EMULSI
Kelompok 2
Nurjanah (A1C114027)
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.salawat serta salam semoga
diberikan pada Nabi kita Muhammad SAW. Alhamdulilah kita panjatkan puji
syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan rahmatnya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pada mata kuliah kimia
koloid dan antarmuka dengan topik emulsi.
Makalah yang kami buat bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah kimia kolid dan antar muka semester 6. Penulis mengucapkan terima kasih
pada pihak -pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan banyak-banyak terima kasih pada semua pihak
dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Sekali lagi kami ucapkan
terima kasih.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.3 TUJUAN........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
3.1 KESIMPULAN............................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
Dari hal tersebut diatas maka sangatlah penting untuk mempelajari sistem
emulsi karena dengan tahu banyak tentang sistem emulsi ini maka akan lebih
mudah juga untuk mengetahui zat zat pengemulsi apa saja yang cocok untuk
menstabilkan emulsi selain itu juga dapat diketahui faktor faktor yang
menentukan stabilnya emulsi tersebut karena selain faktor zat pengemulsi tersebut
juga dipengaruhi gaya sebagai penstabil emulsi. Sistem emulsi termasuk jenis
koloid dengan fase terdispersinya berupa zat cair namun dalam makalah
ini kita hanya akan membahas mengenai emulsi yang menyangkut sediaan obat
dalam ruang ringkup farmasetika.
Dari hal tersebut diatas maka sangatlah penting untuk mempelajari sistem
emulsi karena dengan tahu banyak tentang sistem emulsi ini maka akan lebih
mudah juga untuk mengetahui zat zat pengemulsi apa saja yang cocok untuk
menstabilkan emulsi selain itu juga dapat diketahui faktor faktor yang
menentukan stabilnya emulsi tersebut karena selain faktor zat pengemulsi tersebut
juga dipengaruhi gaya sebagai penstabil emulsi.
Sistem emulsi termasuk jenis koloid dengan fase terdispersinya berupa zat
cair namun dalam makalah ini kita hanya akanmembahas mengenai sistem emulsi
1
saja diantaranya dari defenisi emulsi, mekanisme secara kimia dan fisika, teori
dan persamaannya dan serta penerapannya dalam kehidupan sehari hari dan
industri.
1.3 TUJUAN
Berdasarakan rumusan masalah diatas, tujuandari makalah ini yaitu :
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1. DEFINISI EMULSI
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat
bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang satu
terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak
stabil, butir butir ini bergabung ( koalesen ) dan membentuk dua lapisan yaitu
air dan minyak yang terpisah yang dibantu oleh zat pengemulsi (emulgator) yang
merupakan komponen yang paling penting untuk memperoleh emulsi yang stabil.
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar
memperoleh emulsi yang stabil. Zat pengemulsi adalah PGA, tragakan, gelatin,
sapo dan lain-lain. Emulsi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera
(emulsi alam) dan emulsi spuria (emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau
buah, dimana terdapat disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya
merupakan zat seperti putih telur (Anief, 2000).
Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang
hingga krim setengah padat. Umumnya krim minyak dalam airdibuat pada suhu
tinggi, berbentuk cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan
menjadi padat akibat terjadinya solidifikasi fase internal. Dalam hal ini, tidak
diperlukan perbandingan volume fase internal terhadap volume fase eksternal
yang tinggi untuk menghasilkan sifat setengah padat, misalnya krim stearat atau
krim pembersih adalah setengah padat dengan fase internal hanya hanya 15%.
Sifat setengah padat emulsi air dalam minyak, biasanya diakibatkan oleh fase
eksternal setengah padat (Anonim, 1995).
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil,yang mengandung
dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air,
dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan
yang lain.
3
a. Emulsi jenis minyak dalam air (m/a)
Emulsi a/m/a juga dikenal sebagai emulsi ganda, dapat dibuat dengan
mencampurkan suatu pengemulsi a/m dengan suatu fase minyak dalam suatu
mikser dan perlahan-lahan menambahkan fase air untuk membentuk suatu emulsi
air dalam minyak. Emulsi a/m tersebut kemudian didispersikan dalam suatu
larutan air dari suatu zat pengemulsi m/a, seperti polisorbat 80 (Tween 80),
sehingga membentuk emulsi air dalam minyak dalam air. Pembuatan emulsia/m/a
ini untuk obat yang ditempatkan dalam tubuh serta untuk memperpanjang
kerjaobat, untuk makanan-makanan serta untuk kosmetik (Martin, et al., 1993).
Tipe emulsi (a) m/a; (b) a/m; (c) a/m/a; (d) m/a/m dapat dilihat padaGambar 2.1
(Martin, et al., 1993).
a m m a a ma m a m
4
(a) (b) (c) (d)
Gambar 2.1 Tipe emulsi (a) m/a; (b) a/m; (c) a/m/a; (d) m/a/m
Beberapa metode yang biasa digunakan untuk menentukan tipe dari suatu
a. Metode pewarnaan
Sejumlah kecil zat warna yang larut dalam air, seperti metilen biru atau
briliant blue FCF bisa ditaburkan pada permukaan suspensi. Jika air
merupakanfase luar, yakni jika emulsi tersebut bertipe m/a, zat warna tersebut
akan melarut didalamnya dan berdifusi merata ke seluruh bagian dari air tersebut.
Jika emulsi tersebut bertipe a/m, partikel-partikel zat warna akan tinggal
termasuk bertipe m/a dan apabila tidak dapat diencerkan adalah tipe a/m(Anief,
1994).
suatu sumber listrik luar dan dicelupkan dalam emulsi. Lampu akan menyala bila
5
elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi bila tipenya m/a dan lampu akan mati
d. Metode fluoresensi
1994).
6
penambahan HCl pekat dalam larutan natrium silikat sehingga molekul
molekul asam silikat yang terbentuk akan terpolimerisasi dan membentuk
gel.
7
2.4. TEORI TERJADINYA EMULSI
Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal 4 macam teori,
yang melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda.
Teori tersebut ialah:
b. Adsorpsi Monomolekuler
melingkari suatu tetesan dari fase dalam pada emulsi.Teori tersebut berdasarkan
8
dalam suatu cairan yang merupakan gambaran kelarutannya pada cairan
tertentu(Ansel, 1989).
untuk mengemas lebih kuat menambah kekuatan lapisan itu, dan karenanya
membentuk struktur gel yang agak rapat pada antarmuka, dan menghasilkan suatu
lapisan antarmuka yang stabil. Kombinasi dari natrium setil sulfat dan kolesterol
sangat baik. Natrium setil sulfat dan oleil alkohol tidak membentuk lapisan yang
tersusun dekat atau lapisan yang kompak dan akibatnya kombinasi tersebut
menghasilkan suatu emulsi yang jelek. Pada setil alkohol dan natrium oleat
menghasilkan suatu emulsi yang jelek. Pengertian dari suatu lapisan tipis
monomolekular yang terarah dari zat pengemulsi tersebut pada permukaan fase
dalam dari suatu emulsi, adalah dasar paling penting untuk mengerti sebagian
digambarkan pada Gambar 2.2. Dan gambaran tetesan air dalam suatu emulsi
minyak-air, terlihat arah dari sebuah molekul Tween dan sebuah molekul Span
pada batas antarmuka suatu emulsi minyak-air dapat dilihat pada Gambar 2.3.
9
Gambar 2.2 Gambaran kombinasi dari zat pengemulsi pada batas minyak-air
darisuatu emulsi (Schulman dan Cockbain (1940) diambil dari
Martin,et al., 1993)
Gambar 2.3 Gambaran tetesan air dalam suatu emulsi minyak-air, terlihat
arahdari sebuah molekul Tween dan sebuah molekul Span pada
batas antarmukasuatu emulsi minyak-air (Boyd dan Colloid
(1972) diambil dari Martin, et al., 1993).
10
Gambar 2.3 diatas menunjukkangambaran skematis dari tetesan air dalam
suatu emulsi minyak-air, terlihat arah dari sebuah molekul Tween dan sebuah
mungkin membentuk struktur gel yang rapat pada antarmuka, dan menghasilkan
atau a/m yang diinginkan. Pada bagian hidrokarbon dari molekul Span 80
(Sorbitan mono-oleat) berada dalam air dan radikal sorbitan berada dalam bola
mengarah pada batas sedemikian rupasehingga sebagian dari ekor Tween 40 ada
dalam fase minyak, dan dari rantai tersebut, bersama-sama dengan cincin sorbitan
dan rantai polioksietilen, berada dalam fase air. Diselidiki bahwa rantai
hidrokarbon dari molekul Tween 40 berada dalam bola minyak antara rantai-rantai
Span 80, dan penyusunan ini menghasilkan atraksi (gaya tarik-menarik)Van Der
Waals yang efektif. Dalam cara ini, lapisan antarmuka diperkuat dan kestabilan
1993).
Tipe emulsi yang dihasilkan, m/a atau a/m, terutama bergantung pada sifat
11
detergen, atau zat penstabil dapat diperkirakan dari harga kesimbangan hidrofil-
c. Adsorpsi Multimolekuler
Koloid lipofilik ini dapat dianggap seperti zat aktif permukaan karena
tampak pada batas antarmuka minyak-air. Tetapi zat ini berbeda dari zat aktif
permukaan sintetis dalam dua hal, yaitu tidak menyebabkan penurunan tegangan
bukan suatu lapisan monomolekuler. Zat ini bekerja sebagai bahan pengemulsi
terutama karena efek yang kedua, karena lapisan-lapisan yang terbentuk tersebut
multilayer di sekeliling tetesan yang bersifat hidrofilik, maka zat pengemulsi ini
tertentu oleh minyak dan air dapat bekerja sebagai zat pengemulsi. Ini diakibatkan
penggabungan. Serbuk yang mudah dibasahi oleh air akan membentuk emulsi
12
2.5. ALAT-ALAT UNTUK PEMBUATAN EMULSI
a. Emulgator alam
Yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit.
Dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu :
1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan.
Pada umumnya termasuk karbohydrat dan merupakan emulgator tipe
o/w, sangat peka terhadap elektrolit dan alkohol kadar tinggi, juga dapat
dirusak bakteri. Oleh sebab itu pada pembuatan emulsi dengan emulgator ini
harus selalu ditambah bahan pengawet.
a. Gom Arab
Sangat baik untuk emulgator tipe o/w dan untuk obat minum. Emulsi yang
terbentuk sangat stabil dan tidak terlalu kental. Kestabilan emulsi yang
dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu
kerja gom sebagai koloid pelindung (teori plastis film)
terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan
cukup kecil sedangkan masa mudah dituang (tiksotropi)
13
Bila tidak dikatakan lain maka emulsi dengan gom arab menggunakan
gom arab sebanyak dari jumlah minyaknya.
Untuk membuat corpus emulsi diperlukan air 1,5 X berat gom, diaduk
keras dan cepat sampai putih , lalu diencerkan dengan air sisanya.
Selain itu dapat disebutkan :
Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak padat
Cara pembuatan:
b. Tragacanth
Dispersi tragacanth dalam air sangat kental sehingga untuk memperoleh
emulsi dengan viskositas yang baik hanya diperlukan trgacanth sebanyak
1/10 kali gom arab. Emulgator ini hanya bekerja optimum pada pH 4,5 6.
14
Tragacanth dibuat corpus emulsi dengan menambahkan sekaligus air 20 x
berat tragacanth. Tragacanth hanya berfungsi sebagai pengental tidak dapat
membentuk koloid pelindung.
c. Agar-agar
Emulgator ini kurang efektif apabila dipakai sendirian. Pada umumnya zat
ini ditambahkan untuk menambah viskositas dari emulsi dengan gom arab.
Sebelum dipakai agar-agar tersebut dilarutkan dengan air mendidih
Kemudian didinginkan pelan-pelan sampai suhu tidak kurang dari 45 oC
(bila suhunya kurang dari 45oC larutan agar-agar akan berbentuk gel).
Biasanya digunakan 1-2 %.
d. Chondrus
Sangat baik dipakai untuk emulsi minyak ikan karena dapat menutup rasa
dari minyak tersebut. Cara mempersiapkan dilakukan seperti pada agar.
e. Emulgator lain
Pektin, metil selulosa, karboksimetil selulosa 1-2 %.
a. Kuning telur
Kuning telur mengandung lecitin (golongan protein / asam
amino) dan kolesterol yang kesemuanya dapat berfungsi sebagai
emulgator. Lecitin merupakan emulgator tipe o/w. Tetapi kemampuan
lecitin lebih besar dari kolesterol sehingga secara total kuning telur
merupakan emulgator tipe o/w. Zat ini mampu mengemulsikan minyak
lemak empat kali beratnya dan minyak menguap dua kali beratnya.
b. Adeps Lanae
Zat ini banyak mengandung kholesterol , merupakan emulgator
tipe w/o dan banyak dipergunakan untuk pemakaian luar. Penambahan
15
emulgator ini akan menambah kemampuan minyak untuk menyerap air.
Dalam keadaan kering dapat menyerap air 2 X beratnya.
b. Bentonit
Tanah liat yang terdiri dari senyawa aluminium silikat yang dapat
mengabsorbsikan sejumlah besar air sehingga membentuk massa sepert
gel. Untuk tujuan sebagai emulgator dipakai sebanyak 5 %.
b. Emulgator buatan
Di samping emulsifier alami telah dilakukan sintesis elmusifier buatan
seperti ester dari polioksietilena sorbitan dengan asam lemak yang dikenal sebagai
Tween yang dapat membentuk emulsi m/a. Sabun juga merupakan emulsifier
buatan yang terdiri dari garam natrium dengan asam lemak. Sabun dapat
air(Winarno, 1992).
1. Tween 80
16
Rumus molekul:C64H124O26
danberminyak memiliki aroma yang khas dan berasa pahit (Rowe, et al., 2009).
2. Xanthan gum
macam rantai panjang gula sederhana. Rumus bangun xanthan gum dapat dilihat
17
Pemerian : Berupa bubuk berwarna krem atau putih, tidak berbau, memiliki
sifat aliran yang baik dan merupakan serbuk halus
Kelarutan : Larut dalam air panas atau air dingin(Rowe, et al., 2009).
Bila dua larutan murni yang tidak saling campur/ larut seperti minyak dan
air, dicampurkan, lalu dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem
dispersi yang disebut emulsi. Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa
berada di sebelah dalam fasa yang lainnya. Bila proses pengocokkan dihentikan,
maka dengan sangat cepat akan terjadi pemisahan kembali, sehingga kondisi
emulsi yang sesungguhnya muncul dan teramati pada sistem dispersi terjadi dalam
waktu yang sangat singkat .
1. Gaya tarik-menarik yang dikenal dengan gaya London-Van Der Waals. Gaya
ini menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan
mengendap.
Ada beberpa faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi yaitu sebagai berikut :
1. Tegangan antarmuka rendah
2. Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka
3. Tolakkan listrik double layer
4. Relatifitas phase pendispersi kecil
5. Viskositas tinggi.
Sedangkan bentuk bentuk ketidak stabilan dari emulsi sendiri ada
beberapa macam yaitu sebagai berikut :
18
Flokulasi, karena kurangnya zat pengemulsi sehingga kedua fase tidak
tertutupi oleh lapisa pelindung sehingga terbentuklah flok flok atau
sebuah agregat
Koalescens, yang disebabkan hilangnya lapisan film dan globul sehingga
terjadi pencampuran.
Kriming, adanya pengaruh gravitasi membuat emulsi memekat pada
daerah permukaan dan dasar
Inversi massa (pembalikan massa ) yang terjadi karena adannya perubahan
viskositas
Breaking/demulsifikasi, lapisan film mengalami pemecahan sehingga
hilang karena pengaruh suhu.
19
b) Metode gom basah (Anief, 2000)
Cara ini dilakukan bila zat pengemulsi yang akan dipakai berupa cairan atau
harus dilarutkan terlebih dahulu dalam air seperti kuning telur dan
metilselulosa. Metode ini dibuat dengan terlebih dahulu dibuat mucilago yang
kental dengan sedikit air lalu ditambah minyak sedikit demi sedikit dengan
pengadukan yang kuat, kemudian ditambahkan sisa air dan minyak secara
bergantian sambil diaduk sampai volume yang diinginkan.
c) Metode botol
20
Jenis zat pengemulsi dengan harga kesimbangan hidrofil-lipofil yang tinggi
lebih suka larut di dalam air dan menghasilkan terbentuknya suatu emulsi
m/a. Keadaan sebaliknya terjadi dengan surfaktan yang memiliki
kesimbangan hidrofil-lipofil rendah, yang cenderung untuk
membentukemulsi a/m (Martin, et al., 1993).Aktivitas dan harga
kesimbangan hidrofil-lipofilpada surfaktan terlihat pada Tabel 2.1.
Emulsi yang dibuat harus diketahui tipenya . Ada 5 cara untuk mengetahui
tipe emulsi yaitu
a) Cara pengenceran
b) Cara Pewarnaan
Pewarna padat yang larut dalam air dapat mewarnai emulsi minyak
dalam air (M/A). contoh : metilen-blue.
21
Emulsi diteteskan pada kertas saring jika meninggalkan noda maka tipe
emulsi A/M jika tidak meninggalkan noda / transparan maka tipe emulsi
M/A .
d) Cara Flouresens
e) Hantaran Listrik
Emulsi Minyak dalam Air (M/A) dapat menghantarkan arus listrik karena
adanya ion-ion dalam air, sedangkan tipe emulsi Air dalam Minyak A/M
tidak dapat menghantarkan arus listrik.
22
sehingga asam cuka dan minyak akan terpisah lagi. Agar saus salad ini kembali
stabil maka dapat ditambahkan emulagator misalnya kuning telur yang
mengandung lesitin. Sistem koloid ini dikenal sebagai mayonnaise.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan
dibutuhkanzat pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara
zat yang terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya
23
tidak akan terpisah.Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran
cairan polar dan cairan non polar.Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari
adalah susu, di mana lemak terdispersi dalam air. Dalam susu terkandung kasein
suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi. Bebera contoh emulsi yang
lain adalah pembuatan es krim, sabun, deterjen, yang menggunakan pengemulsi
gelatin.
Dengan mengetahui sistem emulsi maka kita akan mengetahui sifat sifat
emulsi, stabil atau tidak stabilnya suatu emulsi serta faktor apa yang membuat
emulsi tidak stabil sehingga kita akan dapat menentukan zat pengemulsi untuk
dapat menstabilkannya.Sebagai contoh detergen yang digunakan untuk mencuci
disini detergen berfungsi sebagai emulgator yang dapat menstabilkan emulsi air
dan minyak sehingga minyak dapat mudah lepas dari pakaian.Selain itu dalam
bidang industri contohnya pembuatan saus salad, saus salad dari asam cuka dan
minyak yang awalnya stabil saat pengocokan namun setelah pengocokan
dihentikan kedua fase akan terpisah lagi sehingga dibutuhkan kuning telur sebagai
emulgator.
DAFTAR PUSTAKA
24
Ladytulipe, 4 januari 2009 ,Emulsi
http://ladytulipe.wordpress.com/2009/01/04/emulsi/(diakses 24-10-2014)
Nuranimahabah, 16 Mei 2009, koloid suspense larutan (kimia).
http://nuranimahabbah.wordpress.com/2009/05/16/koloid-suspensi-
larutan-kimia/(diakses 23-10-2014)
Anief, 2000, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek, Gadjah Mada University
press, Jogjakarta.
25