Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


PRAKTIKUM KE-3
INFUS GLUKOSA 5%

NAMA

: ENDANG FERAWATI

NIM

:31112078

KELAS

: FARMASI 3B

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2015

I.
II.
III.

Tanggal
Tujuan Praktikum

: 6- Maret -2015
: dapat menguasai dan memahami

pembuatan sediann infus glukosa


Dasar Teori
Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang

bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prinsip ini termasuk sediaan


parenteral mata dan iritasi. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang
unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikan melalui
kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. karena sediaan
mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni
membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi
mikroba dan dari komponen toksis,dan harus mempunyai tingkat kemurnian
tinggi atau luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam
penyediaan dalam produk ini harus

dipilih dan dirancang untuk

menghilangkan semua jenis kontaminasi apakah fisik, kimia, mikrobiologis.


(Lachman hal 1292)
Infus adalah larutan dalam jumlah besar, terhitung mulai 10 mL yang
diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang
cocok. Asupan air dan elektrolit dapat terjai melaui makanan dan minuman
dan dikeluarkan dalam jumlah yang relatif sama. Rasionya dalam tubuh
adalah air 57%, lemak 20,8% , lprotein 17,0% serta mineral dan glikogen 6%.
Ketika terjadi gangguan hemeostsatis (keseimbangan cairan tubuh) maka
tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan air dan
elektrolit.
Penggolongan infus berdasarkan komposisi dan kegunaanya:
a. Infus elektrolit
b. Infus karbohidrat
c. Infus elektrolit dan karbohidrat
d. Larutan irigasi
e. Laruta dialisis peritonial
f. Infus plasma expander atau penambah darah
.
IV.
Formula
a. Formula

Glucosum 5%
Infus intavena 100 mL
b. Formula lengkap
Glukosa
Natrii Chloridum
Aqua pro injectionum
V.
Alat dan Bahan
- Beaker gelas
- Corong dan kertas saring
- Botol infus
- Kaca arloji
- Spatel logam
- Batang pengaduk
- Syringe
VI.
Spesifikasi
a. Bahan berkhasiat
Pemerian

5g
0,035 g
ad 100 mL
- Glukosa
- NaCl
- Aqua pro injectionum

: gukosa
: Hablur tidak berwarna atau

butiran putih manis (FI ed III 268 )


Kelarutan
: larut dalam 1: 1 bagian air (FI ed III 268 )
Titiki lebur/leleh : 83 o C (HOPE 232)
b. Dosis
Dosis llazim
: i.m / i.v 10-100 mg untuk terapi (FI III,991
Dosis Maks
:Perhitungan Dosis :
c. Daftar obat
:
Obat keras
: sediaan injeksi (semua obat suntik
termasuk obat keras
d. Sediaan obat
Pemerian
: larutan bening
Stabilitas
:Stabilitas obat
:
OTT
: dengan agen pengoksidasi kuat
pH
: 3,5 6,5 (Fornas II )
desktrusi
: pemanasan pada suhu 180 250 o C
antioksidan : penambahan larutan alkali pekat
VII. Proses pengolahan
a. Sterilisasi alat yang terbuat dari gelas dengan menggunakan oven pada
b.
c.
d.
e.
f.

suhu 170oC.
Larutkan Glukosa dalam sebgaian a.p.i
Larutan NaCl dalam sebagian a.p.i
Kedua campuran tersebut dicampurkan
Larutan ditambahkan a.p.i secukupnya kemudian cek pH.
Tambahkan karbon, dipanaskan dan diaduk (60-70 oC ) selama 15
menit.

g.
h.
i.
VIII.

Larutan disaring panas-panas dan filtrat pertama dibuang.


Larutan kemudian diisikan kedalam botol infus sebanyak 105 mL
Sterilisasi dalam autoklaf 115-116 oC selama 30 menit.
Hasil pengamatan
a. Data Perhitungan tonisitas
Zat
-Glukosa

tb
0,1

W=

0,52(tb . C)
0,576

W=

0,52(0,1 x 5)
=0,035
0,576

C
5

W =0,035 ( jika positif =hipotonis )


Jika membuat supaya larutan tersebut isotonis, maka ditambahkan
NaCL sebanyak 0,035% (b/v)
b. Data penimbangan
Bahan

Satuan dasar

Volume produksi

Glukosa

100 mL
5 mg

3 botol dibuat 350 mL


350
100 x 5 = 17,5 mg

NaCl

0,035 mg

350
x 0,035
100

1%

1000 mg
x 350 = 0,35 g
100 ml

Karbon

= 0,1225 mg

c. Evaluasi
No

Jenis evaluasi

Penilaian

1
2
3
4
5

Penampilan fisik wadah


Jumlah sediaan
Kejernihan sediaan
Keseragaman volume
Brosur

sebelum
Tidak ada bocor
3
jernih
Seragam 105 mL
ada

Penilaian sesudah
sterilisasi
Tidak ada bocor
3
Jernih
Seragam 105 mL
Ada

6
7
IX.

Kemasan
Etiket

ada
ada

Ada
Ada

Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu pembuatan sediaan infus glukosa 5%.

Glukosa merupakan sumber karbohidrat yang lebih disukai dan salah satu
senyawa yang penting didalam tubuh sebagai sumber energi. Pada umumnya
larutan glukosa untuk injeksi digunakan sebagai pengganti kehilangan cairan
tubuh, sehingga tubuh kita mempunyai energi kembali untuk melakukan
metabolismenya dan juga sebagai sumber kalori. Dosis glukosa adalah 2,511,5 % (Martindale), pada umumnya digunakan 5 %.
Infuse merupakan sediaan larutan yang disterilkan dan biasanya
dikemas dalam dalam volume 0,5 1L. Apabila tubuh kekurangan air,
elektrolit dan karbohidrat, maka kebutuhan tersebut harus
cepat diganti. Pemberian infus memiliki keuntungan karena
tidak harus menyuntik pasien berulang kali. Mudah mengatur
keseimbangan keasaman dan kebasaan obat dalam darah.
Sebagai penambah nutrisi bagi pasien yang tidak dapat
makan secara oral. Larutan penambah zat parenteral volume
besar berfungsi sebagai dialisa pada pasien gagal ginjal.
Infuse sebagai sediaan parenteral harus memenuhi persyaratan antara
lain steril, dan bebas dari partikel asing, bebas pirogen, stabil, tonisitas, jernih
dan mempunyai pH yang sesuai.
Sebelum dilakukan pembuatan,

terlebih

dahulu

dilakukan

pemberisahan tempat pembuatan seperti pembersihan dengan menggunakan


alkohol 96%. Hal ini bertujuan karena Pada pembuatan sediaan injeksi dan
umumnya sediaan steril hal uang paling penting adalah harus bebas dari
kontaminasi pirogen dan endotoksik, yang dalam jumlah cukup dapat
menyebabkan bahaya pada pasien bila disuntikan (Agoes,G. 2009).
Berdasarkan hal tersebut alat dan bahan yang akan digunakan harus bebas
dari kontaminasi pirogen dengan cara dialakukan sterilisasi terlebih dahulu
sebelum dipakai. Sterilisasi adalah menghilangkan semua bentuk kehidupan ,
baik bentuk patogen, non patoge, vegetatif, maupun non vegetatif dari suatu

objek atau material. Alat yang terbuat dari kaca dilakukan dengan sterilisasi
metode udara kering dengan menggunakan oven pada suhu 170oC selama 30
menit.
Langkah pertama dalam percobaan ini adalah menghitung tonisitas
larutan yang akan dibuat. Larutan yang isotonis adalah larutan yang memiliki
tekanan osmose sama dengan tubuh, dan keadaan isotonis inilah yang
diharapkan, karena dalam keadaan ini, larutan yang diinjeksikan tidak akan
menimbulkan

rasa

sakit.

Sedangkan

larutan

yang

hipotonis,akan

menimbulkan sel cairan tubuh akan pecah atau lisis, karena tekanan diluar sel
lebih rendah, maka cairan dalam sel akan menggembung dan pecah,
mengingat tekanan osmose merupakan tekanan yang berjalan dari konsentrasi
rendah ke konsentrasi tinggi. Sebaliknya pada larutan hipertonis akan
mengakibatkan keadaan di luar sel lebih tinggi dibanding didalam sel,
sehingga keadaan sel mengkerut. Keadaan hipotonis lebih berbahaya
dibanding keadaan hipertonis, karena sifat larutan hipotonis irreversibel (sel
sudah pecah ),sedangkan sifat hipertonis reversibel ( sel dapat kembali
normal). Pada larutan yang hipotonis perlu penambahan NaCl karena
kerusakan yang disebabkan oleh hipotonis bersifat irreversible atau tidak
dapat kembali seperti semula. Dari hasil perhitungan tonisitas diperoleh NaCl
sebanyak 0,035 gram
Pada pembuatannya, glukosa dilarutkan dalam aquades pro injeksi,
Dan NaCl juga diarutkan dalam sebagian aqua pro injeksi. Kemudian
campuran tersebut ditambahn aqua pro injeksi kemudian di cek pH pada 5-7
hal ini dikarenakan agar larutan yang akan digunakan sebagai sediaan injeksi
parenteral memiliki pH yang sama dengan pH tubuh manusia. Kemudian
dipanaskan. Tujuan pemanasan ini untuk mempercepat kelarutan bahan
sehingga homogen. Penambahan karbo adsorben bertujuan untuk menyerap
pirogen serta partikel-partikel atau pengotor yang mungkin ada pada larutan,
karena salah sau syarat untuk sediaan parenteral adalah bebas pirogen.
Pirogen adalah senyawa kompleks polisakarida yang mengandung radikal
dengan unsur N.P, selama radikal tersebut masih terikat, maka selama itu pula
akan menimbulkan demam dan bersifat termostabil, jika terlalu banyak dapat

menimbulkan kematian. Sterilisasi dengan autoklaf merupakan sterilisasi


panas basah bertekanan tinggi yang membunuh mikroorganisme dengan cara
koagulasi protein. Kemudian setelah dipanaskan larutan didiamkan sebentar
kemudian disaring hingga jernih dengan kertas saring, larutan dimasukkan
dalam wadah yang sesuai dengan tutupnya ( vial ). Selanjutnya dilakuakan
Sterilisasi dengan autoklaf ini pada suhu 115C selama 30 menit. Maka harus
diusahakan agar pembuatan larutan injeksi dan infus harus dikondisikan
bebas pirogen dan harus dipastikan pula bahwa kondisi ini dapat
dipertahankan sampai saat pemakaiannya.
Kemudia diakukan evalusi meliputi pemeriksaan fisik wadah,
kejernihan sediaan dan keseragaman volume. Evalusi ini dilakukan sesudah
manufakturing atau pembuatan, dan sesudah pensterilan produk atau sebelum
dikemas oleh pengemas sekunder. Hal ini bertujuan untuk mengawasan mutu,
karena berhubungan erat dengan hasil produk yang sempurna. Dari hasil
evaluasi awal didapat hasil evaluasi yang sesuai. Dari segi kejernihan produk
sesudah dilakukan sterilisasi semua produk tersebut jernih dan volumenya
seragam Dari hasil evaluasi ini tersebut dapat diketahui produk mana yang
layak dikemas untuk di pasarkan, dan yang tidak. Setelah produk di evaluasi
tahap terakhir yaitu dilakukan penempelan label.
X.
Kesimpulan
Infus larutan glukosa untuk injeksi digunakan sebagai pengganti
kehilangan cairan tubuh, sehingga tubuh kita mempunyai energi kembali
untuk melakukan metabolismenya dan juga sebagai sumber kalori. Dosis
glukosa adalah 2,5-11,5 % (Martindale)
NaCl yang dibutuhkan agar larutan isotonis yaitu sebanyak 0,035 g
XI.
Daftar pustaka
Lukas, stefanus, 2001. Formulasi steril edisi revisi.Yogyakarta: Penerbit Andi
Yogyakarta
Lachman, Leon, dkk., 2007. Teori dan Praktik Farmasi Industri edisi ke 3.
Jakarta : UI press
Agoes, G, 2009. Sediaan Farmasi Steril. Bandung: Penerbit ITB
Depkes RI. Farmakope edisi IV
Sulistiawati, Farida, 2009. Foemulasi sediaan steril. Jakarta: lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatulloh.

Anda mungkin juga menyukai