Anda di halaman 1dari 20

Catatan week 1 (materi 1)

 Proses Drug in Action : Misal rute paling lama  oral  obat harus masuk ke saluran cerna
terlebih dahulu, dia masuk kedalam saluran cerna dalam tetapi belum masuk ke darah.
Kemudian didalam saluran cerna itu dia mengalami disintegrasi dan kemudian mengalamai
disolusi. Setelah terdisolusi kemudian masuk ke tahap absorpsi. Pada proses disolusi,
kelarutan akan mempengaruhi aksi obat karena akan mempengaruhi absorpsinya. Pada
disintegrasi, formulasi yang akan menentukan juga. Jika formulasi jelek, maka obat tidak
akan terdisintegrasi dan obat tidak akan aktif. Pada absorpsi, obat harus melewati
membrane, maka kemampuan obat dalam melewati membrane juga akan memengaruhi
aktivitas biologis. Umumnya dengan difusi pasif. Saat dia bisa diabsorpsi, maka dia akan
masuk kedalam peredaran darah. Pada peredaran darah, disini dia akan disebarkan ke
seluruh jaringan tetapi tergantung sifat jaringannya itu. Kalo obat bersifat lipofilik (larut
dalam lemak) maka dia akan terdeposit di lemak. Dan ada obat yang langsung masuk ke
dalam liver dimana di liver banyak proses metabolisme sehingga akhirnya dia tidak
disebarkan ke seluruh tubuh lagi tetapi langsung diekskresi. Tetapi ada juga metabolisme
yang terjadi di liver, ada yang di darah karena di darah juga ada enzim-enzim metabolisme.
Tetapi ada beberapa yang setelah berhasil melewati berbagai membrane masuk juga ke
target site, berinteraksi dengan reseptornya untuk memunculkan aktivitas biologisnya.
Kemudian ada juga yang berinteraksi dengan active site untuk emnghasilkan suatu efek yang
tidak diinginkan (efek samping). Semua proses ini akan mempengaruhi aktivitas biologis dari
obat. Obat yang sangat mudah dimetabolsime, obat yang samapai ke target site menjadi
rendah. Jika hal tersebut diketahui, maka kita harus memikirkan bagaimana upaya untuk
memperbaikinya agar obat tidak mudah dimetabolisme sehingga konsentrasi obat didalam
darah darah masih cukup banyak yang bisa masuk ke targset site.
 Ada 3 fase dalam proses obat itu :
1. Fase farmasetik
2. Fase farmakokinetik
3. Fase farmakodinamik
 Aksi biologis obat  obat harus berinteraksi dengan tempat aksinya. Kalo tidak sampai
berarti dia tidak akan menimbulkan aktivitas.
 BCS  sifat fisiko kimia yang akan memepngaruhi penyerapannya
 Interaksi obat dengan enzim, atau pun yang lainnya bisa menghambat atau meningkatkan.
 Obat harus mencapai stabilitas tertentu dengan target sheingga bisa menghasilkan aktivitas
yabg diharapkan.
 Jadi untuk mencapai target, obat itu melalui proses yang panjang. Dan setelah emncapai
target pun, obat harus berinteraksi sedemikian rupa sehingga gugusan-gugusan dari obat bia
berinteraksi dengan gugusan-gugusan dari sisi aktif yang bisa memicu timbulnya efek. Kalo
sampe doang kemudian interaksinya tidak terjadi juga tidak bisa menimbulkan sutu efek aksi
obat.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan obat :
1.
 Faktor yang mempengaruhi konsentrasi obat akan mempengaruhi degree of drug activity
tersebut.
 Untuk emncapai target, obat harus melewati suatu porses yang panjang, Dan karena dia akn
melewati berbagai membrane mebran biologis dan menghindari metabolisme obat hraus
didesain sedekimian rupa. Dan ada kalanya obat aktifnya tidak memungkinkan untuk
mencapai ke tempat aksinya karena sifat fisikokimianya yang tidak mendukung misalnya
sifatnya yang terlalu polar maka meskipun dia melewati membrane sel akan langsung
diekskresikan sehingga konsentrasinya tidak mencapai konsentrasi optimal untuk
emnunjukkan kativitas. Maka dibuatlah dia dalam bentuk prodrug
 Tujuan Prodrug  supaya obat bisa sampai ke loka targetnya. Otomatis dia harus lebih
mudah melewati membrane. Sebagai contoh : dopamine, aktifnya dopamine, tetapi kalo kita
berikan dia gabisa smape ke susunan saraf pusat karena dia loka aksinya di ssp dimana dia
harus melewati sawar darah otak dan dopamine tidak mampu melewati sawar darah otak.
Maka dibuatlah prodrugnya yaitu levodopa. Levodopa merupakan golongan asam amino
sehingga justru dia bisa dikatan lebih polar. Jadi jika menggunakan difusi pasif, levodopa
justru lebih sulit untuk melewati mebran sawar darah otak. Tetapi kana dia suatu asam
amino, dia bisa melewati emmbran melalui transport aktif. Jadi dia akan diangkut oleh
carrier asam amino. Dan barulah saat setetlah sampai di otak akan mengalami dekarboksilasi
dan terbentuklah dopamine yang aktif sebagai obat. Dan tentu saja banyak cara lain untuk
menghasilkan produg. Tapi intinya prodrug dibuat karena senyawa aktifnya jika diberikan
tidak akan sampai dan konsentrasinya tidak optimal. Misal asam karboksilat karena dia polar
dan mudah dibuah, maka diberikannya dalam bentuk esternya misalnya obat antiviral,
inhibitor tekanan darah tinggi anoteksin.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi aksi biologis obat :

 Kelarutan 
 Kalo obat sama sekali galarut dalam iar, berrati dia gabisa digunakan meleati injeksi
intravena
 Larut disini artinya menurunkan ukuran partikel sehingga mudah diabsorpsi
 Distribusi itu melewati darah dan komponen utama darah adalah air
 Bukan berarti semua obat harus dilarutkan semua, tetapi sejumlahyang diperlukan obat
dapat larut.
 Menurut definisi kelarutan, sukar larut bukan berarti tidak ada prospek untuk aktiv secraa
biologis. Kalo dia potensinya sangat tinggi maka dalam jumlah kecil sudah dapat
memberikan aktivitas. Jadi tidak masalah bila kelarutannya kecil karna yang diperlukan juga
kecil.
 Yang menetukan kelarutan  jumlah ikatan hydrogen yang mungkin terbentuk antara obat
dengan air. Contoh : benziletilamin  dari rantai ari dan alkilnya tidak ada yg berpotensi
berikatan dengan hydrogen. Tetapi dari NH2 memungkinkan membentuk ikatan hydrogen
dengan 3 molekul air.
 Disini H di NH2 sebagai donor ikatan hidrogen di molekul air. Dan N nya karena masih ada 1
elektron bebas jadi di bisa berikatan dengan satu molekul air. Semakin banyak ikatan
hidrogennya semkain berpotensi larut.

 O pada gambar kedua sebagai aseptor ikatan hydrogen.


 Adanya ionisai juga dapat meningktakan kelarutan berkali lipat.
 Jadi jika ada suatu obat yang kelarutannya rendah, bisadilakukan modifikasi struktur apakah
dengan menambah pembetukan ikatan hydrogen atau dengan dilakukannya ionisasi.
 Di gambar dibawah ini karena di dengan asam kuat seperti cl dan sulfat maka dia menjadi
lebih terionisasi dibandingkan dengan asam organik seperti salisilat dan pamoat. Sehingga
kelarutannya lebih tinggi yang asam kuat.
 Kemudian yang baris kedua, di aitu procaine alias basa lemah sementara sodium adalah basa
kuat sehingga kelarutannya menjadi lebih tinggi.

 Tirosin mengapa tidak larut dalam air? Padahl terjadi juga ionisai. Tetapi ionisasinya saling
menetralkan sehingga tidak bis aterekspresi keluar akibatnya kelarutannya rendah.

 Kita bisa memprediksi kelarutan dalam air dengan melihat struktur dari suatu molekul dan
gugusan-gugusan yang terdapat di dalamnya
 Alkohol monofunctional  etanol, propanol, dll
 Kalo octanol, hectanol kelarutannya lebih rendah dari 1%
 Kalo setara masih dianggap kelarutannya diatas 1%
 Karena kelarutan nya rendah, metilprednisolon hanya bisa digunakan dalam bentuk peroral.
Jadi senyawa ini harus dalam bentuk larutan dengan dibentuk prodrugnya dengan
ditambahkan garam sehingga ionnisasi menjadi lebih besar dan bisa dibuat injeksi.
 Log p

 Embroate itu pamoate


 Untuk beberapa obat dibuat tidak larut, Tetapi bukan berarti obat ini tidak aktif. Obat ini
dibuat sepeti ini hanya semnetara untuk tujuan tertentu.
 Pada kloramfenikol dibuat ester tidak larut
 Kloramfenikol  antibiok, rasanya sangat pahit. Jadi dia dibuat tidak larut supaya bisa lewat
dari lidah karena rasanya sangat pahit. Karena di lidah ada reseptor pengecap dan
memerlukan suatu senyawa terlarut untuk bisa terkecap. Sehingga jika tidak larut maka
tidak akan terasa. Dan ini bentuk prodrug jadi sifatnya hanya sementara. Jadi ujuannya
hanya supa bisa melewati mulut tidak larutnya. Dan pada saluran cerna dia akan terhidrolisis
kembali menjadi kloramfenikol.
 Pyrantel embroate/pamoate  obat cacing di saluran cerna. Jadi ini parasitnya di saluran
cerna sehingga obat ini harus lama tidak diserap dalam tubuh kita. Tapi karena jumlahnya
banyak, yang kita makan langsung ke saluran cerna jadi konsentrasinya tinggi di saluran
cerna. Jadi otomatis sudah cukup memadai untuk bisa membunuh cacing yang jumlah yang
terlarut. Yang terlarut akan mengalami ionisasi kemudian yang terionisasi itulah yang diserap
oleh cacing dan membunuh si cacing itu yang melumpuhkan si cacing itu. Sementara
sebagian lain ini tidak terserap. Jadi ini kelarutannya rendah dimaksudkan untuk
menghalangi obat itu terserap oleh tubuh kita dan bisa lama didalam saluran cerna sehingga
kontak dengan si cacingnya itu lebih lama sehingga bisa lebih efektif. Dengan lebih lama
otomatis akan cukup memadai jumlah yang bisa diserap oleh si cacing yang menyebabkan
kematian. Dengan jumlah yang terlarut itu kecil sehingga yang terabsorpsi juga kecil, Maka
sehingga disamping tadi lama di perut sehingga kontak dengan si cacing itu panjang,
meningkatkan efektivitas membunuh cacing di saluran cerna juga akan yang lebih sedikit
yang terabsorpsi sehingga menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan karena ini
racun. Pada cacing racun tetapi sebenarnya pada kita juga racun, Cuma karena ini tidak
terabsorpsi jadinya efek yang ditimbulkan pada cacing besar tapi pada kita kecil. Nah ini
adalah selektivitas absorpsinya. Jadi meskipun faktor kelarutan sangat diperhatikan untuk
meningkatkan absorpsi, tapi pada sneyawa tertentu dengan tujuan tertentu ada yang dibuat
dalam kelarutan yang rendah
 Obat akan rendah aktivitasnya
 Obat yang kelarutan di air tinggi tapi koefisien partisinya rendah, maka aktivitasnya rendah.
 Panjangnya R akan meningkatkan lipofilisitas tapi menurunkan kelarutan air
 Semakin lipofil semakin tinggi besar aktivitasnya
 Kalo koefisien partisinya tinggi tapi kelarutannya rendah maka akan menurunkan
aktivitasnya
 Jadi tidak selamanya lipofilitas meningkatkan aktivitas

Catatan week 2 (materi 1)


 Pada obat yang aksi biologisnya dalam bentuk tidak terdisosiasi maka umunya aksi obat
terjadi didalam membrane sel. Dengan tidak terdisosiai maka sneyawa itu lebih non polar
sehingga memungkinkan untuk bisa nimbus membrane sel. Sebaliknya obat yang terionisasi
dan lebih polar dia akan lebih sulit menembus membrane dan banyak bekerja di luar sel.
 Jadi untuk aktivitas biologisnya tergantung dari terionisasi atau tidaknya yang tergantung
pada pH lingkungan
 Pada senyawa asam pada pH asam dia dalam bentuk molekul, lebih non polar maka dia bisa
menembus membrane sel lebih baik maka aktivitasnya jadi semakin tinggi
 Pada senyawa basa pada pH basa,sebaliknya
 Jumlah senyawa yang terionisasi dapat diprediksi dengan rumus ini

 Kalo dia Pka sama dengan pH jadi dia 50% banyak asamnya
 Kalo kokain HCL pada suasan asam lambung maka dia akan terionisasi dan absorpsi semakin
sedikit di lambung
 Senyawa barbiturate apabila pada atom C no 5 bila disubsitusi oleh hanya satu alkil akan
mengalami tautomerisasi struktur aromatic lengkap. Dan struktur ini bisa terionisasi secara
stabil sehingga pada pKa 4
 Terionisasi dia polar
 Kalo pada atom C nomer 5 ada substitusi 2 alkil maka disosiasi yang terjadi tidak
menyebbakan terbentuknya aromatic lengkap dan karena itu pKa nya 7,4
 pKa sulfonamida 10,4 tidak dalam bentuk aktif karena tidak terionisasi. Tetapi pada pKa 5-7
mempunyai aktivitas biologis. Tapi yang pKa 7 yg punya katiivitas paling baik
 Apa faktornya? Faktornya bahwa pada senyawa sulfanilamida mempunyai kelarutan yang
rendah sehingga tidak bisa mnegalami ionisasi. Jadi untuk meningkatkan kelarutan diupayak
supaya senyawa ini mengalami ionisasi dengan mensubtitusi gugus hydrogen dengan cincin
heterosiklik penarik electron. Karena N nya elektronegatif maka dia penarik electron yang
akibatnya pasangan electron pada nitrogrn akan dotarik dan terjadi resonansi dan terjadi
pergeseran electron. Dengan electron yang delokalisasi atau dapat berpindh-pindah ini
menyebabkan ion bersifat stabil.
 Dengan menurunnya pKa yang terjai karena adanya deokalisasi electron menyebabkan
senyawa ini lebih mudah terionisasi sehingga pada pH lingkungan sekitar 7 dalam bentuk
molekul sekitar 50% dan 50% terion.
 Senyawa sulfonadima dalam bentuk molekul sangat penting untuk dapat melewati
membrane. Dan ternyata senyawa dalam bentuk ion juga penting untuk bisa berinteraksi
dengan reseptornya sehingga senyawa sulfonamida yang ion dan molekul sama sama
penting jadi senyawa yang paling aktif adalah yang pKa sekitar 7.
 pH lingkungan juga akan memepengaruhi reativitas gugus asam/basa didalam sel.
 Permukaan sel mempunyai asam amino bebas ada yang bebas dalam bentuk karboksilatnya
ada yang bebas dalam bentuk aminnya.
 Pada pH asam, gugus amina dari asam amino akan terprotonasi (bnetuk kationik)
 Pada pH basa, gugus karboksilat yang akan terionisai (dalam bentuk anionik)
 Pada senyawa yg terionisasinya tinggi, maka aktivitas biologinya makin tinggi
 Mengapa perbedaan posisi menyebabkan perbedaan ionisasi? Karena bahwa kalo electron
pada suatu senyawa organic bisa menglami delokalisasi maka struktur molekul tersebut akna
menjadi stabil. Dan karena itu jumlahnya banyak. Sedangkan NH2 pada posisi 3 dan 9 akan
sulit mengalami delokalisasi electron sehingga tidak bisa menaikkan kekuatan basa artinya
tidak bisa mengalami ionisasi. Kalo NH3 kan dia bisa nangkep proton, maka dia bersifat basa.
 NH2 pada posisi 4 justru melemahkan kekuatan basa. Artinya gugus aminanya tidak dapat
terionisasi/tdk bisa menangkap proton karena disini amina membentuk ikatan hydrogen
sehingga tidak bisa lagi menangkap proton jadi kekuatan basanya menjadi lemah.
 Kalo terionisasi maka dia aktivitasnya juga kuat tetapi terjadinya diluar membrane sel.
 Yang paling banyak terbentuk adalah iktan hydrogen OH-O, NH-N, NH-o, dan O-H-N
 Ikatan hydrogen sebenrnya dia lemah,tapi kalo ada banyak ikatan hdrogennya jadi kuat
 Tetapi ikatan hydrogen ini akna mnegami denaturasi apabila dipanaskan. Pecahnya ikatan
hydrogen menyebabkan dia jadi lemah ikatannya.
 Efek lain dari terebntuknya ikatan hydrogen adalah mempengaruhi serapan infra merah,
aktivitas biologi secara langsung, titk didih dll
 Kalo ikatan dengan air itu intermolekul, kalo ddidalam senyawa itu intra molekuler.
 Ikatan intramolecular itu lebih kuat dibandingkan dengan intermolekul.
 Ikatan hydrogen antar molekul etanol dengan etanol lainnya lebih sedikit daripada iktan
hydrogen antar molekul air dengan molekul air sehingga titik didih air lebih tingi
dibandingkan methanol. Titik lebur juga demikian. Titik lebur akan lebih rendah karena da
ikatan yang harus dipecah dulu
 Karena adanya ikatan hydrogen membuat senyawa jadi molekul besar dan susah menembus
membrane
 Penggantian gugs karboksilat/oh emnjadi metil mnyebabkan hilangnya aktivitas antbakteri.
Karena OH penting dalam terbentuknya aktivitas antibakteri
 Esterifikasi pada senyawa C bisa menghilangkan aktivitas antibakteri
intra inter
Catetan week 3 (materi 2)

 Obat berstruktur non spesifik  Aktivitas yang sama tapi strukturnya beda-beda sehingga
aksi farmakologisnya lebih disebabkan oleh sifat fisika
 Sebagai contoh pada barbiturate harus disubstitusi 5,5 dialkil untuk mengatasi lipofilisitas
dari sebagian non ionic yang polar
 Obat berstruktur merupakan sebagian besar obat yang ada pada saat ini karena aktivitas
yang non spesifik lebih rendah.
 Efektivitas obat berstruktur spesifik lebih besar drpd yg non spesifik jadi dalam jumlah kecil
sudah menghasilkan aktivitas
 Jadi yg non spesifik harus dalam jumlah besar maka hanya digunakan sebagai antiseptic
diluar tubuh karena akan meracuni tubuh kita
 Dalam kondisi tertentu, pengaruh struktur kimia pada obat berstruktur spesifik itu lebih
besar artinya bahwa mesikpun obat secara sifat fisikokimia sudah memadai, ternyata
strukturnya tidak sesuai dengan reseptornya, maka obat tidak akan menunjukkan
aktivitasnya
 Mengapa tolbutamid kerjanya pendek tetapi klorpropamide kerjanya panjang? Obat-obat
yang memilii lipofilisitas tinggi, otomatis dia untuk bisa dieliminasi perlu metabolisme
sehingga memerlukan waktu yang lebih lama. Adanya gugus Cl pada klorpropamide
menandakan bahwa dia jauh lebih lipofil dibandingkan dengan metil. Hal lain adalha bahwa
gugus metil ini adalah metabolic labil, sehingga tidak hanya lipofilisitasnya lebih rendah
dibandingkan klorpropamide yang ada gugus Cl, karena metil ini lebih mudah dioksidasi
menjadi gugus karboksilat otomatis menjadi lebih polar. Jadi pertama memang lebih polar
dibandingkan Cl, tetapi dengan adanya metabolic labil yang bisa membuat metil ini dnegan
mudah dioksidasi menjadi karboksilat, maka makin mempercepat lagi obat ini menjadi polar
sehingga lebih mudah lagi dieksrkresikan sehingga kerjanya lebih pendek.
 NH2 lebih stabil sehingga lebih sulit dihidrolisis. Kerja asetilkolin ini dia akan berhenti bekerja
jika dihidrolisis oleh enzim asetilkolin esterase. Dengan penggantian CH3 dengan NH2 tidak
sesuai lagi dengan enzimnya sehingga kerjanya lebih panjang karena menjadi lebih sulit
enzim asetilkolin esterase untuk menghidrolisis karbamikolin.
 Obat antagonis memang mempunyai gugusan yang lebih besar tetapi gugsan ini masih tiak
menghalangi obat ini untuk berinteraksi dengan reseptor. Tetapi gugusan yang besar ini
menyebabkan malah interaksinya bertambah. Jadi interaksinya jadi lebih kuat Senyawa itu
jadi makin sulit dilepas ikatannya. Hal inilah yang menyebabkan obat berubah dari agonis
menjadi antagonis.
 Resonansi  peristiwa dimana electron dapat berpindah pindah dari atom satu ke atom
yang lain (Delokalisasi electron).
 Kalau sistem stabil, maka molekul obat akan lebih disukai.
 Gugus yang menarik electron adalah resonansi negative dan sebaliknya
 Atom yang elektronegatifnya lebih besar aka meranik atom yang satunya, kemduain
menyebabkan densitasnya lebih besar dengan kata lain dia menjadi lebih bermuatan negatif


 Metil akan mendrong electron sehingga densitasnya pada CH3 jadi lebih besar sehingga ion
H+ menjadi sulit dilepaskan karena bermuatan saling berkebalikan dengan CH3 jadi ikut
ketarik ke CH3 sehingga pKa nya lebih besar artinya keasamannya lebih rendah artinya
konsentrasi H+ nya lebih rendah.
 Cl memiliki elektronegatifitas yang lebih tinggi juga sehingga ketarik juga sehingga COO- nya
kurang electron sehingga H+ nya jadi mudah lepas sehingga pKa nya lebih kecil/ lebih asam
karena konsentrasi asamnya semakin banyak.
 NH2 memiliki efek resonan positif, Cl juga memiliki efek resonan positif, tapi Cl memiliki efek
elektronegativitas yang besar mengalahkan resonansinya (induktifnya lebih besar daripada
resonansinya) sehingga hasilnya dia menarik electron
 Pada NH2 dia akan memberikan elektronnya, memberikan resonansi sampai ke ujung
sehingga dia densitas elektronnya menjadi lebih besar.
 Sementara untuk CL densitas elektronnya menjadi lebih kecil
 Pada senyawa A karena Cl bermuatan negative dan etilnya bermuatan negative sehingga
akan terjadi reaksi saling tolak menolak sehingga Cl akan lebih mudah dilepaskan
 Sedangkan pada senyawa B cl diujung akan ditarik karena etilnya menjadi kurang negative
jadi lebih positif.
 Senyawa fenilklorotamin dengan subsitusi amina atau senyawa-senyawa yang mendorong
electron baik melalui efek resonansi maupun induktif akan menyebabkan peningkatan
aktivitas sebagai alkylating agent
 Sementara sebaliknya, yang menarik electron sehingga Cl sulit dilepaskan akan
menyebabkan penurunan rektivitas sebagai alkylating agent.


 Suatu obat kan akan berinteraksi dengan reseptor misal dia bermuatan positif akan
berinteraksi dengan yang berumuatan negative. Karena alifatis (yg kiri) jadi lebih lipofilik.
Gugus O akan memungkinkan berikatan dengan ion dipol yang bermuatan berlawanan
 Variasi substitusi pada gugus pada posisi para ternyata mempengaruhi aktivitas analog-
analog prokain sebagai anestesika local atau sebagai inhibisi sinyal jadi dia memblok
reseptor jadi makin kuat kuat ikatannya, aktivitasnya semakin besar.


 Gugus O yang bermuatan negative ini penting,jadi gimana caraya biar bikin O jadi negatif
sehingga perlu gugusan para resonan positif sehingga lebih kuat dan berinteraksi lebih baik
dengan reseptor sehingga memiliki aktivitas yang lebih besar.


 Jadi sudah dibahas tertama untuk obat yang berstruktur spesifik, dia harus berikatan dulu
dengan reseptor kemudian menghasilkan kompleks reseptor yang akan menghasilkan efek.
Efek terbentuk kalo dia agonis.
 Resptor yang dimaksud disini bisa berupa enzim yang diisolasi, kalo enzim membutuhkan
substrat, komponen struktru blabka (GFCRS), senyawa
 Antara obat dgn reseptor msg-msg mempunyai gugus aktif yang bersesuaian sehngga dia
bisa secara tepat berinteraksi dan menstimulasi terjadinya efek. Jadi terbentuk ikatan-ikatan
aksi obat.Gugus fungsi punya peran untuk berinteraksi.

 Obat yang dektro dan levo efeknya bebrbeda



 1. Ikatan Kovalent  kovalen adalah ikatan yang sangat kuat. Jika ikatan ini terbentuk, pasti
interaksi yang terjadi akan lama. Kalau ikatan kovalen terjadi pada obat farmakodinamik dia
berinteraksinya dengan sel normal, maka justru akan bersifat toksik sehingga senyawa-
senyawa atau obat-obat yang farmakodnamik tidak boleh mempunyai interaksi yang berifat
kovalen. Jadi ikatan ini hanya terjadi pada obat-obat yang tujuannya dalah kemoterapi
termasuk alkylating agent atau obat-obat antibacterial tertentu.
 2. Ikatan ionic  Bermuatan positif dan bermuatan negative.
 3. Ikatan hydrogen  Bisa dengan gugus OH dan suatu atom yang mempunyai pasangan
electron bebas : O,N. Atau bisa juga Oh dengan ikatan rangkap
 4. Reinforced Ionic Bond  Interaksi ionic yang diperkuat dengan ikatan hydrogen
 5. Ion-dipole  antara gugus yang mengalami ionisasi dan gugus yang mengalami polarisasi.
Dipol itu karena gugus-gugusnya mengalami polarisasi akibat dari perbedaan
elektronegativitas karna efek induktif. Ion itu karena dia kalo basa dia mengalami protonasi,
kalo karboksilat dia justru melepaskan proton.
 6. Dipole-dipole  sama-sama mengalami polarisasi, tetapi yang satu menyebabakan
bermuatan delta positif, yang satu menyebabkan bermuatan delta negative.
 7. Interaksi Van der Waals  Sangat lemah. Sebenarnya gugusan tersebut tidak bermuatan,
tetapi karena induksi dari gugus sebelah jadi gugus tersebut menjadi agak bermuatan.
 8. Interaksi hydrophobic  interaksi antara gugusan-gugusan hidrofobik dnegan gugusan
yang hidrofobik juga.
 Beta lactam mempunyai struktur yg mirip substrat enzim transpeptidase, sehingga apabila
berinteraksi dengan enzim transpeptidase berikatan secraa kuat jadi susah dilepaskan jadi
enzim ini gabisa bekerja gaada asam amin tidak ada lagi yg masuk ke enzim itu
 Cincin segitiga sangat tidak stabil


 Organofosfat (paling kiri) akan memfosforilasi gugus hidroksi dari protein enzim asetilkolin
esterase sehingga enzim tidak dapat bekerja lagi. Akibatnya asetilkolin tidak bisa dihidrolisis
terjadi stimulasi terus menerus yang menyebabkan kejang, sekresi air liur yang berlebihan
sehingga menutup saluran pernafasan, dan merendam paru-paru sehingg dapat
menyebbakna kematian disamping kelumpuhan sel-sel saraf.

 Obat D dikelilingi oleh moelkul air, dan karena sifat hidrofobiknya dia akan tertarik ke c. Pada
reseptor itu juga ada air. Kalo obat mendekat, air itu akan keluaryang pada kahirnya dia
berada diatas/dibagian luar dari obat dimana dia akan mendorong obat untuk berikatan
lebih kuat lagi dengan reseptor.
 Asam arakidonat yang merupakan substrat enzim siklooksigenase. Ada active site dari
reseptor dari guugusan asam amino arginin (penyusun enzim siklooksigenase)
 Yang kiri ionic
 Kemungkinan interaksi dan apa alasannya
Pertimbangan ruang (week 3)

 Perubahan jarak akan menyebabkan kekuatan iteraksi menjadi kurang kuat yg akan
berpengarub pd aktivitasnya nanti


Teori aktivitas obat


 Kalo atom karbonnya 5 menyebabkan konformasi pertubasi yang spesifik, dan ikatannya
hanya seidkit sehingga menjadi lebih lemah dan bersifat agonis karena mudah dilepaskan
 Yang 9 adanya tambahan rantai karbon menyebabkan tambahan ikatan disebut non spesifik.
Karna ikatannya kuat dan sulit dilepaskan jadi dia membloking jadi substrat tidak bisa masuk
tidak menstimulasi terjadinya efek
 Yang 7 bisa spesifik dan non spesifik. Jadi bisa menimbulkan efek tapi hanya separuh tidak
mencapai 100%
HIstamin

 Karena atom N cincin piperazin mudah terprotonasi  menyebabkan penyerapan menjadi


lebih lambat dan onset lambat
 Adanya Gugus Cl. Jadi ada bagian yang hidrofilik, ionic, yang menghalangi absorpsi, tetapi
ada bagian yang lipofiliknya juga penghambat eksresi sehingga durasinya panjang.
 Karena ada bagian yang lipofilik  durasi panjang
 Karena onset lambat dan durasi panjang, maka konsentrasi obat didalam plasma
terakumulasi lebih besar tapi tertahan. Meskipun onsetnya lambat, tetapi tidak cepat keluar
sehingga efekantihistaminnya tetap kuat meskipun onsetnya lambat


 Kemiripian struktur menyebabkan efek samping antikolinergik  mengurangi kemiripan
 Pada H1 yang dimodifikasi gugus imidazolenya kalo yang H2 gugus aminnya
 Agonis parsial disebabkan karena gugus guanil yang menggantikan amin masih bersifat
kationik

Anda mungkin juga menyukai