Anda di halaman 1dari 4

NAMA : AGNES NUR MILENIAWATI

NIM : 24185565A
PRAKTEK : 4G
TUGAS PRAKTIKUM FARMASI PRAKTIS III – MANAJEMEN OBAT
STUDI KASUS
Sistem pengadaan obat menggunakan dana APBD di RS “A” kurun waktu 2015-2017
berdasarkan Keputusan Presiden dan Keputusan Gubernur. Pembelian obat dalam jumlah
besar, waktu pengadaan obat cukup lama, frekuensi pembelian 1-2 kali setahun. Dari
pemeriksaan Bawasda Pemerintah Propinsi bulan Juni 2017 ditemukan obat rusak dan
kadaluwarsa senilai
Rp. 82.210.626,00. Adanya penumpukan sejumlah obat, obat yang tidak diresepkan tinggi
dan stock out tinggi. Hal ini dapat diduga bahwa ketersediaan dan efisiensi obat di Rumah
sakit “A” kurang baik.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di RS “A” kurun waktu 2015-2018
sudah berdasarkan Keppres 18 tahun 2017 dan Kepgub 172 tahun tahun 2018 dengan
pelelangan dan penunjukan langsung dengan SPK. Terdapat beberapa hal dari hasil evaluasi
antara lain: waktu pengadaan obat cukup lama (1-3 bulan), frekuensi pengadaan obat kecil
(1-2) kali setahun, prosedur pengadaan melalui beberapa tahapan yang baku. Hal tersebut
mengakibatkan penumpukan obat yang tinggi (tahun 2015; 2016; 2017 nilainya 54%; 46%;
30%), obat tidak diresepkan tinggi (tahun 2015; 2016; 2017 nilainya 29,01%; 26,02 %;
16,59%), stock out obat lama (15-276 hari), obat rusak/ kadaluarsa tinggi (tahun 2015; 2016;
2017 nilainya 21,81%; 28,02%; 26,69%), dan nilai TOR setiap tahun rendah (tahun 2015;
2016; 2017 nilainya 3,44; 3,71; 3,88).
Dari pengamatan yang dilakukan di IFRSUD “A” ternyata ketersediaan obat yang ada
didalam DOEN tahun 2017 adalah 57,56 %, anggaran yang disediakan untuk pengadaan obat
sebesar 6,51 % dari keseluruhan anggaran rumah sakit, persentase kesesuaian jumlah item
obat yang direncanakan dengan kenyataan pakai sebesar 72,73 %, kecocokan antara obat
dengan kartu stock adalah 82,1 %, indikator tingkat ketersediaan obat sebesar 11,47 bulan,
rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep sampai ke tangan pasien untuk obat
racikan sebesar 20 menit, dan non racikan sebesar 10 menit, persentase nilai obat yang
kadaluwarsa dan rusak adalah 32,21 %, persentase stok mati sebanyak 8 item obat dari 165
item obat yang digunakan dan jika di persentasikan sebesar 4,85%, jumlah item obat tiap
lembar resep adalah 3,23 macam item obat, persentase penulisan obat generik adalah 96,52%,
persentase resep yang tidak terlayani selama tahun 2017 adalah 13,84% dari jumlah semua
total resep, persentase obat yang dilabeli dengan benar adalah 95,1%
RS tersebut sudah melakukan proses perencanaan untuk tahun anggaran 2018. Data
obat yang direncanakan tersebut adalah data obat tambahan dari perencanaan sebelumnya
yang segera akan dilakukan proses pengadaan adalah sbb:

NO NAMA OBAT Satuan Kemasan HJD Σ Total


Kemasan (Rp.) (Rp.)

1 2 3 4 5 6 7
Antalgin tablet
2. 500 mg 1000 tab Botol 45.500 20 910.000
3 Betadine gargle 190 ml botol 21.000 20 420.000
Parasetamol 500
4. mg 1000 tab Botol 12.000 10 120.000
5. Cefixime suspensi 60 ml botol 8.200 35 287.000
Gentamycin salep
6. kulit 5 gram tube 450 30 13.500
7. Acyclovir 400 mg 100 tab box 42.000 5 210.000
Hydrocortison
8. cream 25 tub box 13.350 10 133.500
9. Amlodipin 5 mg 50 tab box 25.000 50 1.250.000
10. Paracetamol syr 60 ml botol 3500 50 175.000
Amoxicilin 500
11. mg 100 tab box 40.000 10 400.000
12. Amoxicilin syr 60 ml botol 5.500 50 275.000
13. Cefotaxim 1 g 10 vial box 125.000 50 6.250.000
14. Ceftriaxone 1 g 10 vial box 155.000 50 7.750.000
15. Meropex 1 g 1 gram/vial box 675.000 40 27.000.000
16. Taxegram 1 g 1 gram/vial box 175.000 100 17.500.000
17. Broadced 1 g 1 gram/vial box 255.000 75 19.125.000
18. Amoxsan 1 g 1 gram/vial box 37.500 50 1.875.000
19. Cefat 500 mg 100 tab box 985.000 5 4.925.000
20. Amoxsan syr 60 ml botol 28.000 30 840.000

Pertanyaan:
1. Jelaskan permasalahan dari kasus di atas! Berikan solusi atas kasus tersebut!
Jawab :
Berdasarkan hasil rekapan tahun 2015-2017 terdapat permasalahan dalam pengelolaan
sediaan farmasi seperti penumpukan sejumlah obat, obat yang tidak diresepkan tinggi,
stock out lama, obat rusak/kadaluarsa tinggi dan nilai Turn of Ratio (TOR) yang rendah.
Dari permasalahan tersebut terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya
adalah seleksi obat kurang baik, perencanaan dan pengadaan obat yang kurang efisien
serta distribusi obat yang kurang maksimal.
Ket. : Analisis permasalahan terdapat pada file excel
Solusi :
 Memilih obat sesuai dengan yang tersedia di Formularium Rumah Sakit dan
Nasional (FORNAS) agar jumlah obat atau persediaan obat tidak menumpuk di
gudang, obat menjadi lebih efisien, mudah dikenali, menguntungkan, dan dapat
diproduksi lokal agar pengiriman cepat dan penyimpanan obat lebih terjamin.
Terjadinya pernumpukan ini karena banyak obat yang tidak keluar sesuai dengan
rencana.
 Proses seleksi perlu memperhatikan obat yang akan dilakukan perencanaan seperti
jenis obat yang dipillih harus seminimal mungkin dan menghindari kesamaan agar
tidak terjadi over stock dalam penyimpanan. Selain itu, over stock dapat di cegah
dengan cara yaitu penempatan posisi penyimpanan yang rapi dan teratur, identitas
barang harus jelas dan mudah terbaca sehingga bisa dimengerti semua orang,
melakukan stock-opnam setiap bulan, dan melakukan update terhadap pemakaian
(usage dan consumption) pada BPOM atau bill of material. Pastikan jika ada revisi
segera lakukan penyesuaian sistem sesuai aturan yang berlaku.
 Perlunya dilakukan evaluasi dengan pendataan pada laporan agar nantinya jika
terdapat masalah dapat diketahui letak permasalahannya sehingga mudah untuk
menentukan solusinya.

2. Jika dilihat dari data diatas, metode apakah digunakan untuk melakukan proses
perencanaan? Jelaskan!
Jawab :
Menggunakan Metode Konsumsi dimana dilihat pada data tersebut adanya antibiotic,
nyeri dan lain-lain. Obat-obat tersebut merupakan obat yang sering digunakan baik di
apotek maupun dirumah sakit karena obat tersebut dapat digunakan untuk penanganan
penyakit yang sering terjadi di masyarakat secara luas. Kemudian menggunakan metode
VEN yaitu Very Essensial, Essensial, dan Non Essensial

3. Apakah tujuan melakukan perencanaan? Jelaskan!


Jawab :
Tujuan melakukan perencanaan obat yaitu untuk mwnghindari adanya kekosongan obat
akibat lamanya waktu pengadaan obat. Kemudian menggunakan beberapa metode yang
dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara
lain, konsumsi, epidemiologi, kombinasi dan campuran, yang sebelumnya harus
disesuaikan dengan besarnya anggaran rumah sakit

4. Metode apakah yang paling cocok digunakan untuk menentukan metode pengadaan
yang tepat? Jelaskan!
Jawab :
Metode yang tepat yaitu metode konsumsi dimana ketika menggunakan metode konsumsi
dapat dilihat pada banyaknya obat yang keluar berdasarkan dengan kebiasaan pasien
mengkonsumsi obat tertentu atau berdasarkan dengan resep dokter.
5. Jelaskan keuntungan dan kelebihan metode yang anda pilih tersebut!
Jawab :
Keuntungan, kelebihan dan kekurangan :
 Keuntungan metode konsumsi yaitu : mencegah adanya penumpukkan obat akibat
tidak terdapat di resep atau obat yang tidak laku ketika pasien membeli obat tanpa
resep dokter, kemudian adanya kemungkinan obat yang dikonsumsi akan lebih
sering keluar
 Kelebihan dibandingkan dengan epidemiologi : paling mudah, tidak memerlukan
data epidemiologi maupun standar pengobatan, bila data konsumsi lengkap dan
kebutuhan dan kebutuhan relatif konstan maka kemungkinan kekurangan dan obat
sangat kecil.
 Kekurangan metode konsumsi yaitu data obat dan data jumlah kunjungan pasien
yang dapat diandalkan mungkin sulit diperoleh, tidak dapat dijadikan dasar dalam
mengkaji penggunaan obat dan tidak dapat diandalkan jika terjadi kekurangan stok
obat lebih dari 3 bulan, obat yang berlebih atau adanya kehilangan

Anda mungkin juga menyukai