Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUID DAN SEMI SOLID

“SALEP MATA”

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknologi


Sediaan Likuid dan Semi Solid

Disusun oleh :

Zachra Noval Dagmar

170106051

PRODI FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia yang


secara konstan menyesuaikan pada jumlah cahaya yang masuk,
memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta
menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera di hantarkan
pada otak. Penglihatan pada manusia melibatkan deteksi gelombang
cahaya yang sangat sempit dengan panjang gelombang sekitar 400
sampai 750 nm. Mata memiliki fotoreseptor yang mampu mendeteksi
cahaya. Mata manusia memiliki cara kerja otomatis yang sempurna,
mata dibentuk dengan 40 unsur utama yang berbeda dan kesemua
bagian ini memiliki fungsi penting dalam proses melihat. Kerusakan
salah satu fungsi bagiannya saja akan menjadikan mata mustahil dapat
melihat (Pearce,2006).

Obat biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek lokal pada
pengobatan bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Yang
paling sering digunakan adalah larutan dalam air, akan tetapi juga biasa
dipakai seperti suspense, tetes mata, dan salep mata. Akhir-akhir ini
pengobatan dengan menyisipkan dan meresapkan obat telah
dikembangkan untuk memberikan memberikan pelepasan obat secara
terus-menerus. Karena kapasitas mata untuk menahan atau menyimpan
cairan dan salep terbatas, pada umumnya obat mata diberikan dalam
volume kecil. Preparat cairan sering diberikan dalam bentuk sediaan
tetes dan salep dengan mengoleskan salep yang tipis pada pelupuk
mata (Ansel,2011).

Sediaan yang ditujukkan pada mata digunakan untuk


menghasilkan efek diagnostik dan terapetik, dan untuk merealisasikan
kerja farmakologis, yang terjadi setelah berlangsungnya penetrasi
bahan obat, dalam jaringan yang umumnya disekitar mata. Mata
merupakan organ yang paling peka dari manusia, sehingga sediaan
obat mata mensyaratkan kualitas yang lebih tajam. Salep mata harus
efektif dan tersatukan secara fisiologis (bebas rasa nyeri, tidak
merangsang) dan steril (Voigt,1995).

Obat mata dikenal terdiri atas beberapa bentuk sediaan dan


mempunyai mekanisme kerja tertentu. Bentuk sediaan obat mata selain
larutan dapat berupa suspensi atau salep. Tujuan utama pemberian
salep mata yaitu untuk memperlama kontak obat dengan permukaan
mata. Salep mata memberikan arti lain dimana obat dapat
mempertahankan kontak dengan mata dan jaringan di sekelilingnya
tanpa tercuci oleh cairan air mata (Hoover, 1975).

Sediaan salep mata harus terbebas dari mikroorganisme, dan


harus dibuat steril. Dalam pembuatan sediaan steril perlu juga
diperhatikan beberapa hal seperti persiapan bahan aktif utama,
tambahan, air yang digunakan, proses pengepakan, lingkungan kerja
dan peralatan, serta personel yang terlibat. Sediaan mata umumnya
dapat memberikan bioavailabilitas lebih besar daripada sediaan larutan
dalam air. Hal ini disebabkan karena waktu kontak yang lebih lama
sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih tinggi. (Remington, 2005).
Sterilitas merupakan persyaratan paling penting. Sediaan
oftalmik yang dibuat secara tidak tepat dapat mengandung bermacam-
macam organisme, dan yang paling berbahaya adalah bakteri
Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat
menyebabkan kebutaan. Oleh sebab itu, sangat berbahaya untuk
meneteskan produk yang tidak steril kedalam mata apabila kornea
mengalami pengikisan, misalnya karena penggosokan mata (Goeswin,
2013).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari salep mata?


2. Apa keunggulan dari sediaan salep mata?
3. Apa keterbatasan dari sediaan salep mata?
4. Bagaimana penggolongan sediaan salep mata?
5. Bagaimana karakteristik dari salep mata?
6. Bagaimana formulasi pengembangan sediaan untuk mata?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi dari salep mata


2. Mengetahui keunggulan dari sediaan salep mata
3. Mengetahui keterbatasan dari sediaan salep mata
4. Mengetahui penggolongan sediaan salep mata
5. Mengetahui karakteristik dari salep mata
6. Mengetahui formulasi pengembangan sediaan untuk mata
BAB II

ISI

2.1 Definisi Salep Mata

Salep mata adalah sediaan setengah padat yang mudah


dioleskan dan ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit ataupun
selaput lendir pada bagian mata atau sekitarnya, dimana bahan obat
harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang sesuai
(Anief, 1997).

Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada


pembuatan salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan
dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik
yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas (Dirjen POM,1995).

Salep mata adalah salep steril yang digunakan pada mata. Pada
pembuatannya bahan obat ditambahkan sebagai larutan steril atau
serbuk steril termikronisasi pada dasar salep steil. Hasil akhir
dimasukkan kedalam tube steril secara aseptik. Bahan obat dan dasar
salep disterilkan dengan cara yang cocok (Syamsuni,2006).

Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Sediaan


dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik
yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas. Bila bahan tertentu yang
digunakan dalam formulasi salap mata tidak dapat disterilkan dengan
cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang memenuhi syarat
uji sterilitas dengan pembuatan secara aseptik. Salep mata
mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk
mecegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang
mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada
waktu aplikasi penggunaan, kecuali dinyatakan lain dalam
monografi, atau formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik
(Goeswin,2013).

2.2 Keunggulan Sediaan Salep Mata

Keuntungan penggunaan salep mata (Gennaro, 1990):

 Dapat memberikan bioavailabilitas lebih besar daripada sediaan


larutan dalam air yang ekuivalen.
 Onset dan waktu puncak absorbsi lebih lama.
 Waktu kontak yang lebih lama sehingga jumlah obat yang
diabsorbsi lebih tinggi.

2.3 Keterbatasan Sediaan Salep Mata


Satu kekurangan bagi pengggunaan salep mata adalah kaburnya
pandangan yang terjadi begitu dasar salep meleleh dan menyebar
melalui lensa kontak (Ansel, 2008).

2.4 Penggolongan Sediaan Salep Mata

Penggolongan Salep (Anief, 1997) :

1. Berdasarkan Efek Terapi

a. Salep epidermis

b. Salep endodermis

c. Salep diadermis
2. Berdasarkan Dasar Salep

a. Dasar salep hidrokarbon

· Vaselin putih

· Vaselin kuning

· Campuran vaselin dengan malam putih dan kuning

· Paraffin encer

· Parafin padat

· Minyak tumbuh-tumbuhan

b. Dasar salep serap, yaitu dapat menyerap air

· Adeps lanae, lanolin

· Unguentum simplek

· Hydrophilic petrolatum

c. Dasar salep dapat dicuci air

· Dasar salep emulsi M/A, seperti vanishing cream

· Emulsifying wax ointment B.P

· Emulsifying wax

· Hydrophillic ointment

d. Dasar salep yang dapat larut dalam air, yaitu terdiri dari PEG

atau campuran PEG


Syarat oculenta adalah (Anief, 1997):

1. Tidak boleh mengandung bagian-bagian kasar

2. Dasar salep tidak boleh merangsang mata dan harus

memberi kemungkinan obat tersebar dengan perantaraan air

mata

3. Obat harus tetap berkhasiat selama penyimpanan

4. Salep mata harus steril dan disimpan dalam tube yang steril

2.5 Karakteristik Sediaan Salep Mata

Karakteristik salep mata (Joseph,1970) :

 Steril
Suatu bahan dinyatakan steril bila sama sekali bebas dari
mikroorganisme hidup dan patogen maupun non patogen, baik
dalam bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif (spora).
Salep mata steril dapat diperoleh melalui metode sterilisasi.
 Kejernihan
Bebas dari partikel asing dan jernih secara normal diperoleh
dengan filtrasi. Dalam beberapa permasalahan, kejernihan dan
sterilisasi dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini penting
untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya untuk
pembersihan wadah dan tutup. Keduanya, wadah dan tutup harus
bersih, steril dan tak tertumpahkan. Wadah atau tutup tidak
membawa partikel dalam larutan selama kontak lama dalam
penyimpanan. Normalnya dilakukan uji sterilisasi.
 Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan seperti produk mata tergantung sifat
kimia bahan obat, pH produk, metode penyiapan (khususnya
penggunaan suhu), zat tambahan larutan dan tipe pengemasan.
 Buffer dan pH
Buffer adalah zat yang dapat mempertahankan pH ketika
ditambah sedikit asam/basa atau ketika diencerkan. Kapasitas buffer
adalah kunci utama situasi ini. Idealnya, sediaan mata sebaiknya
diformulasi pada pH yang ekuivalen dengan cairan air mata yaitu 7,4
dan prakteknya jarang dicapai. pH diseleksi jadi optimum untuk
stabil.
 Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-
garam dalam larutan berair. Sediaan mata dipertimbangkan isotonik
ketika tonisitasnya 0,9 % larutan NaCl.
 Viskositas
Bahan-bahan seperti metil selulose, polivinil alkohol dan hidroksil
metil selulose ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan
viskositas
 Bahan Tambahan
Penggunaan bahan tambahan dalam sediaan mata dibolehkan,
namun pemilihannya dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya
natrium bisulfit atau metasulfit, digunakan dalam konsentrasi sampai
0,3 %, khususnya dalam larutan yang mengandung garam epinefrin.
Antioksidan lain seperti asam askobat atau asetilsistein dapat
digunakan. Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal
yang sama. Surfaktan nonionik, keluar toksis kecil seperti bahan
campuran digunakan dalam konsentrasi rendah khususnya suspensi
steroid dan berhubungan dengan kejernihan larutan. Surfaktan
jarang digunakan sebagai kosolven untuk meningkatkan kelarutan.

Salep mata yang baik yaitu (Ansel,2008) :


1. Steril
2. Bebas hama/bakteri
3. Tidak mengiritasi mata
4. Difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi
cairan mata.
5. Dasar salep harus mempunyai titk lebur/titik leleh mendekati
suhu tubuh

2.6 Contoh Pengembangan Sediaan Untuk Mata

Pengembangan sediaan farmasi yang ditujukkan untuk mata,


yaitu Formulasi Gel Mata Kloramfenikol (Marline,dkk.,2013) :
Gel mata merupakan pengembangan dari sediaan mata
konvensional yang sudah ada, seperti salep mata dan tetes mata. Dari
beberapa penelitian terbaru telah banyak dikembangkan sediaan gel
mata, yaitu sediaan gel mata yang banyak memberikan berbagai
keuntungan dibandingkan sediaan salep mata diantaranya dapat
meningkatkan permeabilitas kornea dan dapat memperpanjang waktu
kontak dengan mata, konsentrasi obat yang optimal di reseptor
sehingga bisa didapatkan bioavailabilitas yang baik. Karena sediaan
mata konvensional biasanya memiliki bioavailabilitas yang rendah.
Tujuan dari formulasi ini yaitu menentukan kualitas sediaan gel mata
kloramfenikol (Marline,dkk.,2013).

Kloramfenikol merupakan antibiotik spektrum luas yang dapat


mengatasi konjungtivitis akut pada mata, yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Bahan yang digunakan adalah Kloramfenikol,
aquadest steril, poloxamer 188, poloxamer 407, propilenglikol, nipagin,
dan dapar fosfat pH 7,4. Kloramfenikol sebagai antibiotika (zat aktif),
aquadest steril sebagai pembawa, poloxamer 188 dan poloxamer 407
sebagai gelling agent (basis gel), propilenglikol sebagai pelembut,
nipagin sebagai pengawet (antimikroba), dan dapar fosfat 7,4 sebagai
pendapar (Marline,dkk.,2013).
BAB III

KESIMPULAN

Salep mata merupakan salep yang digunakan pada mata. Pada


pembuatan salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan
dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik
yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas. Tujuan utama pemberian
salep mata yaitu untuk memperlama kontak obat dengan permukaan
mata.
Indikasi biasanya obat salep mata digunakan untuk meredakan
mata merah akibat iritasi ringan yang dapat disebabkan oleh debu,
sengatan sinar matahari, pemakaian lensa kontak, dan sebagai
antibiotik, antiperadangan dan juga alergi mata. Keuntungan utama
suatu salep mata adalah penambah waktu hubungan antara obat
dengan mata, sedangkan kekurangan bagi pengggunaan salep mata
adalah kaburnya pandangan yang terjadi begitu dasar salep menyebar
melalui lensa mata.
Syarat-syarat salep mata yaitu harus steril, isotonis dan isohidris.
Basis salep mata dasar salep pilihan untuk salep mata harus tidak
mengiritasi mata dan harus memungkinkan difusi bahan obat ke seluruh
mata yang dibasahi karena sekresi cairan mata. Pengembangan
formulasi sediaan oftalmik sangat penting dan bermanfaat untuk
menghasilkan produk yang mempunyai bioavailabilitas lebih baik,
meningkatkan indikasi, dan menurunkan efek samping.
DAFTAR PUSTAKA

Abdassah, Marline.,dkk. 2013. Jurnal Profil Permeasi In Vitro Gel Mata


Kloramfenikol pada Membran Kornea Mata Kelinci dengan
Metode Sel Difusi Franz. Universitas Padjajaran.
Agoes, G. 2013. Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: ITB

Press.
Anief, M. 1997. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik.Yogyakarta :

Gadjah Mada University Press.


Ansel, H.C. 2011. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi

Keempat.Jakarta: UI-Press.

Ansel, H.C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi

Keempat.Jakarta : UI Press.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995.Farmakope Indonesia


Edisi IV : Jakarta.
Gennaro, A.R. 1990. Remington’s Pharmaceutical Sciences. 18th

Edition. Mack Publishing Company, Pennsylvania.


Hoover, J. E. 1975. Remingtons’s Pharmaceutical Sciences.15th
Edition. London: The Pharmaceutical Press.

Joseph B. Sprowls, Prescription Pharmacy (1970), J.B. Lippincott

Company, Toronto – Philadelphia.

Pearce, E.C. 2006. Anatomy & Physiology for Nurse. Terj: Sri Yuliani

Handoyo. Jakarta: PT Gramedia, Cetakan ke-28,hal.120.


Remington. 2005. The Science and Practice of Pharmacy. 21st Edition.

Maryland:Lippincott Williams & Wilkins.


Syamsuni, A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : Buku kedokteran EGC.
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi ke5.

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai