Disusun Oleh :
UNIVERSITAS KADIRI
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah Farmasetika tentang Emulsi.
Makalah Farmasetika ini telah kami susun dengan maksimal. Terlepas dari
semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga Makalah Farmasetika yang berjudul
Emulsi, dapat memberikan informasi yang positif bagi pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
B. PERSYARATAN EMULSI
1. Stabil dan homogen
2. Fase dalam mempunyai ukuran partikel yang kecil dan sama besar
mendekati ukuran partikel koloid
3. Tidak terjadi creaming atau cracking
4. Warna , bau dan rasa menarik
Berikut ini adalah beberapa tehnik untuk menentukan tipe emulsi adalah
1. Pengenceran dengan fase luar
Tipe emulsi minyak dalam air (o/w), akan melarut jika diencerkan dengan
air, sedangkan tipe air dalam minyak (w/o) akan melarut jika diencerkan
dengan minyak
2. Perubahan warna
Penambahan metilen blue pada emulsi, jika metilen blue melarut pada
emulsi hal tersebut menunjukan bahwa tipe emulsi tersebut adalah minyak
dalam air (o/w), sedangkan jika tidaj tipe emulsi tersebut adalah minyak
dalam air (w/o)
3. Fluoresensi
Tipe emulsi air dalam minyak (o/w) akan berfluoresensi jika disinari
dengan sinar UV, sedangkan tipe emulsi minyak dalam air (w/o) tidak
berfluoresensi
4. Penghantaran arus listrik
Tipe emulsi minyak dalam air (o/w) dapat menghantarkan arus listrik,
sedangkan tipe emulsi air dalam minyaj (w/o) tidak.
Berikut ini adal kerusakan emulsi yang dapat terjadi adalah
1. Creaming
Creaming adalah terpisahnya emulsi menjadi dua bagian, bagian fase
disper lebih banyak daripada fase lain. Kerusakan seperti ini bersifat
reversibel artinya dengan pengocokan perlahan dapat terdispersi kembali
2. Breaking atau koalesensi
Koalesensi adalah pecahnya emulsi diakibatkan karena rusaknya lapisan
film yang melapisi partikel atau butiran-butiran emulsi, sehingga terjadi
pemisahan antara fase minyak dan fase air dan masing-masing fase bersatu
sesama jenisnya
3. Inversi fase
Inversi fase adalah perubahan tipe emulsi dari minyak dalam air (o/w)
menjadi air dalam minyak (w/o) atau sebaliknya.
D. FORMULA SEDIAAN.
R/ Lanolin Anhidrat 2%
Setil Alkohol 2%
Asam Stearat 4%
Tween 80 2,5%
Span 80 2,5%
Parrafin Cair 6%
Metil Paraben 0,18%
Propil Paraben 0,02%
Alfa Tokoferol 0,05%
Perisa gtt 3
Pewarna gtt 3
Aquadest ad 600ml
1. Komponen Dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat dalam emulsi. Terdiri atas:
Fase continue/fase external/fase luar Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi
sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
2. Komponen Tambahan
F. CARA PEMBUATAN.
Emulsi dapat dibuat dengan beberapa cara, tergantung dari sifat komponen
dan alat yang digunakan. Dalam skala kecil, sediaan emulsi dapat dibuat
dengan tiga metode:
G. PENGUJIAN SEDIAAN.
Pengujian Sediaan Emulsi
1) Evaluasi Organoleptis
Tujuan : Untuk mengetahui kesesuaian produk akhir dalam hal bau, rasa
dan warna dengan bahan-bahan yang digunakan dalam proses formulasi
Prinsip : Menguji bau, rasa dan warna menggunakan indera
Metode :
o Warna = Mengamati warna sediaan akhir apakah sesuai dengan
pewarnaan yang digunakan
o Bau = Dibandingkan aroma/bau sediaan akhir dnegan pengaroma
yang digunakan
o Rasa = Dapat diketahui dengan cara membandingkan rasa dan
sediaan akhir dnegan perasa yang digunakan dengan cara mencoba
sampel.
4. Uji Homogenitas :
Tujuan : Untuk mengetahui distribusi partikel/granul dalam suatu emulsi
Prinsip : Secara masal partikel diamati dari sediaan akhir, sebgian sampel
diamati di gelas objek dan dilihat secara visual
Metode : Pengambilan sampel dapat dilakukan secara acak pada sediaan
yang lebih dikocok (bagian atas, tengah, bawah). Sampel diteteskan di
helas objek dan diratakan dengan kaca/gelas objek lain sehingga terbentuk
lapisan tipis. Susunan yang dibentuk diamati secara visual (Depkes RI,
1995).
Penafsiran Hasil : Susunan partikel yang diamati sudah homogen
5. Uji Penetapan pH
Tujuan : Untuk mengetahui kadar pH sediaan akhir dengan
membandingkan dengan pH sediaan akhir secara teoritis
Prinsip: Diukur dengan pH meter yang telah dibakukan sebagaimana
mestinya sehingga mampu mengukur harga pH sampai 0,02 untuk pH
menggunakan elektroda indikator
Metode : Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Ph meter.
Sebelumnya pH meter dibakukan terlebih dahulu kemudian dibersihkan
dengan aquades dan dilap dengan tissue. pH meter dimasukkan ke dalam
emulsi yang sudah jadi hingga pH sesuai dengan rentang yang diharapkan.
Apabila tidak sesuai maka harus diadjust pH dengan menggunakan larutan
yang sesuai.
Penafsiran Hasil : 5-8(MSDS, 2008)
2. Jika emulsi tercampur baik dengan air maka tipe emulsi o/w dan
sebaliknya
Penafsiran Hasil :
o Uji kelarutan zat warna : Tampak sebagai tetesan difase internal.
Dominan untuk fase luar (w/o).
o Uji pengenceran : tidak tercampur baik dengan air
??
Keterangan :
8. Uji/Evaluasi Kejernihan
Tujuan : Untuk mengetahui apakah ada zat pengotor yang ikut
bercampur dalam sediaan akhir emulsi
Penafsiran Hasil : Jernih dalam artian emulsi tidak terlihat pengotor dalam
sediaan emulsi