Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PIO

KONSELING SALEP MATA

Dosen Pengampu:
Apt. Inaratul Hanifah, M.Sc.

Disusun Oleh:
Ester Febriana Sari A03227198
Gabriella Mukti Yupita Putri A03227199
Indra Meilina Yusefa A03227200

PROGRAM STUDI S1 FARMASI ALIH JENJANG


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan UU nomor 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan orang hidup secara produktif
dan sosial juga ekonomis. Masyarakat mempunyai hak untuk mendapatkan derajat
kesehatan. Upaya untuk kesehatan yaitu setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan derajat
kesehatan masyarakat yaitu dalam guna untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan (promotif), pengobatan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitive) yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat sendiri (Presiden RI,
2009).
Dalam upaya untuk kesehatan masyarakat salah satu pelayanan kesehatan untuk
masyarakat yaitu pelayanan kefarmasian yang bertempat di apotek. Pelayanan
kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu
kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian
yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan
yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien
(Menkes RI, 2004).
Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah suatu tanggung jawab profesi
dari apoteker dalam mengoptimalkan terapi dengan cara mencegah dan memecahkan
masalah terkait obat (Drug Related problem).
Ketidakpatuhan (non compliance) dan ketidaksepahaman (non corcondance) pasien
dalam menjalankan terapi merupakan salah satu penyebab kegagalan terapi. Hal ini sering
disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman pasien tentang obat dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan obat untuk terapinya. Oleh karena
itu, untuk mencegah penggunaan obat yang salah (drug misuse) dan untuk menciptakan
pengetahuan dan pemahaman pasien dalam penggunaan obat yang akan berdampak pada
kepatuhan pengobatan dan keberhasilan dalam proses penyembuhan maka sangat
diperlukan pelayanan informasi obat untuk pasien dan keluarga melalui konseling obat.
Pasien yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang obatnya akan menunjukkan
peningkatan ketaatan pada regimen obat yang digunakannya sehingga hasil terapi akan
meningkat pula. Oleh karena itu, apoteker mempunyai tanggung jawab untuk
memberikan informasi yang tepat tentang terapi obat kepada pasien.
Apotek adalah salah satu tempat pelayanan kefarmasian. Apotek yaitu tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan
lainnya kepada masyarakat. Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali
oleh masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata
apotek. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat. Pelayanan produk
kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan
produk lainnya. Hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk, serta
mengurangi resiko kesalahan penyerahan (Menkes RI, 2004).
Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata dengan menggunakan dasar
salep yang cocok. Salep mata berbeda dengan salep dermatologi, salep mata harus steril.
Apakah dibuat dari bahan-bahan yang sudah steril dalam keadaan bebas
hama sepenuhnya atau disterilkan sesudah pembuatan. Salep mata harus memenuhi uji
sterilitas sebagaimana tertera pada kompedia resmi. Sterilitas merupakan syarat yang
paling penting. Larutan mata yang dibuat dapat membawa banyak mikroorganisme, yang
paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini
dapat menyebabkan kebutaan, ini khususnya berbahaya untuk penggunaan produk-
produk nonsteril pada mata saat kornea terkena. Bahan partikulat dapat mengiritasi
mata menghasilkan ketidaknyamanan pada pasien. Salep mata memberikan arti lain
dimana obat dapat mempertahankan kontak dengan mata dan jaringan di
sekelilingnya tanpa tercuci oleh cairan air mata. Salep mata memberikan
keuntungan dimana waktu kontaknya lebih lama dan bioavaibilitasnya dan letal obat
lebih besar meski dengan onset yang lebih lambat dan waktu untuk mencapai absorbsi
lebih lama. Satu kekurangan dari penggunaan salep mata adalah salep akan
mengganggu pandangan kecuali digunakan selama waktu tidur.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana pengetahuan apoteker terkait penggunaan salep mata?
2. Bagaimana proses pemberian konseling terkait penggunaan salep mata yang benar?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengetahuan apoteker terkait penggunaan salep mata.
2. Untuk mengetahui proses konseling terkait penggunaan salep mata yang benar.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Salep Mata


Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang
cocok (Anief, 2000).
Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salep mata harus
diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan
perlakuan aseptic yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas (Anonim, 1995).
Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi salap mata tidak dapat
disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang memenuhi syarat uji
sterilitas dengan pembuatan secara aseptik. Salap mata mengandung bahan atau
campuran bahan yang sesuai untuk mecegah pertumbuhan atau memusnahkan
mikroba yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada
waktu aplikasi penggunaan, kecuali dinyatakan lain dalam monografi, atau
formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik (Goeswin).
Obat biasanya dipakai untuk mata untuk maksud efek lokal pada
pengobatan bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Yang paling sering
digunakan adalah larutan dalam air, tapi bisa juga dalam bentuk suspensi, cairan
bukan air dan salep mata. Berbeda dengan salep dermatologi, syarat salep mata yang
baik yaitu :
1. Steril,
2. Bebas hama/bakteri,
3. Tidak mengiritasi mata,
4. Difusi bahan obat ke seluruh yang dibasahi karena sekresi cairan mata,
5. Dasar salep harus mempunyai titik lebur titik leleh mendekati suhu tubuh (Ansel,
1989).
2.2 Konseling Salep Mata
Obat dapat diberikan pada mata dengan irigasi atau instilasi. Irigasi mata dilakukan
untuk mencuci kantong konjungtiva. Obat untuk mata diinstilasi dalam  bentuk  bentuk
cair atau salep. Tetes mata dikemas dikemas dalam wadah plastik plastik tetesan tetesan
tunggal tunggal yang digunakan untuk meneteskan sediaan. Salep biasanya tersedia
dalam tube kecil. Semua wadah harus menyatakan bahwa obat digunakan untuk mata.
Biasanya digunakan sediaan steril.
Pengkajian pra-pemberian:
1. Tampilan mata dan struktur daerah sekitarnya untuk melihat adanya lesi, eksudat,
eritema atau pembengkakan
2. Lokasi dan sifat dasar bagian mata, aliran air mata, dan pembengkakan kelopak mata,
atau pembengkakan kelenjar air mata
Implementasi: Memberikan Obat Mata
Perlengkapan:
1. Sarung tangan bersih
2. Spons steril yang direndam dalam salin normal steril
3. Obat
4. Pembalut (bantalan) mata steril bila diperlukan dan plester mata dari kertas untuk
memfiksasinya
Tambahan alat untuk irigasi:
1. Larutan irigasi (misal, salin normal) dan spuit atau slang irigasi
2. Spons steril yang kering
3. Handuk tahan lembab
4. Baskom
2.3 Cara Penggunaan Salep Mata
1. Cuci tangan dahulu dengan air dan sabun, keringkan.
2. Selanjutnya buka tutup tube salepnya, pada saat tupe salep dibuka pertama kali, tekan
keluar ¼ inci salep dan buang karena mungkin terlalu kering.
3. Hindarkan kontak langsung ujung tube dengan mata, tangan atau permukaan yang
lainnya.
4. Tengadahkan kepala, Tarik bagian kelopak mata bawah dengan jari telunjuk hingga
kepolak mata membentuk kantong.
5. Pegang tube salep dengan tangan yang lainnya, arahkan sedekat mungkin ke kelopak
mata tanpa menyentuhnya.
6. Oleskan salep mata ke dalam kantong tersebut kira-kira sepanjang 1 cm. Kedipkan
mata secara perlahan, lalu tutup mata selama 1 sampai 2 menit dan putar bola mata
ke segala arah pada saat maya ditutup. Kadang-kadang pengaburan dapat terjadi.
7. Kelopak mata yang tertutup dapat digosok dengan lembut dengan jari untuk
mendistribusikan obat melalui fornix
8. Bersihkan salep mata yang berlebihan pada wajah dengan tisu
9. Untuk menghindari terjadinya kontaminasi, segera pasang kembali tutup tube
10. Cucilah Kembali tangan anda dengan air dan sabun untuk membersihkan sisa obat
yang mungkin menempel
2.4 Cara Menyimpan Obat Salep Mata Yang Benar
1. Salep mata ditutup rapat dan disimpan diruangan yang sejuk, kering dan terhindar
dari cahaya matahari langsung
2. Hindari bagian ujung kemasan (bagian tempat keluarnya salep mata) terkena kulit,
mata, atau benda-benda lain agar tidak terkontaminasi bakteri
3. Jangan menggunakan satu kemasan salep mata bergantian dengan orang lain
4. Jauhkan salep mata dari jangkauan anak-anak
BAB III
KESIMPULAN

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar. Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Bila bahan tertentu yang
digunakan dalam formulasi salap mata tidak dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat
digunakan bahan yang memenuhi syarat uji sterilitas dengan pembuatan secara aseptik.
Salep mata mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mecegah
pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara tidak
sengaja bila wadah dibuka pada waktu aplikasi penggunaan, kecuali dinyatakan lain
dalam monografi, atau formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik. Obat
biasanya dipakai untuk mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan
bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Yang paling sering digunakan
adalah larutan dalam air, tapi bisa juga dalam bentuk suspensi, cairan bukan air dan
salep mata.
DAFTAR PUSTAKA

Berman, A., Shirlee, S., Barbara, K., dan Glenora, E. 2002. Buku Ajar Praktik Keperawatan
Klinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, 2004, Jakarta.
Wernerr, A., Carol, T., dan Jane, M. 2010. Apa yang Anda Kerjakan Bila Tidak Ada Dokter.
Yogyakarta: Yay Yogyakarta: Yayasan Essentia asan Essentia Medica.

Anda mungkin juga menyukai