Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FARMASETIKA

“SEDIAAN EMULSI”

OLEH :

ARINDINI MELANNIA KALE

(184111006)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan
rahmatnya, Karunia, dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun makalah ini
sehingga selesai pada waktunya.
Makalah yang berjudul “Sediaan Emulsi” ini disusun dan dibuat
berdasarkan materi yang telah dirangkum dari sumber yang tepercaya. Selain
untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmasetika I, pembuatan makalah ini
bertujuan agar dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis
mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Ucapan maaf dari
penulis sendiri apabila terjadi kesalahan pengetikan kata dan isi dalam makalah
ini. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Kupang, Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………i

DAFTAR ISI..............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………

A. LATAR BELAKANG………………………………………………
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………….
C. MAKSUD DAN TUJUAN……………………………………………

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………

A. DEFENISI EMULSI………………………………………………………
B. TIPE-TIPE EMULSI…………………………………………………
C. KOMPONEN EMULSI………………………………………………

BAB III PENUTUP……………………………………………………………

A. KESIMPULAN…………………………………………………
B. SARAN…………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari,
terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik
koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang
tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk
produksi dalam skala besar.Salah satu sistem koloid yang ada dalam
kehidupan sehari – hari dan dalam industri adalah jenis emulsi.
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil,
sehinggkan dibutuhkan zat pengemulsi atau emulgator untuk
menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi dengan
pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan
terpisah. Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan
polar dan cairan non polar.Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari
adalah susu, di mana lemak terdispersi dalam air. Dalam susu terkandung
kasein suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi. Beberapa
contoh emulsi yang lain adalah pembuatan es krim, sabun, deterjen, yang
menggunakan pengemulsi gelatin.
Dari hal tersebut diatas maka sangatlah penting untuk mempelajari
sistem emulsi karena dengan tahu banyak tentang sistem emulsi ini maka
akan lebih mudah juga untuk mengetahui zat – zat pengemulsi apa saja yang
cocok untuk menstabilkan emulsi selain itu juga dapat diketahui faktor apa
saja yang menentukan stabilnya emulsi tersebut karena selain faktor zat
pengemulsi tersebut juga dipengaruhi gaya sebagai penstabil emulsi. Sistem
emulsi termasuk jenis koloid dengan fase terdispersinya berupa zat cair
namun dalam makalah ini kita hanya akan membahas mengenai sistem
emulsi saja diantaranya dari defenisi emulsi, mekanisme secara kimia dan
fisika, teori dan persamaannya dan serta penerapannya dalam kehidupan
sehari – hari dan industri.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana defenisi sediaan emulsi?
2. Bagaimanakah tipe-tipe sediaan emulsi?
3. Apakah komponen-komponen sediaan emulsi?
C. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari makalah ini yaitu selain sebagai salah satu
syarat penilaian dari mata kuliah Faramasetika I tetapi juga untuk
menambah pengetahuan mahasiswa mengenai sediaan emulsi. Diharapkan
dengan adanya makalah ini pembaca dapat lebih memahami lagi mengenai
sediaan emulsi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN EMULSI
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau
larutan obat,terdispersi dalam cairan pembawa,distabilkan dengan zat
pengemulsi atau surfaktan yang cocok (Depkes,1979).
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi
kedalam kedalam cairan lain dalam benuk tetesan kecil (Depkes,1995).
Emulsi adalah suatusediaan yang engandung dua zat cair yang tidak
mau campur,biasanya air dan minyak dimana cairan satu terdispersi
menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain.Dispersi ini tidak
stabil,butir-butir ini akan bergabung (koalesen) dan membentuk dua lapisan
air dan minyak yang terpisah.Flavor dan pengawet yang berada dalam fase
air yang mungkin larut dalam minyak harus dalam kadar yang cukup untuk
memenuhi yang diinginkan.Emulgator merupakan komponen yang penting
untuk memperoleh emulsi yang stabil (Anief,1993)
Emulsi adalah sediaan berupa campuran terdiri dari dua fase cairan
dalam sistem dispersi,fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan
merata dalam fase cairan lainya,umumnya dimantapkan oleh zat
pengemulsi ,fase cairan terdispersi disebut fase dalam,sedangkan fase
cairan pembayanya disebut fase luar.Jika fase dalam berupa minyak atau
larutan dalam minyak dan fase luarnya air atau larutan,maka emulsi disebut
emulsi minyak-air,sedangkan sebaliknya emulsi disebut air-minyak
(Depkes,1978).
Emulsi adalah suatu disperse dimana fase terdispers terdiri dari
bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang
tidak bercampur.Dalam batasan emulsi,fase terdispers dianggap sebagai
fase dalam dan medium disperse sebagai fase luar atau fase kontinu.Emulsi
yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi
minyak dalam air tapi sebaliknya emulsi yang memiliki fase dalam air dan
fase luar adalah minyak disebut emulsi air dalam minyak(Ansel,1985).
Emulsi atau emulsions adalah sistem dispersi kasar yang solid
termodinamik tidak stabil, terdiri dari minimal dua atau lebih cairan yang
tidak bercampur satu sama lain. Dimana cairan yang satu terdispersi
didalam cairan yang lain dan untuk memantapkannya diperlukan
penambahan emulgator (Voight,1994). Oleh karena itu,dari cairan yang
tidak dapat bercampur satu sama lain.Yang satu terdistribusi kedalam yang
lain dipertahankan untuk melayang.Maka garis tengah tetesan cairan yang
terdistribusi sangat penting untuk mengkarakterisasikan sebuah emulsi
(Voight,1994).
Semua emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan)
disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar
mencegah terjadinnya koalesen dan terpisahnya cairan dispers sebgai fase
terpisah (Anief,1997)
Emulsi adalah sistem heterogen, terdiri dari kurang lebih satu cairan
yang tidak tercampurkan yang terdispersi dalam cairan lainnya dalam
bentuk tetesan-tetesan di mana diameternya kira-kira 0,1 mm atau dapat
diartikan sebagai dua fase yang terdiri dari satu cairan yang terdispersi
dalam cairan lainnya yang tidak tercampurkan.(Martin,1971)
Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah sediaan yang
mengandung 2 cairan yang tidak bercampur, satu diantaranya terdispersi
secara seragam sebagai globul.(Jenkins,1957)
B. TIPE EMULSI
Ada dua macam tipe emulsi yang terbentuk yaitu tipe M/A dimana
tetes minyak terdispersi kedalam fase air,dan tipe A/M dimana fase intern
adalah air dan fase ekstern adalah minyak.Fase intern disebut pula fase
dispers atau fase kontinu (Anief,1993).
Emulsi yang memliki fase dalam minyak dan fase luar air disebut
emulsi minyak dalam air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi
“M/A”.Sebaliknya emulsi yang mempunya fase dalam air dan fase luar
minyak disebut emulsi air dalam minyak dan dikenal sebaga emulsi
“A/M”.Karena fase luar dari suatu emulsi bersifat kontinu,suatu emulsi
minyak dalam air bias diencerkan atau ditambah dengan air atau suatu
preparat dalam air (Ansel,1985).
Emulsi terdiri dari dua fase yang tidak dapat bercampur satu sama
lainya,dimana yang satu menunjukkan karakter hidrofil,yang lain
lipofil.Hidrofil (lipofod) umumnya adalah air atau suatu cairan yang dapat
tercampur dengan air.Sedangkan sebagai fase lipofil (hidrofod) adalah lemak
mineral atau minyak tumbuhan atau lemak (minyak
lemak,paraffin,lilin,lemak coklat,malam bulu domba) atau juga bahan pelarut
lipofil kloroform,benzene dan sebagainya (Voight,1994)
Dengan demikian ada dua kemungkinan yang dapat terjadi,apakah
fase hidrofil yang terdispersi kedalam fase hidrofod,ataukah fase hidrofod
kedalam fase hidrofil.dengan demikian dapat dhasilkan dua macam emulsi
yang berbeda.Yaitu yang dinyatakan sebagai emulsi ar dalam minyak
‘’A/M’’ atau emulsi minyak dalam air “M/A’’.(Voight,1994)
Jenis emulsi M/A dan A/M adalah sistem emulsi sederhana.Sistem
emulsi ganda akan diperoleh apabila didalam bola-bola emulsi yang
terbentuk terdapat lagi bola-bola dari fase lainya.Sistem semacam ini
dikatakan sebagai emulsi A/M/A atau emulsi M/A/M.Komponen-komponen
yang terdistribusi didalam sebuah emulsi,dikatakan sebagai fase terdispersi
atau fase dalam atau fase terbuka.Komponen-komponen yang mengandung
cairan terdispersi,dinyatakan sebagai bahan pendispersi atau fase luar atau
fase tertutup.(Voight,1994)
Untuk emulsi yang diberika secara oral,tipe emulsi yang diberikan
adalah minyak dalam air memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan
tersebut mempunyai rasa yag lebih enak walaupun sebenarnya diberikan
minyak yang tidak enak rasanya,dengan menambahkan pemanis dan pemberi
rasa pada pembawa airnya,sehingga mudah dimakan atau ditelan sampai ke
lambung.Ukuran partikel yang diperkecil dari bola-bola minyak dapat
mempertahankan minyak tersebut agar lebih cepat dicerna dn lebih mudah
diabsorpsi,atau jka bukan dimaksudkan untuk itu,tugasnya juga akan lebih
efektif,msalnya meningkatkan efikasi minyak mineral sebagai katartik bila
diberikan dalam bentuk emulsi.(Ansel,1985)
Emulsi yang dipakai pada kulit atau sebagai obat luar bias dibuat
sebagai emulsi A/M atau emulsi M/A,tergantung pada berbagai factor seperti
sifat zat terapeutik yang akan dimasukkan ke dalam emulsi,keinginan untuk
mendapatkan efek amolien atau pelembut jaringan dari preparat tersebut,dan
keadaan kulit.Zat obat yang mengiritasi kulit umumnya kurang mengiritasi
jika ada dalam fase luar yang mengalami kontak langsung dengan kulit.Tentu
saja dapat bercampurnya dan kelarutan dalam air dan dalam minyak dari zat
obat yang digunakan dalam preparat yang diemulsikan menentukan
banyaknya pelarut yang harus ada sifatnya yang meramalkan fase emulsi
yang dihasilkan.Pada kulit yang tidak luka,suatu emulsi air dalam minyak
biasanya dapat digunakan lebih rata karena kulit diselaputi oleh suatu lapisan
tipis dari sabun dan permukaan ini mudah dibasahi oleh minyak dari pada
oleh air.Suatu emulsi air dalam minyak juga lebih lembut ke kulit,karena ia
mencegah mengeringnya kulit dan tidak mudah hilang bila kena air.Sealiknya
apabila diinginkan preparat yang mudah di hilangkan dari kulit dengan
air,digunakan suatu emulsi minyak dalam air(Ansel,1985).

Jika tetesan-tetesan minyak didispersikan dalam fase air, fase kontinu,


maka emulsi disebut minyak dalam air (M/A). Jika minyak merupakan fase
kontinu, emulsi merupakan tipe air dalam minyak (A/M). Telah diamati
bahwa emulsi M/A kadang-kadang berubah menjadi emulsi A/M atau
sebaliknya (inversi).Dua tipe emulsi tambahan yang digolongkan sebagai
emulsi ganda, tampaknya diterima oleh para ahli kimia. Secara keseluruhan
memungkinkan untuk membuat emulsi ganda dengan karakteristik minyak
dalam air dalam minyak (M/A/M) atau air dalam minyak dalam air (A/M/A)
(Lachman,1994)
Ketika air terdispersikan atau menjadi fase internal (fase dalam)
emulsi disebut air dalam minyak (W/o) emulsi. Dalam minyak ketika
medium dispersi atau fase eksternal.Sistem yang mengandung sedikit dari
25% air umumnya emulsi w/o. kadang-kadang, lebih kecil dari 10% air akan
dipastikan emulsi w/o.Ukuran partikel dari fase dispersi umumnya 0,05 µ
atau lebih kecil.(Martin,1971)
C. KOMPONEN EMULSI

Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu


1. Komponen Dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat dalam emulsi.
Terdiri atas:
a. Fase dispers/ fase internal / fase discontinue
Yaitu zat cair yang terbagi-bagi atau butiran kecil kedalam zat cair
lain.
b. Fase continue / fase external / fase luar
Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar
(pendukung) dari emulsi tersebut.
c. Emulgator
Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi
Menurut scovilles halaman 318 emulgator terbagi menjadi:
1. Emulgator alam
Emulgator dapat dibagi menjadi beberapa kelompok :
a. Berasal dari tumbuhan
 Karbohidrat,Gum dan bahan-bahan mucilago cocok untuk
digunakan dalam emulsi farmasetik. Mereka mempunyai
kemampuan mengemulsi banyak substansi secara murni
dan menghasilkan emulsi yang Bisaanya bekerja baik jika
dilindungi dari fermentasi dengan pengawet. Namun
demikian, alkali, sodium borat, caitan alkohol dan garam
metalik harus ditambahkan ke dalam gum sangat kationik
dan encer, mencegah pemecahan karbohidrat yang banyak
digunakan adalah akasia, tragakan, agar, chondrus,
dextrum, malt ekstrak dan pektin membentuk minyak
dalam air
b. Berasal dari hewan
 Protein
 Gelatin mengemulsi cairan petrolatum dengan lebih
mudah dibanding minyak lain dan membuat suatu
sediaan yang sangat putih dan lembut serta rasa yang
enak. Protein juga membentuk emulsi yang jika
digunakan dalam konsentrasi rendah.Kerugian : Emulsi
gelatin sulit dijaga dari kerusakan
yang membatasi nilainya
 Kuning telur Keuntungan Emulsi yang dibuat dengan
kuning telur, stabil dengan asam dan garam. Jika kuning
telur cukup segar, dapat membentuk emulsi yang
creaming yang menunjukkan sedikit kecenderungan
untuk memisah.Kerugian Jika digunakan kuning telur,
emulsi dapat membentuk koalesens dan dapat terwarnai
lebih dalam
 Albumin atau putih telur Keuntungan Serbuk putih
telur lebih efektif dari pada putih telur segar karena
lebih kental. Kerugian Diendapakan oleh banyak bahan.
 Kasein Protein dan susu telah digunakan sebagai bahan
pengemulsi tapi tidak memiliki keuntungan di
bandingkan akasia dan kurang stabil daripada akasia,
tidak digunakan untuk tujuan berarti
c. Lain – lain
 Sabun dan Basa Keuntungan Sering digunakan dalam
dermatologi untuk penggunaan luar. Sabun adalah
emulgator yang lebih kuat khususnya sabun lembut
sebagai bahan yang mengurangi tegangan permukaan
dari air Kerugian Menghasilkan sediaan yang tidak
bercampur dengan asam dengan berbagai tipe.
 Alkohol
1. Padatan yang terbagi merata, Bagian emulgator ini membentuk lapisan
khusus disekelilin tetesan terdispersi dan menghasilkan emulsi yang
meskipun berbutr kasar, mempunyai stabilitas pisik. Hal ini dapat
menyebabkan padatan dapat bekerja sebagai emulgator dari efek yang
ditimbulkan dari pewarna dan serbuk halus
2. Emulgator sintetik
 Anionik pada sub bagian ini ialah sulfaktan bermuatan (-) Contoh :
Na, K dan garam-garam ammonium dari asam oleat dan laurat
yang larut dalam air dan baik sebagai bahan pengemulsi tipe o/w.
Bahan pengemulsi ini rasanya tidak menyenangkan dan mengiritasi
saluran pencernaan
 Kationik. Aktivitas permukaan pada kelompok ini bermuatan
(+). Komponen ini bertindak sebagai bakterisid dan juga
menghasilkan emulsi antiinfeksi seperti ini pada lotion kulit dan
krem
 Non ionic. Merupakan surfaktan tidak berpisah ditempat tersebar
luas digunakan sebagai bahan pengemulsi ketika kerja
keseimbangan molekul antara hidrofik dan lipofilik

2. Komponen Tambahan
Menurut buku scovile’s zat tambahan pada emulsi terdiri dari:

1. Pengawet,Beberapa pengawet dibutuhkan dalam emulsi yang


disimpan untuk mencegah proses pembusukan protein dan proses
fermentasi pada gum dan struktur sekalian agar efektif, pengawet
harus larut dalam fase air emulsi dimana ia dapat menggunakan aksi
perlindungannya alkohol dari konsertrasi 7 sampai 12 persen sering
digunakan untuk tujuan ini. Asam benzoat 0,2%. Kadang-kadang
digunakan tapi kurang efektif. Gusein juga digunakan parahidroksi
berzoat dalam konsentasi 0,1 – 0,2 persen telah digunakan tapi
penggunaannya dapat dibahasi oleh karena kekuatannya dalam air
besar. komponen amonium kuarter dari konsentrasi 0,05 – 0,1 persen
telah memberikan komponennya sebagai pengawet untuk buatan
gelatin dan sukrosa. Minyak menguap digunakan sebagai pengaroma
yang cenderung bekerja sebagai penjawab. Tidak sedikit emulsi yang
khusus positif untuk berubah atau dijaga untuk beberapa waktu.
Akasia mengandung enzim oksidatif yang cenderung untuk merusak
vitamin A dalam emulsi minyak hati ikan. Namun demikian, enzim
dapat siap diinaktifkan dengan pemanasan akasia mucilogo untuk
beberapa menit noda rat 100oc.
2. Pengaroma, dibutuhkan untuk membuat emulsi enak dengan
pertimbangan dibutuhkan dalam penggunanya. Formulasion natural,
memberikan sejumlah campuran asumotik yang digunakan dengan
efek yang baik. aroma dan rasa tajam tidak menyebar pada minyak
sebab pengaruhnya lebih lembut. Untuk minyak hati ikan, ekstrat
kering atau ekstrak glicynzhea yang diperoleh dari cengkeh atau mint
yang mempunyai rasa dan penyebaran yang paling efektif. Dalam
beberapa fomulasi, kedua fase diaromai, Bisaanya 0,1 – 0,5 persen
minyak menguap cukup untuk mengaroma emulsi. Semua
pengaroma membutuhkan bahan pertonis untuk membuatnya lebih
berasa enak sirup, gula, sakarin dapat digunakan untuk tujuan ini, dan
alirerin juga mempunyai sifat sebagai pemanis. Namun demikian
bahan-bahan harus digunakan dengan pertimbangan agar sediaan lebih
baik dan tidak menutupi rasa dan beberapa komponen lain. kombinasi
di beberapa bahan ini tidak.
3. pewarna,Sebagian besar emulsi berwarna putih atau kuning dan gelap.
Ini dikarenakan oleh perbedaan refleksi cahaya yang diberikan oleh
minyak dan air, juga karena larutan gelap atau suspensi dari
emulagator yang juga berwarna gelap. Jika larutan dari bahan-bahan
jernih dan minyak dan air dapat menerangi pada refleksi yang sama,
emulsi dari minyak hati ikan dengan penambahan gula yang cukup
untuk menyebabkan refleksi. Gliserin memiliki efek yang sama
terhadap minyak emulsi yang transparan dimana pertimbangannya
mengandung jumlah minyak
Menurut fornas edisi II zat tambahan pada emulsi terdiri dari:

1. Zat pengawet,dapat digunakan metil paraben, propel paraben,


campuran metal paraben dan propil paraben, asam sorbet, atau zat
pengawet lain yang cocok.
2. Zat antioksidan dapat digunakan butilhidroksanisol, butilhidrositoluen,
propel galat,asam sitrat atau antioksidan lain yang cocok.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak


dapat bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang
satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain.Emulsi dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi
spuria (emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana
terdapat disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan
zat seperti putih telur.

Ada dua macam tipe emulsi yang terbentuk yaitu tipe M/A dimana
tetes minyak terdispersi kedalam fase air,dan tipe A/M dimana fase intern
adalah air dan fase ekstern adalah minyak.Fase intern disebut pula fase
dispers atau fase kontinu.Komponen emulsi ada dua yaitu komponen dasar
yang terdiri dari fase dispers,fase kotinue,dan emulgator,dan kompnen
tambahan terdiri dari pengawet,pewarna,pengaroma,dan antioksidan.

B. SARAN

Sebagai mahasiswa farmasi sebaiknya memahami lebih dalam lagi


mengenai defenisi emulsi, tipe-tipe emulsi, serta komponen emulsi agar dapat
di aplikasikan pada saat bekerja baik di rumah sakit, puskesmas maupun di
apotek.
DAFTAR PUSTAKA

Anief,Moh.1993.Farmasetika.Universitas Gajah Mada:Yogyakarta

Anief,Moh.1997.Ilmu Meracik Obat.Universitas Gajah Mada:Yogyakarta

Ansel,c howard.1985.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.Universitas

Indonesia:Jakarta

Depkes.1979.Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen kesehatan


RI:Jakarta

Depkes,1995.Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan


Ri:Jakarta

Depkes.1978.Formularium Nasional Edisi II. Departemen Kesehatan


RI:Jakarta

Jenkins,Glenn L.1957.Scoville’s the Art of Compounding Nineth edition.The


McGraw-Hill Book Company : USA

Lahman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi III.


Universitas Indonesia: Jakarta

Martin,W.1971.Dispending of Medication 7th edition.Marck Publishing


Company: USA

Voight,R.1994.Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V.Universitas Gajah


Mada:Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai