Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata dengan menggunakan dasar
salep yang cocok. Salep mata berbeda dengan salep dermatologi, salep mata harus steril.
Apakah dibuat dari bahan-bahan yang sudah steril dalam keadaan bebas hama sepenuhnya
atau disterilkan sesudah pembuatan. Salep mata harus memenuhi uji sterilitas sebagaimana
tertera pada kompedia resmi. Sterilitas merupakan syarat yang paling penting. Larutan
mata yang dibuat dapat membawa banyak mikroorganisme, yang paling berbahaya adalah
Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat menyebabkan kebutaan,
ini khususnya berbahaya untuk penggunaan produk-produk nonsteril pada mata saat kornea
terkena. Bahan partikulat dapat mengiritasi mata menghasilkan ketidaknyamanan pada
pasien. Salep mata memberikan arti lain dimana obat dapat mempertahankan kontak
dengan mata dan jaringan di sekelilingnya tanpa tercuci oleh cairan air mata. Salep mata
memberikan keuntungan dimana waktu kontaknya lebih lama dan bioavaibilitasnya dan
letal obat lebih besar meski dengan onset yang lebih lambat dan waktu untuk mencapai
absorbsi lebih lama. Ssatu kekurangan dari penggunaan salep mata adalah salep akan
mengganggu pandangan kecuali digunakan selama waktu tidur.

B. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah mahasiswa mengetahui formulasi sediaan salep mata
yang memiliki formulasi terbaik dibandingkan dengan formula lainnya.

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL 1


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Salep Mata


Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang
cocok (Anief, 2000).
Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salep mata
harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan
dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas (Anonim, 1995).
Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi salap mata tidak dapat disterilkan
dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang memenuhi syarat uji sterilitas
dengan pembuatan secara aseptik. Salap mata mengandung bahan atau campuran bahan
yang sesuai untuk mecegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin
masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu aplikasi penggunaan, kecuali
dinyatakan lain dalam monografi, atau formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik
(Goeswin, ).
Obat biasanya dipakai untuk mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan
bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Yang paling sering digunakan adalah
larutan dalam air, tapi bisa juga dalam bentuk suspensi, cairan bukan air dan salep mata.
Berbeda dengan salep dermatologi, syarat salep mata yang baik yaitu :
 Steril
 Bebas hama/bakteri
 Tidak mengiritasi mata
 Difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan mata.
 Dasar salep harus mempunyai titik lebur/titik leleh mendekati suhu tubuh
(Ansel,1989).

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL 2


B. Karakteristik Sediaan Salep Mata
1. Kejernihan
Larutan mata adalah larutan bebas dari partikel asing dan jernih secara normal
diperoleh dengan filtrasi. Tentunya, pentingnya peralatan filtrasi agar jernih dan tercuci
baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain
peralatan untuk menghilangkannya. Pengerjaan penampilan untuk larutan dalam
lingkungan yang bersih, penggunaan LAF dan harus tidak tertumpah memberikan
kebersihan untuk penyiapan larutan jernih bebas dari partikel asing. Dalam beberapa
permasalahan, kejernihan dan sterilisasi dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini
penting untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya untuk pembersihan wadah
dan tutup. Keduanya, wadah dan tutup harus bersih, steril dan tak tertumpahkan. Wadah
atau tutup tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak lama dalam penyimpanan.
Normalnya dilakukan tes sterilisasi.
2. Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan seperti produk mata tergantung sifat kimia bahan obat,
pH produk, metode penyiapan (khususnya penggunaan suhu), zat tambahan larutan dan
tipe pengemasan. Obat seperti pilokarpin dan fisostigmin aktif dan cocok pada mata pada
pH 6,8. Namun demikian pH stabilitas kimia (atau ketidakstabilan) dapat diukur dalam
beberapa hari atau bulan. Dengan obat ini, bahan kehilangan stabilitas kimia kurang dari 1
tahun. Sebaliknya pada pH 5 kedua obat stabil dalam beberapa tahun.
3. Buffer dan pH
Idealnya, sediaan mata sebaiknya diformulasi pada pH yang ekuivalen dengan
cairan air mata yaitu 7,4. dan prkteknya jarang dicapai. Mayoritas bahan aktif dalam
optalmology adalah garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. Ini umumnya dapat
dibuat dalam suspensi kortikosteroid tidak larut. Suspensi biasanya paling stabil pada pH
asam pH optimum umumnya menginginkan kompromi pada formulator. pH diseleksi jadi
optimum untuk stabil. Sistem dapar diseleksi agar mempunyai kapasitas adekuat untuk
memperoleh pH dengan range stabilitas untuk durasi umur produk. Kapasitas buffer adalah
kunci utama situasi ini.

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL 3


4. Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan
berair. Larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketikamagnitude sifat koligatif
larutan adfalah sama. Larutan mata dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya sama
dengan 0,9 % larutan NaCl Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas dari
suatu waktu yang diusulkan. Mata biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range
0,5 % – 1,8 % NaCl intraokuler. Namun demikian ini tidak dibutuhkan ketika stabilitas
produk dipertimbangkan.
5. Viskositas
USP mengizinkan penggunaan peningkat viskositas untuk memperpanjang waktu
kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metil
selulose, polivinil alkohol dan hidroksil metil selulose ditambahkan secara berkala untuk
meningkatkan viskositas. Investigator telah mempelajari efek peningkatan viskositas pada
waktu kontak dalam mata. Umumnya viskositas meningkat dari 25 – 50 cps range
signifikan meningkatkan lama kontak dalam mata.
6. Bahan Tambahan
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata dibolehkan, namun pemilihannya
dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya natrium bisulfit atau metasulfit, digunakan
dalam konsentrasi sampai 0,3 %, khususnya dalam larutan yang mengandung garam
epinefrin. Antioksidan lain seperti asam askobat atau asetilsistein dapat digunakan.
Antioksidan ini berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi epinefrin.
Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal yang sama. Surfaktan nonionik,
keluar toksis kecil seperti bahan campuran digunakan dalam konsentrasi rendahkhususnya
suspensi steroid dan berhubungan dengan kejernihan larutan. Surfaktan jarang digunakan
sebagai kosolven untuk meningkatkan kelarutan. Penggunaan surfaktan, khususnya
beberapa konsentrasi signifikan, sebaiknya dengan karakteristik bahan-bahan. Surfaktan
nonionik, khususnya dapat bereaksi dengan adsorpsi dengan komponen pengawet
antimikroba dan inaktif sistem pengawet. Benzalkonium klorida dalam range 0,01 – 0,02
% dengan toksisitas faktor pembatas konsentrasi, sebagai pengawet digunakan dalam
jumlah besar larutan dengan suspensi sediaan mata.

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL 4


C. Syarat Syarat Salep Mata

Salep mata dibuat dari bahan yang disterilkan dibawah kondisi yang benar-benar
aseptik dan memenuhi persyaratan dari tes sterilisasi resmi. Sterilisasi terminal dari salep
akhir dalam tube disempurnakan dengan menggunakan dosis yang sesuai dengan radiasi
gamma.
Salep mata harus mengandung bahan yang sesuai atau campuran bahan untuk
mencegah pertumbuhan atau menghancurkan mikroorganisme yang berbahaya ketika wadah
terbuka selama penggunaan. Bahan antimikroba yang biasa digunakan adalah klorbutanol,
paraben atau merkuri organik.
Salep akhir harus bebas dari partikel besar. Basis yang digunakan tidak mengiritasi
mata, membiarkan difusi obat melalui pencucian sekresi mata dan mempertahankan aktivitas
obat pada jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang sesuai. Vaselin merupakan
dasar salep mata yang banyak digunakan. Beberapa bahan dasar salep yang dapat menyerap,
bahan dasar yang mudah dicuci dengan air dan bahan dasar larut dalam air dapat digunakan
untuk obat yang larut dalam air. Bahan dasar salep seperti ini memungkinkan dispersi obat
larut air yang lebih baik tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata.
Sterilitas merupakan syarat yang paling penting, tidak layak membuat sediaan larutan
mata yang mengandung banyak mikroorganisme yang paling berbahaya adalah
Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat menyebabkan kebutaan,
bahaya yang paling utama adalah memasukkan produk nonsteril ke mata saat kornea
digosok.
Bahan partikulat yang dapat mengiritasi mata menghasilkan ketidaknyamanan pada
pasien. Jika suatu anggapan batasan mekanisme pertahanan mata menjelaskan dengan
sendirinya bahwa sediaan mata harus steril. Air mata tidak seperti darah tidak mengandung
antibodi atau mekanisme untuk memproduksinya. Mekanisme utama untuk pertahanan
melawan infeksi mata adalah aksi sederhana pencucian dengan air mata dan suatu enzim
yang ditemukan dalam air mata (lizosim) yang mempunyai kemampuan menghidrolisa
selubung polisakarida dari beberapa mikroorganisme, satu dari mikroorganisme yang tidak
dipengaruhi oleh lizosim yakni yang paling mampu menyebabkan kerusakan mata yaitu
Pseudomonas aeruginosa (Bacilllus pyocyamis). Infeksi serius yang disebabkan
mikroorganisme ini ditunjukka dengan suatu pengujian literatur klinis yang penuh dengan

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL 5


istilah-istilah seperti enukleasi mata dan transplantasi kornea. Penting untuk dicatat bahwa
ini bukan mikroorganisme yang jarang, namun juga ditemukan disaluran intestinal, dikulit
normal manusia dan dapat menjadi kontaminan yang ada diudara.

D. Bahan Pembuatan Salep Mata


Bahan tambahan yang ditambahkan ke dalam dasar salap mata berbentuk larutan
atau serbuk halus. Salep mata harus bebas dari partikel kasar dan harus memenuhi
syarat kebocoran dan partikel logam pada uji salep mata.
Wadah untuk salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan
penutupan serta harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada
penggunaan pertama obat. Dasar salap mata yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata,
memungkinkan difusi obat dalam caitan mata, dan tetap dapat memperthankan aktivitas
obat dalam jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat (usia) guna.
Vaselin merupakan dasar salap mata yang banyak digunakan. Beberapa bahan
dasar salap dapat menyerap air, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air, dan bahan
seperti ini memungkinkan dispersi obat larut secara lebih baik, tetapi tidak boleh
menyebabkan iritasi pada mata. Zat obat yang ditambahkan ke dalam dasar salep, apakah
dalam bentuk larutan atau dalam bentuk serbuk yang dibuat halus sekali sampai ukuran
mikron. Lalu obat dicampur sampai sempurna dengan dasar salap biasanya memakai
penggiling. Setelah pembuatan saeap mata ini diisikan ke dalam tube yang terbuat
dari plastik atau timah dimana sebelumnya telah dibuat steril.
Tube yang isinya kurang lebih 3,5 gram salap dan dikocokkan dengan ujungnya
berliku sempit yang memungkinkan lompatan segumpal kecil salep. Hal ini sesuai
untuk menempatkan salap pada garis tepi kelopak mata. Suatu tempat yang biasa
dalam pemakaian obat. Hal ini harus dikerjakan tanpa menyentuh mata (Ansel, 1989).

E. Kualitas Basis Salep


1. Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan
homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL 6


3. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang palintg mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
4. Dasar salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara fisika dan kimia
dengan obat yang dikandungnya.
5. Terdistribusi secara merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat
atau cair pada pengobatan.

F. Penggolongan Basis Salep


1. Dasar salep berminyak. Contohnya : Vaselin, parafin, minyak tumbuh-tumbuhan dan
silikon.
2. Dasar salep absorpsi
Golongan dasar salep absorpsi meliputi minyak hidrofil yaitu adeps lanae, Hydrophylic
petrolatum dan dasar salep yang baru seperti polysorb. Dasar salep absorpsi ada dua
tipe :
 Dasar salep anhidrous yang mampu menyerap air dan membentuk tipe emulsi A/M
seperti adeps lanae dan Hydrophilic petrolatum.
 Dasar salep hidrus dan merupakan tipe emulsi A/M tetapi masih mampu menyerap
air yang ditambahkan seperti cold cream dan lanolin.Sifat lain dasar salep absorpsi
adalah tidak mudah dicuci, karena fase kontinyu adalah minyak.
3. Dasar salep tercuci
Dasar salep tercuci adalah anhidrous, larut dalam air dan mudah dicuci dengan air.
Hanya bagian kecil dari cairan dapat didukung oleh dasar salep tanpa perubahan
viskositas. Contohnya : Polietilenglikol.
4. Dasar salep emulsi
Ada dua macam yaitu :
 Dasar salep emulsi tipe A/M seperti lanolin dan cold cream.
 Dasar salep emulsi tipe M/A seperti hydrophilic oinment dan Vanishing cream
Pemilihan dasar salep disesuaikan dengan kebutuhan atau sifat salep yang diinginkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah:
 Laju penglepasan bahan obat dari basis salep;
 Peningkatan absorpsi perkutan oleh basis salep dari bahan obat;

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL 7


 Kelayakan melindungi kelembaban kulit oleh basis salep;
 Jangka waktu obat stabil dalam basis salep; dan
 Pengaruh obat terhadap kekentalan atau hal lainnya dari basis salep.

G. Pembuatan salep mata


 Dibuat dibawah persyaratan aseptis, karena umumnya sterilisasi akhir tdk dapat
dilakukan.
 Senyawa-senyawa hidrokarbon dan basis-basis lemak dapat disterilkan secara panas.
 Untuk menjaga liberasi obat dan mencegah iritasi digunakan alat-alat khusus untuk
menghaluskan zat aktif.

Metoda pembuatan salep mata:

a. Jika obat larut dalam air yang tersedia dan stabil dalam larutan, dilarutkan dengan air
sesedikit mungkin , sterilkan dalam autoclve / filtrasi , kemudian campur dengan basis
yang steril dalam keadaan pana, selanjutnya digerus sampai dingin.

Contoh : - Salep mata Atropin

- Salep mata Hyosciamin .

b. Obat-obat yang tidak larut dalam air , digerus menjadi serbuk halus ,kemudian
dicampurkan dengan basis salep steril.

Contoh : - Chloramophenicol
- Hydrocortison Acetat
- Chlortetracyclin HCL
- Mercuri Oxida
- Neomycin Sulfat
c. Untuk zat aktif yang tidak larut air maupun dalam basis salep , zat aktif harus benar-
benar halus untuk mencegah iritasi mata .

Contoh :

- Sulfacetamid Na , haruslah dengan ukuran partikel 90 mm .


- Hydrocortison Acetat disyaratkan tidak ada partikel yang lebih besar dari 50
mm.

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL 8


Penambahan pengawet pada salep mata , untuk beberapa Pharmakope mempunyai
pendapat yang berbeda-beda .

a. Farmakope Eropa dan USP : Diperlukan penambahan pengawet.

b. DAB 8 : Bebas

c. Farmakope Indonesia : harus mengandung bahan untuk mencegah


pertumbuhan atau memusnahkan mikroba bila tutup wadah dibuka saat penggunaan
(untuk pemakaian ganda).

Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Menyediakan Sediaan Salep Mata :

1. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat
serta memenuhi syarat uji sterilitas. Bila bahan tertentu yang digunakan dalam
formulasi tidak dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan
yang memenuhi syarat uji sterilitas dengan pembuatan secara aseptik. Salep mata
harus memenuhi persyaratan uji sterilitas. Sterilitas akhir salep mata dalam tube
biasanya dilakukan dengan radiasi sinar γ. (Remingthon pharmauceutical hal. 1585).

2. Kemungkinan kontaminasi mikroba dapat dikurangi dengan melakukan pembuatan


uji dibawah LAF.

3. Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk
mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara
tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan. Kecuali dinyatakan lain
dalam monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik .

Zat anti mikroba yang dapat digunakan, antara lain:

1. Klorbutanol dengan konsentrasi 0.5 % (Pharmaceutical exipient, 2006)


2. Paraben
3. Senyawa Hg organik OTT dengan halida
4. Benzalkonium klorida dengan konsentrasi 0,01 – 0,02 % (Salvatore Turco et al,
1974).

H. Cara - Cara Sterilisasi Menurut Farmakope Indonesia edisi IV


1. Sterilisasi Uap
Adalah proses sterilisasi thermal yang menggunakan uap jenuh dibawah
tekanan selama 15 menit pada suhu 121o. Kecuali dinyatakan lain, berlangsung di
suatu bejana yang disebut otoklaf, dan mungkin merupakan proses sterilisasi paling
banyak dilakukan.

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL 9


 Alat:
Disebut otoklaf, yaitu suatu panci logam yang kuat dengan tutup yang berat,
mempunyai lubang tempat mengeluarkan uap air beserta krannya, termometer,
pengatur tekanan udara, klep pengaman.
 Cara bekerja :
Otoklaf dipanaskan, ventilasi dibuka untuk membiarkan udara keluar. Pengusiran
udara pada otoklaf berdinding dua, uap air masuk dari bagian atas dan udara keluar
dari bagian bawah yang dapat ditunjukkan pada gelembung yang keluar dari ujung
pipa karet dalam air.
Setelah udara bersih, bahan yang akan disterilkan dimasukkan sebelum air
mendidih, tutup otoklaf dan dikunci, ventilasi ditutup dan suhu serta tekanan akan naik
sesuai dengan yang dikehendaki. Atur klep pengaman supaya tekanan stabil.
Setelah sterilisasi selesai, otoklaf dibiarkan dingin hingga tekanannya sama
dengan tekanan atmosfir. Cara sterilisasi ini lebih efektif dibanding dengan pemanasan
basah yang lain, karena suhunya lebih tinggi.
 Bahan / alat yang dapat disterilkan :
Alat pembalut, kertas saring, alat gelas ( buret, labu ukur ) dan banyak obat-obat
tertentu.
2. Sterilisasi Panas Kering
Sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus Oven modern yang dilengkapi
udara yang dipanaskan dan disaring. Rentang suhu khas yang dapat diterima di dalam
bejana sterilisasi kosong adalah lebih kurang 15o, jika alat sterilisasi beroperasi pada
suhu tidak kurang dari 250⁰C.
 Alat :
Oven yaitu lemari pengering dengan dinding ganda, dilengkapi dengan termometer
dan lubang tempat keluar masuknya udara, dipanaskan dari bawah dengan gas atau
listrik.
 Bahan / alat yang dapat disterilkan dengan cara kering
Alat-alat dari gelas (gelas kimia, gelas ukur, pipet ukur, erlemeyer, botol-botol,
corong), bahan obat yang tahan pemanasan tinggi (minyak lemak, vaselin).
 Ciri-ciri pemanasan kering :

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL 10


- Yang dipanaskan adalah udara kering.
- Proses pembunuhan mikroba berdasarkan oksidasi O2 udara.
- Suhu yang digunakan lebih tinggi, kira-kira 150⁰. Satu gram udara pada suhu 100⁰, jika
didinginkan menjadi 99⁰ hanya membebaskan 0,237 kalori.
- Waktu yang diperlukan lebih lama, antara 1 jam sampai 2 jam, kecuali pemijaran.
- Digunakan untuk sterilisasi bahan obat / alat yang tahan pemanasan tinggi.
3. Sterilisasi gas
Bahan aktif yang digunakan adalah gas etilen oksida yang dinetralkan dengan
gas inert, tetapi keburukan gas etilen oksida ini adalah sangat mudah terbakar, bersifat
mutagenik, kemungkinan meninggalkan residu toksik di dalam bahan yang disterilkan,
terutama yang mengandung ion klorida. Pemilihan untuk menggunakan sterilisasi gas
ini sebagai alternatif dari sterilisasi termal, jika bahan yang akan disterilkan tidak tahan
terhadap suhu tinggi pada sterilisasi uap atau panas kering. Proses sterilisasinya
berlangsung di dalam bejana bertekanan yang didesain seperti pada otoklaf dengan
modifikasi tertentu. Salah satu keterbatasan utama dari proses sterilisasi dengan gas
etilen oksida adalah terbatasnya kemampuan gas tersebut untuk berdifusi sampai ke
daerah yang paling dalam dari produk yang disterilkan.
4. Sterilisasi dengan radiasi ion
Ada 2 jenis radiasi ion yang digunakan yaitu disintegrasi radioaktif dari
radioisotop (radiasi gamma) dan radiasi berkas elektron. Digunakan isotop radio aktif,
misalnya Cobalt 60. Pada kedua jenis ini, dosis yang menghasilkan derajat jaminan
sterilitas yang diperlukan harus ditetapkan sedemikian rupa hingga dalam rentang
satuan dosis minimum dan maksimum, sifat bahan yang disterilkan dapat diterima.
Walaupun berdasarkan pengalaman dipilih dosis 2,5 megarad (Mrad) radiasi yang
diserap, tetapi dalam beberapa hal, diinginkan dan dapat diterima penggunaan dosis
yang lebih rendah untuk peralatan, bahan obat dan bentuk sediaan akhir. Cara ini
dilakukan jika bahan yang disterilkan tidak tahan terhadap sterilisasi panas dan
khawatir tentang keamanan etilen oksida. Keunggulan sterilisasi ini adalah reaktivitas
kimia rendah, residu rendah yang dapat diukur serta variabel yang dikendalikan lebih
sedikit.
5. Sterilisasi dengan penyaringan

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL 11


Sterilisasi larutan yang labil terhadap panas sering dilakukan dengan
penyaringan menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba, hingga mikroba yang
dikandungnya dapat dipisahkan secara fisika. Perangkat penyaring umumnya terdiri
dari suatu matriks berpori bertutup kedap atau dirangkaikan pada wadah yang tidak
permeable. Efektivitas penyaring media atau penyaring subtrat tergantung pada ukuran
pori matriks, daya adsorpsi bakteri dari matriks dan mekanisme pengayakan.
Penyaring yang melepas serat, terutama yang mengandung asbes harus dihindari
penggunaannya kecuali tidak ada penyaringan alternatif lain yang mungkin bisa
digunakan. Ukuran porositas minimal membran matriks tersebut berkisar 0,2 mm –
0,45 mm tergantung pada bakteri apa yang hendak disaring. Penyaring yang tersedia
saat ini adalah selulosa asetat, selulosa nitrat, flourokarbonat, polimer akrilik,
polikarbonat, poliester, polivinil klorida, vinil nilon, potef dan juga membran logam.
Larutan disaring melalui penyaring bakteri steril, diisikan ke dalam wadah steril,
kemudian ditutup kedap menurut teknik aseptik .

Keuntungan cara ini :


- Digunakan untuk bahan obat yang tidak tahan pemanasan tetapi larut dalam air.
- Dapat dilakukan dengan cepat, terutama untuk pembuatan kecil-kecilan.
- Semua mikroba hidup atau mati dapat disaring dari larutan, virus jumlahnya dikurangi.
- Penyaring dapat bersifat adsorpsi, sebagian besar virus dapat diadsorpsi

Kerugian cara ini :


- Masih diperlukan zat bakterisida.
- Hanya dapat digunakan untuk pembawa berair, tidak dapat digunakan untuk pembawa
minyak.
- Beberapa jenis penyaring dapat mengadsorpsi bahan obat, terutama kalau kadarnya
kecil.
- Beberapa penyaring sukar dicuci : porselin, Keiselguhr.
- Beberapa penyaring bersifat alkalis (Seitz filter) dan penyaring dari asbes melepaskan
asbes ke dalam larutan.
- Filtrat yang diperoleh belum bebas dari virus.

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL 12


Cara-cara menyaring. Ada 2 cara untuk menyaring , yaitu :
- Dengan tekanan positip : larutan dalam penyaring ditekan dengan tekanan yang lebih
besar dari udara luar.
- Dengan tekanan negatip : larutan dalam penyaring diisap (penampung di vakumkan).
Udara yang dipakai untuk itu harus udara bersih, biasanya digunakan gas nitrogen (N2)
yang dialirkan melalui kapas berlemak dalam tabung gelas atau platina yang
dipanaskan.

Pembersihan penyaring bakteri :


- Dengan menyedot air bersih berlawanan dengan cara penyaringan atau larutan HCl
panas lalu dibilas.
- Memasak dalam larutan Na-karbonat 2 % lalu dibilas (protein akan hancur , karena
pH 8,5).
- Penyaring bakteri disterilkan dengan cara pemanasan kering, pemijaran, otoklaf atau
secara kimiawi.

Sterilisasi dengan cara aseptic

Proses ini untuk mencegah masuknya mikroba hidup ke dalam komponen steril
atau komponen yang melewati proses antara yang mengakibatkan produk setengah jadi
atau produk ruahan atau komponennya bebas dari mikroba hidup.
Cara sterilisasi dengan menggunakan teknik yang dapat memperkecil
kemungkinan terjadi cemaran/ kontaminasi dengan mikroba hingga seminimal mungkin.
Digunakan untuk bahan obat yang tidak dapat disterilkan dengan cara pemanasan atau
dengan cara penyaringan.

Caranya :
- Bahan obat: memenuhi syarat p.i , tidak disterilkan.
- Zat pembawa: disterilkan tersendiri dahulu.
- Zat pembantu: disterilkan tersendiri.
- Alat-alat: disterilkan dengan cara yang cocok.

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL 13


- Ruang kerja: bersih, bebas debu, dan angin, disterilkan dengan sinar u.v atau cara
lain yang sesuai.
Kemudian bahan obat, zat pembawa, zat pembantu disimpan secara aseptic dalam
ruang aseptic hingga terbentuk obat / larutan injeksi dan dimasukkan ke dalam wadah
secara aseptic.

Pemilihan cara sterilisasi harus mempertimbangkan beberapa hal seperti berikut:


 Stabilitas : sifat kimia, sifat fisika, khasiat, serat, struktur bahan obat tidak boleh
mengalami perubahan setelah proses sterilisasi.
 Efektivitas : cara sterilisasi yang dipilih akan memberikan hasil maksimal dengan
proses yang sederhana, cepat dan biaya murah.
 Waktu : lamanya penyeterilan ditentukan oleh bentuk zat, jenis zat, sifat zat dan
kecepatan tercapainya suhu penyeterilan yang merata.

I. Cara Penggunaan Salep Mata


1. Cucilah tangan anda.
2. Jangan menyentuh ujung tube salep.
3. Tengadahkan kepala sedikit miring ke belakang.
4. Pegang tube salep dengan satu tangan dan tariklah pelupuk mata yang sakit ke arah
bawah dengan tangan yang lain sehingga akan membentuk “kantung”.
5. Dekatkan ujung tube salep sedekat mungkin dengan “kantung” tanpa menyentuhnya.
6. Bubuhkan salep sesuai dengan yang tertulis di etiket.
7. Pejamkan mata selama 2 menit.
8. Bersihkan salep yang berlebih dengan tissue.
9. Bersihkan ujung tube dengan tissue lain
 Hati-hati untuk mencegah kontaminasi tutup tube saat dibuka.
 Pada saat tube salep dibuka pertama kali, tekan keluar ¼ inci salep dan buang
karena mungkin terlalu kering.
 Jangan pernah menyentuh ujung tube dengan permukaan apapun.
 Jika mempunyai lebih dari satu tube untu salep mata yang sama, buka satu tube
saja.
 Jika menggunakan lebih dari satu jenis salep mata pada waktu yang sama, tunggu
sekitar 10 menit sebelum menggunakan salep lainnya.
 Untuk memperbaiki aliran dari salep, pegang tube dalam tangan selama beberapa
menit sebelum digunakan.

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL 14


 Sangat bermanfaat untuk latihan menggunakan salep dengan persis di depan
cermin

J. Pengujian Salep Mata


1. Uji Kebocoran Salep Mata
Pilih 10 tube salep mata, dengan segel khusus jika disebutkan. Bersihkan dan
keringkan baik-baik permukaan luar tiap tube dengan kain penyerap. Letakkan tube
pada posisi horizontal di atas lembaran kertas penyerap, dalam oven dengan suhu yang
diatur pada 60 + 3 0C selama 8 jam. Tidak boleh terjadi kebocoran yang berarti selama
atau setelah pengujian selesai (abaikan bekas salep yang diperkirakan berasal dari
bagian luar dimana terdapat lipatan dari tube atau bagian luar dari ulir tutup tube). Jika
terdapat kebocoran pada satu tube tapi tidak lebih dari satu; ulangi pekerjaan dengan
tambahan 20 tube salep. Persyaratan ini memenuhi jika tidak ada satupun dari 10 tube
uji pertama dan kebocoran yang diamati tidak lebih dari satu dari 30 tube yang diuji.
2. Uji Partikulat
Keluarkan isi dari 10 tube salep. Pertama-tama lebur dalam cawan Petri datar
dan kemudian biarkan memadat lalu diamati di bawah mikroskop tenaga rendah yang
dilengkapi dengan micrometer lensa mata untuk partikel yang berukuran 50 μm atau
lebih besar dalam beberapa dimensi. Syarat-syaratnya diterima jika jumlah total dari
partikel logam dalam seluruh 10 tube tidak lebih dari 50 dan jika tidka lebih dari satu
tube ditemukan mengandung delapan partikel yang sama.
3. Uji Sterilisasi
Uji untuk sterilisasi produk seperti salep mata telah dipermudah dengan
penggunaan steril membran bacteria-retaining (yang mempunyai porositas 0,45 atau
0,22 μm yang umumnya digunakan). Untuk salep yang larut dalam isopropyl miristat
(pelarut yang digunakan tes official untuk sterilisasi), sampel dilarutkan dalam pelarut
tes steril. Untuk salep yang tidak larut dalam isopropyl miristat disuspensikan dalam
pembawa cairan yang cocok yang mengandung bahan pendispersi dan uji dengan
Prosedur Umum Konvensional.

K. Keuntungan dan Kelemahan Sediaan Salep Mata

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL 15


Keuntungan utama suatu salep mata terhadap larutan untuk mata adalah
penambah waktu hubungan anatara obat dengan obat dengan mata, dua sampai empat kali
lebih besar apabila dipakai salep dibandingkan jika dipakai larutan garam. Satu
kekurangan bagi pengggunaan salep mata adalah kaburnya pandangan yang terjadi
begitu dasar salep meleleh dan menyebar melalui lensa kontak (Ansel, ).
Sediaan mata umumnya dapat memberikan bioavailabilitas lebih besar daripada
sediaan larutan dalam air yang ekuivalen. Hal ini disebabkan karena waktu kontak
yang lebih lama sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih tinggi. Salep mata dapat
mengganggu penglihatan, kecuali jika digunakan saat akan tidur (Remington
Pharmaceutical Science, ).

L. Indikasi dan Kontra indikasi pemberian obat pada mata

1. Indikasi
Biasanya obat salep mata digunakan dengan indikasi sebagai berikut :
a. meredakan sementara mata merah akibat iritasi ringan yang dapat disebabkan oleh
debu, sengatan sinar matahari, pemakaian lensa kontak, alergi atau sehabis berenang.
b. antiseptik dan antiinfeksi.
c. radang atau alergi mata.

2. Kontraindikasi

Obat salep mata yang mengandung nafazolin hidroksida tidak boleh digunakan pada
penderita konjutivitis atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak. Kecuali
dalam pegawasan dan nasehat dokter.

M. Wadah Salep Mata

Wadah salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan.
Wadah salep mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada
pemakaian pertama. Wadah salep mata kebanyakan menggunakan tube, tube dengan
rendahnya luas permukaan jalan keluarnya menjamin penekanan kontaminasi selama
pemakaianya sampai tingkat yang minimum. Secara bersamaan juga memberikan
perlindungan tehadap cahaya yang baik. Pada tube yang terbuat dari seng, sering terjadi
beberapa peristiwa tak tersatukan. Sebagai contoh dari peristiwa tak tersatukan telah
dibuktikan oleh garam perak dan garam airaksa, lidocain (korosi) dan sediaan skopolamoin
yang mengandung air (warna hitam). Oleh karena itu akan menguntungkan jika

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL 16


menggunakan tube yang sebagian dalamnya dilapisi lak. Pada pembuatan tube yang tidak
tepat harus diperhitungkan adanya serpihan – serpihan logam.

K. Waktu Penyimpanan

Waktu penyimpanan tidak hanya tergantung dari stabilitas kimia bahan obat yang
digabungkan, tetapi juga dari kemungkinan terjadinya pertumbuhan partikel dalam interval
waktu tertentu mutlak diperlukan. Jadi dalam setiap hal, selalu diutamakan pembuatan
salep mata secara segar.

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL 17


BAB III
PEMBAHASAN
Formulasi:
Bahan Formula Keterangan
I II III Kelompok
Kloramfenikol √ √
Tetrasiklin HCl √ √ Pemerian: Serbuk hablur, kuning, rasa pahit,
amfoter
Kelarutan: Larut dalam 10 bagian air dan dalam 100
bagian etanol 95% P, Larut dalam air jika dibiarkan
akan keruh karena pengendapan tetrasiklin, praktis
tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P, dalam
aseton P, dan dalam larutan alkali hidroksida dan
dalam larutan alkali karbonat.
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat,
terlindung dari cahaya, jika dalam udara lembab
terkena sinar matahari warna menjadi gelap, larutan
dengan pH tidak lebih dari 2. Rusak pada pH 7 atau
lebih.
Kegunaan: Zat aktif
Stabilitas: Akan terhidrolisis dalam larutan alkali
dan menjadi kabur, sebaiknya stabil di udara dan
menjadi gelap jika terpapar cahaya yang kuat
Incomp: Tetrasiklin mempunyai potensi untuk rusak
atau adanya asam kuat.
Sterilisasi: Disterilkan dengan radiasi sinar gamma
Klorobutanol √ √ Pemerian: Menguap, sedikit berwarna atau kristal
putih yang rapuh, bau kamfer.
Kelarutan: Larut bebas dalam kloroform, eter dan
minyak menguap, 1 bagian dalam 0,6 ml etanol (95
%) P
Penyimpanan: Serbuk materiil disimpan pada
wadah tertutup baik pada temperature 8 – 15oC
Kegunaan: Pengawet

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL 18


α tokoferol √ √ Pemerian: Tidak berbau atau sedikit berbau, tidak
berasa atau sedikit berasa cairan, seperti minyak,
kuning jernih
Kelarutan: Praktis tiak larut dalam air, larut dlam
etanol (95%) P, dan dapat bercampur dengan eter P,
dan dengan aseton P, dengan ,minyak nabati,
dengan kloroform P
Penyimpanan: Harus disimpan di bawah gas inert
dalam wadah kedap udara pada temperature yang
sejuk dan kering, terlindung dari cahaya
Kegunaan: Sebagai antioksidan
Paraffin cair √ √ √ √ Pemerian: Cairan kental, transparan, tidak
berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau,
hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan dalam
etanol (95 %) P, larut dalam kloroform P dan dalam
eter P.
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat,
Kegunaan: Sebagai basis
Adeps lanae √ √ √ √ Pemerian: Cairan jernih, tidak berwarna, odourless,
tidak berasa
Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air, agak sukar
larut dalam etanol, mudah larut dalam kloroform P
dan eter P
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik,
terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan kering.
Kegunaan: Sebagai basis
Kestabilan : Dapat mengalami autooksidasi selama
penyimpanan untuk menghambat proses ini dapat
ditambah BFIT sebagai antioksidan
Incomp : Lanolin dapat mengandung prooksidan
yang dapat mengandung bahan aktif.
Sterilisasi : Oven pada suhu 150oC selama 1 jam,
salep mata steril yang mengandung lanolin dapat
disterilkan dengan cara filtrasi atau disinari dengan
radiasi
BHT √

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL 19


Vaselin flavum √ √ √ √ Pemerian : Massa lunak, lengket, kuning, bening,
sifat ini tetap setelah zat dilebur dan dibiarkan
hingga dingin tanpa diaduk, berfluoresensi lemah.
Jika dicairkan tidak berbau, hampir tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dan dalam
etanol (95 %) P, larut dalam kloroform P, dalam eter
P dan dalam eter minyak tanah, larutan kadang-
kadanag teropalesensi lemah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai basis
Kestabilan : Kebanyakan masalah stabilitas terjadi
karena sejumlah kecil larutan dengan pemaparan
cahaya, kotoran ini teroksidasi yang dapat merupah
petrolatum dan menciptakan bau yang tidak sedap.
Incomp : Bahan inert yang memiliki beberapa sifat
incomp
Jarak lebur : 38,56 – 38,60oC
Sterilisasi : Oven pada suhu 150oC selama 1 jam
Setil alcohol √ √

1. Formula I
Pada formula 1, bahan aktif yang digunakan adalah kloramfenikol. Bahan pengawet
yang digunakan adalah klorobutanol dan α tokoferol sebagai antioksidan. Basis yang
digunakan adalah paraffin cair, adeps lanae, dan vaselin flavum.
Kelebihan dari sediaan salep mata kloramfenikol ini adalah pada khasiat
kloramfenikol yang ditujukan untuk penggunaan blepharitis yaitu radang pada kelopak
mata, jadi harus dibuat sediaan salep karena berkerja pada kelopak mata, kelenjar sebaseus,
konjungtiva, kornea dan iris. Namun kloramfenikol memiliki efek samping umum, antara
lain gangguan lambung dan usus, neuropati optis dan perifer, radang lidah dan mulut.

2. Formula II
Pada formula 2, bahan aktif yang digunakan adalah kloramfenikol, sama dengan
formula pertama. Namun pada formula kedua ini tidak ditambahkan pengawet ataupun

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL 20


antioksidan. Sehingga dikhawatirkan sediaan ini cepat mengalami reaksi rancidity maupun
menjadi rusak. Untuk khasiat dan indikasi sama dengan formula yang pertama.

3. Formula III
Pada formula 3, bahan aktif yang digunakan adalah Tetrasiklin HCl. Tetrasiklin
HCL sebagai zat aktif bekhasiat sebagai antimikroba spektrum luas. Bahan pengawet yang
digunakan pada formula ini adalah BHT. Kelemahan dari formula ini adalah pada
kestabilan BHT terganggu pada paparan terhadap cahaya, kelembaban, dan panas sehingga
menyebabkan perubahan warna dan hilangnya aktifitas.

4. Formula Kelompok
Pada formula kelompok, kami memilih menggunakan Tetrasiklin HCl sebagai zat
aktifnya. Bahan pengawet yang digunakan adalah klorobutanol dan α tokoferol sebagai
antioksidan. Basis yang digunakan adalah paraffin cair, adeps lanae, dan vaselin flavum.
Alasan pemilihan Tetrasiklin HCl adalah karena khasiatnya sebagai antimikroba
(bakteriostatik) spectrum luas. Salep mata golongan tetrasiklin efektif untuk mengobati
trachoma dan infeksi lain pada mata oleh kuman gram positif dan gram negatif yang
sensitif. Mekanisme kerja Tetrasiklin HCl yaitu hambatan pada sintesis protein ribosom
yaitu dengan menghambat pemasukan asil t-RNA pada fase pemanjangan yang termasuk
fase translasi. Ini akan menyebabkan blockade perpanjangan rantai peptide.
Alasan pemilihan α tokoferol sebagai antioksidan adalah karena vaselin distabilkan
dengan penambahan sejumlah alfa tokoferol. Selain itu, karena sebelum dimurnikan,
paraffin cenderung teroksidasi dan menimbulkan bau yang tak sedap. Ini dicegah dengan
pemakain alfa tokoferol.
Alasan penggunaan klorobutanol adalah karena klorbutanol secara luas digunakan
sebagai pengawet pada sediaan farmasetik sebagian besar pada sediaan mata. Konsentasi
yang digunakan sebagai pengawet pada sediaan mata adalah 0,5%. Klorbutanol aktif
melawan bakteri gram positif dan gram negatif dan beberapa jamur seperti Candida
albicans, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus albus. Salep mata harus
mengandung bahan yang cocok atau campuran bahan untuk mencegah pertumbuhan atau
menghancurkan mikroorganisme yang ada ketika wadah dibuka selama pemakaian.

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL 21


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salep mata harus
diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan
perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas.
Tujuan utama pemberian salep mata yaitu untuk memperlama kontak obat dengan
permukaan mata.
Indikasi biasanya obat salep mata digunakan untuk meredakan sementara mata merah
akibat iritasi ringan yang dapat disebabkan oleh debu, sengatan sinar matahari, pemakaian
lensa kontak, alergi atau sehabis berenang, antiseptik dan anti infeksi, radang atau alergi mata.
Kontraindikasi obat salep mata yang mengandung nafazolin hidroksida tidak boleh
digunakan pada penderita konjutivitis atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak.
Kecuali dalam pegawasan dan nasehat dokter.
Keuntungan utama suatu salep mata terhadap larutan untuk mata adalah penambah
waktu hubungan anatara obat dengan obat dengan mata, dua sampai empatkali lebih besar
apabila dipakai salep dibandingkan jika dipakai larutan garam. Satu kekurangan bagi
pengggunaan salep mata adalah kaburnya pandangan yang terjadi begitu dasar salep meleleh dan
menyebar melalui lensa kontak.
Syarat-syarat salep mata dibuat dari bahan yang disterilkan dibawah kondisi yang
benar-benar aseptik dan memenuhi persyaratan dari tes sterilisasi resmi.
Basis salep mata dasar salep pilihan untuk salep mata harus tidak mengiritasi mata dan
harus memungkinkan difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan
mata.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyediakan sediaan salep mata
Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta
memenuhi syarat uji sterilitas. Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan
yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk
secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan.

B. Saran
Disadari oleh penulis bahwa makalah yang telah disusun oleh penilis yang
berjudul”Konsep Pemberian Salep mata” masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran terhadap makalah yang bersifat membangun agar makalah yang
dibuat dapat menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain masyarakat pada umumnya.

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL 22


DAFTAR PUSTAKA

1. A.R.Gennaro. 1990. Renntiton’s Pharmacetical Science the edition 18th. Pennsylvania : Mack
Publishing Company.
2. Anonim.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Dirjen POM.
3. Arief, M.2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta : Gadjah Mada University
press.
4. Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Universitas Indonesia
(UI-Press).
5. G.Bare, Brenda.C Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
dan Suddarth Edisi 8.Jakarta : EGC.
6. R.Hayes,L.Kee Joice.1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC
7. Ditjen POM RI, Farmakope Indonesia Edisi V (1995), Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
8. Salvatore Turco & Robert E. King , Sterile Dosage Forms (1974), Lea & Febiger, Philadelphia.
9. A.R. Gennaro, Remington’s Pharmaceutical Sciences 18th Edition (1990), Mack Publishing
Company, Pennsylvania.
10. A Joseph B. Sprowls, Prescription Pharmacy (1970), J.B. Lippincott Company, Toronto –
Philadelphia.

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL 23

Anda mungkin juga menyukai