Anda di halaman 1dari 2

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LARUTAN

Interaksi dapat terjadi antara pelarut dengan pelarut, pelarut dengan zat terlarut, dan zat
terlarut dengan zat terlarut.

Nilai atau deskripsi kualitatif beberapa parameter fisika-kimia zat terlarut dan pelarut
dapat membantu memberikan gambaran mengenai kelarutan suatu obat. Berikut adalah faktor
yang mempengaruhinya:

1. Sifat polaritas zat terlarut dan pelarut


Aturan yang terkenal, yakni like-dissolves like, diperoleh berdasarkan
pengamatan bahwa molekul-molekul dengan distribusi muatan yang sama dapat
larut secara timbal-bailk, yaitu molekul polar akan larut dalam media yang serupa
yaitu polar,sedangkan molekul nonpolar akan larut dalam media nonpolar.

2. Co-solvency
Campuran pelarut untuk melarutkan zat tertentu banyak digunakan untuk
membuat larutan obat. Co-solvency dapat dipandang sebagai modifikasi polaritas
sistem pelarut terhadap zat terlarut atau terbentuknya pelarut baru yang terjadinya
interaksi antar masing-masing individu pelarut dalam sistem campuran tidak
mudah diduga.

3. Sifat kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan yang sukar larut
memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam
farmasi umumnya adalah:
a. Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2,Hg2Cl2
Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat basa seperti bismut subnitrat.
Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4 (sedikit larut).
b. Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut dalam air, kecuali K2CO3, Na2CO3,
(NH4)2CO3.
Semua oksida dan hidroksida tidak larut dalam air kecuali KOH, NaOH,
NH4OH, BaO, dan Ba(OH)2-
Semua garam fosfat tidak larut dalam air, kecuali K3PO4, Na3PO4,
(NH4)3PO4-.

4. Temperatur
Beberapa zat padat umumnya bertambah larut jika temperaturnya dinaikkan, dan
dikatakan zat itu bersifat eksoterm. Pada beberapa zat lain, kenaikan temperatur
justru menyebabkan zat itu tidak larut, zat ini dikatakan bersifat endoterm. Contoh
zat endoterm antara lain CaSO4, Ca(OH)2, CaHPO3 (ca-hipofosfit), minyak atsiri,
dan gas-gas yang terlarut

5. Salting out dan Salting in


Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai
kelarutan lebih besar dibandingkan zat utamanya sehingga menyebabkan
penurunan kelarutan zat utama.
Contoh:
a. Kelarutan minyak astiri dalam air akan turun jika ditambahkan NaCl
jenuh.
b. Reaksi antara papaverin HCL dengan Sol.Charcot menghasilkan endapan
papaverin basa
c. Champora dan Ol. Menthae piperitae dalam air aromatik
d. Larutan metilselulosa dalam air oleh penambahan NaCl

Salting in adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan
lebih kecil dibandingkan dengan zat utamanya sehingga menyebabkan keniakan
kelarutan zat utama.

Contoh:

a. Nikotinamidum menyebabkan riboflavin (vit.B2) larut dalam air, karena


disini terjadi penggaraman riboflavin + basa(NH4-R)
b. Globulin tidak larut dalam air, tetapi dapat larut dalam larutan garam encer
dalam air.

6. Pembentukan kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tidak
larut dan zat yang larut dengan membentuk senyawa kompleks yang larut.
Contoh:
a. Larutan lanolin dalam KI atau NaI dalam air. Disini terbentuk
senyawa kompleks triiodida
b. Larutan kofein di dalam larutan Na-salisilat atau Na-benzoat dalam
air. Senyawa kompleks ini bersifat resversibel, mudah teriodisasi,
dan melepaskan zat aktifnya sehingga memberi efek terapi.

Anda mungkin juga menyukai