasien dioperasi, diinfus, disuntik, mempunyai luka terbuka yang harus diobati, dan
sebagainya. Semuanya sangat membutuhkan kondisi steril karena pengobatan yang langsung
bersentuhan dengan sel tubuh, lapisan mukosa organ tubuh, dan dimasukkan langsung ke
dalam cairan atau rongga tubuh sangat memungkinkan terjadinya infeksi bila obatnya tidak
steril. Oleh karena itu, kita memerlukan sediaan obat yang steril. Disamping steril, kita pun
memerlukan sediaan obat dalam kondisi isohidris dan isotonis agar tidak mengiritasi.

Untuk menghasilkan sediaan yang steril, kita memerlukan pengetahuan tambahan selain
pengetahuan tentang pembuatan bentuk sediaan, yaitu adanya jaminan bahwa selama produksi
dan setelah produksi, sediaan bebas dari cemaran mikroba. Bentuk sediaan steril bisa bebagai
bentuk, yaitu cair, padat, atau semipadat. Proses pembuatannya pun sama dengan sediaan
nonsteril. Salah satu contoh sediaan steril yang dimaksud yakni injeksi. Injeksi adalah sediaan
steril berupa larutan, emulsi, suspensi, ataupun serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan. Injeksi pun memiliki beragam jenis sesuai
dengan penggunaannya. Salahsatunya yakni injeksi infus, sesuai dengan percobaan yang akan
dilakukan pada praktikum kali ini.

Infus merupakan larutan dalam jumlah yang besar terhitung mulai dari 10 mL yang
diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Sediaan
infus sangatlah penting, dari penggunaannya ini semua infus sangat sering digunakan pada
pasien-pasien di rumah sakit. Infus ini berguna untuk menggantikan cairan-cairan tubuh yang
hilang karena disebabkan oleh kekurangan cairan akibat muntah, diare yang berkepanjangan,
sebagai penambah energi, serta pengganti makanan bila seorang penderita penyakit tidak dapat
lagi mengkonsumsi makanan seperti biasanya.

Maka untuk mengganti makanan tersebut digunakan infus. Karena di dalam sediaan infus
terdapat zat-zat yang berfungsi sebagai kalorigenik yang dapat menghasilkan energi, juga dapat
menjaga kestabilan cairan dalam tubuh, karena infus ini merupakan salah satu sediaan obat
dalam bidang farmasi, maka seorang farmasis wajib mengetahui cara pembuatan infus dan
bagaimana pula cara pemakaiannya untuk itulah praktikum dengan percobaan pembuatan
sediaan infus perlu dilaksanakan.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat sediaan infus, salah satunya
yaitu wadah yang digunakan dalam membuat sediaan infus harus disterilkan terlebih dahulu
sehingga tidak terjadi kontaminasi mikroba dari bahan asing lainnya yang bisa membuat
sediaan infus menjadi tidak steril.
Rumusan masalah
1. Apa itu infus ?
2. Apa syarat sediaan infus ?
3. Bagaimana cara melakukan uji kualitas infus ?

Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui pengertian sediaan infus dengan baik dan benar.
2. Mahasiswa mengetahui syarat sediaan infus steril.
3. Mahasiswa mengetahui cara pembuatan sediaan untuk infus dengan baik dan benar.
4. Mahasiswa mampu melakukan uji kualitas sediaan infus meliputi : uji pH larutan, uji
partikel dan kejernihan, uji kebocoran, dan uji keseragaman volume

Manfaat

Supaya mahasiswa dapat mengetahui pengertian infus, syarat sediaan infus steril serta
cara pembuatan sediaan infus dengan baik dan benar dan mampu melakukan uji kualitas
sediaan infus

Tinjauan pustaka
Sterilisasi adalah menghilangkan semua bentuk kehidupan, baik bentuk pathogen, non
pathogen vegetatif, maupun non vegetative dari suatu objek atau material.
Alasan melakukan Sterilisasi:
Untuk mencegah transmisi penyakit
Untuk mencegah pembusukan material/mikroorganisme
Untuk mencegah kompetisi nutrient dalam media pertuhan sehingga kultur organisme
spesifik berbiak untuk keperluan sendiri (seperti produksi ragi) atau untuk metabolitnya
(seperti untuk memproduksi minumam dan antibiotika).

Infus adalah adalah pemasukan suatu cairan atau obat ke dalam tubuh melalui
rute intravena dengan laju konstan selama periode waktu tertentu. Infus dilakukan untuk
seorang pasien yang membutuhkan obat sangat cepat atau membutuhkan pemberian obat secara
pelan tetapi terus menerus. Pemberian obat atau cairan ke dalam tubuh melalui mulut akan
memasuki proses pencernaan terlebih dahulu sehingga tidak dengan cepat diserap oleh
tubuh. Saat proses pencernaan juga dimungkinkan ada enzim pencernaan yang akan
mengubah atau memecah obat yang diminum sehingga akan kurang efektif da lebih baik jika
langsung masuk ke dalam aliran darah melalui infus. Infus dilakukan dengan cara memasukkan
sebuah jaru kecil ke alirah pembuluh darah. Biasanya jarum di tanam di dekat siku-siku,
pergelangan tangan, atau di bagian punggung tangan pasien. Sel pada bagian tangan, infus juga
dapat dipasang pada bagian kaki. Kecepatan pasien menyerap cairan infus tergantung dari
keadaan tubuh pasien dan penyakit yang diderita. Jumlah tetesan cairan infus setiap menitnya
akan dipantau oleh seorang perawat.
Adapun penggolongan sediaan infus berdasarkan komposisi dan kegunaannya adalah:
1. Infus Elektrolit
Pada cairan fisiologi tubuh manusia, tubuh manusia mengandung 60% air dan
terdiri atas cairan intraseluler (di dalam sel) 40% yang mengandung ion-ion K+,
Mg2+, sulfat, fosfat, protein, serta senyawa organik asam fosfat seperti ATP,
heksosa monofosfat, dan lain-lain. Air pun mengandung cairan ekstraseluler (di
luar sel) 20% yang kurang lebih mengandung 3 liter air dan terbagi atas cairan
interstisial (di antara kapiler dan sel) 15% dan plasma darah 5% dalam sistem
peredaran darah serta mengandung beberapa ion seperti Na+, klorida, dan
bikarbonat.
2. Infus Karbohidrat
Infus karbohidrat adalah sediaan infus berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang
cocok untuk donor kalori. Kita menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan
glikogen otot kerangka, hipoglikemia, dan lain-lain.
3. Infus Plasma Expander atau Penambah Darah
Larutan plasma expander adalah suatu sediaan larutan steril yang digunakan
untuk menggantikan plasma darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar,
operasi, dan lain-lain. (Lukas, 2006)
Pembuatan sediaan yang akan digunakan untuk infus harus dilakukan dengan hati-
hati, untuk menghindari kontaminasi mikroba dan bahan asing. Cara pembuatan obat
yang baik (CPOB) juga mempersyaratkan tiap wadah akhir infus harus diamati secara
fisik dan tiap wadah yang menunjukkan pencemaran bahan asing yang terlihat secara
visual harus ditolak.

Air yang digunakan untuk pembuatan infusa biasanya digunakanAqua Pro


Injeksi dibuat dengan cara menyuling kembali air suling segar
dengan menggunakan alat gelas netral atau wadah logam yang cocok dengan label.
Hasil sulingan pertama dibuang dan sulingan selanjutnya ditampung dan segera
digunakan. Bila segera digunakan harus disterilkan dengan cara sterilisasi A dan C
setelah ditampung.
Syarat-syarat infusa :
1. Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksis.
2. Jernih, berarti tidak ada partikel padat.
3. Tidak berwarna, kecuali obatnya memang berwarna.
4. Sedapat mungkin isohidris, pH larutan sama dengan darah dan cairan tubuh lain
yakni pH = 7,4.
5. Sedapat mungkin isotonis artinya mempunyai tekanan osmosis yang sama
dengan darah atau cairan tubuh yang lain. Tekanan osmosis cairan tubuh seperti
darah, air mata, cairan lumbal sama dengan tekanan osmosis larutan NaCl 0,9
%.
6. Harus steril, suatu bahan dinyatakan steril bila sama sekali bebas dari
mikroorganisme hidup yang patogen maupun nonpatogen,baik dalam bentuk
vegetativ maupun dalam bentuk tidak vegetativ (spora).
7. Bebas pirogen, karena cairan yang mengandung pirogen dapat menimbulkan
demam. Menurut Co Tui, pirogen adalah senyawa kompleks polisakarida
dimana mengandung radikal yang ada unsur N, P. Selama radikal masih
terikat, selama itu masih dapat menimbulkan demam dan pirogen bersifat
termostabil. (Anief. 1997)

Keuntungan sediaan infus antara lain:


1. Obat memiliki onset (mula kerja) yang cepat.
2. Efek obat dapat diramalkan dengan pasti.
3. Biovabilitas sempurna atau hampir sempurna.
4. Kerusakan obat dalam tractus gastrointestinalis dapat dihindarkan.
5. Obat dapat diberikan kepada penderita yang sakit keras atau dalam keadaan
koma.

Kerugian sediaan infus:


1. Rasa nyeri pada saat disuntik apalagi kalau harus diberikan berulang kali.
2. Memberikan efek psikologis pada penderita yang takut suntik.
3. Kekeliruan pemberian obat atau dosis hampir tidak mungkin diperbaiki
terutama sesudah pemberian intravena.
4. Obat hanya dapat diberikan kepada penderita di rumah sakit atau ditempat
praktek dokter oleh perawat yang kompeten.
5. Lebih mahal dari bentuk sediaan non steril hanya karena ketatnya persyaratan
yang harus dipenuhi (steril, bebas pirogen, jernih, praktis, bebas partikel).

Aturan pemakaian dan penggunaan infus:


1. Obat tidak dapat di absorbsi secara oral
2. Terjadinya absorbsi yang tidak teratur setelah penyuntikan secara intramuscular
3. Obat menjadi tidak aktif dalam saluran pencernaan
4. Perlunya respon yang cepat
5. Pasien tidak dapat mentoleransi obat atau cairan secara oral
6. Rute pemberian secara intramuskular atau subkutan tidak praktis
7. Obat harus terencerkan secara baik atau diperlukannya cairan pembawa
8. Obat mempunyai waktu paruh yang sangat pendek dan harus diinfus secara
terus-menerus
9. Diperlukan perbaikan ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
10. Obat hanya bersifat aktif oleh pemberian secara intravena
Infus dapat berfungsi sebagai:
1. Dasar nutrisi, kebutuhan kalori untuk pasien di rumah sakit harus disuplai via
intravenous seperti protein dan karbohidrat.
2. Keseimbangan elektrolis digunakan pada pasien yang schock, diare, mual,
muntah membutuhkan cairan intravenous.
3. Pengganti cairan tubuh, seperti dehidrasi.
4. Pembawa obat contohnya sebagai antibiotik. (Soetopo,2001)

a. Uji pH ( FI IV hal. 1039 1040 )


pH yang baik adalah kapasitas dapar yang dimilikinya memungkinkan penyimpanan lama
dan darah dapat menyesuaikan diri. Dapat dinyatakan memenuhi syarat uji pH sediaan infus
harus masuk pada rentang pH yakni 7,35-7,45. Jika sediaan cairan infus pH-nya diatas 7 dapat
menimbulkan terjadinya nekrosis (rusaknya sel jaringan) dan hemilisa. Bila pH sediaan
dibawah 3, jaringan akan mengalami rasa sakit atau iritasi.
Cara pengujian pH:
Dengan pH meter :
1. Diperiksa elektroda dan jembatan garam.
2. Dikalibrasi pH meter, bila sel ektroda dan sel beberapa kali dengan larutan uji
dan isi sel dengan sedikit larutan uji
3. Dsibaca harga pH
Kertas indikator:
1. Dituang sedikit sediaan infuse dalam gelas ukur
2. Diambil kertas indicator dan masukkan kertas lakmus dalam infus
3. Ditunggu adanya perubahan, kemudian sesuaikan perubahan warna dengan
tabel indikator.
b. Uji kebocoran vial dan ampul(lachman III hal 1354)
Tujuan : untuk memeriksa keutuhan kemasan agar terjaga sterilitas dan volume serta
kestabilan sediaan.Jika tidak dilakukan uji kebocoran maka dapat menyebabkan masuknya
mikroorganisme atau kontaminan lain yang berbahaya kedalam ampul atau isinya dapat bocor
keluar dan merusak penampilan kemasan.
Prosedur kerja :
1. Diletakkan ampul di dalam zatwarna (birumetilen 0,5 1%) dalam ruangan vakum.
2. Ditekanan atmosfer berikutnya kemudian menyebabkan zat warna berpenetrasi
kedalamlubang, dapat dilihat setelah bagian luar ampul dicuci untuk membersihkan zat
warnanya. Yang bocor akan berwarna biru, karena larutanmetilen akan masuk ke dalam
larutan injeksi tersebut.
3. Untuk yang disterilkan tanpa pemanasan atau cara aseptik, diperiksa dengan
memasukkan ke dalam eksikator dan divakumkan. Pada wadah yang bocor, isinya akan
keluar. Syarat uji kebocoran yakni tidak adanya zat warna metilen blue yang masuk
pada sediaan infus.
c. Uji kejernihan ( Lachmanhal. 1355 )
Tujuan :untuk melihat apakah larutan tersebut jernih dan bebas dari kotoran atau tidak maka
itu perlu dilakukan uji kejernihan secara visual.
Prosedur kerja:
1. Penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar diameter 15 mm hingga 25 mm, tidak
berwarna, transparan dan terbuat dari kaca netral.
2. Masukan kedalam dua tabung reaksi masing-masing larutan, zat uji dan suspense
padanan yang sesuai secukupnya, yang dibuat segar dengan cara seperti tertera dibawah
sehingga volume larutan dalam tabung reaksi terisi setinggi tepat 40 mm.
3. Bandingkan ke dua isi tabung setelah 5 menit pembuatan suspense padanan, dengan
latar belakang hitam.
4. Pengamatan dilakukan dibawah cahaya yang terdifusi, tegak lurus kearah bawah
tabung. Difusi cahaya harus sedemikian hingga suspense padanan l dapat langsung
dibedakan dari air dan dari suspense padanan ll.
Cara lain:
1. Diperiksa dengan melihat wadah infuse pada latar belakang hitam dan putih
2. Disinari dari samping
3. Kotoran berwarna akan nampak pada backgraound putih dan kotoran tidak berwarna
akan terlihat pada background hitam.

d. Uji kesetaraan volume


Tujuan : untuk mengetahui volume sediaan apakah sudah sesuai dengan volume yang tertera
pada etiket.
Prosedure Kerja :
1. Disiapkan alat glass ukur yang bervolume 100 ml yang telah disterilisasi
2. Dituangkan sediaan pada glass ukur
3. Diamati volume sediaan apakah sudah sesuai dengan pada etiketnya.
4. Dicatat hasil pengamatannya
Pembahasan

Elektrolit merupakan mineral dalam darah dan cairan lainnya dalam tubuh yang
membawa muatan listrik, bisa berupa kalsium, klorida, magnesium, fosfor, kalium, natrium
serta garam termasuk klorida, bikarbonat dan fosfat. Muatan-muatan listrik tersebut sangat
diperlukan untuk mengatur kadar air dalam tubuh, menjaga keseimbangan PH tubuh, dan
berperan penting dalam fungsi otot dan fungsi-fungsi lainnya dalam tubuh.

Tubuh bisa kehilangan elektrolit lewat keringat dan urin. Bila tubuh kehilangan
elektrolit, disarankan untuk meminum cairan pengganti yang mengandung elektrolit, misalnya
air kelapa, bukan air putih biasa karena air putih tidak mengandung elektrolit.

Elektrolit diperlukan untuk menjaga sel-sel tubuh dan berbagai fungsi penting dalam
tubuh agar dapat berjalan normal. Elektrolit seperti natrium, kalium, dan lain-lain sangat
penting dalam membantu sel untuk menghasilkan energi dan menjaga stabilitas dinding sel,
sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Keseimbangan elektrolit di dalam dan luar sel haruslah dijaga. Jika keseimbangan ini
terganggu, maka sel tubuh akan mengalami dehidrasi (kehilangan cairan), dimana pada kasus
yang cukup ekstrim dapat menimbulkan kerusakan atau kematian sel. Contoh elektrolit yang
berada di luar sel adalah natrium, kalsium klorida dan bikarbonat. Sementara, elektrolit yang
ada di dalam sel contohnya adalah kalium, magnesium dan fosfat.

Elektrolit berguna dalam berbagai fungsi penting dalam tubuh manusia. Elektrolit
diperlukan untuk menghasilkan listrik, membantu menggerakkan air dan cairan dalam tubuh,
serta dibutuhkan dalam berbagai kegiatan/fungsi lainnya dalam tubuh.
Agar fungsi penting dalam tubuh manusia tetap bisa berjalan normal, maka keseimbangan
elektrolit dalam tubuh tidak boleh terganggu. Jika keseimbangan elektrolit dalam tubuh
terganggu, maka dapat menimbulkan dampak yang cukup serius yaitu sampai menimbulkan
kematian.

Sterilisasi panas kering dilakukan menggunakan oven pensteril (Hot Air Stelizer).
Sterilisasi panas kering ini tercapai dengan proses konduksi panas. Pada awalnya, panas
diabsorbsi oleh permukaan luar dari sebuah instrument dan kemudian dikirimkan ke lapisan
berikutnya. Pada akhirnya keseluruhan objek mencapai suhu yang di butuhkan untuk sterilisasi.
Mikrooragnisme mati pada saat penghancuran protein secara lambat oleh panas kering. Proses
sterilisasi panas kering berlangsung lebih lama dari pada sterilisasi uap, karena kelembapan
dalam proses sterilisasi uap secara pasti mempercepat penetrasi uap dan memperpendek waktu
yang di butuhkan untuk membunuh mikroorganisme (Tietjen, 2004). Oleh karena itu metode
ini memerlukan temperatur yang lebih tinggi dan waktu yang lebih penjang, sterilisasi panas
kering biasanya ditetapkan pada temperatur 160-170oC dengan waktu 1-2 jam. Umumnya
digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif untuk disterilkan dengan uap air, seperti
minyak lemak, minyak mineral, gliserin (berbagai jenis minyak), petrolatum jelly, lilin wax
dan serbuk yang tidak stabil dengan uap air. Metode ini efektif untuk mensterilakan alat-alat
gelas dan belah. Karena tingginya suhu yang ditetapkan dalam sterilisasi panas kering, maka
metode ini dapat digunakan untuk alat-alat gelas yang membutuhkan keakuratan. Contohnya
alat ukur dan penutup karet atau plastik. Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan
mengalami dehidrasi sampai kering. Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga
menyebabkan mikroba mati (Razuna, 2010).

Sterilisasi dengan oven memiliki keuntungan yaitu lebih efektif untuk bahan yang harus
selalu dalam keadaan kering, dapat mensterilkan bahan tanpa harus membasahi, tidak
tergantung tekanan dan dapat mencapai suhu sangat tinggi sekali yaitu 200oC. Sedangkan
kelemahannya, panas yang diperlukan tinggi sekali, waktu pemanasan lama, dan biasanya
bahan yang tidak tahan panas akan meleleh atau gosong. Tidak efisien, dan media gel atau cair
akan kering.

Perbedaan injeksi dan infus

No Kriteria Injeksi Infus


1 Pemberian Terapi melalui suntikan Pengganti cairan plasma,
elektrolit, darah, dll,
Memberi tambahan kalori
2 Metode Suntikan Tetesan
pemberian
3 Alat Alat suntik Peralatan infuse
4 Volume Maks 20-30 ml (lazim 10 ml) Bisa sampai beberapa liter
pemberian
5 Lama pemberian Maks 15-20 menit (lazim 1 Bisa beberapa jam
menit)
6 Pembawa Air, gliserin, propilenglikol, Air
minyak lemak, etil oleat, dll
7 Isohidris Bila memungkinkan baru mutlak
dilakukan
8 Isotonis Bila memungkinkan baru Mutlak perlu
dilakukan
9 Tekanan osmotik Tidak penting artinya Penting (terutama untuk
larutan yang mengandung
molekul koloid seperti
dekstran, gelatin, PVP, dll
10 Isoioni Tidak penting Pada beberapa infus harus
diperhatikan
11 Bebas pirogen Tidak ditekankan kecuali jika Mutlak perlu
1 kali suntik lebih dari 10 ml
12 Wadah Ampul, vial Botol infus/flakon
13 Larutan Dapar BOLEH menggunakan dapar TIDAK
BOLEHmenggunakan dapar
Kesimpulan
Infus adalah adalah pemasukan suatu cairan atau obat ke dalam tubuh melalui
rute intravena dengan laju konstan selama periode waktu tertentu.

Fungsi infus ringer laktat adalah untuk mengisi cairan yang hilang setelah kekurangan
elektrolit

Pembuatan infus harus bebas pirogen

Syarat infus adalah :


1. Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksis.
2. Jernih, berarti tidak ada partikel padat.
3. Tidak berwarna, kecuali obatnya memang berwarna.
4. Sedapat mungkin isohidris, pH larutan sama dengan darah dan cairan tubuh lain
yakni pH = 7,4.
5. Sedapat mungkin isotonis artinya mempunyai tekanan osmosis yang sama
dengan darah atau cairan tubuh yang lain. Tekanan osmosis cairan tubuh seperti
darah, air mata, cairan lumbal sama dengan tekanan osmosis larutan NaCl 0,9
%.
6. Harus steril, suatu bahan dinyatakan steril bila sama sekali bebas dari
mikroorganisme hidup yang patogen maupun nonpatogen,baik dalam bentuk
vegetativ maupun dalam bentuk tidak vegetativ (spora).
7. Bebas pirogen, karena cairan yang mengandung pirogen dapat menimbulkan
demam. Menurut Co Tui, pirogen adalah senyawa kompleks polisakarida
dimana mengandung radikal yang ada unsur N, P. Selama radikal masih
terikat, selama itu masih dapat menimbulkan demam dan pirogen bersifat
termostabil. (Anief. 1997)
Daftar pustaka
http://tantri-sugianto.blogspot.co.id/2012/12/injeksi-infus.html
https://nurshealvi.wordpress.com/2014/06/14/laporan-tetes-mata/
http://ftsteril.blogspot.co.id/
https://id.wikipedia.org/wiki/Infus#cite_note-B-4
http://tantri-sugianto.blogspot.co.id/2012/12/injeksi-infus.html
http://ftsteril.blogspot.co.id/
http://infomanfaat.com/1012/apa-fungsi-dan-manfaat-penting-
elektrolit-bagi-tubuh/kesehatan
http://wunguendah.blogspot.co.id/2015/09/laporan-praktikum-
mikrobiologi-nutrisi.html
https://anitamuina.wordpress.com/2013/02/12/sterilisasi/
http://www.haiyul-fadhli.tk/2016/02/infus.html
https://niannifarm.wordpress.com/2011/12/27/tsa/

Anda mungkin juga menyukai