EMULSA
OLEH :
KELOMPOK V
NAZHAR ALMARWAZI
NOVITA SRIYANTI
NURHALIMAH FITRI
ZULKIFLI
STIFARM PADANG
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dan penuh kemudahan, tanpa pertolongan
Allah mungkin makalah ini tidak akan terselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang sediaan emulsi yang
kami sajikan dari hasil pengamatan berbagai sumber. Makalah ini disusun melalui banyak
rintangan, baik itu yang datang dari diri sendiri maupun faktor lain dari luar. Namun dengan
penuh kesabaran dan pertolongan dari Alloh maka makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang emulsa sebagai salah satu tugas dari mata kuliah
pengantar ilmu farmasi.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita tentang emulsi dan
bermanfaat bagi yang membacanya.
Terima Kasih
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan....................................................................................................
3.2 Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah emulsa ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian emulsi, komponen-komponen emulsi, tipe emulsi,
tujuan pemakaian emulsi, bahan-bahan pengemulsi, cara pembuatan emulsi, dan
membedakan tipe emulsi.
2. Untuk mengetahui bagaimana suatu emulsi dikatakan stabil, serta untuk
mengetahi apa kelebihan dan kekurangan emulsi
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
1. Komponen dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi. Terdiri
atas :
a. Fase dispers / fase internal / fase discontinue. Yaitu zat cair yang terbagi- bagi
menjadi butiran kecil ke dalam zat cair lain.
b. Fase kontinue / fase external / fase luar. Yaitu zat cair dalam emulsi yang
berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
c. Emulgator.
Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
2. Komponen tambahan
Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis, odoris, colouris,
preservative (pengawet), anti oksidan.
Preservative yang digunakan antara lain metil dan propil paraben, asam
benzoat, asam sorbat, fenol, kresol dan klorbutanol, benzalkonium klorida,
fenil merkuri asetas dan lain lain.
Antioksidan yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocopherol,
asam sitrat, propil gallat , asam gallat.
Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang disebut daya
kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya tarik menarik antara molekul yang tidak
sejenis yang disebut daya adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi
perbedaan tegangan karena tidak adanya keseim -bangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi
pada permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan (surface tension).
Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan bidang batas
dua cairan yang tidak dapat bercampur (immicible liquid). Tegangan yang terjadi antara dua
cairan tersebut dinamakan tegangan bidang batas (interfacial tension).
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan antara
kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akan
bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa elektrolit, tetapi akan
berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu antara lain sabun (sapo).
Kelompok hidrofilik, yaitu bagian dari emulgator yang suka pada air.
Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak sama.Harga
keseimbangan itu dikenal dengan istilah H.L.B. (Hydrophyl Lipophyl Balance) yaitu angka
yang menunjukkan perbandingan antara kelompok lipofil dengan kelompok hidrofil .
Semakin besar harga HLB berarti semakin banyak kelompok yang suka pada air, itu
artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian sebaliknya.
Dalam tabel dibawah ini dapat dilihat keguaan suatu emulgator ditinjau dari harga
HLB-nya.
13 - 15 Detergent
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak,
sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase disper.
Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara partikel yang sejenis untuk
bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain fase disper menjadi stabil.
Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang dipakai
adalah :
Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan
dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan
mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan didepannya. Dengan demikian
seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling
berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha dari partikel minyak yang
akan mengadakan penggabungan menjadi satu molekul yang besar, karena susunan
listrik yang menyelubungi setiap partikel minyak mempunyai susunan yang sama.
Dengan demikian antara sesama partikel akan tolak-menolak , dan stabilitas emulsi
akan bertambah.
Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ke tiga cara dibawah ini,
Emulgator alam
Yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat
digolongkan menjadi tiga golongan yaitu :
a. Gom Arab
Sangat baik untuk emulgator tipe o/w dan untuk obat minum. Emulsi yang terbentuk
sangat stabil dan tidak terlalu kental. Kestabilan emulsi yang dibuat dengan gom arab
berdasarkan 2 faktor yaitu
terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan cukup kecil
sedangkan masa mudah dituang (tiksotropi)
Bila tidak dikatakan lain maka emulsi dengan gom arab menggunakan gom arab
sebanyak dari jumlah minyaknya.
Untuk membuat corpus emulsi diperlukan air 1,5 X berat gom, diaduk keras dan cepat
sampai putih , lalu diencerkan dengan air sisanya. Selain itu dapat disebutkan :
Cara pembuatan .
Lemak padat dilebur lalu ditambahkan gom, buat corpus emulsi dengan air panas 1,5 X
berat gom . Dinginkan dan encerkan emulsi dengan air dingin. Contoh : cera, oleum
cacao, parafin solid
Minyak lemak : PGA kali berat minyak, kecuali oleum ricini karena memiliki
gugus OH yang bersifat hidrofil sehingga untuk membuat emulsi cukup dibutuhkan 1/3
nya saja. Contoh : Oeum amygdalarum
Minyak Lemak + minyak atsiri + zat padat larut dalam minyak lemak. Kedua minyak
dicampur dulu, zat padat dilarutkan dalam minyaknya, tambahkan gom ( x myk
lemak + aa x myk atsiri + aa x zat padat )
Bahan obat cair BJ tinggi, contohnya chloroform, bromoform : Ditambah minyak
lemak 10 x beratnya, maka BJ campuran mendekati satu. Gom sebanyak kali bahan
obat cair.
Oleum Iecoris Aseli. Menurut Fornas dipakai gom 30 % dari berat minyak.
b. Tragacanth
Dispersi tragacanth dalam air sangat kental sehingga untuk memperoleh emulsi dengan
viskositas yang baik hanya diperlukan trgacanth sebanyak 1/10 kali gom arab. Emulgator
ini hanya bekerja optimum pada pH 4,5 6.
c. Agar-agar
Emulgator ini kurang efektif apabila dipakai sendirian. Pada umumnya zat ini
ditambahkan untuk menambah viskositas dari emulsi dengan gom arab.
d. Chondrus
Sangat baik dipakai untuk emulsi minyak ikan karena dapat menutup rasa dari minyak
tersebut. Cara mempersiapkan dilakukan seperti pada agar.
e. Emulgator lain
a. Kuning telur
Kuning telur mengandung lecitin (golongan protein / asam amino) dan kolesterol yang
kesemuanya dapat berfungsi sebagai emulgator. Lecitin merupakan emulgator tipe o/w.
Tetapi kemampuan lecitin lebih besar dari kolesterol sehingga secara total kuning telur
merupakan emulgator tipe o/w. Zat ini mampu mengemulsikan minyak lemak empat kali
beratnya dan minyak menguap dua kali beratnya.
b. Adeps Lanae
Zat ini banyak mengandung kholesterol , merupakan emulgator tipe w/o dan banyak
dipergunakan untuk pemakaian luar. Penambahan emulgator ini akan menambah
kemampuan minyak untuk menyerap air. Dalam keadaan kering dapat menyerap air 2 X
beratnya.
Merupakan senyawa anorganik yang terdiri dari garam - garam magnesium dan
aluminium. Dengan emulgator ini, emulsi yang terbentuk adalah emulsi tipe o/w.
Sedangkan pemakaian yang lazim adalah sebanyak 1 %. Emulsi ini khusus untuk
pemakaian luar.
b. Bentonit
Tanah liat yang terdiri dari senyawa aluminium silikat yang dapat mengabsorbsikan
sejumlah besar air sehingga membentuk massa sepert gel. Untuk tujuan sebagai
emulgator dipakai sebanyak 5 %.
Emulgator buatan
1. Sabun.
Sangat banyak dipakai untuk tujuan luar, sangat peka terhadap elektrolit. Dapat
dipergunakan sebagai emulgator tipe o/w maupun w/o, tergantung dari valensinya. Bila
sabun tersebut bervalensi 1, misalnya sabun kalium, merupakan emulgator tipe o/w,
sedangkan sabun dengan valensi 2 , missal sabun kalsium, merupakan emulgator tipe
w/o.
2. Tween 20 : 40 : 60 : 80
3. Span 20 : 40 : 80
2. Koalesen dan cracking (breaking) adalah pecahnya emulsi karena film yang
meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen(menyatu).Sifatnya
irreversible ( tidak bisa diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena :
3.1 Kesimpulan
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi
dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah. Biasanya
terdiri dari dua komponen: komponen dasar yang terdiri dari fase dispersi, terdispersi dan
emulgator serta komponen tambahan.
Emulsi merupakan suatu sistem dua fase yang terdiri dari dua cairan yang tidak mau
bercampur, dimana cairan yang satu terbagi rata dalam cairan yang lain dalam bentuk
butir-butir halus karena distabilkan oleh komponen yang ketiga yaitu emulgator.
Emulgator sendiri bisa berasal dari alam maupun buatan.
Emulsi dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe emulsi o/w atau a/m dan tipe emulsi w/o
atau m/a. Sedangkan macamnya bibagi menjadi 3, yaitu : oral, topikal dan injeksi.
Emulsi akan dikatakan stabil jika didiamkan tidak membentuk agregat, jika memisah
antara minyak dan air jika dikocok akan membentuk emulsi lagi serta jika terbentuka
gregat, jika dikocok akan homogen kembali.
3.2 Saran
Diharapkan Mahasiswa dapat lebih memahami tentang sediaan emulsi.
DAFTAR PUSTAKA
2. Anief, Moh. (2005). Ilmu Meracik Obat, cetakan XII. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.
3. Ditjen POM. (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III. Depkes RI: Jakarta, 474,
509.
4. Ansel, Howard C, 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta : UI-
Press.
6. Lachman, Leon dkk, 2008. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta : UI-
Press