TUGAS 1
PENGGOLONGAN OBAT TETES MATA DAN SALEP MATA
DISUSUN OLEH :
AMITA (050118A011)
Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan, terletak
dalam lingkaran bertulang yang berfungsi untuk memberi perlindungan maksimal
sebagai pertahanan yang baik dan kokoh. Mata mempunyai pertahanan terhadap
infeksi, karena sekret mata mengandung enzim lisozim yang dapat menyebabkan lisis
pada bakteri dan dapat membantumengeliminasi organisme dari mata (Muzakkar, 2007)
Dalam pengobatan berbagai penyakit dan kondisi pada mata, ada beberapa bentuk
sediaan pada obat mata, dimana masing-masing obat mata tersebut memiliki
mekanisme kerja tertentu. Salah satunya bentuk sediaan obatnya adalah tetes mata
(Lukas, 2006). Seiring dengan berkembangnya teknologi, semakin banyak sediaan
farmasi yang berkembang pula, salah satunya adalah sediaan untuk obat mata. Sediaan
obat mata (optalmika) adalah tetes mata (oculoguttae), salep mata (oculenta), pencuci
mata (colyria) dan beberapa bentuk pemakaian yang khusus (lamella, penyemprot mata)
serta bentuk depo yang dapat digunakan untuk mata utuh atau terluka. Obat mata
digunakan sebagai obat dengan efek lokal. Sediaan farmasi untuk obat mata dapat
berupa salep dan larutan, keduanya merupakan sediaan farmasi dengan sterilitas yang
harus terjamin. Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing dan
merupakan sediaan yang dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata.
Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam toksisitas bahan
obat, nilai isotonisitas, banyak dapar yang digunakan, ada tidaknya pengawet yang
sesuai, sterilisasi dan kemasan yang tepat (Nathan, 2010).
Obat tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang
digunakan dengan menetes kanobat pada selaput lendir mata disekitar kelopak dan bola
mata. Persyaratan tetes mata antara lain: steril, jernih, tonisitas, sebaiknya sebanding
dengan NaCl 0,9 %. Larutan obat mata mempunyai pH yang sama dengan air mata
yaitu 4,4 dan bebas partikel asing. Penggunaan tetes mata pada etiketnya, tidak boleh
digunakan lebih dari satu bulan setelah tutup dibuka,karena penggunaan dengan tutup
terbuka kemungkinan terjadi kontaminasi dengan bebas(Muzakkar, 2007). Salep mata
adalah salep steril untuk pengobatan mata yang mengandung basis salep yang cocok,
dimana pembuatan sediaan salep mata dilakukan dengan menambahkan bahan obat
sebagai larutan steril atau sebagai serbuk steril yang termikronisasi dalam dasar salep
steril yang hasil akhirnya dimasukkan secara aseptis dalam tube steril salep yang
disterilkan dengan cara yang cocok (Ditjen POM, 1979)
BAB II PEMBAHASAN
2. Tetes Mata Emulsi Selain tetes mata solutio, bentuk lain yang tersedia di
pasaran adalah emulsi dan suspensi. Emulsi oil in water (o/w) adalah sediaan
tetes mata yang umum ditemukan terutama sebagai lubrikan atau air mata
buatan. Selain itu, ada pula tetes emulsi berisi antibiotik dan antiinflamasi.
Beberapa penelitian menunjukkan tetes mata emulsi meningkatkan durasi obat
prekorneal, permeasi kornea, dan bioavailabilitas okular.
3. Tetes Mata Suspensi Sediaan suspensi juga memiliki durasi kontak obat yang
lebih baik dibandingkan solutio karena partikel suspensi cenderung bertahan
di kantung prekornea. Durasi kerja obat tergantung dari ukuran partikel zat
aktif dalam suspensi. Ukuran partikel yang kecil memudahkan permeasi,
sedangkan ukuran partikel yang lebih besar membuat permeasi lebih lama dan
disolusi obat yang lebih lambat. Tidak seperti tetes mata, umumnya salep mata
tidak menimbulkan rasa menyengat saat diaplikasikan pada mata, terutama
bila mengenai bagian yang peka nyeri seperti kornea. Sediaan salep mata
terdiri dari zat aktif yang dicampur dengan bahan semipadat dan padat
(paraffin) yang akan mencair pada suhu fisiologis mata (34 C).
2. Jenis sediaan salep mata
a. disebabkan Salep mata untuk infeksi bakteri
Contoh penyakit mata yang infeksi bakteri yang paling umum adalah bintitan.
Selain itu, keratitis, konjungtivitis, dan blefaritis juga bisa terjadi akibat
infeksi bakteri.Berikut ini contoh salep mata yang biasa digunakan untuk
mengatasi kondisi-kondisi tersebut.
1. Anti inflamasi digunakan secara lokal (seperti tetes mata, salep mata,
atau injeksi subkonjungtival) atau secara oral dan sistemik memiliki
peranan penting dalam pengobatan inflamasi segmen anterior termasuk
yang disebabkan oleh pembedahan. Contoh obat anti inflamasi yaitu
Tetrahidrozolin Hcl, Betametason, Prednisolon asetat dan Kromoolin
Natrium,
2. Anestetik lokal adalah obat yang dapat menghambat hantaran saraf bila
dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup.
Anastetik lokal sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan
saraf secara permanen. Contoh obat tetes mata golongan anestetik lokal
yaitu,Tetrakain Hcl.
3. Anti mikroba digunakan pada gangguan mata karena adanya infeksi oleh
mikroba, masuknya benda asing ke dalam kornea mata atau kornea mata
luka/ulkus.Contoh obat tetes mata golonga anti mikroba yaitu
Amfoterisin, Gentamisin, Ofloxacin dan Nafamicin.
4. Midriatik digunakan untuk memperlebar pupil mata, biasanya digunakan
bila akan dilakukan pemeriksaan pada mata untuk melihat detail mata.
Tetes mata midriatik secara temporer akan menstimulasi pelebaran otot
iris pada mata. Contoh obat tetes mat golongan midriatik Atropin sulfat
dan Tropikamid.
5. Miotik dan antiglaukoma digunakan dengan tujuan konstriksi
memperkecil pupil mata. Obat jenis ini bertolak belakang dengan
penggunaan tetes mata midriatik. Sedangkan antiglaukoma
digunakan untuk mencegah peningkatan tekanan intra ocular yang
berakibat pada perubahan patologis optik mata yang dapat menyebabkan
kebutaan. Contoh obat tetes mata golongan miotik yaitu Pilokarpin,
Latanoprost, Brinzolamide,dan Timol.
6. Lain-lain : Dinatrium edetat, Metil selulosa,
Hydroxypropyl methylcellulose, Oxymethazoline HCl, dan
Vitamin A palmitat (FOI,2014).
1. Kloramfenikol
Gol. Antibiotik gol Amfenikol
Mekanisme kerja : Mekanisme kerja kloramfenikol yaitu dengan daya
kerja menghambat sintesis protein, melekat pada subunit 50S dari
ribosom. Obat ini menganggu pengikatan asam amino baru pada rantai
peptida yang sedang dibentuk, sebagian besar karena kloramfenikol
menghambat peptidil transferase.
2. Oksitetrasikli
Gol.Antibiotik golongan terasiklin
Mekanisme kerja: Mekanisme kerja Oksitetrasiklin adalah dengan
menghambat sintesis DNA bakteri (KEMENKES, 2011)
3. Gentamicin sulfat
Gol.Antibiotik aminoglikosida
Mekanisme kerja : bekerja dengan cara berperan sebagai bakterisidal
yang menghambat proses sintesis protein yang ada pada rentan
bakteri. Cara ini akan membuat pertumbuhan bakteri terhambat
karena Gentamicin Sulfate akan diperantarai oleh kemampuannya
dalam mengikat sub unit ribosom 30S dan 50S secara ireversibel.
4. Tetrasiklin
Gol.terasiklin
Mekanisme kerja : Antibiotik golongan ini mempunyai spektrum luas
dan dapat menghambat berbagai bakteri Gram-positif, Gram-negatif,
baik yang bersifat aerob maupun anaerob, serta mikroorganisme lain
seperti Ricketsia, Mikoplasma, Klamidia, dan beberapa spesies
mikobakteria. Antibiotik yang termasuk ke dalam golongan ini adalah
tetrasiklin, doksisiklin, Oksitetrasiklin, minosiklin, dan klortetrasiklin
(Kementerian Kesehatan, 2011)
5. Acyclovir
Gol .Antiviral atau antivirus
Mekanisme kerja cara menghambat sintesis virus DNA sehingga virus
tidak dapat berkembang biak atau memperbanyak diri.
6. Ciprofloxacin
Gol. Sefalosporin
Mekanisme kerja : bekerja dengan menghambat mekanisme kerja yang
umum enzim DNA girase yang berperan dalam pembelahan sel bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
OFFSET.
Muzakkar. 2007, Uji Sterilitas Tetes Mata yang Beredar di Kota Palu
Setelah Satu Bulan Penggunaan, Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi dan
Ilmu Populer.