CPMK ◦ Mampu bekerjasama dalam tim dalam menghasilkan sediaan solid yang baik dan berkualitas; (CPL1) ◦ Mampu menyusun formula dan menafsirkan secara logis dan sistematis hasil evaluasi permbuatan tablet; (CPL2, CPL3, CPL4)
Sub-CPMK5:
Mampu menghubungkan hasil evaluasi tablet dengan faktor formula
dan proses pembuatan
Prak. TSF 2_FFS UHAMKA
Evaluasi Tablet Evaluasi fisik : 1. Keseragaman ukuran 2. Keseragaman bobot 3. Kekerasan 4. Keregasan 5. Waktu hancur 6. Disolusi Evaluasi kimia: 1. Penetapan Kadar 2. Keseragaman sediaan : 1. Keragaman bobot 2. Keseragaman kandungan Prak. TSF 2_FFS UHAMKA Keseragaman ukuran ◦ Alat : Jangka Sorong ◦ Cara : Menggunakan 20 tablet ukur diameter dan ketebalannya menggunakan jangka sorong. Hitung rata-rata dan SD nya Persyaratan : Menurut F I edisi III, kecuali dinyatakan lain, tidak lebih dari 3x diameter tablet dan tidak kurang dari 1 1/3 x tebal tablet
Prak. TSF 2_FFS UHAMKA
Prak. TSF 2_FFS UHAMKA Keseragaman Bobot ◦ Keseragaman Bobot Timbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu-persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak boleh 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom B. Jika perlu dapat digunakan 10 tablet dan tidak 1 tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot ratarata yang ditetapkan dalam kolom A dan B.
Prak. TSF 2_FFS UHAMKA
WAKTU HANCUR ◦ Alat : Disintegration tester Masukkan masing-masing 1 tablet ke dalam tabung dari alat uji waktu hancur, masukkan 1 cakram pada tiap tabung dan jalankan alat. Gunakan air sebagai media dengan suhu 37 ± 2 0 C. Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet. Tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus sempurna ◦ Persyaratan : Kecuali dinyatakan lain semua tablet harus hancur tidak lebih dari 15 menit untuk tablet yang tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet salut selaput.
Prak. TSF 2_FFS UHAMKA
Kekerasan ◦ Cara : Ambil 20 tablet ukur kekerasan menggunakan alat ukur kekerasan. Hitung rata- rata dan SD Persyaratan : Ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm2 , maksimal 10 kg/ cm2
Prak. TSF 2_FFS UHAMKA
KEREGASAN ◦ Friabilator / Friability tester ◦ Cara : Ambil 20 tablet, bersihkan dari serbuk halus, timbang. Masukkan ke dalam alat uji (Friabilator), putar sebanyak 100 putaran. Keluarkan tablet, bersihkan dari serbuk yang terlepas dan timbang kembali. Hitung % friabilitas (F)
Prak. TSF 2_FFS UHAMKA
DISOLUSI In Vitro Alat : Dissolution tester Cara : 6 tablet dimasukkan dalam chamber yang telah berisi medium yang sesuai dengan monografi zat aktif, medium disesuaikan suhunya pada 37°C±0,5 ( karena menyesuaikan suhu tubuh kita.
Prak. TSF 2_FFS UHAMKA
KRITERIA PENERIMAAN DISOLUSI
Prak. TSF 2_FFS UHAMKA
Data kurva kalibrasi Dengan kalkulator regresi silahkan di cari a,b dan r nya, sehingga diperoleh persamaan garis Konsentrasi Absorbansi 3 0.2 4 0,265 6 0,398 8 0,531 10 0,664 12 0,729
Prak. TSF 2_FFS UHAMKA
Prosedur disolusi Media : 900 ml aqua dest Alat type :2 Jumlah tablet : 6 tablet paracetamol Waktu : 60 menit Nilai Q : 80 % Perlakuan diambil alikuot 10 ml kemudian diencerkan 50x
Prak. TSF 2_FFS UHAMKA
Data Hasil Uji disolusi dan perhitungan Chamber serapan a b Konsentrasi Berat % (ug/ml) dalam ug terdisolusi 1 0.691 0.009 0.068 10.02941 451323.5 90.26471 2 0.695 0.009 0.068 10.08824 453970.6 90.79412 3 0.656 0.009 0.068 9.514706 428161.8 85.63235 4 0.642 0.009 0.068 9.308824 418897.1 83.77941 5 0.612 0.009 0.068 8.867647 399044.1 79.80882 6 0.645 0.009 0.068 9.352941 420882.4 84.17647
Prak. TSF 2_FFS UHAMKA
Kesimpulannya apa?
Prak. TSF 2_FFS UHAMKA
◦ Kriteria Penerimaan tabel disolusi untuk tahap 1 adalah, Tiap unit ≥ Q+5%, artinya : ◦ Jika diketahui Q= 80% maka Q+ 5% adalah 80+5%= 85% ◦ Sehingga setiap unit pada hasil uji disolusi harus memenuhi syarat sama dengan atau di atas 85%
Jadi bagaimana???
Prak. TSF 2_FFS UHAMKA
Contoh Perhitungan Penetapan Kadar tablet Paracetamol 500 mg Soal : ◦ 20 tablet diambil kemudian ditimbang bobotnya 14,445 gram. Digerus halus kemudian ditimbang seberat bobot rata-rata 722,25 mg sebayak 3 x. Selanjutnya sampel dilarutkan dalam aqua dest sampai 500 ml, Selanjutnya sampel di encerkan sampai 100x dan kemudian diukur serapannya pada Spektrofotometri UV Vis dan diperoleh serapan sebagai berikut : 0.651, 0.701 dan 0.64. Hitunglah apakah kadar paracetamol tersebut memenuhi syarat FI ed V jika rentang kadar adalah 90%-110%? Jelaskan dengan perhitungan
Prak. TSF 2_FFS UHAMKA
Bobot dalam PK Serapan a b konsentrasi ug % Kadar 1 0.651 0.009 0.068 9.441176 472058.8 94.41176 2 0.701 0.009 0.068 10.17647 508823.5 101.7647 3 0.64 0.009 0.068 9.279412 463970.6 92.79412 Rata-rata 96.32353
Prak. TSF 2_FFS UHAMKA
Keseragaman Sediaan ◦ Keragaman bobot Merupakan uji kimia karena perhitungannya didasarkan kepada nilai hasil PK tablet Uji ini dilakukan untuk : tablet yang memiliki zat aktif yang beratnya di atas 50 mg atau > 50% bobot total tablet Contoh: Paracetamol , Asam Mefenamat, Metformin dll. ◦ Keseragaman kandungan Uji dilakukan untuk tablet yang memiliki zat aktif yang bobotnya dibawah 50 mg atau < 50% bobot total tablet Contoh: CTM, Digoxin, Kaptopril, dll
Prak. TSF 2_FFS UHAMKA
Permasalahan dalam Tablet
Prak. TSF 2_FFS UHAMKA
1. Capping ◦ Pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas atau bagian bawah tablet dari badan tablet ◦ Penyebab: ◦ Adanya udara terjerat dalam ruang die. Contoh, pada proses granulasi dengan jumlah fine yang banyak ◦ Kelebihan kelembaban granul ◦ Overlubrikasi ◦ Kurangnya lembab
Prak. TSF 2_FFS UHAMKA
2. Laminating (berlapis)
◦ Pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih
◦ Keretakan atau pecahnya tablet terjadi segera setelah kompresi atau beberapa jam/hari kemudian ◦ Penyebab: ◦ Udara yang terjerat di dalam granul, yang tidak dapat keluar selama kompresi (keluar setelah ada tekanan) ◦ Overlubrikasi dengan stearat (dapat juga menyebabkan capping)
Prak. TSF 2_FFS UHAMKA
Prak. TSF 2_FFS UHAMKA Cara mengatasi capping dan laminating
◦ Penyebab: ◦ ujung punch bawah tidak rata dengan permukaan atau die
Prak. TSF 2_FFS UHAMKA
4. Cracking (retak) ◦ Keadaan dimana tablet pecah, lebih sering dibagian atas-tengah. ◦ Penyebab: akibat lanjut dari capping atau laminasi ◦ Cara mengatasi: ◦ Mengganti/membersihkan punch ◦ Memperbaiki mesin tablet ◦ Menambah pengikat dan/atau pemasah ◦ Mengurangi atau menghilangkan fine ◦ Reduksi ukuran granul ◦ Reformulasi Prak. TSF 2_FFS UHAMKA 5. Picking ◦ Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan punch ◦ Penyebab: ◦ Pengeringan granul belum cukup ◦ Jumlah glidan kurang ◦ Yang dikompresi adalah bahan berminyak/lengket
Prak. TSF 2_FFS UHAMKA
6. Sticking (lengket) ◦ Keadaan dimana granul menempel pada dinding die (ada adhesi), sehingga punch bawah tidak dapat bebas bergerak ◦ Dimanifestasikan sebagai permukaan tablet yang kusam ◦ Penyebab: ◦ Punch kurang bersih ◦ Tablet dikompresi pada kelembaban yang tinggi ◦ Sticking dan picking lebih sering terjadi pada mesin single punch akibat tekanan yang tidak memadai atau tekanan yang hanya berasal dari atas saja Prak. TSF 2_FFS UHAMKA ◦ Pada mesin rotary, dapat diatasi dengan: ◦ Peningkatan tekanan ◦ Reduksi kecepatan putaran dan/atau menambah jumlah pengikat ◦ Cara mengatasi sticking dan picking: ◦ Pengurangan kadar lembab granul ◦ Penggantian atau pengurangan jumlah lubrikan ◦ Penambahan pengikat ◦ Penambahan adsorben ◦ Pembersihan permukaan punch dengan minyak mineral
Prak. TSF 2_FFS UHAMKA
7. Mottling ◦ Keadaan dimana distribusi zat warna pada permukaan tidak merata, dengan terdapatnya bagian-bagian terang dan gelap ◦ Penyebab: ◦ Berbedanya warna obat dengan bahan tambahan atau hasil urai obat berwarna ◦ Pemerian zat warna dapat mengatasi mottling, namun dapat menimbulkan masalah lain, dimana zat warna dapat menyebabkan mottling dengan bermigrasi ke permukaan granul selama proses pengeringan Prak. TSF 2_FFS UHAMKA 8. Binding
◦ Menunjukkan lubrikasi yang tidak memadai
◦ Binding dalam die, menunjukkan resistensi tablet untuk dikeluarkan, akibat adhesi dengan dinding die ◦ Cara mengatasi: ◦ Menambah lubrikan atau menggunakan lubrikan yang lebih efisien ◦ Memperbaiki metode penambahan lubrikan, misanya dengan cara mengayak lubrikan melalui ayakan mesh 80 ◦ Menambah kelembaban granul atau lakukan regranulasi ◦ Reduksi ukuran granul ◦ Kompresi dilakukan pada suhu atau kelembaban yang lebih rendah