Anda di halaman 1dari 16

1

ANALISIS DERIVAT BABI DENGAN METODE DIFFERENTIAL


SCANNING CALORIMATRI (DSC)

Oleh:
Anggun Mahirotun
Mathlail Fajri
Yulian Catur Rini

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
2017
2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2


KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 3
I. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
II. SISTEM INSTRUMENTASI ........................................................................................ 5
III. ANALISIS KOMPONEN DERIFAT BABI .............................................................. 7
IV. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN .................................................................... 13
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 15
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 16
3

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Analisis Halal Produk
Farmasi. Makalah ini disusun berdasarkan hasil study literature penulis dari beberapa
jurnal dan disusun berdasarkan tugas pengganti UAS. Makalah ini berjudul Analisis
Derivat Babi dengan Differentian Calorimetry merupakan makalah yang digunakan
sebagai pengganti UAS.

Makalah ini menyajikan studi tentang cara menganalisa derivat babi menggunakan
instrumen-instrumen dan dalam makalah ini digunakan instrumen Differential Scanning
Calorimetry (DSC). Makalah ini disajikan untuk memberikan informasi mengenai analisa
derivat babi yang terkandung dalam beberapa produk farmasi maupun non farmasi. Selain
itu, agar pembaca mengetahui cara penggunaan instrumentasi DSC yang memiliki
beberapa kelebihan daripada instrumen yang lain seperti kromatografi.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Gontor Putri, 14 November 2017

Tim Penyusun
4

I. PENDAHULUAN
Makanan, obat-obatan, kosmetik dan perawatan sehari-hari sangat penting dan
sangat dibutuhkan manusia. sehubung dengan maju teknologi dan ilmu pengetahuan,
mendorong masyarakat cenderung bertindak sangat konsumtif. Namun tak jarang dari
mereka yang hanya ikut-ikutan saja tanpa yahu kandungan apa yang ada dalam produk
tersebut. Karena tidak semua kandungan yang terdapat dalam produk itu aman bagi
konsumen. Perlu adanya analisis dari kandungan tersebut.
Analisis termal memiliki pengertian yang sangat luas yaitu pengukuran sifat kimia-
fisika sebagai fungsi suhu. Analisa termal merupakan suatu analisa dengan memberikan
input kalor untuk mengetahui karakterisasi dari sampel. Suatu analisa termal memiliki
keuntungan yaitu jumlah material yang dibutuhkan hanya sedikit. Hal ini untuk
memastikan keseragaman distribusi suhu dan resolusi yang tinggi.
Metode ini digunakan untuk memberikan informasi pada kesempurnaan kristal,
polimorfisa, titik lebur, sublimasi, transisi kaca, dedrasi, penguapan, pirolisis, interkasi
padat-padat dan kemurnian. Analisis termal dibagi menjadi 2 (dua) analisis yaitu analisis
termogravimetri dan analisis diferensial termal. Dalam makalah ini, akan dibahas tentang
analisis diferensial termal.
Differential Scanning Calorimetry (DSC) adalah suatu teknik analisa termal yang
mengukur energi yang diserap atau diemesikan oleh sampel sebagai fungsi waktu atau
suhu. Ketika transisi termal terjadi pada sampel, DSC memberikan pengukuran kalorimetri
dari energi transisi dari temperatur tertentu. DSC merupakan suatu teknik analisa yang
digunakan untuk mengukur energi yang diperlukan untuk mengukur energi yang
diperlukan untuk membuat perbedaan temperatur antara sampel dan pembanding mendeati
nol, yang dianalisa pada daerah suhu yang sama dalam lingkungan panas atau dingin
dengan kecepatan yang teratru. Terdapat dua tipe DSC yang umum digunakan yaitu Power
– Compensation DSC dan Heat – Flux DSC.
Prinsip kerja analisis diferensial termal didasari atas perubahan kandungan panas
akibat perubahan temperatur dan titrasi termometrik. Panas diserap atau diemesikan oelh
sistem kimia bahan yang dilakuakn dengan pembanding yang inert (Alumina, Silikon,
Karbit atau manik kaca) karena suhu keduanya ditambahkan dengan laju yang konstan.
Sampel dan pembanding dalam DSC (Differential Scanning Calorimetry) memiliki
ketergantungan pada penambahan suhu secara terus menerus, namun panas yang
ditambahkan baik ke sampel maupun pembanding dilakukan seperlunya. Hal ini dilakukan
unutk mempertahankan agar suhu keduanya selalu sama.
Analisis menggunakan DSC ini sangat cocok untuk mendeteksi lemak hewani
seperti lemak babi dan lemak. DSC ini dapat menentukan suhu mencair dan kristalisasi.
Salah satunya adalah produk mentega yang dibat dari lemak hewani yaitu dari lemak sapi.
5

II. SISTEM INSTRUMENTASI


Teknik DSC merupakan teknik analisis untuk mengukur perbedaan panas yang
masuk kedalam sampel dan pembanding sebagai fungsi temperatur. Prinsip DSC adalah
untuk menjaga dan referensi pada suhu yang sama dalam mikro-oven terpisah. Analisis
termal merupakan salah satu teknik analisis yang digunakan oleh peneliti dalam ilmu
makanan (Cebula dan Smith, 1992). DSC menawarkan metode langsung untuk
mempelajari sifat termal dari berbagai bahan dan memiliki kemungkinan untuk
dikembangkan sebagai prosedur pengandalian mutu untuk pemalsuan makanan (Tan dan
Che, 2002).

Gambar 1.1 Alat DSC

Didalam DSC terdapat dua heater, dimana diatasnya diletakkan wadah sampel yang
diisi dengan sampel dan wadah reference yang dibiarkan kosong. Kedua bahan tersebut
dibuat dari bahan yang sama, biasanya terbuat dari logam inert atau alumunium, nikel,
tembaga, dan wadah stainless (Rawlinson, 2006). Komputer akan memerintahkan heater
untuk menaikkan suhu kedua wadah tersebut dengan kecepatan sama, sehingga akan
terdapat perbedaan kalor yang diberikan terhadap wadah sampel dan wadah reference.
Perbedaan tersebut dicatat oleh komputerdalam bentuk kurva aliran kalor versus kenaikan
suhu.
Menurut Klannik dkk (2009) terdapat 3 tipe dasar dalam sistem DSC yaitu:
1. Heat flux DSC
Pada heat flux DSC,sampel dan pembanding dihubungkan dengan suatu lempengan
logam. Sampel dan pembanding tersebut ditempatkan dalam satu tungku pembakaran.
Perubahan entalpi atau kapasitas panas dari sampel menimbulkan perbedaan temperatur
sampel terhadap pembanding.

Gambar 1.2 Skema heat flus DSC


6

2. Power conpensation DSC


Pada power compensation DSC, suhu sampel dan pembanding diatur secara manual
dengan menggunakan tungku pembakaran yang sama dan terpisah. Suhu sampel dan
pembanding dibuat sama dengan mengubah daya masukan dari kedua tungku pembakaran.
Energi yang dibutuhkan untuk melakukan hal tersebut merupakan ukuran dari perubahan
entalpi atau perubahan panas dari sampel terhadap pembanding. Pada heat flux DSC yang
dilakukan hanya pengendalian pada satu heater yang dan direkam, sehingga masih
dimungkinkan terjadi perbedaan temperaturantara sampel dan referensi. Pada
powercompensation DSC dilakukan pengendalian heater referensi untuk mengatasi
perbedaan temperatur yang terjadi.

Gambar 2.3 Skema power compensation DSC


3. Hyper DSC
Merupakan tipe power kompensasi DSC terbaru dengan resolusi yang tinggi.
Memiliki sensitivitas yang tinggi dan memiliki kecepatan panas 500K/manit.
7

III. ANALISIS KOMPONEN DERIFAT BABI

Analisis derivat babi yang dibahas dalam makalah ini diambill dari dua jurnal yang
berjudul “Detection of butter adulteration with lard using differential scanning
calorimetry” dan jurnal yang berjudul “Detection of Pig and Buffalo Body Fat in Cow and
Buffalo Ghees by Differential Scanning Calorimetry”.
Differential Scanning Calorimetry (DSC) dikembangkan dan digunakan untuk
deteksi pemalsuan mentega dengan lemak babi. Mentega memiliki karakteristik yang mirip
dengan lemak babi membuat lemak babi dijadikan objek pemalsuan yang diinginkan dalam
mentega. DSC menyediakan profiling termal yang unik untuk lemak babi dan mentega.
Dalam thermogram pemanasan campuran sampel, ada satu puncak endotermik utama
(puncak A) dengan tepi puncak yang lebih kecil yang terlihat di puncak utama yang secara
bertahap lurus keluar yang menandakan peningkatan persentase lemak babi. Di
thermogram pendingin, ada puncak kurva kecil (puncak B) dan dua puncak eksotermik
utama, puncak kurva C yang meningkat karena persentase lemak babi peningkatan dan
ukuran puncak kurva D yang menurun saat persentase lemak babi meningkat.
Dalam jurnal ini menganalisis kandungan triagliserol dengan kromatografi cair
kinerja tinggi (KCKT), analisis thermal dengan metode differential scanning calorimetry
(DSC), dan analisis statistik menggunakan metode one way anova. Dan dalam makalah ini
kami akan membahas tentang analisis thermal dengan DSC, yang menggunakan dua
metode yaitu dengan thermogram pemanasan (Heating thermogram) dan thermogram
pendinginan (cooling thermogram).

1. Analisis thermal dengan differential scanning calorimetry (DSC): heating thermogram

Dari penelitian sebelumnya, hal ini melaporkan bahwa mentega dan lemak babi
memiliki tingkat yang berbeda dari asam lemak jenuh dan tidak jenuh, meskipun sifat-sifat
fisik dari keduanya serupa (Nurrulhidayah et al., 2013). Tingkat besar susunan dan tingkat
kejenuhan tiagliserol (TAG) hadir dalam mentega dan lemak babi, hasil pembentukan
berbeda beberapa endotermik dan eksotermik puncak, seperti yang terlihat dalam DSC
kurva. Lebih jenuh TAG, semakin tinggi temperatur leleh dan terbalik, TAG terlalu jenuh,
semakin rendah suhu mencair. Lemak babi memiliki lebih banyak asam lemak tak jenuh
daripada asam lemak jenuh (Adi et al., 2011). Lemak dan minyak yang dapat dimakan
lebih jenuh FA dan pada gilirannya jenuh TAG akan memiliki titik leleh yang tinggi.
Mentega meleleh dalam tiga fraksi yang mengakibatkan tiga puncak mencair. Puncak
mentega yang paling berbeda dan fraksi pertama yang terdeteksi meleleh di sekitar suhu
0oC. Di sekitar 23 sampai 25oC pada mentega, ada dua puncak, menunjukkan bahwa
sebagian besar mencair, dan mentega muncul sebagai cairan meskipun dengan kristal
terlihat. Akhirnya, mentega adalah benar-benar mencair (offset) kira-kira pada suhu 32oC
(gambar 3.1).
8

Gambar 3.1 Thermogram pemanasan dari Diferensial Scanning Calorimetry (DSC)


mentega dan lemak babi.
Puncak titik lebur lemak babi murni, baik di sekitar 0oC atau sekitar 23-25oC.
Profile cairnya lemak babi ini sesuai dengan penelitian sebelumnya.
Dalam lemak babi, puncak utama pertama di sekitar 0oC disebabkan oleh sebagian
besar TAG dan FA tak jenuh, dan puncak kedua dimulai sekitar suhu 23-25oC disebabkan
sebagian besar oleh FA dan TAG jenuh. Karena tingginya rasio tak jenuh FA dan TAG
pada lemak babi, puncak utama pertama terlihat lebih besar dari puncak endotermik kedua
(Salwani et al., 2012). Gambar 3.2A menunjukkan kurva mencair lemak babi, campuran
mentega dan lemak babi-mentega yang mengandung 1-80% mentega. Hal ini jelas bahwa
ada pengurangan puncak di sekitar 0oC dengan meningkatkan tingkat lemak babi sampai
tingkat konsentrasi 60%. Sementara itu, puncak mencair diperbesar dengan pemanasan
dapat dilihat dalam gambar 3.2B. Puncak besar ini juga disebut sebagai puncak (gambar

2B).
Gambar 3.2.A. Kurva mencair lemak babi, mentega dan campuran lemak babi-
mentega yang mengandung 1-80% mentega

Gambar 3.2B. Luas profil leleh dimulai dari 0oC


9

Profile mencair campuran yang mengandung 1% telah meningkat secara spesifik di


sekitar suhu 23-25oC. Intensitas ini dikaitkan dengan penambahan beta kristal dalam
campuran (Miklos et al., 2013).

2. Analisis thermal dengan differential scanning calorimetry (DSC): cooling


thermogram.
Kurva DSC Cooling thermogram untuk mentega murni dan lemak babi murni
digambarkan dalam gambar 3.3 Ada dua puncak eksotermik kecil di sekitar 7-15oC.
Keberadaan dua puncak eksotermik utama dalam mentega dapat berkorelasi dengan kristal
pembentukan TAG (Marina et al., 2009). Puncak eksotermik kecil bisa berhubungan
dengan TAG tak jenuh. Selain itu, lemak babi memiliki dua puncak eksotermik utama
diamati di sekitar -18,5 dan 9,0oC, sedikit lebih tinggi dari -16,13 dan 8.84oC yang
dilaporkan oleh Salwani et al (2012). Ini dapat dikaitkan dengan sifat yang berbeda dari
lemak babi, jenis pakan dan berbagai komposisi asam lemak. Dua puncak terpisah
dibandingkan dengan puncak utama eksotermik dalam mentega dan fase transisi bahwa
transisi fase memiliki rentang suhu yang lebih luas dari mentega. Hal ini dapat
menerangkan terjadinya pembentukan kristal yang berbeda masing-masing kelompok
spesifik FA dan TAG. FA dan TAG jenuh akan mengkristal pada suhu tinggi, sementara
FA dan TAG tak jenuh akan mengkristal di suhu rendah. Fasina et al., (2008) telah
melaporkan bahwa perilaku mencair lemak nabati dan minyak bervariasi karena
karakteristik yang berbeda dari komposisi FA. Hal ini dapat dijadikan sebagai dasar
menggunakan kandungan FA dan pemanasan dan pendinginan kontrol kualitas profil atau
makanan selain mengkorelasikan komposisi TAG sendirian dengan DSC termal parameter.

Gambar 3.3. DSC cooling thermogram dari mentega murni dan lemak babi murni

Gambar 3.4 menunjukkan kurva pendinginan campuran lemak babi, mentega dan
lemak babi yang mengandung 1 sampai 80% mentega (gambar 3.4A), dan profil
pendinginan yang membesar pada suhu 0oC (gambar 3.4B), yang dikenal sebagai puncak
B. Bila mentega ditambahkan dengan lemak babi, dua puncak pendinginan pada mentega
masih dapat diamati dengan perubahan morfologis halus pada kurva termal karena
konsentrasi lemak babi meningkat dari 1 sampai 80%. Gambar 3.4 menunjukkan puncak
eksoterm adulterant B, yang terlihat menurun saat persentase pemalsuan meningkat. Tabel
2 menyajikan entalpi pendinginan dan peleburan enthalphy (diambil dari pengukuran
daerah di bawah puncak kurva pendinginan dan pelelehan) untuk mentega adalah -54,06 ±
8,87 J / g dan 35,97 ± 4,18 J / g masing-masing, dibandingkan dengan entalpi pendinginan
10

dan enthalphy lebur lemak dari -10,72 ± 0,89 J / g dan 13,95 ± 0,07 J / g. Genset pendingin
mendukung tingkat kejenuhan FA dan TAG yang setara, yaitu mentega memiliki FA dan
TAG jenuh yang lebih tinggi, yang menyebabkan entalpi pendinginan yang lebih besar.

Gambar 3.4A. Kurva pendinginan lemak babi, mentega, dan campuran lemak babi-
mentega yang 1-80% pada mentega.

Gambar 3.4B. Luas profil pendinginan pada suhu 0oC


Kesimpulan dari jurnal ini, penggunaan differential scanning calorimetryi (DSC)
untuk mendeteksi perubahan kurva pendinginan dan pemanasan mentega saat mentega
dipalsukan dengan lemak babi. Secara kualitatif, kurva menunjukkan perbedaan halus
antara mentega, lemak babi dan campurannya. Keuntungan utama DSC untuk analisis
lemak babi sebagai adulterant dalam mentega adalah bahwa ia memberikan perkiraan
langsung dari keseluruhan entalpi perubahan transisi lemak babi dan relatif cepat dan
mudah dilakukan dengan persiapan sampel minimal dan metode bebas kimia. Dari analisis
Stepwise Regresi Linier Berganda (SMLR), dua variabel independen ditemukan dapat
memprediksi persentase pemalsuan lemak babi dalam mentega dengan R2 (disesuaikan)
dari 95,82. Persamaan SMLR tentang pencampuran lemak dalam mentega adalah 293,1 -
11,36 (Te A) - 2,17 (Tr D); dimana Te A adalah endset dari puncak A dan Tr D adalah
kisaran transisi termal untuk puncak D. Parameter ini dapat menjadi parameter pengukuran
yang baik dalam mendeteksi pemalsuan lemak pada mentega. DSC adalah sarana yang
sangat berguna untuk teknik skrining kehalalan untuk meningkatkan keaslian proses halal.
11

Analisis derivat babi yang kedu yaitu kami ambil dari jurnal internasional yang
berjudul “Detection of Pig and Buffalo Body Fat in Cow and Buffalo Ghees by Differential
Scanning Calorimetry”, yang mana disini kami lebih banyak membahas tentang
identifikasi derivat babi yang dilihat dari kurva kristalisasi, karena menurut peneliti dalam
jurnal ini hasil identifikasi lebih terlihat perbedaannya dalam kurva kristalisasi.
Ghee (mentega dari lemak), salah satu produk susu terpenting di India, dibuat dari
krim atau mentega dengan proses pemanasan. Produk ini sering dipalsukan untuk
memenuhi permintaan yang melebihi pasokan dan untuk meningkatkan margin
keuntungan. Sebuah studi statistik pemalsuan ghee selama periode 13 tahun (1960-72)
menunjukkan bahwa 16% sampel yang diinvestigasi dipalsukan dan rata-rata
pemalsuannya adalah 12%.
Mendeteksi pemalsuan ghees oleh lemak tubuh hewan menggunakan teknik DSC
lebih sensitif dengan kurva kristalisasi daripada dengan kurva leleh.
Adanya puncak tambahan pada suhu tinggi pada kurva kristalisasi DSC
menunjukkan pemalsuan oleh lemak tubuh babi atau kerbau, dan area relatif puncak ini
atau lokasinya pada kurva DSC mengukur tingkat pemalsuan.
Pengaruh lemak tubuh babi terhadap pola kristalisasi DSC pada sapi dan kerbau
lebih kecil dari pada lemak tubuh kerbau. Kedua lemak dapat terdeteksi pada ghees dari
tingkat 5% atau bahkan lebih rendah dan dengan demikian lebih rendah dari batas deteksi
lemak tubuh kambing.
Penambahan lemak tubuh babi lebih sulit dihitung daripada lemak tubuh kerbau.
Sebenarnya, hubungan antara area relatif puncak tambahan dan konsentrasi lemak tubuh
babi tidak linier (lihat Tabel I): Meskipun daerah ini meningkat sampai 5% lemak tubuh
babi, peningkatan selanjutnya antara 5 dan 20% lemak tubuh hewani kecil. Karena itu,
penentuan kuantitatif lemak tubuh babi berdasarkan daerah relatif puncak tambahan
sepertinya tidak akurat. Hal yang sama diamati dengan posisi puncak ekstra, yang sedikit
berbeda dengan fungsi tingkat lemak tubuh babi, dan oleh karena itu merupakan nilai yang
meragukan untuk penentuan kuantitatif penambahan lemak tubuh babi pada ghees.
Dalam kasus pemalsuan lemak tubuh kerbau, hubungan antara daerah relatif
puncak tambahan ini dan konsentrasi lemak tubuh hewan linier, yang memungkinkan
penentuan kuantitatif lemak ini pada sapi atau kerbau betina (lihat Gambar 6). Lereng
garis-garis tersebut kurang dari 1. Ini berasal dari perbedaan antara entheen lemak tubuh
ghee dan hewan, lemak tubuh hewan kira-kira dua kali dari ghees. Akibatnya, sebelum
analisis kuantitatif diperlukan kalibrasi yang tepat.
12

Gambar 3.5 Quantitative determination of ghees adulteration with buf- falo body
fat. ------ Cow ghee; ~ buffalo ghee.

Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi Lemak Tubuh Hewan pada Kurva Kristalisasi DSC
Sapi dan Kerbau Ghees
Hubungan yang menghubungkan posisi puncak tambahan dengan konsentrasi
lemak tubuh kerbau tidak linier (lihat Tabel I). Namun, lokasi puncak ini mungkin juga
memperkirakan jumlah lemak tubuh kerbau pada ghees, sehingga kalibrasi sebelumnya
telah tercapai.
13

IV. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Suatu analisis termal memiliki keuntungan yaitu jumlah material yang


dibutuhkan hanya sedikit. Hal ini memastikan keseragaman distribusi suhu
danresolusi yang tinggi.
14

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Teknik DSC merupakan teknik analisis untuk mengukur perbedaan panas yang
masuk kedalam sampel dan pembanding sebagai fungsi temperatur. Prinsip DSC adalah
untuk menjaga dan referensi pada suhu yang sama dalam mikro-oven terpisah. Analisis
termal merupakan salah satu teknik analisis yang digunakan oleh peneliti dalam ilmu
makanan.
Metode DSC ini sangat cocok untuk menganalisis derivat babi yang ada dalam
sampel, akan tetapi penelitian yang telah ada lebih banyak ditujukan analisa derivat babi
yang terkandung dalam makanan. Saran dari penulis, perlu dilakukan penelitian lanjutan
analisis derivat babi dengan menggunakan sampel dari produk farmasi.
15

DAFTAR PUSTAKA
Cebula, D.J Dan Smith, K.W., 1992. Differential Scanning Calorimetry Of
Confectioneryfats: Part II-Effect Of Blends And Minor Components. Journal Of
The American Oil Chemists’ Society, 69:992-998.
Rawlinson, C. (2006). Differential Scanning Calorimetru. Cooking With Chemicals.
School Pharmacy. EYP: University Ofbradford.
Tan CP, Che Man YB. 2000. Differential Scanning Calorimetry Analysis Of Edible Oils:
Comparison Of Thermal Properties And Chemical Composition. J Am Oil Chem
Soc 77: 143-155.
Tan CP, Che Man YB. 2002. Differential Scanning Calorimetric Analysis Of Palm Oil,
Palm Oil Based Products And Coconut Oil: Effects Of Scanning Rate Variation.
Food Chem 76: 89-102.
Klancnik, G., Jozes, Primoz Mvrar. (2009). Differential Thermal Analisys (DTA) And
Differential Scanning Calorimetry (DSC) AS A Method Of Materiall Investigation
RMZ. Material Geoenvironment, Vol 57, No. 1, Pp. 127-142.
Nurrulhidayah, A.F., Arieff, S.R., Rohman, A.,Amin, .Shuhaimi, M. And Khatib, A. 2015)
Detection Of Butter Adulteration With Lard Using Differential Scanning
Calorimetry. International Food Research Journal 22(2): 832-839
Zaenul, Frisky (2016). Analisis Daging Tikus Pada Bakso Sapi Dengan Metode DSC
(Differential Scanning Calorimetry). Skripsi Fakultas Farmasi UMP.
Lambelet, P. (1983) Detection Of Pig And Buffalo Body Fat In Cow And Buffalo Ghees
By Differential Scanning Calorimetry. JAOCS, Vol. 60, No. 5
Nurrulhidayah, A. F., Rohman, A., Amin, I., Shuhaimi M. And Khatib, A. 2013. Analysis
Of Chicken Fat As Adulterant In Butter Using Fourier Transform Infrared
Spectroscopy And Chemometrics. Grasas Y Aceites. 64: 349-355.
Miklos, R., Zhang, H., Lametsch, R. And Xu, X. 2013. Physicochemical Properties Of
Lard-Based Diacylglycerols In Blends With Lard. Food Chemistry 138: 608–614.
Marina, A.M., Che Man, Y.B., Nazimah, S.A.H. And Amin, I. 2009. Monitoring
Adulteration Of Virgin Coconut Oil By Selected Vegetable Oils Using Differential
Scanning Calorimetry. Journal Of Food Lipids 16:50–61.
Fasina, O.O., Craig-Schmidt, M., Colley, Z. And Hallman, H. 2008. Predicting Melting
Characteristics Of Vegetable Oils From Fatty Acid Composition. LWT Food
Science And Technology 41:1501–1505.
16

LAMPIRAN

Tabel komposisi triagliserol mentega yang telah dipelsukan dengan lemak babi dengan
variasi konsentrasi (v/v)

Anda mungkin juga menyukai