Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH FARMASETIKA

(TENTANG SEDIAAN EMULSI)

Disusun Oleh :

1. Alvisa oktariano (19650296)


2. Diaz akbar Azrielriady (19650278)
3. Fatima Zalamatul Inzany (19650248)
4. Luckyta ade Cahyono (19650292)
5. Octaviano soares Cardoso (19650293)
6. Rosalia Rohma Puspitasari (19650298)
7. Sinta Munawaroh (19650304)

UNIVERSITAS KADIRI

TAHUN PELAJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah Farmasetika tentang Emulsi.
Makalah Farmasetika ini telah kami susun dengan maksimal. Terlepas dari
semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga Makalah Farmasetika yang berjudul
Emulsi, dapat memberikan informasi yang positif bagi pembaca.

Kediri, 14 September 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan


dibutuhkan zat pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga
antara zat yang terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau
keduannya tidak akan terpisah. Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi
merupakan campuran cairan polar dan cairan non polar. Salah satu emulsi
yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana lemak terdispersi dalam air.
Dalam susu terkandung kasein suatu protein yang berfungsi sebagai zat
pengemulsi.Bebera contoh emulsi yang lain adalah pembuatan es krim, sabun,
deterjen, yang menggunakan pengemulsi gelatin.
Dari hal tersebut diatas maka sangatlah penting untuk mempelajari
sistem emulsi karena dengan tahu banyak tentang sistem emulsi ini maka akan
lebih mudah juga untuk mengetahui zat – zat pengemulsi apa saja yang cocok
untuk menstabilkan emulsi selain itu juga dapat diketahui faktor – faktor yang
menentukan stabilnya emulsi tersebut karena selain faktor zat pengemulsi
tersebut juga dipengaruhi gaya sebagai penstabil emulsi. Sistem emulsi
termasuk jenis koloid dengan fase terdispersinya berupa zat cair namun dalam
makalah ini kita hanya akan membahas mengenai emulsi yang menyangkut
sediaan obat dalam ruang ringkup farmasetika.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Pengertian Emulsi?
2. Bagaimana persyaratan kadarnya?
3. Apa keuntungan dan kelemahannya?
4. Bagaimana formula sediannya?
5. Apa saja bahan – bahan yang diperlukan?
6. Bagaimana cara pembuatannya?
7. Bagaimana pengujian sediannya?
8. Bagaimana cara penyimpanannya?
1.3 TUJUAN

1. Mengetahui pengertian emulsi.


2. Mengetahui persyaratan kadarnya.
3. Mengetahui keuntungan dan kelemahan Emulsi.
4. Mengetahui formula sediaan emulsi.
5. Mengetahui bahan-bahan yang diperlukan.
6. Mengetahui cara pembuantan Emulsi.
7. Mengetahui pengujian sediaan Emulsi.
8. Mengetahui cara penyimpanan Emulsi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI EMULSI
Menurut FI Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu
cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.
Stabilitas emulsi dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga
yang disebut dengan emulgator (emulsifying agent)
Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai milk,
warna emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-
bijian yang mengandung lemak, protein dan air. Emulsi semacam ini disebut
emulsi vera atau emulsi alam, sebagai emulgator dipakai protein yang
terdapat dalam biji tersebut.
Pada pertengahan abad ke XVIII, ahli farmasi Perancis
memperkenalkan pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan
eugenol oil dengan menggunakan penambahan gom arab, tragacanth, kuning
telur. Emulsi yang terbentuk karena penambahan emulgator dari luar disebut
emulsi spuria atau emulsi buatan.

Definisi emulsi menurut beberapa penulis yang mendefinisikan emulsi


misalnya :
1. Alexander : emulsi adalah suatu dispersi yang sangat halus dan suatu
cairan kedalam suatu cairan yang lain.
2. Clayton : emulsi adalah suatu sistem yang terdiri dari 2 fase cair,
yang satu terdispersi dalam yang lain sebagai glubol ( butir butir kecil )
3. Mc. Bain : emulsi adalah suatu tetes tetes kecil cairan yang
terdispersi dalam cairan yang lain dan dapat dilihat dibawah
mikroskop.
4. P. Becher : emulsi adalah suatu sistem heterogen terdiri dari 2 cairan
yang tidak bercampur, yang satu terdispersi didalam yang lain dalam
bentuk tetes tetes kecil yang mempunyai diameter pada umumnya >
0,1 um.

Pada umumnya dalam bidang farmasi, secara sederhana emulsi


diartikan sebagai campuran ogen dan 2 cairan yang dalam keadaan
normal tidak dapat bercampur ( fase air dan fase yak ) , dengan
pertolongan suatu bahan penolong yang disebut emulgator.
Dalam sistem dispersi tersebut cairan yang terdispersi disebut fase
dispers atau fase em, sedangkan cairan dimana terdapat fase dispers
disebut medium dispers atau fase ekstem. Fase tersebut yang berair
dapat terdiri dan air atau campuran sejumlah substansi hidrofil alkohol,
glikol, gula, garam mineral, garam organik, dll. fase yang lain adalah
fase K pada umumnya berminyak, dapat terdiri dan substansi lipofil
seperti : asam, alkohol asam lemak, him, zat zat aktifliposolubel dll.

B. PERSYARATAN EMULSI
1. Stabil dan homogen
2. Fase dalam mempunyai ukuran partikel yang kecil dan sama besar
mendekati ukuran partikel koloid
3. Tidak terjadi creaming atau cracking
4. Warna , bau dan rasa menarik

C. KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN SEDIAAN EMULSI


Beberapa keuntungan sediaan emulsi adalah sebagai berikut
1. Dapat membentuk sediaan yang saling tidak bercampur menjadi dapat
bersatu membentuk sediaan yang homogen dan stabil
2. Bagi oarng yang susah menelan tablet dapat menggunakan sediaan
emulsi sebagai alternatif
3. Dapat menutupi rasa tidak enak obat dalam bentuk cair, contohnya
minyak ikan
4. Meningkatkan penerimaan oleh pasien

Beberapa kerugian emulsi adalah sebagai berikut


1. Sediaan emulsi kurang praktis daripada sediaan tablet
2. Sediaan emulsi mempunyai stabilitias yang rendah daripada sediaan
tablet karena cairan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri
3. Takaran dosisnya kurang teliti

Berikut ini adalah beberapa tehnik untuk menentukan tipe emulsi adalah
1. Pengenceran dengan fase luar
Tipe emulsi minyak dalam air (o/w), akan melarut jika diencerkan dengan
air, sedangkan tipe air dalam minyak (w/o) akan melarut jika diencerkan
dengan minyak
2. Perubahan warna
Penambahan metilen blue pada emulsi, jika metilen blue melarut pada
emulsi hal tersebut menunjukan bahwa tipe emulsi tersebut adalah minyak
dalam air (o/w), sedangkan jika tidaj tipe emulsi tersebut adalah minyak
dalam air (w/o)
3. Fluoresensi
Tipe emulsi air dalam minyak (o/w) akan berfluoresensi jika disinari
dengan sinar UV, sedangkan tipe emulsi minyak dalam air (w/o) tidak
berfluoresensi
4. Penghantaran arus listrik
Tipe emulsi minyak dalam air (o/w) dapat menghantarkan arus listrik,
sedangkan tipe emulsi air dalam minyaj (w/o) tidak.
Berikut ini adal kerusakan emulsi yang dapat terjadi adalah
1. Creaming
Creaming adalah terpisahnya emulsi menjadi dua bagian, bagian fase
disper lebih banyak daripada fase lain. Kerusakan seperti ini bersifat
reversibel artinya dengan pengocokan perlahan dapat terdispersi kembali
2. Breaking atau koalesensi
Koalesensi adalah pecahnya emulsi diakibatkan karena rusaknya lapisan
film yang melapisi partikel atau butiran-butiran emulsi, sehingga terjadi
pemisahan antara fase minyak dan fase air dan masing-masing fase bersatu
sesama jenisnya
3. Inversi fase
Inversi fase adalah perubahan tipe emulsi dari minyak dalam air (o/w)
menjadi air dalam minyak (w/o) atau sebaliknya.

D. FORMULA SEDIAAN.
R/ Lanolin Anhidrat 2%
Setil Alkohol 2%
Asam Stearat 4%
Tween 80 2,5%
Span 80 2,5%
Parrafin Cair 6%
Metil Paraben 0,18%
Propil Paraben 0,02%
Alfa Tokoferol 0,05%
Perisa gtt 3
Pewarna gtt 3
Aquadest ad 600ml

E. BAHAN – BAHAN YANG DIPERLUKAN.

Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :

1. Komponen Dasar

Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat dalam emulsi. Terdiri atas:

Fase dispersi/fase internal/fase diskontinu Yaitu zat cair yang terbagi-bagi


menjadoi butiran kecil kedalam zat cair lain.

Fase continue/fase external/fase luar Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi
sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
2. Komponen Tambahan

Merupakan bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk


memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis, corrigen odoris,
corrigen colouris, preservative (pengawet) dan anti oksidan. Preservative yang
digunakan Antara lain metil dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol,
kresol, dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetas, dll.
Antioksidan yang digunakan Antara lain asam askorbat, a-tocopherol, asam sitrat,
propil gallat, asam gallat.

F. CARA PEMBUATAN.
Emulsi dapat dibuat dengan beberapa cara, tergantung dari sifat komponen
dan alat yang digunakan. Dalam skala kecil, sediaan emulsi dapat dibuat
dengan tiga metode:

1. Metode gom kering atau metode kontinental


Dalam metode ini zat pengemulsi (biasanya gom arab dicampur dengan
minyak terlebih dahulu kemudian ditambahkan air untuk pembentukkan
corpus emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia

2. Metode gom basah atau metode Inggris


Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi umunya larut)
agar membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak
dicampurkan untuk membentuk emulsi, setelah itu baru diencerkan dengan
sisa air

3. Metode botol atau metode botol forbes


Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan
mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan ke
dalam botol kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air. Minyak
dimasukkan botol kemudian campuran tersebut dikocok dengan kuat.
Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok
Alat yang dipakai dalam pembuatan emulsi
1. Mortir dan stamper
2. Botol
3. Mixer dan blender
4. Homogeniser
5. Colloid mill

G. PENGUJIAN SEDIAAN.
Pengujian Sediaan Emulsi

1) Evaluasi Organoleptis
Tujuan : Untuk mengetahui kesesuaian produk akhir dalam hal bau, rasa
dan warna dengan bahan-bahan yang digunakan dalam proses formulasi
Prinsip : Menguji bau, rasa dan warna menggunakan indera
Metode :
o Warna = Mengamati warna sediaan akhir apakah sesuai dengan
pewarnaan yang digunakan
o Bau = Dibandingkan aroma/bau sediaan akhir dnegan pengaroma
yang digunakan
o Rasa = Dapat diketahui dengan cara membandingkan rasa dan
sediaan akhir dnegan perasa yang digunakan dengan cara mencoba
sampel.

2. Uji Volume Terpindahkan


Tujuan : Mengetahui dan memastikan bahwa volume terpindahkan dari
emulsi sama dengan volume yang sudah tertera di etiket pada saat
dipindahkan ke wadah lain.
Prinsip : Mengukur volume sediaan emulsi dari masing-masing botol di
gelas ukur
Metode : Dituang ke botol dari tiap botol secara perlahan ke dalam gelas
ukur. Untuk menghindari adanya gelombang udara pada waktu penuangan
maka ditunggu hingga ± 30 menit. Jika sudah dituang, maka dilakukan
pengukuran volume tiap wadah. Volume rata-rata tiap wadah sebesar tidak
kurang dari 100%, dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95%
dari volume etiket(Depkes RI, 1995).
Penafsiran Hasil : Volume rata-rata tiap botol tidak kurang dari 100%
dimana volume tiap wadah tidak kurang dari 95%

3. Uji Penetapan Bobot Jenis


Tujuan : Membandingkan ebrat jenis sedfar akhir dengan berat sediaan
emulsi secara teoritis
Prinsip : Ditetapkan dnegan menggunakan alat piknometer, selanjutnya
bereat jenis dihitung dengan berat jensi yang telah ditentukan (Depkes RI,
1995).
Metode : digunakan piknometer bersih, kering dan telah dikase untuk
menetapkan bobot piknometer kosong dan bobot didalam piknometer pada
suhu 25oC. Zat uji dimasukkan ke piknometer pada suhu 20oC.
Piknometer diatur hingga suhu 25oC dengan sisa zat uji dituang lalu
ditimbang. Bobot jenis dihitung dengan rumus (Depkes RI, 1995):

4. Uji Homogenitas :
Tujuan : Untuk mengetahui distribusi partikel/granul dalam suatu emulsi
Prinsip : Secara masal partikel diamati dari sediaan akhir, sebgian sampel
diamati di gelas objek dan dilihat secara visual
Metode : Pengambilan sampel dapat dilakukan secara acak pada sediaan
yang lebih dikocok (bagian atas, tengah, bawah). Sampel diteteskan di
helas objek dan diratakan dengan kaca/gelas objek lain sehingga terbentuk
lapisan tipis. Susunan yang dibentuk diamati secara visual (Depkes RI,
1995).
Penafsiran Hasil : Susunan partikel yang diamati sudah homogen

5. Uji Penetapan pH
Tujuan : Untuk mengetahui kadar pH sediaan akhir dengan
membandingkan dengan pH sediaan akhir secara teoritis
Prinsip: Diukur dengan pH meter yang telah dibakukan sebagaimana
mestinya sehingga mampu mengukur harga pH sampai 0,02 untuk pH
menggunakan elektroda indikator
Metode : Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Ph meter.
Sebelumnya pH meter dibakukan terlebih dahulu kemudian dibersihkan
dengan aquades dan dilap dengan tissue. pH meter dimasukkan ke dalam
emulsi yang sudah jadi hingga pH sesuai dengan rentang yang diharapkan.
Apabila tidak sesuai maka harus diadjust pH dengan menggunakan larutan
yang sesuai.
Penafsiran Hasil : 5-8(MSDS, 2008)

6. Uji Penerapan Tipe Emulsi


Tujuan : Mengetahui tipe emulsi yang dibuat, membandingkan tipe emulsi
awaln pada formulasi dengan sediaan akhir yang terbentuk
Prinsip: Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan 2 cara, yaitu uji kelarutan
zat warna dan uji pengenceran(Martin, 1990):
Metode :
o Uji Kelarutan Zat Warna (Martin, 1990)
1. Digunakan zat warna yang larut air, seperti metilen blue/biru brilliant
CFC

2. Zat warna diteteskan pada permukaan emulsi


3. Apabila zat warna berdifusi homogen pada fase eksternal berupa air
maka tipe emulsi adalah o/w. Jika zat warna tampak sebagai tetsan difase
internal maka tipe emulsi w/o
4. Hal sebaliknya akan terpadu apabila digunakan zat warna sudan III
(larut lemak)
o Uji Pengenceran(Martin, 1990)

1. Dilakukan dengan mengencerkan emulsi dengan air

2. Jika emulsi tercampur baik dengan air maka tipe emulsi o/w dan
sebaliknya
Penafsiran Hasil :
o Uji kelarutan zat warna : Tampak sebagai tetesan difase internal.
Dominan untuk fase luar (w/o).
o Uji pengenceran : tidak tercampur baik dengan air

7. Uji Viskositas dan Aliran

Tujuan : untuk mengetahui viskositas (kekentalan) serta sifat alir dari


sediaan emulsi akhir
Prinsip : Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer
yang telah dikalibrasi dan dilakukan penetapan harga viskometer, k untuk
setiap viskometer kemudian ditentukan kekentalan cairan uji dengan
rumus dan dapat ditentukan sifat air berdasarkan grafik uji
viskositas(Depkes RI, 1995).
Metode :
1. Dilakukan penetapan harga viskometer k, dengan mengisi tabung
sejumlah tertentu minyak
2. Garis meniskus cairan diatur dalam tabung kapiler hingga garis
graduasi teratas dengan bantuan cairan/pengisap
3. Buka kedua tabung pengisi dan tabung kapiler agar cairan dapat
mengalir bebas kedalam wadah melawan tekanan atmosfer
4. Dicatat waktu yang diperlukan cairan untuk mengalir dari batas atas
hingga batas bawah tabung kapiler
5. Hitung konstanta viskometer k dengan rumus :

??

Keterangan :

V = Kekentalan cairan yang diketahui

d = Bobot jenis cairan uji

t = Waktu mengalir caira (detik)

Penafsiran Hasil : Kekentalan sediaan sesuai; tidak terjadi ketidakstabilan


emulsi

8. Uji/Evaluasi Kejernihan
Tujuan : Untuk mengetahui apakah ada zat pengotor yang ikut
bercampur dalam sediaan akhir emulsi

Prinsip : Membandingkan kejernihan sediaan akhir dengan air/pelarut


yang digunakan

Metode : kejernihan dilihat dengan menggunakan tabung reaksi yang


dimasukkan zat uji dan zat padanan yang sesuai secukupnya, yang dibuat
segar dengan volume larutan dalam tabung reaksi setinggi tepat 40 mm.
Bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit dengan latar belakang hitam.
Pengamatan dilakukan dibawah cahaya terdifusi, tegak lurus kearah bawah
tabung. Difusi cahaya harus sedemikian rupa sehingga suspensi padanan
II. Sehingga suatu cairan dinyatakan jernih jika kejernihannya sama
dengan air atau pelarut yang digunakan (Depkes RI, 1995).

Penafsiran Hasil : Jernih dalam artian emulsi tidak terlihat pengotor dalam
sediaan emulsi

9. Uji Metode Freeze Thawing

Tujuan : Mengetahui ketidakstabilan emulsi yaitu kriming


Prinsip : Memberkan paparan suatu ekstrim pada emulsi selama 10 siklus
Metode : Emulsi ditempatkan didalam gelas ukur dan ditutup
kemudian disimpan pada kondisi dipaksakan (kondisi dipercepat) yaitu
pada suhu bergantian 4oC dan 40oC masing-masing selama 12 jam dengan
10 siklus, volume kriming yang terbentuk diamati setiap siklus hingga
siklus ke 10 (Rahama, 2013)
Penafsiran Hasil : Tidak terbentuk kriming

Anda mungkin juga menyukai