Anda di halaman 1dari 42

TETES MATA

OPHTALMIK
PENGERTIAN
 Menurut USP Ophtalmic Solutions
merupakan larutan steril, yang bebas dari
partikel asing, dengan bahan-bahan yang
sesuai dan dikemas untuk dapat
diadminitrasikan ke mata.
 Tetes mata sendiri dapat berupa larutan
steril, berminyak, suspensi, atau emulsi
yang dimaksudkan untuk administrasi ke
dalam kantung konjungtiva.
SYARAT
 Tetes mata harus jernih dan praktis bebas
dari partikel ketika diperiksa dalam kondisi
visibilitas yang sesuai. Water For Injection
merupakan tipe air yang harus digunakan
dalam pembuatan tetes mata.
KOMPOSISI TETES MATA
Dalam pembuatan tetes mata dibutuhkan beberapa
bahan-bahan yang memiliki peran penting dalam
mampu menghasilkan obat tetes mata yang baik.
 Zat Aktif
Zat aktif merupakan komponen utama dalam
sediaan tetes mata. Ketika pemilihan zat aktif,
harus diketahui sifat fisikokimia terkait zat aktif yang
digunakan, sehingga dapat mempermudah ketika
akan memilih bahan lain yang akan dijadikan
sebagai eksipien dalam pembuatan sediaan tetes
mata.
 Buffer
Dapar merupakan eksipien penting dalam sediaan tetes
mata. Dapar digunakan untuk mempertahankan pH
sehingga stabilitas zat aktif terjaga. Dapar yang biasa
digunakan dalam sediaan tetes mata merupakan 1,9%
Asam Borat dalam air yang dimurnikan (purified water).
 Digunakannya 1,9% Asam Borat dalam air yang
dimurnikan ialah karena larutan tersebut memiliki
tonisistas yang mendekati tonisitas air mata, pembawa
Asam Borat memang tidak memberikan kapasitas besar
sebagai dapar, namun dapat menstabilkan pH dalam
beberapa waktu tanpa melebihkan sifat dapar alami
yang dimiliki oleh cairan lakrima mata.
Toniciyty Adjustor

Ketika larutan dapar yang digunakan tidak memilki sifat isotonis


yang sesuai, maka tonicity adjustor dibutuhkan untuk dapat
menyesuaikan tonisitas sediaan tetes mata. Pengguanaan garam
atau non-elektrolit biasanya digunakan dalam rangka
menyesuaikan tonisitas dari suatu sediaan tetes mata. Contoh
beberapa bahan yang biasa digunakan sebagai tonicity adjustor
antara lain : sodium nitrat, sodium sulfat dan dekstrosa.
 Antioksidan

Beberapa zat aktif memiliki kemungkinan terjadinya


oksidasi, sehingga hal tersebut butuh dicegah. Terjadinya
oksidasi pada sediaan tetes mata dapat dicegah dengan
penambahan antioksidan. Beberapa antioksidan yang
dapat digunakan antara lain : sodium bisulfit, sodium
metabisulfite, thiourea dan disodium edetate.
Tabel antioksidan
 Viscosity Enhancer
Dalam membuat sediaan tetes mata, dibutuhkan cara
agar cairan yang diadministrasikan memilikiwaktu yang
cukup dalam membasahi lapisan mata, sehingga
dibutuhkan viscosity enhancers untuk dapat
meningkatkan resident time dari sediaan tetes mata itu
sendiri. Salah satu contoh dari viscosity enhancer adalah
golongan metal selulosa, walaupun ketika dilakukan
setrilisasi menggunaan autoklaf metal selulos akan
berubah menjadi lebih cair seperti larutan namun ketika
terjadi pendinginan kembali akan mejadi lebih kental.
Viscosity enhancer
 Perservatives
Ketika zat aktif yang digunakan tidak memiliki sifat antibakteri
maka penambahan pengawet dibutuhkan. Menurut USP
sendiri, “`Setiap larutan harus mengandung zat atau campuran
yang cocok zat untuk mencegah pertumbuhan, atau untuk
menghancurkan, mikroorganisme secara tidak sengaja
diperkenalkan saat wadah dibuka saat digunakan. Dimana
dimaksudkan untuk digunakan dalam prosedur bedah, solusi
ophtalmik, walaupun harus steril, harus tidak mengandung
agen antibakteri, karena mungkin mengiritasi jaringan mata.”
Penambahan pengawet biasanya dilakukan untuk sediaan
multi-dose. Benzil alcohol dan paraben biasa digunakan
sebagai bahan pengawet.
 Clarity
Dalam mencapai sediaan tetes mata yang sesuai, salah
satu hal yang wajib diperhatikan adalah kejernihan.
Sehingga untuk mencapai kejernihan yang diinginkan
maka dapat dilakukan filtrasi,beberapa agen penjernih
juga dapat ditambahkan untuk tercapapianya kerjenihan
yang diinginkan seperti polisorbat 20 dan polisorbat 80.
 Aspek Penting dalam Obat Tetes Mata
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan saat
proses pembuatan obat tetes mata, diantaranya yaitu
sterilitas, tonisitas, pH dan buffering, kebutuhan perhadap
pengawet, kelarutan, stabilitas pada pembawa yang
sesuai, viskositas, pengisian yang aseptis, dan
pengemasannya, serta air yang digunakan pada
pembuatan tetes mata berair yaitu water for injection
(WFI)
 Penampakan visual

Penampakan visual obat tetes mata harus jelas dan


praktis bebas dari partikel-partikel.
 Sterilitas
Terkait masalah kestabilan zat aktif yang
digunakan, biasanya digunakan metode aseptis
dan menggunakan sterilisasi filtrasi dengan
ukuran porinya 0.22 m).
 Isotonisitas
Isotonisitas untuk obat tetes mata sebaiknya setara
dengan 0.9% NaCl. Akan tetapi, mata dapat mentoleransi
tonisitas sediaan yang ekivalen dengan 0.5 – 1.8% NaCl.
 pH
pH sediaan obat tetes mata sebaiknya setara dengan
cairan mata, yakni pH 7.4. Di dalam sediaan, dapat
menggunakan buffer berdasarkan pertimbangan
stabilitas zat aktif, dan pH yang dipilih harus optimum
untuk stabilitas zat aktif serta toleransi fisiologis mata.
Buffer yang digunakan dalam sediaan obat tetes mata
tidak boleh menyebabkan pengendapan atau
kerusakan pada zat aktif .
 Pemilihan pengawet

Pemilihan pengawet untuk sediaan obat tetes


mata haruslah yang ideal, yaitu cepat efektif dan
non-iritasi topikal. Pengawet yang digunakan
hanya akan melindungi sediaan dari
pertumbuhan bakteri dalam jangka waktu yang
singkat sehungga farmasis merekomendasikan
pembuangan produk setelah 28 hari produk
dibuka.
Pengawet ini memungkinkan untuk terabsorpsi pada
membran filter tergantung dari jenis pengawet dan
komposisi kimia filter yang digunakan. Contoh pengawet
yang biasa digunakan yaitu benzalkonium klorida (BAK),
paraben, kalium sorbat, klorheksidin asetat, chloroscresol,
dan polyhexamine gluconate
 Kemasan

Obat tetes mata dapat dikemas di dalam botol plastik


steril atau di dalam botol kaca dengan penetes yang
terpisah. Wadah yang digunakan harus tertutup rapat .
 Contoh Formulasi Tetes Mata

Ketorolac Tromethaine Ophthalmic Solution


Ketorolac tromethmaine adalah obat anti inflamasi non
steroid. Ini digunakan sebagai, anti inflamasi dan
analgesik. Ketorolac tromethamine diindikasikan untuk
menghilangkan sementara gatal mata karena
konjungtivitis alergi musiman. Larutan ophthalmic
ketorolac tromethamine juga diindikasikan untuk
pengobatan peradangan pasca operasi pada pasien yang
telah menjalani ekstraksi katarak.
FORMULA
EVALUASI
 Dalam pembuatan sediaan tetes mata, ada beberapa
evaluasi yang perlu dilakukan, dalam hal ini antara lain:

Tes efikasi pengawet

Prosedur untuk uji efikasi pengawet

 1) Ambil sejumlah wadah produk yang diperlukan


untuk mengumpulkan 15 ml produk dan transfer produk
ke dalam enam tabung reaksi steril.

 2) Labeli semua wadah dengan nama Sampel, B. No.,


Tanggal, nama Organisme dan Inokulasi

.
 3).Vortex tabung yang dipilih dari kultur masing-masing
dan tambahkan 0,15 ml suspensi kultur yang dipilih
dari organisme ke tabung yang masing-masing berisi
15 ml sampel.

 4) Vortex isinya. Catatan: Volume suspensi kultur yang


digunakan harus berada di antara 0,5% dan 1% dari
volume produk dalam wadah.

 5) Mencatat rincian perhitungan jumlah suspensi kultur


yang diperlukan untuk setiap organisme dalam format
untuk persiapan Sampel.
 7).Melakukan penghitungan awal kultur yang
ditambahkan ke Sampel sebagaimana diberikan dalam
3.1 hingga 3.6; 5.0 & 6.0 hingga pengenceran hingga
10-7 dan menggunakan 9 ml kaldu Penetral Netral
Steril Dey-Engley sebagai Pengencer dan
mendokumentasikan rincian jumlah koloni dalam
Laporan untuk hitungan Awal. Pada akhir 6 jam
 8).Pilih wadah yang diinokulasi dengan Escherichia
coli, campur larutan dengan menggunakan vortex
mixer dan transfer 1 ml hingga 9 ml penetral steril
(Dey-Engley Neutralizing broth. Labeli tabung dengan
nama organisme dan pengenceran (10-1).
 9) Vortex tabung (10-1) dan transfer 1 ml masing-
masing pengenceran ke satu set cawan Petri steril
berlabel 10-1 dengan nama Sampel, B. Tidak. Interval
waktu dan Tanggal dan ke tabung yang berisi 9 ml
penetral steril, Labeli tabung dengan nama organisme
dan 10-2.
 10).Ikuti langkah nomor 7.2 untuk pengenceran serial
hingga tabung berlabel 10-6.

 11) Tuang sekitar 20 ml media pra-disterilkan dari Soya


bean casein digest agar untuk setiap lempeng Petri dan
dengan perlahan putar lempeng searah jarum jam dan
searah berlawanan arah jarum jam pada bangku LAF untuk
pencampuran budaya dan media

 yang seragam. Biarkan lempeng mengeras


 12) Setelah memadatkan lempeng, inkubasi semua
lempeng pada 30 hingga 35° C selama 3 har
Kriteria penerimaan
 Uji stabilitas

Dalam stabilitas / wadah kompatibilitas produk obat


adalah dievaluasi untuk uji Ketorolac tromethamine dan
benzalkonium klorida pada awalnya, kondisi stres dan
pada kondisi dipercepat. Analisis dilakukan dengan
menggunakan HPLC. Parameter lain yang dievaluasi
adalah pH, Osmolalitas, Ukuran tetesan dan Kehilangan
air.
 Uji pH
Perubahan pH formulasi selama pengujian stabilitas
dapat menjadi indikasi degradasi bahan aktif atau
interaksi satu lagi konstituen formulasi dengan
wadah. PH larutan harus berada di antara 7,2 hingga
7,8 sesuai spesifikasi.

 Uji Assay terhadap Zat Aktif


Ketorolac tromethamine dievaluasi diawal, saat stress
kondisi dan pada kondisi dipercepat. Pada kondisi
dipercepat suhu dan kelembaban relatif (40 ° C ± 2 ° C /
25% R H untuk plastik dan 40 ° C ± 2 ° C / 75% RH)
pengujian diperkirakan hingga tiga bulan.
 Uji Assay terhadap pengawet

uji pengawet dievaluasi diawal, pada kondisi stres dan


pada kondisi dipercepat. Pada kondisi dipercepat suhu
dan kelembaban relatif (40°C ± 2°C / 25% RH untuk
plastik dan 40°C ± 2°C / 75 ± 5% RH) diperkirakan hingga
tiga bulan.
 Uji Ukuran drop (Drop Size)

 Uji ukuran drop ialah melihat ukuran drop dari ketika


diadminitrasikan pada mata. Ukuran drop rata-rata dari
banyak obat topikal yang tersedia secara komersial ialah
sebesar 39 μL dengan kisaran 25,1 μL hingga 56,4 μL.
Prosedur dari uji ukuran drop antara lain :
tiga pengamatan, volume rata- rata drop dihitung
Wadah ditusuk dengan menusuk. Wadah lalu digenggam
dengan ibu jari dan jari telunjuk dalam posisi terbalik pada
sudut dari 90°. Tekanan diterapkan ke wadah; tetes demi
tetes akan keluar dari nosel. Berat 10 tetes diambil
dengan timbangan presisi. Rata-rata dihitung untuk berat
satu tetes sebagai berikut:
Berat setiap tetes (ukuran jatuh) = Berat 10 tetes / 10
Dengan cara yang sama, prosedur diulang tiga kali.
 Uji kebocoran

Persentase kehilangan air dari wadah semipermeabel


adalah fungsi dari kehilangan fase air dalam kondisi suhu
dan kelembaban yaitu 40°C / 25% RH.
 Uji Osmolalitas
Osmolalitas adalah fungsi dari jumlah partikel yang ada
pada larutan. Osmolality dihitung menggunakan
osmometer. Adanya perbedaan osmolalitas menandakan
terjaidnya perubahan terjaid pada larutan ataupun dari zat
aktif yangterkandung pada larutan.
GOLONGAN OBAT TETES MATA
 Mydriatics & Cycloplegics
 Agen midriasis merupakan antimuskarinik yang
memiliki efek pelebaran (dilatasi) pada pupil mata.
Sementara cycloplegia menyebabkan efek paralisis
pada otot siliarisis.
Contoh obat:
 Atropine Sulphate Eye Drops 1%
 Cyclopentolate 1% Eye Drops
 Phenylephrine Hydrochloride Eye Drops 2%, 10%
 Tropicamide Eye Drops 1%
 Miotics
Agen miosis merupakan kolinergik yang memiliki efek
untuk menurunkan tekanan mata. Obat ini biasa
digunakan untuk terapi glaucoma.
Contoh obat:
 Betaxolol Hydrochloride Eye Drops 0.25%, 0.5%
 Dorzolamide Eye Drops 2%
 Dorzolamide 2%/ Timolol 0.5% Eye Drops
 Pilocarpine Hydrochloride Eye Drops 1%, 2%, 3%, 4%
 Timolol Maleate Eye Drops 0.5%, 0.25%
 Travaprost Eye Drops 0.004%
 Kortikosteroid
 Obat golongan ini efektif dan esensial untuk terapi
pada inflamasi ocular. Contoh obat:
 Betamethasone Sodium Phosphate Eye Drops
0.1%
 Dexamethasone eye drops 0.1%
 Difluprednate 0.05%
 Prednisolone acetate 1%
 Loteprednol 0.5%
 Rimexolone 1%
 Fluorometholone acetate 0.1%
 Fluorometholone alcohol 0.1%
 Loteprednol 0.2%
 Prednisolone 0.125%
 Hydrocortisone 1%
 Antibacterial
Golongan obat ini digunakan untuk terapi pada
mata yang disebabkan oleh adanya infeksi bakteri
(bacterial conjunctivitis).
Contoh obat:
 Corneal ulcer
 Blepharitis (Staphylococcus epidermidis
bacteria)
 Local Anaesthetics
 Obat ini diberikan untuk memberikan efek anastesi
sebelum prosedur operasi pada mata dilakukan,
contohnya yaitu pada tonometry.
Contoh obat:
 oxybuprocaine 0.4% eye drops
 tetracaine 1% eye drops
 ANTI IRITASI
 Tetrahydrozoline HCl Ophthalmic Drops
Diindikasikan untuk menghilangkan iritasi sekaligus mata
merah dan kering.Tetrahydrozoline HCl merupakan agen
vasokonstriktor yang dapat mempengaruhi sistem saraf
pusat dan pembuluh darah. Pada saat iritasi, pembuluh
darah dalam keadaan vasodilatasi sehingga mata
memerah dan digunakan Tetrahydrozoline HCl sebagai
vasokonstriktor.

Anda mungkin juga menyukai