KELOMPOK 5
NOVEMBER- 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke khadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami kelompok 5 sebagai
penyusun dapat menyelesaikan tugas laporan praktikum yang berjudul
“EMULSI” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Farmakognosi Selain itu, laporan praktikum ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Dalam penyusunan laporan ini tentu tak lepas dari pengarahan dan
bimbingan dari berbagai pihak, terutama dari dosen pengampu mata kuliah ini
yaitu ibu apt. Ani Haerani., S.Farm, M.Farm. Maka dari itu kami sebagai penulis
mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang turut andil
dalam penyusunan laporan ini sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum ini. Kami sebagai penyusun sangat menyadari bahwa laporan
praktikum ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran para pembaca untuk kesempurnaan laporan
praktikum ini dengan baik. Sehingga laporan praktikum ini dapat memberi
informasi berguna bagi para pembaca dan khususnya bagi kami kelompok 5
sebagai penyusun.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Manfaat dari praktikum sediaan emulsi mahasiswa dapat membuat sediaan emulsi
berdasarkan pada prosedur pembuatan sediaan emulsi yang meliputi tahap
preformulasi sampai dengan tahap evaluasi dan mengetahui zat tambahan apa saja
yang bisa ditambahkan dalam pembuatan sediaan emulsi.
1.5 PRINSIP
Berdasarkan prosedur yang dilakukan dalam pembuatan larutan dari preformulasi
sampai evaluasi, mahasiswa harus mampu dan bisa mengetahui formulasi umum
dan bahan yang digunakan dalam larutan.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
mempunyai dua gugus polar dan non polar. Gugus-gugus tersebut berasosiasi pada
permukaan globul dan akan terbentuk film monomolekuler yang merupakan barier
antara globul-globul tersebut untuk mencegah terjadinya flokulasi dan koalesensi.
Stabilitas sediaan emulsi akan meningkat dengan meningkatnya viskositas fasa
pendispersi dan kekuatan film antar muka globul dengan larutan pendispersi.
Surfaktan terdiri dari beberapa tipe yaitu : anionik, kationik, zwitterionik,
amfoterik dan non ionik. Surfaktan ionik dapat mempengaruhi daya interaksi listrik
dari masing-masing globul. Karakteristik gugus surfaktan dapat diketahui dari harga
HLB yang menggambarkan sifat hidrofobisitas dan hidrofilisitas surfaktan tersebut.
Kombinasi surfaktan dengan harga HLB rendah dan harga HLB tinggi ditambahkan
untuk mendapatkan harga HLB yang mendekati harga HLB butuh fasa minyak yang
digunakan. Untuk menghitung konsentrasi masing-masing surfaktan dipakai
perhitungan aligasi atau aljabar biasa, dengan memasukkan harga HLB surfaktan
dan harga HLB butuh minyak. Persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung
jumlah surfaktan sebagai berikut:
4
propil paraben dengan ratio 2 : 1 dengan konsentrasi 0,06 dan 0,03 % atau kombinasi
dengan ratio 0,2 % dan 0,018% 33
Asam sorbat, terutama digunakan dalam sediaan yang mengandung surfaktan
non ionik. Konsentrasi yang digunakan sebesar 0,2 Pengawet lain yang banyak
digunakan dalam krem dan emulsi antara lain : fenol ( 0,5 % ), klorokresol (0,1 %)
Tipe emulsi ada dua, yaitu oil in water (O/W) atau minyak dalam air (M/A),
dan water in oil (W/O). Emulsi tipe O/W (Oil in Water) atau M/A (minyak dalam
air) adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar atauterdispersi
ke dalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai faseeksternal. Emulsi
tipe W/O (Water in Oil) atau M/A (air dalam minyak), adalahemulsi yang terdiri
dari butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalamminyak. Air sebagai fase
internal dan minyak sebagai fase eksternal. Syarat emulgator adalah molekul-
molekulnya mempunyai afinitasterhadap kedua cairan yang membentuk emulsi.
Daya afinitasnya harus parsialatau tidak sama terhadap kedua cairan tersebut.
Salah satu ujung emulgator larutdalam cairan yang satu, sedangkan ujung yang
lain hanya membentuk lapisan tipis(selapis molekul) di sekeliling atau di atas
permukaan cairan yang lain.(Sumardjo, 547). Beberapa zat pengemulsi yang
sering digunakan adalah gelatin,gom akasia, tragakan, sabun, senyawa amonium
kwartener, senyawa kolesterol,surfaktan, atau emulgator lain yang cocok. Untuk
mempertinggi kestabilan dapat ditambahkan zat pengental, misalnya tragakan,
tilosa, natriumkarboksimetilselulosa. (Depkes RI, 9)
5
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 ALAT
1. Mortir
2. Stamper
3. Lap
4. Sudip
5. Batang pengaduk
6. Cawan porselen
7. Alat evaluasi sediaan
3.2 BAHAN
1. Gum Arab
2. Gliserin
3. Asam Sitrat
4. Asam benzoat
5. Tokoferol
6. Sirup Simplex
7. Pasta Orange
8. Ol Citrus
9. Aquadest
6
Emulgator yang digunakan antara lain : CMC, Tilosa, Veegum, Bentonit Aduk
cepat menggunakan stirer selama 2 menit sampai terbentuk masa opaque yang
menandakan bahwa korpus telah terbentuk. Tipe emulsi korpus emulsi adalah
A/M
3. Tambahkan sisa air sekaligus sampai volume yang diminta sambil diaduk dengan
kecepatan tinggi.
7
Tahap II
Evaluasi sediaan akhir meliputi:
1. Penentuan berat jenis larutan dengan PIKNOMETER
2. Penentuan sifat aliran dan viskositas larutan dengan alat BROOKFIELD
3. Penentuan pH larutan
4. Penentuan organoleptis sediaan : warna, bau, rasa
5. Penentuan stabilita sediaan dipercepat dengan suhu 40ºC, 75 % RH dengan
menentukan kadar zat aktif selama 0,1,3,6,bulan
6. Penentuan stabilita sediaan dengan menyimpan RETAINED SAMPLE pada
temperatur kamar
7. Penentuan volume terpindahkan (Farmakope Indonesia ed.IV )
8. Penentuan tipe emulsi
8
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
4.1 FORMULASI
R/
Gum Arab 80g
Gliserin 30g
Asam Sitrat 40g
Asam benzoat 1g
Tokoferol 0,3g
Sirup Simplex 0,1g
Pasta Orange 20g
Ol Citrus 20 tetes
Aquadest ad 200ml
4.2 PREFORMULASI
1. Oleum Iecoris
Oleum Iecoris (FI Ed III hal 457)
1. Nama zat Oleum Iecoris (minyak ikan)
2. No Batch/lot -
3. Warna Kuning pucat
4. Rasa Agak manis, rasa khas
5. Bau Bau khas, tidak tengik
6. Penampilan Cairan
7. Khasiat Sumber vitamin A dan D
8. Kelarutan Sukar larut dalam etanol (95%) p,mudah larut dalam
kloroformp,dalam eter dan dalam eter
9. Titik lebur -
10. Stabilitas -
11. Bobot jenis 0,917 – 0,924 gram
9
2. Gum Arab
Gum Arab (FI Ed III hal 279)
1Nama
1 zat Gummi Acaciae (Gum Arab)
2 No Batch/lot -
3 Warna Putih sampai putih kekuningan
4 Rasa Tawar seperti lendir
5 Bau -
6 Penampilan Butir, bentuk bulat atau bulat telur
7 Khasiat Zat tambahan
8 Polomorfisma Solvat dan sifat kristal
9 Ukuran partikel -
10 Kelarutan Mudah larut dalam air, praktis tidak larut
dalam etanol 95%
11 Stabilitas -
3. Gliserin
Gliserin (FI Ed III hal 271)
1. Nama zat Gliserolum
2. No Batch/lot -
3. Warna Tidak berwrana
4. Rasa Manis diikuti rasa hangat
5. Bau Tidak berbau
6. Penampilan Cairan seperti sirup, jernih
7. Khasiat Zat tambahan
8. Polomorfisma -
9. Ukuran partikel -
10, Kelarutan Dapat bercampur dengan air dandengan etnol
11. Stabilitas -
12. Bobot jenis 1,255-1,260
10
4. Asam sitrat
Asam sitrat (FI Ed III)
1. Nama zat Assam sitrat
2. No Batch/lot -
3. Warna Tidak berwrna,putih
4. Rasa Sangat asam
5. Bau Tidak berbau atau praktis tidak berbau
6. Penampilan Hablur kuning,serbuk hablur granul
sampai halus
7. Khasiat
8. Polomorfisma Solvat dan sifat kristal
9. Ukuran partikel -
10, Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam
etanol dan agak sukar larut dalam etanol
11. Stabilitas -
5. Asam benzoat
Asam benzoat (FI Ed III hal 49)
1. Nama zat Asam benzoat (Acidum benzoicum)
2. No Batch/lot -
3. Warna Tidak berwarna
4. Rasa -
5. Bau Tidak berbau
6. Penampilan Hablur halus dan ringan
7. Khasiat Antiseptikum dan ekstern, anti jamur
8. Polomorfisma Solvat dan sifat kristal
9. Ukuran partikel -
10, Kelarutan Larut dalam kurang lebih 350 bagian
air , dalam kurang lebih 3 bagianetanol 95%
11. Stabilitas -
12. Titi lebur 1210-1240
11
6. Tokoferol
Tokoferol (FI Ed III hal 606)
1. Nama zat Tocopherolum (vitamin E)
2. No Batch/lot -
3. Warna Kuning,jernih
4. Rasa Tidak beras
5. Bau -
6. Penampilan Butir, bentuk bulat atau bulat telur
7. Khasiat Antioksidan dan vitamin E
8. Polomorfisma Solvat dan sifat kristal
9. Ukuran partikel -
10, Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, sukar
larut dalam larutan alkali
11. Stabilitas -
7. Sirup simplex
Sirup simplex (FI Ed III hal 567)
1. Nama zat Sirup simplex
2. No Batch/lot -
3. Warna Tidak berwarna
4. Rasa Manis
5. Bau Tidak berbau
6. Penampilan Cairan jernih
7. Khasiat Zat atambahan
8. Polomorfisma -
9. Ukuran partikel -
10. Kelarutan -
11. Titik lebur -
12
8. Ol Citrus
Ol Citrus (FI Ed III hal 455)
1. Nama zat Oleum citri (Minyak jeruk)
2. No Batch/lot -
3. Warna Kuning pucat atau kuning kehijauan
4. Rasa Pedas dan agak pahit
5. Bau Bau khas
6. Penampilan Cairan jernih
7. Khasiat Zat atambahan
8. Polomorfisma -
9. Ukuran partikel -
10. Kelarutan Larut dalam 12 bagian volume 90%,larutan agak
berupa lesensi, dapat bercampur dengan etanol
mutlak.
11. Bobot jenis 0,850-0,856 gram
9. Aquabidest
12
4.3 PERHITUNGAN
Gum Arab = 80g
Gliserin = 30g
Asam Sitrat = 40g
Asam benzoat = 1g
Tokoferol = 0,3g
Sirup Simplex = 0,1g
Pasta Orange = 20g
Ol Citrus = 20 tetes
Aquadest ad = 200ml (20 + 30 + 40 + 1 + 0,3 + 0,1 + 20 + 2 + 20)
= 200 – 133,7
= 66,7 ml
4.4 EVALUASI
No Uji Evaluasi Hasil
1 Uji Organoleptis a. Bentuk : cairan kental
b. Bau : essence jeruk
c. Warna : oranye
d. Rasa : manis
2 Uji pH 6
13
5 Pemeriksaan BJ Pignometer kosong: 20,2 gram
Pignometer + larutan sirup : 132 gram
Berat Larutan: 132 gram – 20,2 gram= 111,8
gram.
6 Uji Kejernihan Pada saat pengujian emulsi tidak jernih hal ini
diduga karna adanya percampuran antara minyak
dan air. Lalu kekentalan yang tinggi juga
mempengaruhi bias cahaya saat melakukan
pengujian kejernihan.
4.5 PEMBAHASAN
Sediaan emulsi adalah sediaan cair terdiri dari dua cairan yang tidak
bercampur satu sama lain. Pada umumnya campuran cairan tersebut adalah
campuran dari minyak dan air. Tergantung dari pada tipe emulsi yang dibuat, fasa
terdispersi dapat berupa minyak atau air.
Dalam praktikum kali ini ada beberapa uji untuk mengevaluasi hasil dari
sediaan yang telah dibuat, antara lain adalah :
1. Uji Organoleptis
Merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama
untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk. Pengujian organoleptik
mempunyai peranan penting dalam penerapan mutu, dalam hal ini yang dilihat adalah
warna, bau, dan konsistensi sediaan akhir yang telah dibuat (OOP Fisiologis, 2014)
dan diperoleh hasil warna emulsi,oranye dengan aroma jeruk.
2. Uji pH
Pengukuran pH ini untuk mengetahui apakah pH obat sudah sesuai atau belum
dengan apa yang diinginkan, dalam evaluasi sedian ini diperoleh hasil yaitu dengan
pH 6.
3. Uji Viskositas
Dilakukan pada masing-masing botol sediaan yang telah ditentukan, bertujuan agar
mengetahui kekentalan (viskositas). Sediaan emulsi memiliki viskositas yang lebih
14
tinggi dibanding Aquadest yakni saat dialirkan. Waktu yang dihabiskan antara emulsi
100 ml lebih lama dibanding Aquadest, yakni memiliki perbedaan 8 detik lebih lama.
4. Uji Volume Terpindahkan
Uji volume terpindahkan juga dilakukan pada praktikum ini, uji ini dilakukan dengan
cara menuang sediaan dari botol ke dalam gelas ukur. Kemudian diamati volume
yang tertera pada gelas ukur, dimana diharapkan volume yang tertera dalam gelas
ukur sama dengan volume sebelum dipindahkan atau volume terpindahkan tidak
boleh kurang dari 95% dari volume awal (OOP Fisiologis, 2014). Setelah dilakukan
pengujian hasilnya hanya berkurang 4 ml.
5. Pemeriksaan BJ
Uji lain yang dilakukan yaitu uji bobot jenis. Uji bobot jenis ini dilakukan
menggunakan piknometer. Uji bobot jenis dilakukan dengan cara menimbang bobot
piknometer kosong, kemudian piknometer diisi air dan ditimbang kembali. Untuk uji
bobot jenis hasil yang diharapkan sediaan memiliki bobot jenis sebesar 1,198 g/mL
(Ansel, 2014). Sementara hasil uji bobot jenis yang dilakukan pada saat praktikum
berat sediaan sebesar 111,8 gram
6. Uji Kejernihan
Selanjutnya dilakukan uji kejernihan suspensi. Uji dilakukan secara visual dengan
mengamati sediaan. Hasil pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan
oleh seseorang yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya
yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya, dan berlatar belakang hitam
dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar. Dan hasil uji
kejernihan sediaan kami yakni Pada saat pengujian emulsi tidak jernih hal ini diduga
karna adanya percampuran antara minyak dan air. Lalu kekentalan yang tinggi juga
mempengaruhi bias cahaya saat melakukan pengujian kejernihan.
7. Uji Sendimentasi
Saat dilakukan pengamatan pada sediaan yang telah didiamkan ternyata terjadi
pemisahan dua fasa.
15
BAB VI
KESIMPULAN
1. Sediaan sirup memiliki warna: oranye, rasa: manis, bentuk: cairan kental, dan
bau: jeruk
2. Sediaan emulsi memiliki viskositas yang lebih tinggi dibanding aquadest
3. Bobot jenis larutan sebanyak 111,8 gram
4. Memiliki pH: 6
5. Terjadi pengurangan sebanyak 4 ml saat uji volume terpindahkan
6. Pada saat pengujian emulsi tidak jernih hal ini diduga karna adanya
percampuran antara minyak dan air. Lalu kekentalan yang tinggi juga
mempengaruhi bias cahaya saat melakukan pengujian kejernihan
7. Uji Sendimentasi, Saat dilakukan pengamatan pada sediaan yang telah
didiamkan ternyata terjadi pemisahan dua fasa.
16
DAFTAR PUSTAKA
Anief M., 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta.
Anief M., 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim. 1997. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim. 2014. Obat-Obat Penting Fisiologis. Jakarta: PT. Alex Media
Computindo.
Ansel, Howard. C. 2014. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Kelima
(Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms, 5 th Edition). Diterjemahkan
oleh Farida Ibrahim, dkk. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Syamsuni, A. 2010. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC.
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa.
Jakarta: EGC
Winfield, A.J., Pharmaceutical Practice, London, 2004
Mollet, H., Formulation Technology, NewYork, 2001
Aulton, M.E., Pharmaceutics : The Science of Dosage Form Design,Philadelphia,
1996.
17
LAMPIRAN
Lampiran 2. Etiket
Lampiran 3. Brosur
18
Lampiran 4. Dus/ Kemasan Sekunder
19