Anda di halaman 1dari 6

JURNAL PRA PRAKTIKUM

FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


INFUS SALIN

Dosen Pengampu:
Ginanjar Putri Nastiti, S.Farm., M.Farm., Apt

Disusun oleh :
Siti Rachmitawati
NIM 1702050099

D3 FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

2. 1 LATAR BELAKANG

Steril adalah keadaaan suatu zat yang bebas dari mikroba hidup, baik yang patogen
(menimbulkan penyakit) maupun apatogen atau nonpatogen (tidak menimbulkan penyakit)
baik dalam bentuk vegetatif (siap untuk berkembang biak) maupun dalam bentuk spora
(dalam keadaan statis tidak dapat berkembang biak, tetapi melindungi diri dengan lapisan
pelindung yang kuat) (Syamsuni, 2013).

Obat dibuat steril karena berhubungan langsung dengan darah atau cairan tubuh
dan jaringan tubuh lain yang pertahanannya terhadap zat asing tidak selengkap pada
saluran cerna. Sediaan farmasi yang perlu disterilkan adalah obat suntik injeksi, tablet
implan, tablet hipodermik, dan sediaan untuk mata seperti tetes mata, cuci mata dan salep
mata (Syamsuni, 2013).

Infus merupakan sediaan yang disyaratkan harus steril. Hal tersebut dikarenakan
infus diberikan kepada pasien secara intravena (melalui pembuluh darah) sehingga apabila
infus tidak steril maka hal tersebut dapat membahayakan pasien. Apabila infus tidak steril,
bakteri maupun virus dapat langsung berada di pembuluh darah dan menyerang organ
tubuh manusia tanpa didahului terjadinya mekanisme penyaringan terlebih dahulu
(Anonim, 2007).

2. 2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui cara pembuatan sediaan cair infus salin
2. Untuk mengetahui perhitungan dosis yang diperlukan ketika pembuatan infus salin.

2. 3 MANFAAT
1. Mahasiswa mengetahui cara pembuatan sediaan cair infus salin
2. Agar mahasiswa mengetahui perhitungan dosis yang diperlukan ketika pembuatan
infus salin.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 DASAR TEORI

Infus merupakan larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10 mL yang
diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan
air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam
jumlah yang relatif sama. Rasio air dalam tubuh 57%, lemak 20,8%, protein 17% serta
mineral dan glikogen sebesar 6%. Ketika terjadi gangguan hemostatis (keseimbangan
cairan tubuh), maka harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan
keseimbangan air dan elektrolit (Lukas, 2006).
Adapun persyaratan larutan injeksi dan larutan infus adalah:
1. Penyesuaian dari kandungan bahan obat yang dinyatakan dan nyata-nyata terdapat,
tidak ada penurunan kerja selama penyimpanan melalui perusakan kimia dari obat
dan sebagainya.
2. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya menginginkan suatu pengambilan
steril, melainkan juga menolak antaraksi antara bahan obat dan materi dinding.
3. Tersatukan tanpa reaksi. Untuk yang bertanggunag jawab terutama:
- Bebas kuman
- Bebas pirogen
- Bahan pelarut yang netral secara fisiologis
- Isotonis
- Isohidris
- Bebas bahan terapung (Voigt R, 1995).
Keuntungan pemberian sediaan infus intravena, antara lain:
1. Dapat digunakan untuk pemberian obat agar bekerja cepat, seperti pada keadaan
gawat.
2. Dapat digunakan untuk penderita yang tidak dapat diajak bekerja sama dengan baik,
tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan melalui oral.
3. Penyerapan dan absorbsi dapat diatur (Lukas, 2006).
Kerugian pemberian sediaan infus intravena adalah :
1. Dapat menyebabkan terbentuknya trombus akibat rangsang tusukan jarum pada
dinding vena.
2. Pemakaian sediaan lebih sulit dan lebih tidak disukai oleh pasien.
3. Obat yang telah diberikan secara intravena tidak dapat ditarik lagi.
4. Lebih mahal daripada bentuk sediaan non sterilnya karena lebih ketatnya persyaratan
yang harus dipenuhi (steril, bebas pirogen, jernih, praktis bebas partikel) (Lukas,
2006).
Tujuan Pemberian Infus Intravena :
1. Mengganti cairan tubuh dan mengimbangi jumlah elektrolit dalam tubuh, Misalnya
Sol.Glukosa isotonis,Sol.Physiologica Ringeria, Sol.
2. Dalam bentuk larutan koloid dapat dipakai mengganti darah manusia, misalnya
larutan koloid PVP 3,5%(Plivinilpirolidon/Povidon)
3. Dapat diberikan dengan maksud untuk penambahan kalori
4. Sebagai obat, diberikan dalam jumlah besar dan terus-menerus jika tidak dapat
disuntikkan secara biasa, misalnya obat antikanker, antibiotik, anestetik, hormon
yng larut dalam air dan vitamin (Syamsuni, 2013).
Cairan salin normal adalah cairan steril, non pirogenik, tidak mengandung glukosa
dan tidak memiliki efek anti mikroba. Cairan infus ini bening, tidak berbau, tidak memiliki
rasa, dan tidak memiliki partikel-partikel di dalamnya. pH cairan 4,5-7,0. Bahan aktif yang
terdapat pada cairan salin normal adalah natrium dan klorida. Cairan salin normal adalah
cairan kristaloid yang paling banyak digunakan dalam praktek sehari-hari. Obat ini
digunakan sebagai terapi lini pertama sebagai pengganti cairan dan elektrolit natrium dan
klorida pada kondisi kekurangan cairan misalnya diare, demam, dan dehidrasi Selain itu,
cairan salin normal juga digunakan sebagai cairan irigasi steril dan sebagai pelarut
berbagai jenis obat.
Cairan saline NaCL 0.9 % merupakan cairan kristaloid yang sering ditemui. Cairan
ini mengandung natrium dan clorida. Cairan infus ini digunakan untuk menggantikan
cairan tubuh yang hilang, mengoreksi ketidak seimbangan elektrolit, menjaga tubuh agar
tetap terhidrasi dengan baik, mengembalikan pH, menghidrasi tubuh dan sebagai
resusitasi. Cairan salin normal ini merupakan cairan non pirogenik yang tidak
mengandung glukosa dan tidak memiliki efek anti mikroba. Ph cairan ini yaitu 4,5-7,0.
Cairan infus ini memiliki warna yang bening, tidak berbau, tidak memiliki rasa.
2. 2 ORGANOLEPTIS BAHAN

1. NaCl (Natrium Chlorida)


Pemerian : hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih;
tidak berbau; rasa asin.
Kelarutan : larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan
dalam kurang lebih 10 bagian gliserol P; sukar larut dalam
etanol (95%) P
pH :-
Stabilitas : bahan padat NaCl stabil; larutan NaCl stabil tetapi dapat
menyebabkan pemisahan partikel kaca dari jenis wadah kaca
tertentu.
Inkompatibilitas : bereaksi membentuk endapan dengan garam perak, timah, dan
merkuri

2. Norit (Carbo Adsorbens / Arang Jerap / Arang Aktif)


Pemerian : serbuk sangat halus, bebas dari butiran; hitam, tidak berbau,
tidak berasa.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
Penggunaan : antidotum

3. Aqua pro injeksi


Pemerian : jernih tidak berwarna, tidak berbau, bentuk cair..
Kelarutan :-
Penyimpanan : dalam wadah dosis tunggal. Dari kaca atau plastik.
Penggunaan : melarutkan zat aktif dan zat tambahan.
2. 3

Anda mungkin juga menyukai