Anda di halaman 1dari 15

STANDART PENYIMPANAN SIRUP PARACETAMOL

YANG BENAR

Disusun Oleh :

- Cintaka Ardelia C (224010038)

- Eka Septya W (224010040)

- Febri Tri K (224010041)

- Cindy Oktafiana (224010042)

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan segala Rahmat
dan KaruniaNya, kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah tentang “Standart
Penyimpanan Sirup Paracetamol yang Benar”. Sholawat serta salam kami haturkan kepada
tauladan terbaik, baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah memperjuangkan islam
sehingga bisa sampai kepada kita saat ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu
dosen yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun
sebagai bentuk proses belajar mengembangkan kemampuan mahasiswa. Kami menyadari
dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kami
mengharap kritik dan saran yang membangun demi perbaikan kami di masa yang akan
datang. Kami berharap semoga dengan selesainya makalah ini, dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman mahasiswa, khususnya dalam memperluas wawasan dan ilmu
pengetahuan.

24, Juni 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................i

Daftar Isi.............................................................................................................................ii

Bab I - PENDAHULUAN ................................................................................................1

I.I Latar Belakang ...............................................................................................................1

I.II Rumusan Masalah..........................................................................................................1

I.III Tujuan...........................................................................................................................2

I.IV Manfaat .......................................................................................................................2

Bab II - DASAR TEORI...................................................................................................3

Bab III – PEMBAHASAN................................................................................................6

Bab IV – PENUTUP..........................................................................................................8

IV.I Kesimpulan..................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................iii

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Emulsi merupakan system koloid yang banyak terdapat pada bahan pangan, kosmetik dan
obat-obatan. Seperti juga pada sistem minyak utuh, reaksi oksidasi lipid juga dapat terjadi dalam
sistem emulsi minyak-air, bahkan dilaporkan sistem emulsi lebih mudah mengalami oksidasi atau
mempunyai stabilitas oksidatif lebih rendah dibandingkan minyak utuh. Emulsi ada dua macam yaitu
air dalam lemak atau emulsi water in oil (w/o) dan emulsi lemak dalam air atau emulsi oil in water
(o/w). jika minyak yang merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase pendispersi, maka
sistem ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya, jika air merupakan fase terdispersi dan
minyak merupakan fase pendispersi, maka sistem ini disebut emulsi air dalam minyak.Untuk
menstabilkan sistem biasanya ditambahkan emulsifier.

Emulsifier atau zat pengemulsi adalah zat-zat yang dapat mempertahankan sistem emulsi atau
zat untuk membantu menjaga kestabilan emulsi minyak dan air. Umumnya emulsifier merupakan
senyawa organik yang memiliki dua gugus fungsi baik yang polar maupun nonpolar sehingga kedua
zat tersebut dapat bercampur. Gugus nonpolar emulsifier akan mengikat minyak (partikel minyak
dikelilingi) sedangkan air akan terikat kuat oleh gugus polar pengemulsi tersebut. Bagian polar
kemudian akan terionisai menjadi bermuatan negatif. Hal ini menyebabkan minyak juga menjadi
bermuatan negatife. Partikel minyak kemudian akan tolak menolak sehingga dua zat yang pada
awalnya tidak dapat larut tersebut kemudian menjadi stabil.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa kelebihan dan kekurangan sediaan emulsi ?


2. Apa saja syarat sediaan emulsi ?
3. Apa saja macam sediaan emulsi?
4. Buatlah formula emulsi?
5. Apa saja bahan-bahan pengemulsi?
6. Bagaimana cara peracikannya?
7. Apa wadah dan bagaimana penyimpananya?
8. Menggunakan etiket apa dan bagaimana cara penandaanya?
1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini selain menambah nilai tugas dari bidang farmasi ,tetapi juga
menambah ilmu pengetahuan tentang sediaan emulsi.Dan dengan adanya makalah ini dapat
lebih memahami lagi mengenai sediaan emulsi.

1.4 Manfaat

dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari minyak. Selain itu, dapat digunakan
sebagai obat luar misalnya untuk kulit atau bahan kosmetik maupun untuk penggunaan oral.

1. Melindungi konsumen dari penyakit atau kerugian akibat dari obat yang tidak memenuhi
syarat kesehatan.

2. Mempertahankan atau meningkatkan kepercayaan konsumen dengan menghadirkan data


stock obat Paracetamol sirup yang benar. Ketika obat tersebut akan didistribusikan/disalurkan
ke tangan konsumen,konsumen tidak akan menerima stock obat yang kurang atau bungkus
obat yang rusak/expired.
BAB II

DASAR TEORI

Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamika yang mengandung
paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur, satu diantaranya didispersikan sebagai
globul dalam fase cair lain. Sistem ini dibuat stabil dengan bantuan suatu zat pengemulsi atau
emulgator (Martin, 1993). Sistem emulsi minyak dalam air (M/A) adalah sistem dengan fasa
terdispersinya (fasa diskontinyu) adalah minyak dan fasa pendispersinya (fasa kontinyu)
adalah air. Sebaliknya, emulsi air dalam minyak (A/M) adalah emulsi dengan air sebagai fasa
terdispersi dan minyak sebagai fasa pendispersinya. Selain dua tipe emulsi yang telah
disebutkan sebelumnya, ada suatu sistem emulsi yang lebih kompleks yang dikenal dengan
emulsi ganda misalnya pada emulsi M/A, di dalam globul minyak yang terdispersi dalam fase
air terdapat globul air sehingga membentuk emulsi A/M/A. Sebaliknya, apabila terdapat
globul minyak di dalam air pada emulsi A/M akan membentuk emulsi M/A/M. Pembuatan
emulsi ganda ini dapat dilakukan dengan tujuan untuk memperpanjang kerja obat, untuk
makanan, dan untuk kosmetik.
Emulsi memiliki viskositas yang bervariasi dari cairan hingga semi solida. Secara
umum, istilah emulsi lebih dikenal sebagai sediaan cair yang ditujukan untuk pemberian oral.
Emulsi yang ditujukan untuk penggunaan eksternal biasanya lebih dikenal dengan nama
krim, losion, atau obat gosok. Emulsi yang diberikan dengan cara topikal memiliki diameter
ukuran globul yang berkisar antara 0,1 – 100 μm (Lund, 1994).

Teori Emulsifikasi

Bila dua buah cairan yang saling tidak bercampur dimasukkan bersama dalam suatu
wadah, maka akan terbentuk dua lapisan yangterpisah. Hal ini disebabkan karena gaya
kohesi antara molekul-molekul dari tiap cairan yang memisah lebih besar daripada gaya
adhesi antara kedua cairan (Martin, 1993). Proses pengadukan akan menyebabkan suatu fasa
terdispersi dalam fasa yang lain dan akan memperluas permukaan globul sehingga energi
bebasnya semakin besar. Fenomena inilah yang menyebabkan sistem ini tidak stabil secara
termodinamika. Stabilisasi sistem emulsi dapat dicapai dengan suatu zat pengemulsi
(emulsifying agent). Fasa mana yang akan menjadi fasa terdispersi dan fasa pendispersi yang
akan terbentuk tergantung dari komposisinya dalam sistem. Fasa yang memiliki komposisi
lebih banyak daripada yang lainnya akan menjadi fasa pendispersi. Usaha stabilisasi globul-
globul kecil fasa terdispersi dalam emulsi dapat dilakukan dengan cara mencegah kontak
antara sesama globul dengan menggunakan zat pengemulsi/emulgator.
Ada beberapa mekanisme kerja zat pengemulsi dalam pembentukan emulsi, yaitu
menurunkan tegangan antara muka air dan minyak, pembentukan film antar muka yang
menjadi halangan mekanik untuk mencegah koalesensi, pembentukan lapisan rangkap
elektrik yang menjadi halangan elektrik pada waktu partikel berdekatan sehingga tidak akan
bergabung, dan melapisi lapisan minyak dengan partikel mineral.
Zat pengemulsi yang lazim digunakan untuk pembentukan emulsi dibagi menjadi 4 kelompok
yaitu elektrolit, surfaktan, koloid hidrofil, dan partikel padat halus. Pemilihan zat pengemulsi
dalam suatu formulasi emulsi biasanya didasarkan pada pertimbangan stabilitas selama
penyimpanan, jenis emulsi yang akan dihasilkan, dan harga zat pengemulsi tersebut dari segi
ekonomisnya.

Ketidakstabilan Emulsi
Emulsi yang secara termodinamika tidak stabil umumnya disebabkan oleh tingginya
energi bebas permukaan yang terbentuk. Hal ini terjadi karena pada proses pembuatannya
luas permukaan salah satu fase akan bertambah berlipat ganda, sedangkan seluruh sistem
umumnya cenderung kembali kepada posisinya yang paling stabil, yaitu pada saat energi
bebasnya paling rendah. Oleh karena itu, globul-globul akan bergabung sampai akhirnya
sistem memisah kembali. Berdasarkan fenomena tersebut dikenal beberapa peristiwa
ketidakstabilan emulsi yaitu flokulasi, creaming, koalesen, dan demulsifikasi.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Emulsi


3.1.2 Kelebihan Sediaan Emulsi
1. Sifat teurapetik dan kemampuan menyabar konstituen lebih meningkat
2. Rasa dan bau dari minyak dapatd itutupi
3. Absorpsi dan penetrasi lebihmudah dikontrol
4. Aksi dapat diperpanjang dan efek emolient lebih besar
5. Air merupakan eluen pelarut yang tidak mahal pada pengaroma emuls

3.1.3 Kekurangan Sediaan Emulsi


1. Sediaan kurang praktis
2. Mempunyai stabilitas yang rendah
3. Takaran dosis kurang teliti
4. Tidak tahan lam

3.2 Syarat Sediaan Emulsi


Syarat emulsi yang baik harus :
1. Stabil dan Homogen
2. Fase dalam mempunyai ukuran partikel yang kecil dan sama besar mendekati ukuran
partikel koloid
3. Tidak terjadi creaming atau cracking
4. Warna,bau, dan rasa menarik

3.3 Macam Sediaan Emulsi

Emulsi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu emulsi minyak dalam air (oil-in-
water, O/W) dan emulsi air dalam minyak (water-in-oil, W/O).

 Emulsi minyak dalam air (O/W) adalah emulsi yang terdiri dari fase minyak yang
terdispersi dalam fase air. Contoh sediaan emulsi O/W adalah emulsi minyak esensial,
emulsi obat topikal, dan emulsi susu.
 Emulsi air dalam minyak (W/O) adalah emulsi yang terdiri dari fase air yang terdispersi
dalam fase minyak. Contoh sediaan emulsi W/O adalah emulsi pembersih kulit, emulsi
pelindung kulit, dan emulsi pembalut.
3.4 Formula

Dr. Budhiharto

Alamat Praktek : SIP :1704/REG/2019


Jl. Wisma Menanggal no.2 Jam Praktek :
No telp : (031)894223 10.00-16.00 WIB

Sabtu, 24 Juni 2023


R/
Oleum Olivae 6
Camphora 1
PGA qs
Aqua ad 100
m.f emulsum
sue

Pro : Adinda
No RM : 19431
Umur : 15th
BB/TB : 45/150
Alamat : Jl. Cendrawasi no.5

3.5 Bahan-Bahan pengemulsi

Bahan-bahan pengemulsi adalah sebagai berikut yaitu:

1. C11-15 pareth-73

Campuran ringan, sintetis dari alkohol lemak dan polietilen glikol yang berfungsi
sebagai pengemulsi dan surfaktan. C11-15 pareth-7 dianggap aman dan tidak peka
untuk kulit bila digunakan dalam konsentrasi khusus untuk merumuskan kosmetik.

2.C12-16 pareth-9

Campuran ringan, sintetis dari alkohol lemak dan polietilen glikol yang berfungsi
sebagai pengemulsi dan surfaktan. C12-16 pareth-9 dianggap aman dan tidak peka
untuk kulit bila digunakan dalam konsentrasi khusus untuk merumuskan kosmetik.
3.Ceteareth-6 olivate

Ester alkohol lemak dan asam lemak dari minyak zaitun. Teksturnya yang ringan dan
halus biasa digunakan untuk membuat pelembab , dimana bahan ini juga berfungsi
sebagai emolien sementara sifat pengemulsinya membantu menstabilkan produk. Ciri
estetika yang bagus dari bahan ini adalah ia menyerap dengan cepat tanpa
meninggalkan rasa berminyak. Ceteareth-6 olivate biasanya berasal dari tumbuhan,
tetapi bisa juga sintetis atau berasal dari hewan.

4.Ceteareth-25

Alkohol lemak yang berfungsi sebagai pengemulsi dan surfaktan dalam kosmetik.
Dapat berasal dari tumbuhan atau hewan atau dibuat secara sintetis. Ceteareth-25 juga
membantu menjaga bahan larut dalam formula, memungkinkan tetap tersebar merata
di seluruh emulsi.

5.Cetearyl olivate

Ester berminyak, agak berlilin dari cetearyl alkohol dan asam lemak dari minyak
zaitun. Cetearyl olivate dapat berasal dari hewan, sintetis atau berasal dari tanaman.
Berfungsi sebagai pengemulsi dan agen penambah tekstur. Bahan dasar Cetearyl
alkohol dianggap aman untuk digunakan pada kulit.

6.Diisostearyl polyglyceryl-3 dimer dilinoleate

Campuran asam lemak emolien sering digunakan dalam kosmetik untuk meningkatkan
coverage dan tahan air. Juga berfungsi sebagai pengemulsi. Dapat berasal dari hewan
atau sintetis.

7.Glyceryl rosinate

Ester asam rantai panjang yang berasal dari bahan nabati yang dikenal sebagai
rosin.Berfungsi sebagai agen pengkondisi kulit, surfaktan, dan pengemulsi. Dianggap
aman digunakan dalam kosmetik. Glyceyl rosinate paling sering digunakan ketika
minyak perlu tetap tersuspensi dalam larutan berbasis air, dan juga digunakan dalam
minuman.

8.Glyceryl stearate citrate


Ester asam sitrat dan gliseril stearat. Bergantung pada formula dan berapa banyak
yang digunakan, bahan ini dapat berfungsi sebagai emolien, pengemulsi, atau bahkan
surfaktan. Glyceryl stearate citrate biasanya berasal dari tumbuhan, seperti dari
minyak nabati, atau sintetis, tetapi tergantung pada pemasoknya, bagian stearat gliseril
dari bahan ini mungkin berasal dari hewan. Bahan ini telah dievaluasi keamanannya
seperti yang digunakan dalam kosmetik, dan dianggap aman dan tidak menimbulkan
kepekaan.

9.Hydrogenated vegetable glycerides citrate

Campuran terhidrogenasi dari gliserida sayuran yang berfungsi terutama sebagai


penambah emolien dan tekstur dalam kosmetik. Dalam hal ini, komponen gliserida
nabati dicampur dengan asam sitrat, yang pada saat itu juga dapat membantu
menstabilkan formula kosmetik.

10.Isoamyl laurate

Ester isoamyl alkohol dan asam laurat, bahan peningkat tekstur berbasis tanaman atau
sintetis ini terasa lembut sekali. Digunakan untuk membantu menjaga pigmen tersebar
di produk-produk makeup seperti foundation dan juga karena meningkatkan
penyebaran produk.

11. Isopropyl titanium triisostearate

Bahan sintetis atau turunan hewani yang digunakan sebagai perawatan permukaan
untuk pigmen kosmetik dalam produk seperti maskara. Juga digunakan untuk melapisi
nanopartikel titanium dioksida agar tetap tersuspensi dan stabil dalam formulasi tabir
surya.

12. Lauryl PEG-9 polydimethylsiloxyethyl dimethicone

Polimer silikon yang memiliki banyak fungsi dalam produk kosmetik, termasuk
pelembutan kulit / rambut dan penambah tekstur.

13. Maltooligosyl glucoside

Polisakarida karbohidrat yang diturunkan secara alami dan kemudian dikombinasikan


dengan pati. Memiliki beberapa fungsi dalam kosmetik, termasuk zat pengikat,
emulsifier / pengemulsi, hidrator, penambah tekstur, dan zat pembentuk film. Sebagai
alternatif untuk gliserin, maltooligosyl glukosida memberikan produk kosmetik tekstur
yang halus dan diyakini memberikan manfaat yang menenangkan.

14.Myristamidopropyl PG-dimonium chloride phosphate

Bahan turunan atau sintetis yang dapat digunakan sebagai bahan pembersih,
pengemulsi, bahan antistatik, atau kondisioner kulit. Dikategorikan sebagai garam
amonium kuaterner yang kadang-kadang digunakan dalam perawatan kulit untuk
meningkatkan sifat sensorik, dan memiliki sifat yang ringan pada kulit.

15.Triethanolamine

Digunakan dalam kosmetik sebagai penyeimbang pH dan penstabil emulsi. Seperti


semua amina, amina memiliki potensi untuk membuat nitrosamin. Ada kontroversi
mengenai apakah ini merupakan masalah nyata bagi kulit, mengingat konsentrasi
rendah yang digunakan dalam kosmetik dan teori bahwa nitrosamin tidak dapat
menembus kulit. Triethanaolime biasanya digunakan dalam jumlah kurang dari 1%
dalam kosmetik; konsentrasi 2,5% telah ditemukan tidak menyebabkan iritasi ketika
diterapkan pada kulit. Bahan ini juga ditambahkan ke makanan.

3.6 Cara Peracikan

Metode peracikan obat adalah sebagai berikut yaitu:

1. Menyiapkan obat( sirup kering) sesuai dengan permintaan pada resep


2. Mencatat pengeluaran obat pada kartu stok
3. Membuka botol obat bila pengenceran di lakukan di puskesmas
4. Mengencerkan obat (sirup kering) dengan air yang layak di minum sesuai
takaran
5. Menyiapkan etiket warna putih dan label kocok terlebih dahulu sebelum di
konsumsi
6. Menulis nama pasien , nomor resep, tanggal resep, cara pakai sesuai permintaan
pada resep serta sesuai petunjuk dan informasi lain.

3.7 Wadah dan Penyimpanan

•Wadah emulsi botol coklat 100ml dan 60ml

•Penyimapana Emulsi ditempat yang kering dalam wadah tertutup rapat pada suhu
ruangan dan terlindung dari sinar matahari.

3.8 Etiket dan Penandaan

> Etiket Putih dan Biru

>Penandaan: Label Ni(Ne Iteratur),Label Kocok dahulu


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Emulsi merupakan system koloid yang banyak terdapat pada bahan pangan, kosmetik
dan obat-obatan. Seperti juga pada sistem minyak utuh, reaksi oksidasi lipid juga dapat
terjadi dalam sistem emulsi minyak-air, bahkan dilaporkan sistem emulsi lebih mudah
mengalami oksidasi atau mempunyai stabilitas oksidatif lebih rendah dibandingkan
minyak utuh. Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamika yang
mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur, satu diantaranya
didispersikan sebagai globul dalam fase cair lain.

Emulsi memiliki viskositas yang bervariasi dari cairan hingga semi solida. Secara
umum, istilah emulsi lebih dikenal sebagai sediaan cair yang ditujukan untuk
pemberian oral. Didalam proses pembuatan emulsi biasanya ditambahkan campuran
dua atau lebih bahan kimia yang tergolong ke dalam emulsifier dan stabilizer. Tujuan
dari penambahan emulsifier adalah untuk menurunkan tegangan permukaan antara
kedua fase (tegangan interfasial) sehingga mempermudah terbentuknya emulsi. Emulsi
dapat dibuat dengan metode gom kering, metode gom basah, dan metode botol
berdasarkan pemambahan zat tambahan yang sesuai.

4.2 Saran

Sebagai mahasiswa farmasi sebaiknya memahami lebih dalam lagi mengenai definisi
emulsi, kelebihan emulsi, kekurangan emulsi, dll agar dapat di aplikasikan pada saat
bekerja dilingkup farmasi.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai