Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Tes Akrolein

Tabel 1. Hasil pengamatan tes akrolein.


Bau setelah
No. Larutan minyak dan lemak Dengan KHSO4
dipanaskan
1. Minyak kelapa Tetap ++++
2. Minyak sawit Tetap ++++
3. Minyak wijen Tetap +++
4. Mentega Tetap +
5. Lilin Tetap ++
6. Gliserol Tetap +++
7. Akuades Tetap ‒
Keterangan:
++++++ : paling tengik
+++++ : sangat tengik
++++ : tengik
+++ : lumayan tengik
++ : sedikit tengik
+ : sangat kurang tengik
‒ : tidak tengik

4.1.2 Tes Kolorimetri

Tabel 2. Hasil pengamatan tes kolorimetri.


No. Larutan minyak dan lemak Warna yang terbentuk
1. Minyak kelapa coklat
2. Minyak sawit coklat
3. Minyak wijen coklat
4. Mentega Kuning terang
5. Lilin Kuning muda
6. Gliserol coklat
7. Akuades Kuning
4.2 Reaksi

4.2.1 Tes Akrolein

a. Minyak Kelapa

b. Minyak Sawit
c. Minyak Wijen
d. Mentega

e. Lilin

f. Gliserol

g. Akuades
4.2.2 Tes Kolorimetri

a. Minyak Kelapa

b. Minyak Sawit
c. Minyak Wijen
d. Mentega

e. Lilin

f. Gliserol
g. Akuades

4.3 Pembahasan

4.3.1 Tes Akrolein

Salah satu cara mengidentifikasi gliserol dalam suatu sampel adalah dengan

tes akrolein. Sampel yang digunakan adalah minyak kelapa, minyak sawit, minyak

wijen, mentega, lilin, gliserol, dan akuades. Pada tes ini gliserol diidentifikasi dengan

cara penambahan KHSO4 ke dalam tabung reaksi yang berisi sampel. Penambahan

KHSO4 berfungsi sebagai senyawa pengkatalis dalam proses hidrolisis trigliserida

atau lipid. Dengan penambahan KHSO4 lipid akan terhidrolisis menjadi asam lemak

dan gliserol, reaksi hidrolisis ini mengakibatkan kerusakan trigliserida. Setelah

penambahan KHSO4, setiap tabung ditutup dengan aluminium foil supaya saat
larutan dipanaskan baunya tidak habis menguap. Kemudian dilakukan pemanasan

yang bertujuan untuk mengoksidasi gliserol menjadi akrolein serta untuk

menghilangkan kadar air. Akrolein yang terbentuk ditandai dengan timbulnya bau

tengik.

Pada hasil percobaan, dapat diketahui sampel minyak dan lemak yang

mengandung gliserol dengan mengamati bau yang dihasilkan. Dari hasil percobaan

didapatkan urutan ketajaman bau tengik dari yang paling tengik sampai yang tidak

tengik, yaitu minyak kelapa dan minyak sawit > gliserol dan minyak wijen > lilin

> mentega > akuades. Kekuatan bau tengik tersebut didasarkan pada kandungan

gliserol dari masing-masing sampel, semakin banyak kandungan gliserolnya maka

semakin kuat bau tengik yang dihasilkan. Dari hasil percobaan didapatkan bahwa

bau gliserol tidak terlalu tengik, hal ini bertentangan dengan teori dimana seharusnya

gliserol yang memiliki bau tengik paling kuat. Hal ini mungkin terjadi karena

beberapa kesalahan, seperti sampel gliserol yang telah terkontaminasi ataupun

kesalahan pada saat pengujian dimana jumlah penambahan KHSO4 terlalu sedikit

dan KHSO4 tidak larut sempurna. Selain itu, pada hasil percobaan diperoleh bau

tengik pada lilin, hal ini juga bertentangan dengan teori dimana lilin tidak

mengandung gliserol karena pada saat dihidrolisis lilin hanya menghasilkan asam

lemak dan alkohol. Hal ini mungkin disebabkan oleh sampel lilin yang telah

terkontaminasi dengan sampel minyak yang lain.

4.3.2 Tes Kolorimetri

Tes kolorimetri digunakan untuk mengidentifikasi adanya gliserol dalam

sampel dengan uji positif berupa adanya perubahan warna hijau zamrud pada sampel.

Sampel minyak dan lemak yang digunakan adalah minyak kelapa, minyak sawit,
minyak wijen, mentega, lilin, dan gliserol, serta akuades sebagai kontrol negatif.

Pada tes ini dilakukan penambahan NaOCl 2% yang berfungsi untuk mereduksi

kelebihan lemak sehingga gliserol terbentuk. Setelah itu didiamkan selama 3 menit

supaya NaOCl larut dengan sempurna. Kemudian ditambahkan HCl pekat sebagai

katalisator untuk mempercepat reaksi, lalu dipanaskan untuk membuang kelebihan

asam. Setelah pemanasan, ditambahkan larutan α-naftol 0,1% yang berfungsi untuk

mengidentifikasi gliserol lalu ditambahkan H2SO4 pekat. Penambahan H2SO4 pekat

mampu memisahkan gugus yang terikat pada -OH sehingga gugus benzena yang

terikat pada α-naftol bisa berikatan dengan gugus -OH yang ada pada gliserol dan

menghasilkan senyawa yang berwarna hijau zamrud.

Pada hasil percobaan diperoleh hasil bahwa semua sampel yang diuji tidak

mengandung gliserol. Hal ini ditandai dengan tidak terbentuknya larutan berwarna

hijau zamrud. pada minyak kelapa, minyak sawit, minyak wijen dan gliserol

berwarna coklat Hal ini tidak sesuai teori karena seharusnya terbentuk warna hijau

zamrud karena mengandung gliserol. mentega, aquades dan lilin berwarna kuning

yang menunjukkan bahwa tidak mengandung gliserol. Hasil percobaan ini sesuai

dengan teori dimana sampel yang tidak mengandung gliserol tidak akan membentuk

warna hijau zamrud.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pada tes akrolein, minyak kelapa, minyak sawit, minyak wijen, mentega,

lilin, dan gliserol menghasilkan uji positif.

2. Pada tes kolorimetri semua sampel (minyak kelapa, minyak sawit, minyak

wijen, mentega, lilin, gliserol, dan aquades) tidak memberikan uji positif

karena tidak terbentuk warna hijau zamrud.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Alat dan bahan pada laboratorium sebaiknya lebih dilengkapi lagi untuk

memperlancar jalannya praktikum. Selain itu, wastafel dalam laboratorium yang

sudah rusak agar diperbaki atau diganti.

5.2.2 Saran untuk Percobaan

Sebaiknya sampel untuk percobaan ditambah lagi agar wawasan praktikan

tentang reaksi-reaksi trigleserida dan bahan-bahan yang mengandung gliserol

bertambah.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, I., Nurbayti, S. dan Suwandari, J., 2013, Pembuatan Gliserol dengan Reaksi
Hidrolisis Minyak Goreng Bekas, Chemistry Program, 6(1): 19-25.
Handoko, D.S.P., Narsito., Dwi.T., 2009, Peningkatan Kualitas Minyak Jelantah
Menggunakan Adsorben H5-NZA dalam Reaktor Sistem Fluid fixed bed,
Jurnal Ilmu Dasar, 10(2): 121-132.
Hart, H., Craine, L. E. dan Hart, D. J., 2003, Kimia Organik, Edisi Kesebelas,
Erlangga, Jakarta.
McMurry, J., Castellion, M., Ballantine, D. S., Hoeger, C. A., dan Peterson, V. E.,
2007, Fundamentals of General, Organic and Biological Chemistry, Sixth
Edition, Prentice Hall, New York.
Santos, M. F. G., Marmesat, S., Brito, E. S., Alves, R. E., dan Dobarganes, M. C.,
2013, Major Components in Oils Obtained from Amazonian Palm Fruits,
Grasas Aceites Journal, 64(3): 328-334.
Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Tes Akrolein

Minyak Minyak Minyak Mentega Lilin Gliserol Akuades


kelapa sawit wijen

- Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

sebanyak 1 mL.

- Ditambahkan 0,5 gram KHSO4, dihomogenkan.

- Tabung ditutup dengan aluminium foil kemudian dipanaskan

maksimal 10 menit.

- Diamati bau yang timbul.

Hasil

2. Tes Kolorimetri

Minyak Minyak Minyak Mentega Lilin Gliserol Akuades


kelapa sawit wijen

- Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

sebanyak 1 mL lalu ditambahkan NaOCl 2%, dihomogenkan.

- Diamkan selama 3 menit, kemudian ditambahkan 3 tetes HCl pekat

dan dihomogenkan, kemudian dipanaskan selama 1 menit.

- Ditambahkan 0,2 mL larutan α-naftol 0,1% dan dihomogenkan,

ditambahkan 4 × 1 mL H2SO4 pekat secara berkala, dihomogenkan.

- Diamati warna yang timbul.


Hasil
Lampiran 2. Foto Percobaan

Gambar 1. Tes Akrolein

Gambar 2. Tes kolorimteri

Anda mungkin juga menyukai