PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata dengan menggunakan dasar
salep yang cocok. Salep mata berbeda dengan salep dermatologi, salep mata harus steril.
Apakah dibuat dari bahan-bahan yang sudah steril dalam keadaan bebas hama sepenuhnya
atau disterilkan sesudah pembuatan. Salep mata harus memenuhi uji sterilitas sebagaimana
tertera pada kompedia resmi. Sterilitas merupakan syarat yang paling penting. Larutan
mata yang dibuat dapat membawa banyak mikroorganisme, yang paling berbahaya adalah
Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat menyebabkan kebutaan,
ini khususnya berbahaya untuk penggunaan produk-produk nonsteril pada mata saat kornea
terkena. Bahan partikulat dapat mengiritasi mata menghasilkan ketidaknyamanan pada
pasien. Salep mata memberikan arti lain dimana obat dapat mempertahankan kontak
dengan mata dan jaringan di sekelilingnya tanpa tercuci oleh cairan air mata. Salep mata
memberikan keuntungan dimana waktu kontaknya lebih lama dan bioavaibilitasnya dan
letal obat lebih besar meski dengan onset yang lebih lambat dan waktu untuk mencapai
absorbsi lebih lama. Ssatu kekurangan dari penggunaan salep mata adalah salep akan
mengganggu pandangan kecuali digunakan selama waktu tidur.
B. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah mahasiswa mengetahui formulasi sediaan salep mata
yang memiliki formulasi terbaik dibandingkan dengan formula lainnya.
Salep mata dibuat dari bahan yang disterilkan dibawah kondisi yang benar-benar
aseptik dan memenuhi persyaratan dari tes sterilisasi resmi. Sterilisasi terminal dari salep
akhir dalam tube disempurnakan dengan menggunakan dosis yang sesuai dengan radiasi
gamma.
Salep mata harus mengandung bahan yang sesuai atau campuran bahan untuk
mencegah pertumbuhan atau menghancurkan mikroorganisme yang berbahaya ketika wadah
terbuka selama penggunaan. Bahan antimikroba yang biasa digunakan adalah klorbutanol,
paraben atau merkuri organik.
Salep akhir harus bebas dari partikel besar. Basis yang digunakan tidak mengiritasi
mata, membiarkan difusi obat melalui pencucian sekresi mata dan mempertahankan aktivitas
obat pada jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang sesuai. Vaselin merupakan
dasar salep mata yang banyak digunakan. Beberapa bahan dasar salep yang dapat menyerap,
bahan dasar yang mudah dicuci dengan air dan bahan dasar larut dalam air dapat digunakan
untuk obat yang larut dalam air. Bahan dasar salep seperti ini memungkinkan dispersi obat
larut air yang lebih baik tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata.
Sterilitas merupakan syarat yang paling penting, tidak layak membuat sediaan larutan
mata yang mengandung banyak mikroorganisme yang paling berbahaya adalah
Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat menyebabkan kebutaan,
bahaya yang paling utama adalah memasukkan produk nonsteril ke mata saat kornea
digosok.
Bahan partikulat yang dapat mengiritasi mata menghasilkan ketidaknyamanan pada
pasien. Jika suatu anggapan batasan mekanisme pertahanan mata menjelaskan dengan
sendirinya bahwa sediaan mata harus steril. Air mata tidak seperti darah tidak mengandung
antibodi atau mekanisme untuk memproduksinya. Mekanisme utama untuk pertahanan
melawan infeksi mata adalah aksi sederhana pencucian dengan air mata dan suatu enzim
yang ditemukan dalam air mata (lizosim) yang mempunyai kemampuan menghidrolisa
selubung polisakarida dari beberapa mikroorganisme, satu dari mikroorganisme yang tidak
dipengaruhi oleh lizosim yakni yang paling mampu menyebabkan kerusakan mata yaitu
Pseudomonas aeruginosa (Bacilllus pyocyamis). Infeksi serius yang disebabkan
mikroorganisme ini ditunjukka dengan suatu pengujian literatur klinis yang penuh dengan
a. Jika obat larut dalam air yang tersedia dan stabil dalam larutan, dilarutkan dengan air
sesedikit mungkin , sterilkan dalam autoclve / filtrasi , kemudian campur dengan basis
yang steril dalam keadaan pana, selanjutnya digerus sampai dingin.
b. Obat-obat yang tidak larut dalam air , digerus menjadi serbuk halus ,kemudian
dicampurkan dengan basis salep steril.
Contoh : - Chloramophenicol
- Hydrocortison Acetat
- Chlortetracyclin HCL
- Mercuri Oxida
- Neomycin Sulfat
c. Untuk zat aktif yang tidak larut air maupun dalam basis salep , zat aktif harus benar-
benar halus untuk mencegah iritasi mata .
Contoh :
b. DAB 8 : Bebas
Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Menyediakan Sediaan Salep Mata :
1. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat
serta memenuhi syarat uji sterilitas. Bila bahan tertentu yang digunakan dalam
formulasi tidak dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan
yang memenuhi syarat uji sterilitas dengan pembuatan secara aseptik. Salep mata
harus memenuhi persyaratan uji sterilitas. Sterilitas akhir salep mata dalam tube
biasanya dilakukan dengan radiasi sinar γ. (Remingthon pharmauceutical hal. 1585).
3. Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk
mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara
tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan. Kecuali dinyatakan lain
dalam monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik .
Proses ini untuk mencegah masuknya mikroba hidup ke dalam komponen steril
atau komponen yang melewati proses antara yang mengakibatkan produk setengah jadi
atau produk ruahan atau komponennya bebas dari mikroba hidup.
Cara sterilisasi dengan menggunakan teknik yang dapat memperkecil
kemungkinan terjadi cemaran/ kontaminasi dengan mikroba hingga seminimal mungkin.
Digunakan untuk bahan obat yang tidak dapat disterilkan dengan cara pemanasan atau
dengan cara penyaringan.
Caranya :
- Bahan obat: memenuhi syarat p.i , tidak disterilkan.
- Zat pembawa: disterilkan tersendiri dahulu.
- Zat pembantu: disterilkan tersendiri.
- Alat-alat: disterilkan dengan cara yang cocok.
1. Indikasi
Biasanya obat salep mata digunakan dengan indikasi sebagai berikut :
a. meredakan sementara mata merah akibat iritasi ringan yang dapat disebabkan oleh
debu, sengatan sinar matahari, pemakaian lensa kontak, alergi atau sehabis berenang.
b. antiseptik dan antiinfeksi.
c. radang atau alergi mata.
2. Kontraindikasi
Obat salep mata yang mengandung nafazolin hidroksida tidak boleh digunakan pada
penderita konjutivitis atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak. Kecuali
dalam pegawasan dan nasehat dokter.
Wadah salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan.
Wadah salep mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada
pemakaian pertama. Wadah salep mata kebanyakan menggunakan tube, tube dengan
rendahnya luas permukaan jalan keluarnya menjamin penekanan kontaminasi selama
pemakaianya sampai tingkat yang minimum. Secara bersamaan juga memberikan
perlindungan tehadap cahaya yang baik. Pada tube yang terbuat dari seng, sering terjadi
beberapa peristiwa tak tersatukan. Sebagai contoh dari peristiwa tak tersatukan telah
dibuktikan oleh garam perak dan garam airaksa, lidocain (korosi) dan sediaan skopolamoin
yang mengandung air (warna hitam). Oleh karena itu akan menguntungkan jika
K. Waktu Penyimpanan
Waktu penyimpanan tidak hanya tergantung dari stabilitas kimia bahan obat yang
digabungkan, tetapi juga dari kemungkinan terjadinya pertumbuhan partikel dalam interval
waktu tertentu mutlak diperlukan. Jadi dalam setiap hal, selalu diutamakan pembuatan
salep mata secara segar.
1. Formula I
Pada formula 1, bahan aktif yang digunakan adalah kloramfenikol. Bahan pengawet
yang digunakan adalah klorobutanol dan α tokoferol sebagai antioksidan. Basis yang
digunakan adalah paraffin cair, adeps lanae, dan vaselin flavum.
Kelebihan dari sediaan salep mata kloramfenikol ini adalah pada khasiat
kloramfenikol yang ditujukan untuk penggunaan blepharitis yaitu radang pada kelopak
mata, jadi harus dibuat sediaan salep karena berkerja pada kelopak mata, kelenjar sebaseus,
konjungtiva, kornea dan iris. Namun kloramfenikol memiliki efek samping umum, antara
lain gangguan lambung dan usus, neuropati optis dan perifer, radang lidah dan mulut.
2. Formula II
Pada formula 2, bahan aktif yang digunakan adalah kloramfenikol, sama dengan
formula pertama. Namun pada formula kedua ini tidak ditambahkan pengawet ataupun
3. Formula III
Pada formula 3, bahan aktif yang digunakan adalah Tetrasiklin HCl. Tetrasiklin
HCL sebagai zat aktif bekhasiat sebagai antimikroba spektrum luas. Bahan pengawet yang
digunakan pada formula ini adalah BHT. Kelemahan dari formula ini adalah pada
kestabilan BHT terganggu pada paparan terhadap cahaya, kelembaban, dan panas sehingga
menyebabkan perubahan warna dan hilangnya aktifitas.
4. Formula Kelompok
Pada formula kelompok, kami memilih menggunakan Tetrasiklin HCl sebagai zat
aktifnya. Bahan pengawet yang digunakan adalah klorobutanol dan α tokoferol sebagai
antioksidan. Basis yang digunakan adalah paraffin cair, adeps lanae, dan vaselin flavum.
Alasan pemilihan Tetrasiklin HCl adalah karena khasiatnya sebagai antimikroba
(bakteriostatik) spectrum luas. Salep mata golongan tetrasiklin efektif untuk mengobati
trachoma dan infeksi lain pada mata oleh kuman gram positif dan gram negatif yang
sensitif. Mekanisme kerja Tetrasiklin HCl yaitu hambatan pada sintesis protein ribosom
yaitu dengan menghambat pemasukan asil t-RNA pada fase pemanjangan yang termasuk
fase translasi. Ini akan menyebabkan blockade perpanjangan rantai peptide.
Alasan pemilihan α tokoferol sebagai antioksidan adalah karena vaselin distabilkan
dengan penambahan sejumlah alfa tokoferol. Selain itu, karena sebelum dimurnikan,
paraffin cenderung teroksidasi dan menimbulkan bau yang tak sedap. Ini dicegah dengan
pemakain alfa tokoferol.
Alasan penggunaan klorobutanol adalah karena klorbutanol secara luas digunakan
sebagai pengawet pada sediaan farmasetik sebagian besar pada sediaan mata. Konsentasi
yang digunakan sebagai pengawet pada sediaan mata adalah 0,5%. Klorbutanol aktif
melawan bakteri gram positif dan gram negatif dan beberapa jamur seperti Candida
albicans, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus albus. Salep mata harus
mengandung bahan yang cocok atau campuran bahan untuk mencegah pertumbuhan atau
menghancurkan mikroorganisme yang ada ketika wadah dibuka selama pemakaian.
A. Kesimpulan
Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salep mata harus
diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan
perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas.
Tujuan utama pemberian salep mata yaitu untuk memperlama kontak obat dengan
permukaan mata.
Indikasi biasanya obat salep mata digunakan untuk meredakan sementara mata merah
akibat iritasi ringan yang dapat disebabkan oleh debu, sengatan sinar matahari, pemakaian
lensa kontak, alergi atau sehabis berenang, antiseptik dan anti infeksi, radang atau alergi mata.
Kontraindikasi obat salep mata yang mengandung nafazolin hidroksida tidak boleh
digunakan pada penderita konjutivitis atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak.
Kecuali dalam pegawasan dan nasehat dokter.
Keuntungan utama suatu salep mata terhadap larutan untuk mata adalah penambah
waktu hubungan anatara obat dengan obat dengan mata, dua sampai empatkali lebih besar
apabila dipakai salep dibandingkan jika dipakai larutan garam. Satu kekurangan bagi
pengggunaan salep mata adalah kaburnya pandangan yang terjadi begitu dasar salep meleleh dan
menyebar melalui lensa kontak.
Syarat-syarat salep mata dibuat dari bahan yang disterilkan dibawah kondisi yang
benar-benar aseptik dan memenuhi persyaratan dari tes sterilisasi resmi.
Basis salep mata dasar salep pilihan untuk salep mata harus tidak mengiritasi mata dan
harus memungkinkan difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan
mata.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyediakan sediaan salep mata
Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta
memenuhi syarat uji sterilitas. Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan
yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk
secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan.
B. Saran
Disadari oleh penulis bahwa makalah yang telah disusun oleh penilis yang
berjudul”Konsep Pemberian Salep mata” masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran terhadap makalah yang bersifat membangun agar makalah yang
dibuat dapat menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain masyarakat pada umumnya.
1. A.R.Gennaro. 1990. Renntiton’s Pharmacetical Science the edition 18th. Pennsylvania : Mack
Publishing Company.
2. Anonim.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Dirjen POM.
3. Arief, M.2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta : Gadjah Mada University
press.
4. Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Universitas Indonesia
(UI-Press).
5. G.Bare, Brenda.C Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
dan Suddarth Edisi 8.Jakarta : EGC.
6. R.Hayes,L.Kee Joice.1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC
7. Ditjen POM RI, Farmakope Indonesia Edisi V (1995), Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
8. Salvatore Turco & Robert E. King , Sterile Dosage Forms (1974), Lea & Febiger, Philadelphia.
9. A.R. Gennaro, Remington’s Pharmaceutical Sciences 18th Edition (1990), Mack Publishing
Company, Pennsylvania.
10. A Joseph B. Sprowls, Prescription Pharmacy (1970), J.B. Lippincott Company, Toronto –
Philadelphia.