PRAKTIKUM IV
PEMBUATAN SEDIAAN TETES MATA STERIL
Disusun Oleh
Nama : Milda Purnami
NIM : 1948201021
LABORATORIUM
TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Praktikan dapat melakukan perhitugan dan penimbangan bahan aktif dan bahan
tambahan untuk membuat sediaan tetes mata.
2. Praktikan dapan menuliskan perhitungan tonisitas dan osmolaritas sediaan tetes
mata.
3. Praktikan dapat menuliskan prosedur pembuatan tetes mata.
4. Praktikan dapat melakukan pembuatan tetes mata.
5. Praktikan dapat melakukan evaluasi pada sediaan tetes mata
III.DASAR TEORI
A. Definisi
Menurut FI IV halaman 12, larutan obat mata adalah larutan steril, bebas
partikel asing, merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa
hingga sesuai digunakan pada mata. Pembuatan larutan obat mata membutuhkan
perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan
akan dapar, kebutuhan akan pengawet (dan jika perlu pemilihan pengawet)
sterilisasi dan kemasan yang tepat. Perhatian yang sama juga dilakukan untuk
sediaan hidung dan telinga.
B. Penggolongan
Pada umumnya bersifat isotonis dan isohidris. Obat mata ini pada dasarnya
dapat dibagi menjadi tiga macam :
1) Obat cuci mata (collyria)
2) Obat tetes mata (guttae opthalmicae)
3) Salep mata
a. Obat dilarutkan ke dalam cairan pembawa yang mengandung salah satu zat
pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan dijernihkan
dengan penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup wadah dan sterilkan
dengan Cara Sterilisasi A yang tertera pada Injectiones.
b. Obat dilarutkan ke dalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu
zat pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan
disterilkan dengan Cara Sterilisasi C yang tertera pada Injectiones, masukkan
ke dalam wadah secara aseptik dan tutup rapat.
c. Obat dilarutkan ke dalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu
zat pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan
dijernihkan dengan penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup rapat,
disterilkan dengan Cara Sterilisasi B yang tertera pada Injectiones.
E. Persyaratan Tetes Mata
1) Steril
Pemakaian tetes mata yang terkontaminasi mikroorganisme dapat
terjadi rangsangan berat yang dapat menyebabkan hilangnya daya penglihatan
atau terlukanya mata sehingga sebaiknya dilakukan sterilisasi atau menyaring
larutan dengan filter pembebas bakteri.
2) Sedapat mungkin harus jernih
Persyaratan ini dimaksudkan untuk menghindari rangsangan akibat
bahan padat. Filtrasi dengan kertas saring atau kain wol tidak dapat
menghasilkan larutan bebas partikel melayang. Oleh karena itu, sebagai
material penyaring digunakan leburan gelas, misalnya Jenaer Fritten dengan
ukuran pori G 3 – G 5
3) Harus mempunyai aktivitas terapi yang optimal
Harga pH mata sama dengan darah yaitu 7,4. Pada pemakaian tetesan
biasa, larutan yang nyaris tanpa nyeri adalah larutan dengan pH 7,3-9,7.
Namun daerah pH 5.5-11.,4 masih dapat diterima. Pengaturan pH sangat
berguna untuk mencapai rasa bebas nyeri, meskipun sangat merealisasikannya.
Pendaparan merupakan salah satu acara untuk mempertahankan pH
larutan tetes mata. Penambahan dapar dalam pembuatan obat mata harus
didasarkan pada beberapa pertimbangan tertentu. Air mata normal memiliki
pH lebih kurang 7,4 dan mempunyai kapasitas dapar tertentu. Secara ideal
obat tetes mata harus mempunyai pH yang sama dengan larutan mata, tetapi
ha ini tidk selalu dapat dilakukan karena pada pH 7,4 banyak obat yang tidak
cukup larut ataupun stabil pada pH 7,4. Oleh karena itu sistem dapar harus
dipilih sedekat mungkin dengan pH fisiologisnya yaitu 7,4 dan tidak
menyebabkan pengendapan atau mempercepat kerusakan obat. Tujuan
pendaparan tetes mata:
1) Mengurangi rasa sakit
2) Menjaga stabilitas obat dalam larutan
3) Kontrol aktivitas terapeutik
4) Harus tidak mengiritasi dan sedapat mungkin isotonis
Karena kandungan elektrolit dan koloid di dalamnya, cairan air mata
memiliki tekanan osmotik, yang nilainya sama dengan darah dan cairan
jaringan. Besarnya adalah 0,65-0,8 M Pa (6,5-8 atmosfir), penurunan titik
bekunya terhadap air 0,520K atau konsentrasinya sesuai dengan larutan
natrium klorida 0,9% dalam air. Cairan mata isotonis dengan darah dan
mempunyai nilai isotonis sesuai dengan larutan NaCl P 0,9%. Sediaan tetes
mata sebaiknya dibuat mendekati isotonis agar dapat diterima tanpa rasa nyeri
dan tidak dapat menyebabkan keluarnya air mata, yang dapat mencuci keluar
bahan obatnya.
Larutan hipertonis relatif lebih dapat diterima dari pada hipotonis.
Beberapa larutan obat mata perlu hipertonik untuk meningkatkan daya serap
dan enyediakan kadar vahan aktif yang cukup tinggi untuk menghasilkan efek
obat yang cepat dan efektif. Apabila larutan obat seperti ini digunakan dalam
jumlah kecil, pengenceran dengan air mata cepat terjadi sehingga rasa perih
akibat hipertonisnya hanya sementara. Tetapi penyesuaian isotonisitas oleh
pengenceran dengan air mata tidak berarti, jika digunakan larutan hipertonik
dalam jumlah besar untuk membasahi mata.
Jadi yang penting adalah larutan obat mata sebisa mungkin harus
endekati isotonik. Untuk membuat larutan mendekati isotonis, dapat
digunakan medium isotonis atau sedikit hipotonis, umumnya digunakan
natrium-klorida (0,7-0,9%) atau asam borat (1,5-1,9%) steril.
F. Zat Pengawet Dalam Larutan Tetes Mata
Syarat zat pengawet bagi larutan obat tetes mata :
a) Harus bersifat bakteriostatik dan fungistatik. Terutaa sifat bakteriostatik
terhadap pseudomonas aeruginosa, karena sangat berbahaya pada mata yang
terinfeksi.
b) Harus tidak mengiritasi jaringan mata, kornea, dan konjungtiva
c) Harus kompatibel dengan bahan obat
d) Tidak menimbulkan alergi
e) Dapat mempertahankan aktivitasnya dalam kondisi normal
G. Viskositas dalam larutan mata
Tetes mata dalam air mempunyai kekurangan karena dapat ditekan keluar
dari saluran konjungtiva oleh gerakan pelupuk mata. Namun, melalui peningkatan
viskositas tetes mata dapat mencapai distribusi bahan aktif yang lebih baik
didalam cairan dan waktu kontak yag lebih panjang. Viskositas diperlukan agar
larutan obat tidak cepat dihilangkan oleh air mata serta dapat memperpanjang
lama kontak dengan kornea, dengan demikian dapat mencapai hasil terapi yang
besar. Biasanya yang digunakan untuk enaikkan viskositas ialah CMC dengan
kadar 0,25-1%.
Viskositas sebaiknya tidak melampaui 49-50 mPa detik (40-50 cP) sebab
jika tidak, maka akan terjadi penyumbatan saluran air mata. Kita memakai larutan
dengan harga viskositas 5-15 mPa detik (5-15 cP).
H. Surfaktan dalam pengobatan mata
Surfaktan sering digunakan dala larutan mata karena mempunyai fungsi
sebagai zat pembasah atau zat penambah penetrasi. Efek surfaktan adalah :
a) Menaikkan kelarutan, hingga menaikkan kadar dari obat kontak dengan mata.
b) Menaikkan penetrasi ke dalam kornea dan jaringan lain
c) Memperlama tetapnya obat dalam konjungtiva, pada pengenceran obat oleh air
mata.
I. Parameter Sediaan Tetes Mata yang Baik
1) Kejernihan
Larutan mata adalah dengan definisi bebas dari partikel asing dan jernih
secara normal diperoleh dengan filtrasi, pentingnya peralatan filtrasi dan
tercuci baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk
larutan dengan desain peralatan untuk menghilangkannya. Pengerjaan
penampilan dalam lingkungan bersih.
Penggunaan Laminar Air Flow dan harus tidak tertumpahkan akan
memberikan kebersamaan untuk penyiapan larutan jernih bebas partikel asing.
Dalam beberapa permasalahan, kejernihan dan streilitas dilakukan dalam
langkah filtrasi yang sama. Ini penting untuk menyadari bahwa larutan jernih
sama fungsinya untuk pembersihan wadah dan tutup. Keduanya, wadah dan
tutup harus bersih, steril dan tidak tertumpahkan.Wadah dan tutup tidak
membawa partikel dalam larutan selama kontak lama sepanjang penyimpanan.
Normalnya dilakukan test sterilitas.
2) Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk tergantung pada sifat kimia
bahan obat,pH produk, metode penyimpanan (khususnya penggunaan suhu),
zat tambahan larutan dan tipe pengemasan.
3) Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan yang diberikan oleh garam-garam dalam
larutan berair, larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketika
magnefudosifat koligatif larutan adalah sama. larutan mata dipertimbangkan
isotonik ketika tonisitasnya sama dengan 0,9% laritan NaCl.
Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas daripada suatu
waktu yang diusulkan. Maka biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk
range 0,5%-1,8% NaCl. Memberikan pilihan, isotonisitas selalu dikehendaki
dan khususnya penting dalam larutan intraokuler. Namun demikian, ini tidak
dibutuhkan ketika total stabilitas produk dipertimbangkan.
4) Viskositas
USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk
memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan
aktivitasnya.Bahan-bahan seperti metilselulosa, polivinil alkohol dan hidroksi
metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas.Para
peneliti telah mempelajari efek peningkatan viskositas dalam waktu kontak
dalam mata.umumnya viskositas meningkat 25-50 cps range yang signifikan
meningkat lama kontak dalam mata.
5) Tambahan (Additives)
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata diperbolehkan,
namun demikian pemilihan dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya
Natrium Bisulfat atau metabisulfat, digunakan dengan konsentrasi sampai
0,3%, khususnya dalam larutan yang mengandung garam epinefrin.
Antioksidan lain seperti asam askorbat atau asetilsistein juga digunakan.
Antioksidan berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi
epinefrin.
J. Pewadahan
Wadah untuk larutan mata, larutan mata sebaiknya dibuat dalam unit kecil,
tidak pernah lebih besar dari 15 ml dan lebih disukai yang lebih kecil. A botol 7,5
ml adalah ukuran yang menyenangkan untuk penggunaan larutan mata.
Penggunaan wadah kecil memperpendek waktu pengobatan akan dijaga oleh
pasien dan meminimalkan jumlah pemaparan kontaminan. Botol lastic untuk
larutan mata juga dapat digunakan.Meskipun beberapa botol lastic untuk larutan
mata telah dimunculkan dalam pasaran, mereka masih melengkapi dan yang
terbaik adalah untuk menulis secara langsung produksi untuk menghasilkan
informasi teknik dalam perkembangan terakhir.
Tipe wadah yang biasa digunakan untuk tetes mata adalah vertikal dilipat
ambar atau gelas botol hijau layak dengan tutup bakelite yang membawa tube
tetes dengan sebuah pentil dan kemampuan untuk ditutup sebagaimana untuk
menahan mikroorganisme.
Larutan mata sebaiknya digunakan dalam unit kecil, tidak pernah lebih besar
dari 15 ml dan lebih disukai yang lebih kecil. Botol 7,5 ml adalah ukuran yang
menyenangkan untuk penggunaan larutan mata. Penggunaan wadah kecil
memperpendek waktu pengobatan akan dijaga oleh pasien dan meminimalkan
jumlah pemaparan kontaminasi.
V. PROSEDUR KERJA
BM 210,274
Pemerian Serbuk hablur putih, hamper putih tidak berbau dan
rasa pahit
Kelarutan Mudah larut dalam air dan etanol
Kegunaan Zat aktif
BM 61,83
Pemerian Hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap,
tidak berwarna, kasar, tidak berbau, rasa agak asam
dan pahit
Kelarutan Larut dalam air mendidih
Kegunaan Antimikroba, pendapar
pH 3,8 – 4,8
2. Natrium Borax
BM 381,43
Pemerian Tidak berwarna, kristal transparan, atau kristal
serbuk, berwarna putih, larutannya bersifat alkali.
Kelarutan 1 gr dalam 20 ml. tidak dapat larut alkohol
Kegunaan antiseptik
pH 9,0-9.6
3. Gliserin
BM 92
Pemerian Tidak berwarna, tidak berbau, viskos, cairan yang
higroskopis, memiliki rasa yang manis, kurang lebih
0,6 kali manisnya dari sukrosa
Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan etanol 95%
Kegunaan penghelat
pH -
4. Aqua Pro Injectio
BM 18,02
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau.
Sterilisasi : Kalor basah (autoklaf).
Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan etanol 95%
Kegunaan pelarut
pH -
E. Penimbangan Bahan
VII. PERHITUNGAN
1. Perhitungan Penimbangan Obat
Naphazolin HCl = 0.01 g
2. Perhitungan Tonisitas
Tabel Perhitungan
Keterangan :
a : Nilai penurunan titik beku suatu zat
b : penurunan titik beku yang dihasilkan oleh 1% b/v
c : konsentrasi zat
3. Perhitungan Osmolaritas
1. Uji pH 5,5 - 7 7
B.
2. Uji kejernihan dan warna √
3. Uji Kebocoran √
4. Uji Volume √
Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan praktikum “Formulasi Sediaan
Tetes Mata Steril” yang bertujuan mahasiswa diharapkan dapat memahami cara
memformulasikan sediaan tetes mata, mengetahui faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan basis, serta aksi teraupetik dari bahan
aktif. Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense yang
digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar
kelopak mata dan bola mata. Bila obatnya tidak tahan pemanasan, maka
sterilitas dicapai dengan menggunakan pelarut steril, dilarutkan obatnya secara
aseptis, dan menggunakan penambahan zat pengawet dan botol atau wadah yang
steril. Isotonis dan pH yang dikehendaki diperoleh dengan menggunakan pelarut
yang cocok.
Pada praktikum teknologi sediaan steril kali ini, kami membuat sediaan
tetes mata Naphazolin HCl. Sediaan tetes mata yang kami buat dibuat dalam
bentuk sediaan dosis ganda. Naphazoline HCl adalah obat tetes mata untuk
mengatasi masalah iritasi mata, termasuk mata merah. Selain itu, obat tetes
mata Naphazoline HCl juga dapat digunakan untuk mengurangi gejala mata
bengkak, gatal, dan berair akibat alergi, pilek, maupun iritasi mata. Alergi mata
atau iritasi mata sendiri bisa terjadi karena banyak faktor, di antaranya mata
terpapar debu, kotoran, asap, ataupun pemakaian lensa kontak yang kurang
tepat. Meski tidak menular, tetapi penyakit mata akibat alergi ini perlu
mendapatkan pengobatan yang tepat agar tidak mengganggu penglihatan.
Pada praktikum kali ini hal yang pertama dilakukan adalah dengan
mensterilisasi semua alat yang akan digunakan. Setiap pengerjaan sediaan steril,
harus dilakukan dengan teknik aseptis. Semua alat disterilisasi terlebih dahulu
sebelum digunakan sesuai cara sterilisasi masing-masing, begitu juga dengan
bahan yang tahan terhadap pemanasan, juga harus disterilisasi sebelum dibuat
sediaan. Semua alat disterilisasi dengan menggunakan oven selama satu jam
pada suhu 170°C.
Larutan obat tetes mata kami menggunakan water pro injectio sebagai
pelarut, padahal seperti telah diketahui bahwa air merupakan media yang sangat
baik untuk pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu kami menambahkan
pengawet dalam sediaan, yaitu Natrium Borax. Natrium Borax dapat disterilisasi
dengan autoklaf, tapi kami tidak melakukan sterilisasi bahan pada praktikum
kemarin, kami juga tidak melakukan sterilisasi akhir setelah sediaan dibuat
karena keterbatasan aat di laboratorium. Semua alat yang digunakan juga
dianggap telah steril. Untuk meningkatkan kemampuan antimikroba dari
Natrium Borax, maka perlu ditambahkan zat pengkelat yaitu Asam Borat
sebagai antimikroba dan Glicerin sebagai penghelat.
Selanjutnya pada praktikum salep mata ini bahan yang digunakan yaitu
Naphazolin HCL, Asam Borat, Natrium Borax, Glicerin dan Aqua Pro Injectio.
Pertama dengan menimbang Naphazolin HCL sebanyak 0,042 gram, Asam
Borat sebanyak 2, 553 gram, Natrium Borax sebanyak 0.672 gram, Glicerin
sebanyak 0.42 gr dan Aqua Pro Injectio sebayak 42 ml. Selanjutnya pemanasan
aqua pro injection sampai mendidih untuk digunakan sebagai pelarut dalam
sediaan tetes mat aini. Selanjutnya campurkan seluruh bahan kedalam beaker
glass kemudian dilarutkan dengan aqua pro injecti yang sudah di panaskan
sampai larut dengan sempurna, kemudian ad kan dengan aqua pro injection ad
42 ml. Selanjutnya sediaan yang sudah di ad kan sampai 42 ml disaring
menggunakan kertas saring yang telah di basahi dengan API sebelumnya,
tujuannya agar sediaan tetes mata tidak mengandung partikel-partikel, setelah
itu ukur masukan ke dalam botol tetes mata sesuaikan dengan batas kalibrasi
atau sebanyak 1o ml, buat ke dalam 4 botol tetes mata. Setelah itu lakukan
evaluasi sediaan tetes mata, uji kejernihan, uji kebocoran, uji pH dan uji volume.
Pengujian pertama yang dilakukan adalah uji kejernihan, uji kejernihan
bertujuan untuk mengetahui kejernihan sediaan mata yang dibuat. Dari literatur
suatu cairan mata dikatakan jernih jika kejernihannya sama dengan air atau
pelarut yang digunakan. Sediaan tetes mata yang kami buat jernih, tidak terdapat
partikel yang terlihat dalam sediaan.
Pengujian kedua yang dilakukan adalah uji kebocoran, uji kebocoran
bertujuan untuk melihat apakah terjadi kebocoran dari sediaan mata yang dibuat.
Dari literatur suatu cairan mata tidak boleh mengalami kebocoran. Sediaan yang
kami lakukan diuji dengan cara mencelupkan botol dalam larutan metilen blue
dalam keadaan terbalik, bila botol kami mengalami kebocoran, larutan didalam
botol akan berubah warna menjadi biru. Hasil menunjukkan bahwa botol tetes
mata kami tidak mengalami kebocoran karena ketika dicelupkan dalam larutan
metilen blue selama lebih kurang 5 menit, larutan didalam botol tetes mata tidak
mengalami perubahan warna.
Pengujian ketiga yang dilakukan adalah uji volume, uji keseragaman
volume bertujuan untuk mengetahui volume sediaan apakah sudah sesuai
dengan volume yang tertera pada etiket Dilakukan dengan menggunakan gelas
ukur 10 mL. Sediaan yang kami buat tepat volume yaitu 10 mL.
Pengujian keempat yang dilakukan adalah uji pH, uji pH bertujuan untuk
mengetahui pH sediaan mata yang dibuat serta sediaan mata harus berada dalam
rentang kestabilan sediaan yang kami buat diuji menggunakan kertas indicator
pH. Hasil yang didapat yaitu pH sediaan kami adalah 7 (netral). Range pH
sediaan tetes mata naphazoline HCl memiliki pH sekitar 5,5 – 7. Hasil pH pada
sediaan ini sudah sesuai dengan range pH nya.
Anonim.1995.Farmakope Indonesia Edisi Keempat.Jakarta:Departemen Kesehaan
RI.
Gennaro, A. R., 2000, Remington: The Science and Practice of Pharmacy, 20th
ed, Vol. II, Mack Publsihing Company, Pennsylvania, 1016.
Kemasan dus Tetes Label untuk botol Hasil sediaan tetes mata
mata
Botol tetes mata Alat yang di sterilkan Botol tetes mata disteril dgn
alcohol 95%