KELOMPOK 6
Injeksi ringer laktat adalah larutan steril dari Kalsium Klorida, Kalium
Klorida, Natrium Laktat dalam air untuk injeksi tiap 100ml mengandung tidak
kurang dari 285,0 mg dan tidak lebih dari 315,0 mg natrium (sebagai NaCl dan
C3H5NaO3) tidak kurang dari 14,1 mg dan tidak lebih dari 17,3 mg kalium (K,
setara dengan tidak kurang dari 27,0 mg dan tidak lebih dari 33,0 mg KCl), tidak
kurang dari 4,90 g dan tidak lebih dari 6,00 mg kalsium (Ca, setara dengan tidak
kurang dari 18,0 mg dan tidak lebih dari 22,0 mg CaCl 2.2H2O), tidak kurang dari
368,0 mg dan tidak lebih dari 408,0 mg klorida (Cl, sebagai NaCl, KCl dan
CaCl2.2H2O) dan tidak kurang dari 231,0 mengandung tidak lebih dari 261,0mg
laktat (C3H5O3 setara dengan tidak kurang dari 290,0 mg dan tidak lebih dari
330,0 mg C3H5NaO3). Injeksi Ringer Laktat tidak boleh mengandung bahan
antimikroba (Depkes RI 1995)
Cek pH (pH=7), jika asam tambahn NaOH, jika basa tambah HCl. lalu
ditambahkan Carbo Adsorbens 0,1%.
V. FORMULA
R/ Na Laktat 0,31
NaCl 0,6
KCl 0,03
CaCl2.2H2O 0,01
Aqua PI ad 100 ml
m.f.Infus Isotonis
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk membuat sediaan steril berupa infus
ringer laktat. Pembuatan infus ringer laktat dibuat dengan sterilisasi akhir. Sediaan
infus ringer laktat harus dibuat steril sebab berhubungan langsung dengan darah
atau cairan tubuh serta jaringan tubuh yang pertahanannya terhadap zat asing tidak
selengkap pada bagian tubuh lain seperti saluran cerna atau gastroistestinal.
Sediaan infus ringer laktat mengandung zat aktif diantaranya adalah Natrium
laktat, KCl, CaCl22H2O dan NaCl. Natrium laktat berfungsi untuk buffering agent
dan isotonist agent, selain itu laktat dalam infus juga berguna untuk memperbaiki
keadaan seperti asidosis metabolik. KCl berfungsi sebagai antimikroba, sedangkan
CaCl2 sebagai antimikroba namun juga berfungsi sebagai pemeliharaan dan kasus
defisit kalium. NaCl digunakan sebagai cairan resusitasi (replacement therapy),
sebagai pengganti cairan tubuh atau elektrolit yang hilang dan sebagai pengencer
sel darah merah sebelum tranfusi. Selain zat aktif terdapat bahan lain seperi carbo
adsorben dan Aqua PI. Carbo adsorben berfungsi untuk pengikat pengotor dan
Aqua PI digunakan sebagai pelarut. Air yang digunakan untuk injeksi disterilkan
dan dikemas dengan cara yang sesuai yaitu tidak mengandung bahan antimikroba
atau bahan lainnya.
Berdasarkan perhitungan tonisitas pada larutan ringer laktat memiliki sifat
hipotonis, karena hasil yang diperoleh sebesar 0,108 gram/100 ml. sehingga agar
larutan isotonis maka ditambahkan NaCl 0,9 %. Penambahan NaCl bertujuan agar
tonisitas yang diperoleh bersifat isotonis. Karena hal ini berhubungan dengan
tekanan osmose larutan terhadap cairan tubuh yang akan diberikan infus. Menurut
perhitungan jumlah penambahan NaCl 0,9% sebanyak 0,708 gram/100 ml.
Pada proses pembuatan, dilakukan pembuatan aqua pro injeksi atau air untuk
injeksi. Larutan infus yang akan dibuat adalah 100 ml, namun air yang akan
didihkan untuk membuat pro injeksi dilebihkan karena adanya penguapan selama
pendidihan. Pengambilan aqua pro injeksi yang telah didihkan sebanyak 110 ml.
pengambilan aqua p.i dilebihkan agar tidak terjadi pengurangan volume ketika
dilakukan penyaringan. Selanjutnya ditimbang semua bahan yaitu Natrium laktat
0,341 gram, NaCl 0,779 gram, KCl 0,033 gram, CaCl2.2H2O 0,011 gram. Setelah
ditimbang dimasukkan kedalam beaker glass dan dilarutkan dengan aqua p.i yang
telah dipanaskan. Setelah proses tersebut dilakukan pengecekan pH. pH yang
terdapat dalam sediaan parenteral harus mempunyai pH yang mendekati pH
fisiologis yang artinya isotonis dengan darah atau cairan tubuh lainnya.
Pengecekan pH dilakukan dengan mencelupkan kertas pH universal kedalam
larutan. pH yang dikehendaki adalah 7. pH ini masuk kedalam range pH Ringer
laktat yaitu 5-7. Tujuan utama dilakukan pengecekan pH adalah untuk
mempertinggi stabilitas obat, untuk mencegah terjadinya rangsangan atau rasa
sakit ketika disuntikkan. Karena pH yang terlalu tinggi akan menyebabkan
nekrosis jaringan sedangkan pH yang terlalu rendah akan mengganggu
kenyamanan dalam penggunaan obat yaitu akan timbul rasa sakit ketika
disuntikkan. Jika dalam pengecekan pH diperoleh pH yang asam maka perlu
dilakukan penambahan NaOH. Penambahan ini bertujuan untuk menambah
tingkat kebasaan. Sedangkan jika diperoleh pH yang basa maka perlu ditambah
HCl. Penambahan HCl untuk menambah tingkat keasaman.
Setelah pengecekan pH, larutan dikocok dengan carbo adsorben 0,1 % yang
sebelumnya telah diaktifkan terlebih dahulu. Cara pengaktifan carbo adsorben
dengan memanaskannya selama 5 menit. Pengaktifan carbo adsorben bertujuan
agar kerjanya dalam menyerap partikel-partikel kasar (menjernihkan) dan pirogen
dapat maksimal. Selanjutnya disaring dengan kertas saring sampai jernih.
Penyaringan bertujuan agar carbo adsorben dan pengotor tersaring sehingga
larutan bebas dari pengotor. Kemudian masukkan ke dalam botol warna putih
dengan tutup botol dari seng yang telah dikalibrasi dan disterilkan. Pemilihan
wadah tersebut dikarenakan tutup botol apabila disterilisasi dengan metode
sterilisasi basah maka tidak akan berjamur ataupun tengik. Cara sterilisasi botol
adalah dengan botol diberi air kemudian air dikeluarkan, ditutup perkamen
kemudian dimasukkan ke dalam oven. begitu juga dengan tutup setelah
dibersihkan kemudian masukkan dalam oven. Kemudian dilakukan sterilisasi
untuk larutan Ringer laktat dengan metode sterilisasi uap (panas basah) dengan
menggunakan autoklav pada suhu 121OC selama 15 menit. Proses sterilisasi
dengan suhu dan tekanan tinggi dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme
dan bakteri. Sehingga larutan yang dihasilkan bebas dari pyrogen dan steril
sampai saat akan digunakan. Metode serilisasi uap ini cocok digunakan untuk
sediaan farmasi dan bahan-bahan yang tahan terhadap pemanasan.
Tahap akhir adalah evaluasi terhadap sediaan diantaranya pengecekan
isotonisitas larutan, pemeriksaan pH, kebocoran, partikel asing dan uji kejernihan.
Pengecekan isotonis larutan menggunakan metode ekuivalensi NaCl. Hasil yang
didapatkan yaitu larutan bersifat hipotonis. Untuk mengatasi larutan yang bersifat
hipotonis diperlukan penambahan NaCl sebesar 0,708 gram/100 ml agar didapat
sediaan yang isotonis. Uji pH dilakukan dengan mencelupkan kertas pH universal
ke dalam larutan. Hasil yang dikehendaki telah memenuhi standar range pH
sediaan parenteral yaitu 5-7. pH yang digunakan harus isohidris dengan nilai pH
darah dan cairan tubuh lainnya. Uji kebocoran dilakukan dengan cara
membalikkan botol infus sehingga posisi tutup dibawah, hasilnya tidak ada
kebocoran pada larutan RL. Jika terdapat kebocoran, maka dapat berbahaya
karena lewat lubang atau celah tersebut dapat menyebabkan masuknya
miroorganisme atau kontaminan lain yang berbahaya. Selain itu infus juga dapat
bocor keluar dan merusak penampilan kemasan. Uji partikel asing dilakukan
dengan secara visual untuk melihat ada tidaknya patikel dalam larutan RL.
Sedangkan uji kejernihan dilakukan secara visual dengan memeriksa wadah bersih
dari luar dibawah penerangan cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke
dalam matanya, dan berlatar belakang hitam dan putih. Latar belakang berwarna
hitam dipakai untuk menyelidiki kotoran yang berwarna muda, sedangkan yang
berlatar belakang putih untuk menyelidiki kotoran berwarna gelap. Jika tidak
ditemukan kotoran dalam larutan maka larutan tersebut sudah memenuhi syarat
dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar, harus benar-benar
bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata. Syarat kejernihan yaitu
sediaan larutan (kecuali suspensi dan emulsi) adalah tidak ada zat yang terdispersi
dalam larutan jernih (Lachman, et al, 1994).
IX. KESIMPULAN
X. DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia, III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia, IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Perdana Ibnu Adi dan Iman Fahruzi. 2016. Rancangan Bangun Alat Pemantau
CairanIntravena Jenis Ringer Laktat (RL) Menggunakan Jaringan GSM.
Jurnal Nasional Informasi dan Komunikasi
Priyambodo, B., 2007, Manajemen Farmasi Industri, Global Pustaka Utama,
Yogyakarta.
Usman Suwandi, 1988,Uji Pirogenitas dengan Kelinci dan Limulus
AmebocytLysate, Cermin Dunia Kedokteran No. 52
Voight, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi ke 5, UGM Press,
Yogyakarta.
LAMPIRAN