Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

“ INFUS NaCl”

OLEH
KELOMPOK : 6

NAMA KELOMPOK :

1. NI PUTU WIDAYANTI SUTRISNA DEWI 171070


2. NI PUTU INDAH NOVITA WIDYASTUTI 171071
3. KADEK AYU RADITA DEWI 171072
4. NI MADE RANDI RISKASARI 171073
5. NI LUH PUTU ITA SEPTIANI 171074

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


FAKULTAS FARMASI
2018/2019
BAB I
1.1. Tujuan
1. Memahami metode sterilisasi dengan pemanasan basah dan pemanasan kering.
2. Melakukan sterilisasi alat dan bahan dengan pemanasan basah ( otoklaf ) dan
pemanasan kering ( oven ).
3. Mempelajari pembuatan sediaan steril volume pirogen yang dikemas dalam
botol infus.

1.2. Dasar Teori


Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi - bagi yang bebas
dari mikroorganisme hidup. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, hal 10 larutan
intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas
dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 mL. Sedangkan menurut Farmakope
Indonesia Edisi IV, injeksi adalah injeksi yang dikemas dalam wadah 100 mL atau
kurang. Umumnya hanya laruitan obat dalam air yang bisa diberikan secara
intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena berbahaya yang dapat
menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kapiler.
Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 100 ml yang
diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok.
Ketika terjadi gangguan hemostatif, maka tubuh harus segera mendapatkan terapi
untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit larutan untuk infus
intravenous harus jernih dan praktis bebas partikel (Lukas, Syamsuni, H.A., 2006).
Injeksi volume besar atau injeksi yang dimaksudkan untuk pemberian langsung ke
dalam pembuluh darah vena harus steril dan isotonis dengan darah, dikemas dalam
wadah tunggal berukuran 100 mL - 2000 mL.
Terdapat 3 jenis sediaan infus yaitu sebagai berikut :
1. Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum
(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut
dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari
dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan
berpindah dari osmolaritas rendah keosmolaritas tinggi), sampai akhirnya
mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami”
dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialysis) dalam terapi diuretik,
juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis
diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba
cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps
kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada
beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
2. Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum
(bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di osmolaritas
(tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen
darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada
pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga
tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload
(kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan
hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan
normalsaline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
3. Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga
“menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh
darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin,
dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan
cairan Hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose
5% + Ringer-Lactate, Dextrose 5% + NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan
albumin.
Adapun syarat – syarat sediaan infus yaitu sebagai berikut :
a) Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan dan efek toksis.
b) Jernih, berarti tidak ada partikel padat.
c) Tidak berwarna, kecuali obatnya memang berwarna.
d) Sedapat mungkin isohidris, pH larutan sama dengan darah dan cairan tubuh
lain yakni 7,4.
e) Sedapat mungkin isotonis, artinya mempunyai tekanan osmosis yang sama
dengan darah atau cairan tubuh yang lain tekanan osmosis cairan tubuh
seperti darah, air mata, cairan lumbai dengan tekanan osmosis larutan NaCl
0,9 %.
f) Harus steril, suatu bahan dinyatakan steril bila sama sekali bebas dari
mikroorganisme hidup dan patogen maupun non patogen, baik dalam
bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif (spora).
g) Bebas pirogen, karena cairan yang mengandung pirogen dapat
menimbulkan demam. Menurut Co Tui, pirogen adalah senyawa kompleks
polisakarida dimana mengandung radikal yang ada unsur N, dan P. Selama
radikal masih terikat, selama itu dapat menimbulkan demam dan pirogen
bersifat termostabil.
Berikut keuntungan dan kerugian dari sediaan infus :
a) Obat memiliki onset (mula kerja) yang cepat.
b) Efek obat dapat diramalkan dengan pasti.
c) Biovaibilitas obat dalam traktus gastrointenstinalis dapat dihindarkan.
d) Obat dapat diberikan kepada penderita sakit keras atau dalam keadaan
koma.
e) Kerusakan obat dalam tractus gastrointestinal dapat dihindarkan.
Kerugian Sediaan Infus
a) Rasa nyeri saat disuntikkan apalagi kalau harus diberikan berulang kali.
b) Memberikan efek fisikologis pada penderita yang takut suntik.
c) Kekeliruan pemberian obat atau dosis hapir tidak mungkin diperbaiki
terutama sesudah pemberian intravena.
Sodium Chlorida atau Natrium Chlorida (NaCl) yang dikenal sebagai garam
adalah zat yang memiliki tingkat osmotik yang tinggi. Dalam bentuk sediaan infus,
NaCl digunakan untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh dan pengaturan
defisiensi dari Na+ dan Cl- pada kondisi chronic salt – losing.
BAB II

2.1. Alat
- Beaker Glass
- Corong
- Kertas saring
- Batang pengaduk

2.2. Bahan
- NaCL
- Norit
- Aqua Pro Injeksi

2.3. Cara Kerja


A. Prosedur Pembuatan Sediaan Infus NaCl 0,9%
1. Dilakukan sterilisasi alat yang akan digunakan dengan autoklaf pada
suhu 1210C selama 30 menit.
2. Dikalibrasi botol yang digunakan sebanyak 102 ml, kemudian ditandai.
3. Ditimbang NaCl sebanyak 918 mg.
4. Dimasukkan alat dan NaCl yang sudah ditimbang kedalam LAF.
5. Dilarutkan NaCl yang sudah ditimbang dengan 102 ml aqua pro injeksi,
diaduk sampai larut. Pencampuran dilakukan di dalam LAF.
6. Setelah NaCl dilarutkan kemudain dimasukkan kedalam wadah botol
kaca bening dengan cara disaring.
7. Ditutup wadah dan diberi etiket.
8. Dilakukan sterilisasi akhir sediaan.

B. Prosedur Sterilisasi Akhir Sediaan Infus


1. Dibungkus sediaan infus yang sudah jadi dengan kertas koran.
2. Dimasukkan sediaan infus yang sudah dibungkus kedalam autuklaf.
3. Dilakukan sterilisasi dengan metode panas basah dengan autuklaf pada
suhu 1210C selama 30 menit.
BAB III

3.1. Hasil
Waktu Pemanasan 40 menit
Waktu Pengeluaran Udara 7 menit
Waktu Pemusnahan 15 menit
Waktu Pendinginan 15 menit

3.2. Pembahasan
Pada praktikum ini kami membuat sediaan infus NaCl 0,9%, sediaan
akan diberikan secara intravena dan langsung menuju cairan tubuh tanpa
melewati sawar membran, maka sediaan infus harus dibuat stril dan bebas dari
partikel serta pyrogen. Untuk larutan infus tidak diperbolehkan adanya
penambahan bahan bakteriostatik atau zat tambahan lainnya karena volume
larutan banyak dan pemberiannya berupa tetesan.
Volume sediaan yang kami buat adalah 100 ml, namun pada perhitungan
dilebihkan 2% hal ini dimaksudkan karena dikhawatirkan adanya penguapan
yang terjadi saat proses pemanasan agar volumenya tidak kurang dari 100ml.
Formula yang kami buat dengan bahan aktifnya NaCl 0,9%, sediaan tersebut
sudah termasuk isotonis dengan cairan tubuh.
Selain itu bahan yang digunakan adalah norit 0,1 % bahan tersebut dapat
berfungsi sebagai karbon aktif untuk menyerap pyrogen. Namun pada praktikum
ini bahan tersebut tidak digunakan karena dapat mengubah warna larutan
menjdi hitam. Bahan pembawa yang digunakan adalah aqua pro injeksi, bahan
pembawa juga harus isotonis karena sediaan ditujukan untuk pemberian secara
intravena.
Sterilisasi akhir sediaan yang digunakan adalah panas basah
menggunakan otoklaf dengan suhu 1210 C. Dengan waktu 40 menit, waktu
pengeluaran udara 7 menit, waktu pemusnahan 15 menit, waktu pendinginan 15
menit. Sehingga total waktunya adalah 77 menit.
3.3. Kesimpulan
Berdasarkan uji sterilitas yang telah dilakukan maka sediaan infus NaCl
0,9% yang telah dibuat belum layak diproduksi dalam skala besar. Sebaiknya
dilakukan pengujian lebih lanjut sesuai dengan persyaratan yang diajukan
dalam CPOB.
DAFTAR PUSTAKA
- Ayuhastuti Anggreni. 2016. Praktikum Teknologi Sediaan Steril. Jakarta :
Indonesia.
- Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
- Sweetman, C. Sean. 2009. Martindale The Complete Drug Reference, 36th ed.
Pharmaceutical Press: Uk.
- Madigan MT, Martinko JM, Brock TD. 2006. Brock Biology of
Microorganisme. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
- Soenarjo. 2006. Fisiologi Cairan. Simposium Tatalaksana Cairan, Elektrolit
dan Asam-Basa (Stewart Approach). Semarang.

Anda mungkin juga menyukai