Anda di halaman 1dari 9

TUGAS LAPORAN TENTANG INFUS

OLEH

KELOMPOK 3/KLAS 4C

NI PUTU ERA KRISTIANINGSIH /181107

DEWA DWI KHURNIAWAN PUTRA RIYADI/181108

KOMANG LEONITA ARIANDANI /181109

NI KADEK LIANA PRAMESTIA/1811010

I PUTU ADI GUNAWAN 181111

KADEK UTAMI YASRINI /181112

DOSEN PEMBIMBING

Debby Juliadi, S.Farm, .,M.Farm.,Apt

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2019/2020
I. TUJUAN
1. Memahami metode sterilisasi dengan pemanasan basa pemanasan kering.
2. Melakukan sterilisasi alat dan bahan dengan pemanasan basa (autoklaf)
3. Dan pemanasan kering (oven)
4. Mempelajari pembuatan sediaan steril volume kecil yang dikemas dalam ampul
II. DASAR TEORI

Sediaan steril yaitu sediaan terapetis yang bebas mikroorganisme baik


vegetative atau bentuk sporannya baik pathogen maupun non patogen yang termasuk
sediaan steril : sediaan varenteral volume besar (LVP) ,Sediaan parenteral volume
kecil (injeksi/SVP) sediaan mata / opthalmik (tets/salep mata). Infus adalah sediaan
parenteral volume besar merupakan sediaan cair steril yang mengandung obat yang
dikemas dalam wadah 100 ml atau lebih dan ditunjukkan untuk manusia.

Infus adalah larutan injeksi dosisi tunggal untuk intravena dan di kemas
dalam wadah lebih dari 100 ml ( Farmakope Indonesia edisi IV, hal 10 ). Larutan
sediaan parenteral volume besar digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk pasien-
pasien yang akan atau sudah dioprasi, atau untuk penderita yang tidak sadar dan tidak
dapat menerima cairan, elektrolit dan nutrisi lewat mulut. Larutan-larutan ini dapat
juga diberikan dalam terapi pengganti pada penderita yang mengalami kehilangan
banyak cairan dan elektrolit yang berat.

Infus merupakan sediaan steril, berupa larutan atau emulsi dengan air sebagai
fase kontinu biasanya dibuat isotonis dengan darah. Prinsipnya infuse dimksudkan
untuk pemberian dalam volume yang besar. Infuse tidak mengandung tambahan
berupa pengawet anti mikroba. Larutan untuk infusa., diperiksa secara visible pada
kondisi yang sesuai, adalah jernih dan praktis bebas partikel-partikel. Emulsi pada
infuse tidak menunjukkan adanaya pemisahan fase ( Perdana dan Iman ,2016).

Infus intravenous dalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogrn
dan sedapat mungkin di buat isotonis terhadap darah, disuntikan langsung ke dalam vena,
dengan volume relatife banyak. Kecuali dinyatakan lain, infuse intravenous tidak diper
boleh mengandung bakteriosida dan zat dampar. Larutan untuk infus intravenous harus
jernih dan praktis bebas partikel. (Menurut Farmakope Indonesia edisi III Hal 12 )

Tujuan penggunaan varenteral volume besar adalah : bila tubuh kurang


air,elektrolit dan karbohidrat maka kebutuhan tersebut harus cepat diganti, pemberian
invus memberikan ke untungan karena tidak harus menyuntik pasien berulang kali,
mudah mengatur keseimbangan keamanan dan kebebasan obat dalam darah, sebagai
penambahan bagi pasien yang tidak dapat makan secra oral, berfungsi sebagai dialisa
pada pasien gagal ginjal. ( Perdana dan Iman ,2016).

Dalam pembuatan infus atau cairan intravena di kemas dalambentuk dosis tunggal
dalam wadah plastic atau gelas steril, bebas firogen serta bebas partikel-partikel lain.
Oleh karena volume yang yang besar, pengawet tidak pernah digunakan dalam infuse
intravena biasannya mengandung zat-zat amino, dekstrosa,elektrolit dan vitamin,.
Walaupun cairan infuse intavena yng diinginkan adlah larutan yang isotonis untuk
menetralisir trauma pada pembuluh darah. Namun cairan hipotonis maupun hipertonis
dapat digunakan untuk menimalisir pembuuh darah, larutan hipotonis diberikan dalam
kecepatan yang lambat( Perdana dan Iman ,2016).

Keuntungan infusa menurut (Ansel,pengantur bentuk sediaan Farmasi, hal 401)


Terdapat kemungkinan komplikasi separti: emboli udara, inkompatibilitas obat,
hipersensitivitas, infiltasi atau ektravasasi, sepsis, thrombosis atau phlebitis (terbentuknya
thrombus akibat rangsang tusukan jarum pada dinding vena), pemakaian sedian sulit dan
lebih tidak disukai oleh pasien, obat yang telah diberikan secar intravena tidk dapat
ditarik lagi, lebih mahal dari sediaan non sterilnya karena lebih ketatnya persyaratan yang
harus dipenuhi ( steri, bebas pirogen, jernih, praktis bebas partikel)

Produk steril yang banyak diproduksi di industry farmasi adalah dalam bentuk
larutan terbagi (ampul) dan bentuk serbuk padat dan siap untuk digunakan dengan di
encerkan terlebih dahulu dengan larutan pembawa (vial). Sediaan parenteral, bisa
diberikan dengan berbagai rute: intravena(i.v), sub kutan(s.c), intermal,
intramuscular(i.m), inticular dan intrathecal. Bentuk sediaan berpengaruh cara (rute)
pemberian. Sediaan bentuk suspensi , misalnya tidak akan pernnah diberikan secara
intravena yang langsung masuk ke dalam pembuluh darah karena adanya bahaya
hambatan kapiler dan partikel yang tidak larut, meskipun suspense yang dibut telah
diberikan dengan ukuran partikel dari fase dispersi yang dikontrol dengan hati –hati.
Demikian pula obat yang diberikan dengan larutan dengan kemurnian paling tinggi, oleh
karena sensivitas jaringan syaraf terhadap iritasi dan kontaminasi ( priyambodo, B., 2015)

Injeksi adalah sediaan stril berupa larutan emulsi,suspense, atau sebuk yang harus
dilarutakan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput
lender ( faramakope edisi III, 1979),

Untuk memberikan larutan volume besar, hanya rute intravena dan subkutan yang
secara normal digunakan :intravena, keuntungan rute ini adalah jenis-jenis cairan yang
disuntikan lebih banyak dan bahkan bahan tambahan banyak digunkan IV dri pada
melalui SC, cairan folume besar dapat disuntikan relative ebih besar, efeksistemik dapat
segera di capai.

Keruginnya gangguan kardiovaskuler dan pulmonary dari peningkatan volume


cairan dalam sistem sirkulasi mengikuti pemberian cepat volume cairan dalam jumlah
besar, perkembangan potensial trombophlebitis. Dan subkutan penyuntikan
(hipodemolisis) menyiapkan sebuah lternatif ketika rute intravena tidak dapat digunakan.
Cairan folume besar secara relative dapat digunakan tetapi injeksi harus diberikan secara
lambat.

Keuntungan sediaan infus

 Obat memiliki onset (mula kerja yang cepat)


 Efek obat dapat diramalkan engan pasti
 Biovabilitas obat dlam traktus gastrointenstinalis dapat dihindarkan
 Obat dapat memberikan kepada penderita sakit keras atau dalam keadaan
koma
 Kerusakan obat dalam tractus gastrointestinal dapat dihindarkan
(Anonim ,2016)

Kerugian sediaan infus

 Rasa nyeri saat disuntikan apalagi kalau harus diberikan berulang kali
 Memberikan efek fisikologis pada penderita yang takut suntik
 Kekeliruan pemberian obat atau dosis hampir tidak mungkin
diperbaiki terutama sesudah pemberian intravena
 Obat hanya dapat diberikan kepada penderita dirumah sakit atau di
tempat praktek dokter oleh perawat yang kompeten
 Lebih maha dari sediaan non steril dikarenakan ketatnya persyaratan
yang harus dipenuhi (steri, bebas pirogen, jernih praktis dan bebas
partikel(Anonim,2016)

III. PREFORMULASI
1. Tinjauan Farmakologis Obat
 NaCl(BPOM,2015)
 Indukasi :Ketidak seimbangan elektrolit
 Kontra indikasi :
 Efeksamping :pemberian dosis besar dapat menyebabkan penumpukan
natrium dan udem
1. SIFAT FISIK KIMIA BAHAN OBAT
 NaCl
 Pemerian : serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa asin
 Kelarutan :larut dalam 2,8 bagian air,dalam 2,7 bagian air mendidih

 Aquadest
 Pemerian : cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna
 Kelarutan : dapat bercampur dengan air

STERILISASI
Sediaan disterilkan dengan cara pemanasan basah (autoklaf) pada suhu 210C
SELAMA 15 menit. Larutan NaCLl 0,9 % sudah isotonis, sediaaan harus isotonis
karena apabila larutan hipertonis maka sel/ jaringan akan mengembang.
OBAT TAK TERCAMPURKAN
Larutan NaCl korosif terhadap besi, bereaksi dengan Ag dan timbah hitam, garam
merkuri.

IV. FORMULASI
R/ NaCl 0,9%
Aquadest ad 100%
 Perhitungan Penimbangan Bahan
1. NaCl
0,9
x 100% = 0,9 ml
100

20
Penambahan 20 % = 0,9 ml x
100

= 0,18 ml

Total penimbangan = 0,9 ml +0,18 ml = 1,08 ml

2. Aquadest
100
x 100 ml = 100 ml
100

20
Penambahan 20% = 100 ml x
100

= 20ml

Total penimbangan = 100 ml +20 ml


=120 ml

V. ALAT DAN BAHAN


Alat
1. Botol infuse 100 ml
2. Autoklaf
3. Gelas ukur
4. Kertas saring
5. Erlenmeyer
6. Beker gelas
7. Batang pengaduk
8. Timbngan analitik
9. Alorji gelas
10. Pipet tetes

Bahan

Aquadest pro injeksi

NHCl

VI. METODE KERJA


1. Timbang NaCl menggunakan spatel dan kaca alorji masukan ke erlenmyer
2. Tuangkan aquadest pro injeksi untuk melarutkan NaCl dan bilas kaca alorji
3. Aduk sampai homogen
4. Lipat kertas saring rangkap 2
5. Saring NaCl yang sudah dilarutkan
6. Pindahkan ke dalam gelas ukur 100 ml dan ukur volumenya
7. Pindahkan sediaan kedalam botol infus, tutup menggunakan aluminium foil dan
ikat menggunakan tali.
8. Lakukan sterilisasi akhir menggunakan botol autoklaf dan kemas, lakukan uji
evaluasi mutu dari sediaan ( uji kebocoran, uji Ph, uji kejernihan, dan uji volume)
VII. WADAH
Wadah yang di gunakan adalaha Botol infuse kaca 100 ml
VIII. HASIL

No Pengujian Hasil
1 Uji kebocoran Tidak terjadi kebocoran
2 Uji Ph 6,5
3 Uji kejernihan Tidak jernih atau masih ada partikel-partikel
yang terlihat
4 Uji volume Tetap (100 ml)

IX. PEMBAHASAN
Dari pengujian yang dilakukan diperoleh hasil dari pengujian yang pertama uji
kebocoran dimana hasil yang diperoleh hasil yang baik yaitu tidak terjadi kebocoran.
Dan dilanjutkan dengan pengujian ph diudapat hasil ph yaitu 6,5 ini merupakan hasil
yang baik karena ph stabil dari infus nacl 4,5 – 7  (Depkes RI. 2014: 918) .
Lalu dilanjutkan dengan uji kejernihan didapat hasil yang kurang baik yaitu infus
kurang jernih dan terlihat partikel. Dilanjutkan uji volume dengan hasil yang baik
dimana volume tetap 100 ml setelah diuji.

X. KESIMPULAN
Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan

Uji kebocoran : Tidak terjadi kebocoran


Uji Ph : 6,5
Uji kejernihan : Tidak jernih atau masih ada partikel-partikel
yang terlihat
Uji volume : Tetap (100 ml)

XI. LAMPIRAN
XII. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV , Denpatermen KesehatanRepublik
Indonesia, Jakarta
Allen L.V., Popovich and Ansel H.C.,2014, Ansel. Bentuk Sediaan Farmaseis dan
sistem penghantaran obat, diterjemahkan oleh Lucia Henriati dan Koncoro Foe ,
Edisi Kesebilan Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta , p.
Depkes,1979. Farmakope Edisis III, Jakarta: Departeman KesehatanRepublik
Indonesia
Anonim ,2016 Penuntun Pratikum Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril.
Tanggerang:STF Muhammadiyah Tanggerang
Perdana Ibnu Adi dan Iman Fahruzi. 2016 . Rancangan Bangun Aalat Pemantau
Cairan Intravena Jenis Riger Laktat (RL) Menggunakan Jaringan GSM. Jurnal
Nasional Informasi dan Komunikasi.
Anief,. 1993,
Priyambodo, (2015) Menajemen Farmasi Industri. Yogyakarta : Global Pustaka
Utama.
Farmakope Indonesia 1979, Edisi III, Departeman Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai