Anda di halaman 1dari 18

PENGANTAR ILMU FARMASI

EMULSA

OLEH :

KELOMPOK V

NAZHAR ALMARWAZI

NOVITA SRIYANTI

NURHALIMAH FITRI

PRIMA PUSPITA SARI

ZULKIFLI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI PADANG

STIFARM PADANG

2014
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dan penuh kemudahan, tanpa pertolongan
Allah mungkin makalah ini tidak akan terselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang sediaan emulsi yang
kami sajikan dari hasil pengamatan berbagai sumber. Makalah ini disusun melalui banyak
rintangan, baik itu yang datang dari diri sendiri maupun faktor lain dari luar. Namun dengan
penuh kesabaran dan pertolongan dari Alloh maka makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang emulsa sebagai salah satu tugas dari mata kuliah
pengantar ilmu farmasi.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita tentang emulsi dan
bermanfaat bagi yang membacanya.

Terima Kasih
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................

1.2 Rumusan masalah..............................................................................................

1.3 Tujuan ..............................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Emulsi.............................................................................................

2.2 Komponen komponen Emulsi.......................................................................

2.3 Tipe Emulsi.......................................................................................................

2.4 Tujuan Pemakaian Emulsi................................................................................

2.5 Teori Terjadinya Emulsi....................................................................................

2.6 Bahan Emulgator..............................................................................................

2.7 Pembuatan Emulsi............................................................................................

2.8 Membedakan tipe Emulsi.................................................................................

2.9 Kestabilan Emulsi.............................................................................................

2.10 Keuntungan dan Kergian Emulsi......................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan....................................................................................................

3.2 Saran...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi
dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah. Ditinjau
dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan cairan non polar. Salah
satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana lemak terdispersi dalam air.
Dalam susu terkandung, kasein suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi.
Bebera contoh emulsi yang lain adalah pembuatan es krim, sabun, deterjen, yang
menggunakan pengemulsi gelatin.
Dari hal tersebut diatas maka sangatlah penting untuk mempelajari sistem emulsi
karena dengan tahu banyak tentang sistem emulsi ini maka akan lebih mudah juga untuk
mengetahui zat zat pengemulsi apa saja yang cocok untuk menstabilkan emulsi selain
itu juga dapat diketahui faktor faktor yang menentukan stabilnya emulsi tersebut
karena selain faktor zat pengemulsi tersebut juga dipengaruhi gaya sebagai penstabil
emulsi. Sistem emulsi termasuk jenis koloid dengan fase terdispersinya berupa zat cair
namun dalam makalah ini kita hanya akan membahas mengenai emulsi yang
menyangkut sediaan obat dalam ruang ringkup farmasetika.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Pengertian emulsi, apa saja komponen-komponen emulsi, tipe emulsi, tujuan
pemakaian emulsi, teori terjadinya emulsi, bahan-bahan pengemulsi, cara
pembuatan emulsi, cara membedakan tipe emulsi.
2. Bagaimana emulsi dikatakan stabil, serta apa saja kelebihan dan kekurangan
emulsi.

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah emulsa ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian emulsi, komponen-komponen emulsi, tipe emulsi,
tujuan pemakaian emulsi, bahan-bahan pengemulsi, cara pembuatan emulsi, dan
membedakan tipe emulsi.
2. Untuk mengetahui bagaimana suatu emulsi dikatakan stabil, serta untuk
mengetahi apa kelebihan dan kekurangan emulsi

BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Pengertian Emulsi


Emulsi adalah suatu sistem termodinamik yang stabil, suatu system heterogen yang
terdiri dari paling sedikit 2 cairan yang tidak bercampur, dimana salah satunya sebagai
fase dalam fase terdispersi (fase internal) terdispersi secara seragam dalam bentuk
tetesan tetesan kecil pada medium pendispersi (fase eksternal) yang distabilkan dengan
emulgator yang cocok.
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersinya terdiri dari bulatan-bulatan
kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. (Ansel,
Howard. 2005. Halaman 376 )
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
lainnya dalam bentuk tetesan kecil. (FI IV. Halaman 6 )
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi
dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang
cocok. (FI III. Halaman 9 )
Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak tercampur, biasanya
air dan minyak, cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan
yang lain ( sistem dispersi, formulasi suspensi dan emulsi Halaman 56 )
Dari beberapa definisi yang tertera dapat disimpulkan bahwa emulsiadalah sistem
dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan pembawa yang membentuk
butiran-butiran kecil dan distabilkan dengan zat pengemulsi/surfaktan yang cocok.

2.2 Komponen komponen emulsi


Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :

1. Komponen dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi. Terdiri
atas :
a. Fase dispers / fase internal / fase discontinue. Yaitu zat cair yang terbagi- bagi
menjadi butiran kecil ke dalam zat cair lain.
b. Fase kontinue / fase external / fase luar. Yaitu zat cair dalam emulsi yang
berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
c. Emulgator.
Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.

2. Komponen tambahan
Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis, odoris, colouris,
preservative (pengawet), anti oksidan.
Preservative yang digunakan antara lain metil dan propil paraben, asam
benzoat, asam sorbat, fenol, kresol dan klorbutanol, benzalkonium klorida,
fenil merkuri asetas dan lain lain.
Antioksidan yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocopherol,
asam sitrat, propil gallat , asam gallat.

2.3 Tipe Emulsi


Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun external,
maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Emulsi tipe O/W ( oil in water) atau M/A ( minyak dalam air).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak
sebagai fase internal dan air sebagai fase external.
2. Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam minyak)
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air
sebagai fase internal dan minyak sebagai fase external.

2.4 Tujuan Pemakaian Emulsi


Tujuan pemakaian emulsi :
Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari
campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur.
Tujuan pemakaian emulsi adalah :
1. Dipergunakan sebagai obat dalam / per oral. Umumnya emulsi tipe o/w
2. Dipergunakan sebagai obat luar.
Bisa tipe o/w maupun w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat zatnya atau
jenis efek terapi yang dikehendaki.

2.5 Teori terjadinya emulsi


Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal 4 macam teori , yang melihat
proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda. Teori tersebut ialah :

1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)

Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang disebut daya
kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya tarik menarik antara molekul yang tidak
sejenis yang disebut daya adhesi.

Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi
perbedaan tegangan karena tidak adanya keseim -bangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi
pada permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan (surface tension).

Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan bidang batas
dua cairan yang tidak dapat bercampur (immicible liquid). Tegangan yang terjadi antara dua
cairan tersebut dinamakan tegangan bidang batas (interfacial tension).

Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan antara
kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akan
bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa elektrolit, tetapi akan
berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu antara lain sabun (sapo).

Dalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan menurunkan


menghilangkan tegangan yang terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua zat cair
tersebut akan mudah bercampur.

2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge)


Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok yakni :

Kelompok hidrofilik, yaitu bagian dari emulgator yang suka pada air.

Kelompok lipofilik , yaitu bagian yang suka pada minyak.

Masing-masing kelompok akan bergabung dengan zat cair yang disenanginya,


kelompok hidrofil kedalam air dan kelompok lipofil kedalam minyak. Dengan demikian
emulgator seolah-olah menjadi tali pengikat antara air dan minyak. Antara kedua kelompok
tersebut akan membuat suatu keseimbangan.

Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak sama.Harga
keseimbangan itu dikenal dengan istilah H.L.B. (Hydrophyl Lipophyl Balance) yaitu angka
yang menunjukkan perbandingan antara kelompok lipofil dengan kelompok hidrofil .

Semakin besar harga HLB berarti semakin banyak kelompok yang suka pada air, itu
artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian sebaliknya.

Dalam tabel dibawah ini dapat dilihat keguaan suatu emulgator ditinjau dari harga
HLB-nya.

HARGA HLB K E G U N AAN


1 - 3
Anti foaming agent
4 6
Emulgator tipe w/o
7 9 Bahan pembasah ( wetting agent)

8 18 Emulgator tipe o/w

13 - 15 Detergent

10 18 Kelarutan (solubilizing agent)

3. Teori Interparsial Film

Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak,
sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase disper.
Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara partikel yang sejenis untuk
bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain fase disper menjadi stabil.

Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang dipakai
adalah :

Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak


Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase- dispers
Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua permukaan
partikel dengan segera.

4. Teori electric double layer ( lapisan listrik rangkap)

Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan
dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan
mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan didepannya. Dengan demikian
seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling
berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha dari partikel minyak yang
akan mengadakan penggabungan menjadi satu molekul yang besar, karena susunan
listrik yang menyelubungi setiap partikel minyak mempunyai susunan yang sama.
Dengan demikian antara sesama partikel akan tolak-menolak , dan stabilitas emulsi
akan bertambah.
Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ke tiga cara dibawah ini,

Terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel


Terjadinya absorbsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya.
Terjadinya gesekan partikel dengan cairan disekitarnya.

2.6 Bahan Emulgator

Emulgator alam

Yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat
digolongkan menjadi tiga golongan yaitu :

1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan.


Pada umumnya termasuk karbohydrat dan merupakan emulgator tipe o/w, sangat
peka terhadap elektrolit dan alkohol kadar tinggi, juga dapat dirusak bakteri. Oleh sebab
itu pada pembuatan emulsi dengan emulgator ini harus selalu ditambah bahan pengawet.

a. Gom Arab

Sangat baik untuk emulgator tipe o/w dan untuk obat minum. Emulsi yang terbentuk
sangat stabil dan tidak terlalu kental. Kestabilan emulsi yang dibuat dengan gom arab
berdasarkan 2 faktor yaitu

kerja gom sebagai koloid pelindung (teori plastis film)

terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan cukup kecil
sedangkan masa mudah dituang (tiksotropi)

Bila tidak dikatakan lain maka emulsi dengan gom arab menggunakan gom arab
sebanyak dari jumlah minyaknya.

Untuk membuat corpus emulsi diperlukan air 1,5 X berat gom, diaduk keras dan cepat
sampai putih , lalu diencerkan dengan air sisanya. Selain itu dapat disebutkan :

Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak padat

Cara pembuatan .

Lemak padat dilebur lalu ditambahkan gom, buat corpus emulsi dengan air panas 1,5 X
berat gom . Dinginkan dan encerkan emulsi dengan air dingin. Contoh : cera, oleum
cacao, parafin solid

Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri

Minyak lemak : PGA kali berat minyak, kecuali oleum ricini karena memiliki
gugus OH yang bersifat hidrofil sehingga untuk membuat emulsi cukup dibutuhkan 1/3
nya saja. Contoh : Oeum amygdalarum

Minyak Lemak + minyak atsiri + zat padat larut dalam minyak lemak. Kedua minyak
dicampur dulu, zat padat dilarutkan dalam minyaknya, tambahkan gom ( x myk
lemak + aa x myk atsiri + aa x zat padat )
Bahan obat cair BJ tinggi, contohnya chloroform, bromoform : Ditambah minyak
lemak 10 x beratnya, maka BJ campuran mendekati satu. Gom sebanyak kali bahan
obat cair.

Balsam-balsam. Gom sama banyak dengan balsam.

Oleum Iecoris Aseli. Menurut Fornas dipakai gom 30 % dari berat minyak.

b. Tragacanth

Dispersi tragacanth dalam air sangat kental sehingga untuk memperoleh emulsi dengan
viskositas yang baik hanya diperlukan trgacanth sebanyak 1/10 kali gom arab. Emulgator
ini hanya bekerja optimum pada pH 4,5 6.

Tragacanth dibuat corpus emulsi dengan menambahkan sekaligus air 20 x berat


tragacanth. Tragacanth hanya berfungsi sebagai pengental tidak dapat membentuk koloid
pelindung.

c. Agar-agar

Emulgator ini kurang efektif apabila dipakai sendirian. Pada umumnya zat ini
ditambahkan untuk menambah viskositas dari emulsi dengan gom arab.

Sebelum dipakai agar-agar tersebut dilarutkan dengan air mendidih Kemudian


didinginkan pelan-pelan sampai suhu tidak kurang dari 45oC (bila suhunya kurang dari
45oC larutan agar-agar akan berbentuk gel). Biasanya digunakan 1-2 %

d. Chondrus

Sangat baik dipakai untuk emulsi minyak ikan karena dapat menutup rasa dari minyak
tersebut. Cara mempersiapkan dilakukan seperti pada agar.

e. Emulgator lain

Pektin, metil selulosa, karboksimetil selulosa 1-2 %.

2. Emulgator alam dari hewan

a. Kuning telur
Kuning telur mengandung lecitin (golongan protein / asam amino) dan kolesterol yang
kesemuanya dapat berfungsi sebagai emulgator. Lecitin merupakan emulgator tipe o/w.
Tetapi kemampuan lecitin lebih besar dari kolesterol sehingga secara total kuning telur
merupakan emulgator tipe o/w. Zat ini mampu mengemulsikan minyak lemak empat kali
beratnya dan minyak menguap dua kali beratnya.

b. Adeps Lanae

Zat ini banyak mengandung kholesterol , merupakan emulgator tipe w/o dan banyak
dipergunakan untuk pemakaian luar. Penambahan emulgator ini akan menambah
kemampuan minyak untuk menyerap air. Dalam keadaan kering dapat menyerap air 2 X
beratnya.

3. Emulgator alam dari tanah mineral.

a. Magnesium Aluminium Silikat/ Veegum

Merupakan senyawa anorganik yang terdiri dari garam - garam magnesium dan
aluminium. Dengan emulgator ini, emulsi yang terbentuk adalah emulsi tipe o/w.
Sedangkan pemakaian yang lazim adalah sebanyak 1 %. Emulsi ini khusus untuk
pemakaian luar.

b. Bentonit

Tanah liat yang terdiri dari senyawa aluminium silikat yang dapat mengabsorbsikan
sejumlah besar air sehingga membentuk massa sepert gel. Untuk tujuan sebagai
emulgator dipakai sebanyak 5 %.

Emulgator buatan

1. Sabun.

Sangat banyak dipakai untuk tujuan luar, sangat peka terhadap elektrolit. Dapat
dipergunakan sebagai emulgator tipe o/w maupun w/o, tergantung dari valensinya. Bila
sabun tersebut bervalensi 1, misalnya sabun kalium, merupakan emulgator tipe o/w,
sedangkan sabun dengan valensi 2 , missal sabun kalsium, merupakan emulgator tipe
w/o.

2. Tween 20 : 40 : 60 : 80

3. Span 20 : 40 : 80

Emulgator dapat dikelompokkan menjadi :

Anionik : sabun alkali, natrium lauryl sulfat

Kationik : senyawa ammmonium kuartener

Non Ionik : tween dan span.

Amfoter : protein, lesitin.

2.7 Pembuatan Emulsi


1. Metode Gom Basah
Metode ini cocok untuk emulsi yang dibuat dengan mucilago atau gom yang
tidak larut sebagai emulgator. Metode ini penting digunakan meski lebih lembab
dan tidak sebaik metode kontinental. Penting juga digunakan jika emulgator yang
tersedia hanya dalam bentuk air atau harus dilarutkan lebih dahulu sebelum
digunakan.
Caranya : Gom dibuat dengan jumlah kecil lalu sejumlah kecil minyak
ditambahkan dengan pengadukan teratur. Setelah emulsi sangat visko,
ditambahkan lagi dengan pengadukan teratur sampai semua minyak tercampur.
Setelah semua minyak ditambahkan, campuran dicukupkan volumenya dengan
air.
2. Metode gom kering
Metode ini cocok untuk emulsi yang dibuat dari emulgator gom kering.
Caranya : Gom kering (dengan jumlah setara dari 1 4 dari jumlah minyak),
dideskripsikan sekaligus dengan pengadukan teratur sampai semua minyak
tercampur dengan volume air X jumlah minyak. Ditambahkan sekaligus
dengan pengadukan teratur. Perbandingan 4 bagian dari minyak, 2 bagian air dan
1 bagian emulgator. Kemudian pengadukan dilanjutkan dengan kecepatan tinggi
menggunakan gerakan spiral sampai terbentuk emulsi utama yang kembali, suara
khas akan terdengan saat emulsi utama yang stabil telah jadi.
3. Metode Botol
Metode ini digunakan khusus untuk emulsi yang mengandung minyak
menguap dan minyak encer lainnya untuk mencegah zat tersebut terpercik.
Caranya : Minyak dimasukkan dulu dalam botol besar lalu segera ditambahkan
gom kering dan dikocok dengan cepat. Penting untuk menambahkan air dengan
segera setelah gom terdispersi. Emulsi utama akan dibentuk melalui pengocokan.
4. Metode Beker
Metode ini digunakan jika emulsi yang dibuat terdiri dari dua jenis emulgator
(ada yang larut air dan ada yang larut minyak.
Caranya : Masing masing emulgator dimasukkan dalam beker terpisah diatas
water batch dan dipanaskan sampai suhunya 70o C. setelah itu kedua emulgator
mencapai suhu yang sama maka fase internal dimasukkan dalam fase eksternal
dengan pengadukan dan terus diaduk sampai minyaknya hampir dingin, kalau tidak,
maka lapisan minyak akan naik kepermukaan campuran dan memadat membentuk
cake, maka sedapat mungkin terdispersi secara seragamsampai sediaan jadi. HLB
adalah nilai perbandingan antara sejumlah molekul lepofilik dan hidrofilik
(Prescription : 221)

2.8 Membedakan Tipe Emulsi


Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi yaitu :
1. Dengan pengenceran fase.
Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase externalnya. Dengan prinsip tersebut,
emulsi tipe o/w dapat diencerkan dengan air sedangkan emulsi tipe w/o dapat
diencerkan dengan minyak.

2. Dengan pengecatan/pemberian warna.


Zat warna akan tersebar rata dalam emulsi apabila zat tersebut larut dalam fase external
dari emulsi tersebut. Misalnya (dilihat dibawah mikroskop)
- Emulsi + larutan Sudan III dapat memberi warna merah pada emulsi tipe w/o,
karena sudan III larut dalam minyak
- Emulsi + larutan metilen blue dapat memberi warna biru pada emulsi tipe o/w
karena metilen blue larut dalam air.

3. Dengan kertas saring.


Bila emulsi diteteskan pada kertas saring , kertas saring menjadi basah maka tipe
emulsi o/w, dan bila timbul noda minyak pada kertas berarti emulsi tipe w/o.

4. Dengan konduktivitas listrik


Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat dengan K watt lampu neon
watt semua dihubung- kan secara seri. Lampu neon akan menyala bila elektroda
dicelupkan dalam cairan emulsi tipe o/w, dan akan mati dicelupkan pada emulsi tipe
w/o.

2.9 Kestabilan Emulsi


Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :

1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, dimana yang satu


mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming
bersifat reversible artinya bila digojok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.

2. Koalesen dan cracking (breaking) adalah pecahnya emulsi karena film yang
meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen(menyatu).Sifatnya
irreversible ( tidak bisa diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena :

Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan


CaO/CaCl2 exicatus.

Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan, pengadukan.

3. Inversi adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi w/o menjadi


o/w atau sebaliknya. Sifatnya irreversible.

2.10 Keuntungan dan Kerugian Emulsi


Adapun keuntungan dari emulsi :
1. Banyak bahan obat yang mempunyai rasa dan susunan yang tidak menyenangkan
dan dapat dibuat lebih enak pada pemberian oral bila diformulasikan menjadi
emulsi.
2. Beberapa obat menjadi lebih mudah diabsorpsi bila obat-obat tersebut diberikan
secara oral dalam bentuk emulsi.
3. Emulsi memiliki derajat elegansi tertentu dan mudah discuci bila diinginkan.
4. Formulator dapat mengontrol penampilan, viskositas, dan kekasaran (greasiness)
dari emulsi kosmetik maupun emulsi dermal.
5. Emulsi telah digunakan untuk pemberian makanan berlemak secara intravena
akan lebih mudah jika dibuat dalam bentuk emulsi.
6. Aksi emulsi dapat diperpanjang dan efek emollient yang lebih besar daripada jika
dibandingkan dengan sediaan lain.
7. Emulsi juga memiliki keuntungan biaya yang penting daripada preparat fase
tunggal, sebagian besar lemak dan pelarut-pelarut untuk lemak yang dimaksudkan
untuk pemakaian ke dalam tubuh manusia relatif memakan biaya, akibatnya
pengenceran dengan suatu pengencer yang aman dan tidak mahal seperti air
sangat diinginkan dari segi ekonomis selama kemanjuran dan penampilan tidak
dirusak.
Adapun kerugian emulsi :
Emulsi kadang-kadang sulit dibuat dan membutuhkan tehnik pemprosesan khusus.
Untuk menjamin karya tipe ini dan untuk membuatnya sebagai sediaan yang berguna,
emulsi harus memiliki sifat yang diinginkan dan menimbulkan sedikit mungkin
masalah-masalah yang berhubungan ( Lachman : 1031)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi
dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah. Biasanya
terdiri dari dua komponen: komponen dasar yang terdiri dari fase dispersi, terdispersi dan
emulgator serta komponen tambahan.

Emulsi merupakan suatu sistem dua fase yang terdiri dari dua cairan yang tidak mau
bercampur, dimana cairan yang satu terbagi rata dalam cairan yang lain dalam bentuk
butir-butir halus karena distabilkan oleh komponen yang ketiga yaitu emulgator.
Emulgator sendiri bisa berasal dari alam maupun buatan.

Emulsi dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe emulsi o/w atau a/m dan tipe emulsi w/o
atau m/a. Sedangkan macamnya bibagi menjadi 3, yaitu : oral, topikal dan injeksi.

Emulsi akan dikatakan stabil jika didiamkan tidak membentuk agregat, jika memisah
antara minyak dan air jika dikocok akan membentuk emulsi lagi serta jika terbentuka
gregat, jika dikocok akan homogen kembali.

3.2 Saran
Diharapkan Mahasiswa dapat lebih memahami tentang sediaan emulsi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Syamsuni.2006. Ilmu Resep. ECG : Jakarta

2. Ditjen POM. 1994. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan


Republik Indinesia: Jakarta.

2. Anief, Moh. (2005). Ilmu Meracik Obat, cetakan XII. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.

3. Ditjen POM. (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III. Depkes RI: Jakarta, 474,
509.

4. Ansel, Howard C, 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta : UI-
Press.

6. Lachman, Leon dkk, 2008. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta : UI-
Press

Anda mungkin juga menyukai