“SALEP MATA”
Disusun oleh :
170106051
PRODI FARMASI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Obat biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek lokal pada
pengobatan bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Yang
paling sering digunakan adalah larutan dalam air, akan tetapi juga biasa
dipakai seperti suspense, tetes mata, dan salep mata. Akhir-akhir ini
pengobatan dengan menyisipkan dan meresapkan obat telah
dikembangkan untuk memberikan memberikan pelepasan obat secara
terus-menerus. Karena kapasitas mata untuk menahan atau menyimpan
cairan dan salep terbatas, pada umumnya obat mata diberikan dalam
volume kecil. Preparat cairan sering diberikan dalam bentuk sediaan
tetes dan salep dengan mengoleskan salep yang tipis pada pelupuk
mata (Ansel,2011).
1.3 Tujuan
ISI
Salep mata adalah salep steril yang digunakan pada mata. Pada
pembuatannya bahan obat ditambahkan sebagai larutan steril atau
serbuk steril termikronisasi pada dasar salep steil. Hasil akhir
dimasukkan kedalam tube steril secara aseptik. Bahan obat dan dasar
salep disterilkan dengan cara yang cocok (Syamsuni,2006).
a. Salep epidermis
b. Salep endodermis
c. Salep diadermis
2. Berdasarkan Dasar Salep
· Vaselin putih
· Vaselin kuning
· Paraffin encer
· Parafin padat
· Minyak tumbuh-tumbuhan
· Unguentum simplek
· Hydrophilic petrolatum
· Emulsifying wax
· Hydrophillic ointment
d. Dasar salep yang dapat larut dalam air, yaitu terdiri dari PEG
mata
4. Salep mata harus steril dan disimpan dalam tube yang steril
Steril
Suatu bahan dinyatakan steril bila sama sekali bebas dari
mikroorganisme hidup dan patogen maupun non patogen, baik
dalam bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif (spora).
Salep mata steril dapat diperoleh melalui metode sterilisasi.
Kejernihan
Bebas dari partikel asing dan jernih secara normal diperoleh
dengan filtrasi. Dalam beberapa permasalahan, kejernihan dan
sterilisasi dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini penting
untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya untuk
pembersihan wadah dan tutup. Keduanya, wadah dan tutup harus
bersih, steril dan tak tertumpahkan. Wadah atau tutup tidak
membawa partikel dalam larutan selama kontak lama dalam
penyimpanan. Normalnya dilakukan uji sterilisasi.
Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan seperti produk mata tergantung sifat
kimia bahan obat, pH produk, metode penyiapan (khususnya
penggunaan suhu), zat tambahan larutan dan tipe pengemasan.
Buffer dan pH
Buffer adalah zat yang dapat mempertahankan pH ketika
ditambah sedikit asam/basa atau ketika diencerkan. Kapasitas buffer
adalah kunci utama situasi ini. Idealnya, sediaan mata sebaiknya
diformulasi pada pH yang ekuivalen dengan cairan air mata yaitu 7,4
dan prakteknya jarang dicapai. pH diseleksi jadi optimum untuk
stabil.
Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-
garam dalam larutan berair. Sediaan mata dipertimbangkan isotonik
ketika tonisitasnya 0,9 % larutan NaCl.
Viskositas
Bahan-bahan seperti metil selulose, polivinil alkohol dan hidroksil
metil selulose ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan
viskositas
Bahan Tambahan
Penggunaan bahan tambahan dalam sediaan mata dibolehkan,
namun pemilihannya dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya
natrium bisulfit atau metasulfit, digunakan dalam konsentrasi sampai
0,3 %, khususnya dalam larutan yang mengandung garam epinefrin.
Antioksidan lain seperti asam askobat atau asetilsistein dapat
digunakan. Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal
yang sama. Surfaktan nonionik, keluar toksis kecil seperti bahan
campuran digunakan dalam konsentrasi rendah khususnya suspensi
steroid dan berhubungan dengan kejernihan larutan. Surfaktan
jarang digunakan sebagai kosolven untuk meningkatkan kelarutan.
KESIMPULAN
Press.
Anief, M. 1997. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik.Yogyakarta :
Keempat.Jakarta: UI-Press.
Keempat.Jakarta : UI Press.
Pearce, E.C. 2006. Anatomy & Physiology for Nurse. Terj: Sri Yuliani