Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH EMULSI (CURVIT EMULSION)

NAMA : PURNA SARI ARDILA


NIM : 482012108148P
PROGRAM STUDI : S1 FARMASI NON REGULER
MATA KULIAH : TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN CAIR
DAN SEMI PADAT
DOSEN PEMBIMBING : Apt, MAYARANTI WILSYA, M.Sc.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIK SITI KHODIJAH
TAHUN 2022

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2
2.1 Pengertian Emulsi............................................................................................. 2
2.2 Komponen Emulsi............................................................................................ 2
2.3 Tipe Emulsi....................................................................................................... 3
2.4 Penggunaan Emulsi........................................................................................... 4
2.5 Metode Pembuatan Emulsi............................................................................... 4
2.6 Uji Evaluasi....................................................................................................... 6
2.7 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Emulsi...................................................... 7
BAB III METODE PERCOBAAN ....................................................................... 8
3.1 Alat dan Bahan ................................................................................................. 8
3.2 Pemerian Bahan ............................................................................................... 8
3.3 Cara Kerja ........................................................................................................ 9
3.4 Perhitungan Bahan............................................................................................ 10
3.5 Data Pengamatan ............................................................................................. 10
3.6 Pembahasan ..................................................................................................... 11
BAB IV PENUTUP................................................................................................ 14
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 14
4.2 Saran ................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 15
LAMPIRAN .......................................................................................................... 16

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


Dalam bidang industri farmasi, perkembangan tekhnologi farmasi sangat berperan aktif
dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukan dengan
banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat,
kondisi pasien dan penigkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa
harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat.
Sekarang ini banyak bentuk sediaan obat yang kita jumpai dipasaran antara lain: Dalam
bentuk sediaan padat: Pil, Tablet, Kapsul. Supposutoria. Dalam bentuk sediaan setengah
padat: Krim, Salep. Dalam bentuk cair: Sirup, Eliksir, Suspensi, Emulsi dan lain-lain. Emulsi
merupakan salah satu contoh dari bentuk sediaan cair, yang secara umum dapat diartikan
sebagai suatu siatem terdispersi dimana salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang
lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak merupakan fase terdispersi dan larutan air
merupakan fase pembawa. Sistem ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya jika air
atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak merupakan fase pembawanya,
sistem ini disebut emulsi dalam minyak. Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat
cair atau larut obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengelmusi
atau surfaktan yang cocok. Emulsi juga bisa diartikkan sistem dua fase, yang salah satu
cairannya terdispersi dalam cairan lain, terdispersi merata ke dalam pembawanya.
Alasan bahan obat diformulasikan dalam bentuk sediaan Emulsi yaitu bahan obat
mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam bentuk
sediaan cair, mudah diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan untuk menelan,
diberikan pada anak-anak, untuk menutupi rasa pahit atau aroma yang tidak enak pada bahan
obat. Contohnya adalah emulsi minyak ikan. Emulsi minyak ikan merupakan suatu sediaan
emulsi yang memiliki khasiat sebagai sumber vitamin A dan D. Salah satu merek dagang
yang terkenal adalah Curvit Emulsion yang merupakan merek komersil dari sediaan minyak
ikan yang banyak di gunakan di masyarakat umum.
Tulisan ini di buat sebagai bahan evaluasi yang tidak mengikat dan tidak bertujuan sebagai
bahan acuan dalam proses perubahan terhadap produk yang mungkin akan di lakukan pada
masa yang akan datang.

1.2 Tujuan

3
a. untuk mentukan formulasi sediaan emulsi.
b. untuk memberikan informasi tentang sifat dan khasiat beberapa bahan obat.
c. untuk memberikan informasi tentang metode pembuatan sediaan emulsi.
d. untuk menentukan metode evaluasi sediaan emulsi curvit .

4
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Dasar Teori tentang Emulsi


2.1.1 Pengertian Emulsi
 Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
yang lain, dalam bentuk tetesan kecil (FI IV, hal:6)
 Emulsi adalah sistem dispersi kasar yang secara termodinamik tidak stabil, terdiri
dari minimal 2 atau lebih cairan yang tidak bercampur satu sama lain, dimana
cairan yang satu terdispersi didalam cairan yang lain dan untuk memantapkannya
diperlukan penambahan emulgator. (voight 398)
 Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispers terdiri dari bulatan-bulatan
kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur (ansel)
2.1.2 Komponen emulsi
a) Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi,
terdiri atas :
 Fase dispers/ fase internal/ fase diskontinu/ fase terdipersi/ fase dalam, yaitu
zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lain.
 Fase eksternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase keluar, yaitu zat cair dalam
emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar emulsi tersebut.
 Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi.
b) Komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam
emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Contohnya: pengawet yang sering
digunakan dalam sediaan emulsi adalah metil-, etil-, dan butil-paraben, asam benzoat
dan senyawa amonium kuarterner.
2.1.3 Tipe emulsi
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal,
emulsi digolongkan menjadi dua macam, yaitu :
a) Emulsi tipe O/W (Oil in Water) atau M/A (minyak dalam air), adalah emulsi yang
terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai
fase internal dan air sebagai fase eksternal.

5
b) Emulsi tipe W/O (Water in Oil) atau M/A (air dalam minyak), adalah emulsi yang
terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai
fase internal dan minyak sebagai fase eksternal.
2.1.4 Tujuan pemakaian emulsi
Emulsi dibuat untuk mendapatkan preparat atau sediaan yang stabil dan merata atau
homogen dari campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur. Tujuan pemakain
emulsi adalah :
a) Untuk dipergunakan sebagai obat dalam atau per oral. Umumnya emulsi tipe O/W.
b) Untuk dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe O/W maupun W/O, tergantung pada
banyak faktor, misalnya sifat zatnya atau efek terapi yang dikehendaki.
2.1.5 Teori terbentuknya emulsi
Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal empat macam teori yang melihat
proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda.
 Teori tegangan permukaan (surface tension)
Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang disebut
daya kohesi. Daya kohesi suatu zat selalu sama sehingga pada permukaan suatu
zat cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidakadanya keseimbangan daya
kohesi.
 Teori orientasi bentuk baji (Oriented wedge)
Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan adanya
kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator, ada bagian yang bersifat suka air
atau mudah larut dalam air, dan ada bagian yang suka minyak atau mudah larut
dalam minyak.
 Teori film plastik (Interfacial film)
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dan
minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase
dispers atau fase internal.
 Teori lapisan listrik rangkap (Electric double layer)
Jika minya terdispersi kedalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan
dengan permukaan minyak akan bermuatan jenis, sedangkan lapisan berikutnya
akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan di depannya.

6
2.1.6 Bahan-bahan pengemulsi (emulgator)
Emulgator alam, yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit.
Dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu :
1) Emulgator dari tumbuh-tumbuhan
Pada umumnya, termasuk golongan karbohidrat dan merupakan emulgator tipe
O/W, sangat peka terhadap elektrolit dan alkohol kadar tinggi, dan dapat dirusak
oleh bakteri. Oleh karena itu pembuatan emulsi dengan emulgator ini harus selalu
menambahkan bahan pengawet
2) Emulgator hewani
3) Emulgator dari mineral
2.1.7 Cara pembuatan emulsi
a) Metode gom kering atau metode kontinental
Dalam metode ini, zat pengemulsi (biasanya Gom Arab) dicampur dengan minyak
terlebih dulu, kemudian ditambah air untuk membentuk korpus emulsi, baru
diencerkan dengan sisa air yang tersedia.
b) Metode gom basah atau metode inggris
Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi umumnya larut dalam air)
agar membentuk suatu musilago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan
untuk membentuk emulsi, kemudian diencerkan dengan sisa air.
c) Metode botol atau metode botol forbes
Ditambahkan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan
mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan ke dalam
botol kering, ditambahkan 2 bagian air, botol ditutup, kemudian campuran tersebut
dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok.
2.1.8 Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi
a) Mortir dan stamper
b) Botol
c) Mixer dan blender
d) Homogenizer
e) Colloid mill
2.1.8 Cara membedakan tipe emulsi.
a) Dengan pengenceran fase
Emulsi tipe o/w dapat diencerkan dengan air dan tipe w/o dapat diencerkan dengan
minyak

7
b) Dengan pengecatan atau pewarnaan
 Emulsi + larutan sudan tiga dapat memberi warna merah pada emulsi tipe w/o
 Emulsi + larutan metilen biru dapat memberikan warna biru pada emulsi tipe o/w
c) Dengan kertas saring atau kertas tissu
Jika emulsi diteteskan pada kertas saring terjadi noda minyak berarti emulsi tersebut
tipe w/o, tetpai jika terjadi basah merata berarti emulsi tersebut tipe o/w
d) Dengan konduktivitas listrik
Lampu neon akan menyala jika elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi tipe o/w,
dan akan mati jika dicelupkan emulsi tipe w/o.

2.2 Dasar Teori tentang Minyak Ikan


Minyak ikan banyak mengandung omega-3 yang terdiri atas Arachidonic Acid atau
AA, EPA atau Eicosapentaenoic Acid, dan Docosahexaenovic Acid atau DHA. Omega-3
sendiri adalah jenis lemak tidak jenuh ganda yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh
manusia. Karena itu, omega-3 dianggap penting sebagai asam lemak esensial. Dan minyak
ikan, terutama yang dibuat dari hati ikan Kod banyak mengandung vitamin A, B, D, dan
kalsium.Untuk menyempurnakan kandungannya, ada juga produsen minyak ikan yang
menambahkan minyak yang diekstraksikan dari ikan Kapelin.
Adanya kandungan nutrisi tersebut membuat minyak ikan punya banyak manfaat.
Antara lain:
 Menjaga sel-sel tubuh tetap baik.
 Mengoptimalkan perkembangan sel-sel tubuh, terutama otak.
 Membangun jaringan saraf di retina, sehingga penglihatan anak menjadi lebih baik.
 Menambah nafsu makan, karena minyak ikan mengandung vitamin B, yang bisa
merangsang nafsu makan anak.
 Membantu pertumbuhan tulang dan gigi.
Meskipun punya banyak manfaat, bukan berarti minyak ikan boleh diberikan dalam
jumlah banyak, atau bahkan berlebihan. Minyak ikan adalah suplemen tambahan yang tidak
boleh dikonsumsi secara berlebihan, karena malah akan dibuang percuma. Minyak ikan bisa
diberikan kepada anak yang kekurangan enzim dalam tubuhnya, misalnya setelah sakit - tapi
bukan sakit berat -, dan membutuhkan suplemen tambahan, untuk memperbaiki nafsu
makannya.

8
Minyak ikan bisa diberikan mulai anak usia satu tahun, dengan takaran satu sendok
makan per hari. Sedang anak yang usianya kurang dari enam bulan sebaiknya tidak diberi
minyak ikan, karena kekebalan tubuh masih belum bagus, sehingga dikhawatirkan malah
akan berdampak buruk, misalnya alergi.
Cara menghilangkan bau amis dari minyak ikan, dapat mengonsumsinya bersamaan
dengan sirup yang mengandung vitamin C. Atau bisa juga langsung minum suplemen yang
mengandung minyak ikan, yang rasanya manis.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Formulasi
 Formula Baku
Emulsi Minyak Ikan (Fornas halaman 217)
Komposisi : Oleum Iecoris Aselli 100 g
Glycerolum 10 g
Gummi Arabicum 30 g
Oleum Cinnamoni gtt VI
Aqua destilata hingga 215 g

 Rancangan Formulasi
R/ Oleum Iecoris Aselli 28 g
Glycerolum 5%
CMC-Na 0,5 %
BHT 0,05 %
Oleum Cinnamoni gtt II
Aquades ad 60 ml

3.2 Alasan Pemilihan Bahan


1. Oleum Iecoris Aselli
Dipilih oleum iecoris aselli sebagai bahan aktif karena memiliki manfaat yang baik
sebagai multivitamin yaitu sumber vitamin A dan vitamin D.

9
2. CMC-Na
Dipilih CMC-Na sebagai emulgator karena CMC-Na bisa menstabilkan suspensi
3. Glycerolum
Dipilih glycerolum sebagai pemanis karena gliserol memiliki kandungan minyak
sehingga mudah larut dalam minyak ikan
4. BHT
Dipilih BHT sebagai pengawet karena di dalam emulsi minyak ikan terdapat
komponen minyak dan lemak yang apabila tidak disimpan dengan baik lama
kelamaan akan tengik. Peristiwa tersebut dikarenakan asam lemak tidak jenuh dalam
bahan tersebut teroksidasi oleh udara, cahaya, dan kerja bakteri. Untuk mencegah
proses tersebut maka dipilih BHT sebagai pengawet yang bersifat antioksidan.
5. Oleum Cinnamoni
Dipilih oleum cinamoni sebagai pengaroma karena
3.3 Monografi Bahan
1. Oleum Iecoris Aselli
Nama Latin : Oleum Iecoris Aselli
Nama Lain : Minyak ikan
Pemerian : Cairan minyak, encer, berbau khas, tidak tengik, rasa dan bau
seperti ikan
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol; mudah larut dalam eter, dalam
kloroform, dalam karbon disulfide, dan dalam etil asetat (FI IV halaman 628).
Khasiat : Sumber vitamin A dan vitamin D (FI III halaman 457).
Bobot Jenis : Antara 0,918 dan 0,927
Indeks bias : 1,478 sampai 1,482
Bilangan asam : Tidak lebih dari 1,2
Bilangan iodium : 120 sampai 180
Bilangan penyabunan : 180 sampai 190
2. CMC-Na
Nama Latin : Carboxymethylcellulosum natricum
Nama Lain : Karboksimetilselulosa natrium
Pemerian : Serbuk atau granul, putih sampai krem; higroskopik.
Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal; tidak larut
dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organic lain
Khasiat : Emulgator ( 0,25-1% )

10
pH : Antara 6,5 sampai 8,5
3. Oleum Cinnamoni
Nama Latin : Oleum Cinnamoni
Nama Lain : Minyak Kayu manis
Pemerian : Cairan; suling segar berwarna kuning; bau dan rasa khas. Jika
disimpan dapat menjadi coklat kemerahan.
Kelarutan :
Khasiat : Pengaroma
Bobot Jenis : 1,000 sampai 1,035
Rotasi optic : 00 sampai -20
Indeks bias : 1,573 sampai 1,595
4. Glycerolum
Nama Latin : Glycerolum
Nama Lain : Gliserin
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup; tidak berwarna; rasa manis; hanya boleh
berbau khas lemah. Higroskopik; netral terhadap lakmus.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam
kloroform; dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap.
Khasiat : Pemanis sampai 20%
Bobot Jenis : 1,255 sampai 1,260
Indeks bias : Antara 1,471 dan 1,474
5. BHT
Nama Latin : Buthylis Hidroxytoluenum
Nama Lain : BHT, Butil hidroksi toluena
Pemerian : Hablur padat, putih; bau khas, lemah
Kelarutan : Tidk larut dalam air dan dalam propilen glikol; mudah larut dalam
etanol, dalam kloroform dan dalam eter
Khasiat : Pengawet (0,01-0,1 %)
Density (bulk) : 0,48-0,60 g/cm3
Density (true) : 1,031 g/cm3
Titik nyala : 1270C (open cup)
Titik lebur : 700 C
Kadar air : 40,05%
Berat jenis : 1,006 pada suhu 200 C

11
0,890 pada suhu 800 C
0,883 pada suhu 900 C
0,800 pada suhu 1000 C

3.4 Perhitungan Bahan


1. Oleum Iecoris Aselli
Untuk 1 botol sediaan = 28g

Untuk 12 botol sediaan = 28g 12 = 336 g

2. Glycerolum

Untuk 1 botol sediaan =

Untuk 12 botol sediaan = 3g 12 = 36 g

3. CMC-Na

Untuk 1 botol sediaan =

Untuk 12 botol sediaan = 0,3 g 12 = 3,6 g

4. BHT

Untuk 1 botol sediaan =

Untuk 12 botol sediaan = 0,03 g 12 = 0,36 g

5. Oleum Cinnamoni
Untuk 1 botol sediaan = 2 tetes

Untuk 12 botol sediaan = 2 tetes 12 = 24 tetes

3.5 Cara Pembuatan


1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Disetarakan timbangan
3. Dikalibrasi botol 60 ml sebanyak 6 buah
4. Ditimbang CMC-Na sebanyak 1,8 gram lalu dimasukkan ke dalam mortir
5. Diukur air panas sebanyak 60 ml lalu dimasukkan ke dalam mortir

12
6. Campuran diaduk dengan cepat dan kuat sampai terbentuk musilago
7. Ditimbang minyak ikan sebanyak 168 gram menggunakan cawan porselen
8. Dimasukkan ke dalam mortir yang berisi musilago sedikit demi sedikit sambil digerus
kuat dan cepat
9. Ditimbang 18 gram gliserol menggunakan cawan porselen lalu dimasukkan ke dalam
mortir dan diaduk kuat dan cepat
10. Ditimbang 0,18 gram BHT dimasukkan ke dalam mortir lalu digerus dengan kuat dan
cepat
11. Ditambahkan oleum cinamoni 12 tetes lalu digerus sampai homogen
12. Ditambahkan aquades ad 360 ml ke dalam mortir sedikit demi sedikit lalu digerus
sampai homogen
13. Dimasukkan hasil ke dalam 6 botol yang telah dikalibrasi sampai tanda batas
14. Diberi etiket berwarna putih
15. Diulangi prosedur kerja yang sama untuk membuat emulsi minyak ikan sampai 12
botol

13
BAB IV
EVALUASI SEDIAAN

4.1 Evaluasi Sediaan Emulsi Curvit


Meliputi pewarnaan, bau, rasa dan dari sediaan emulsi pada penyimpanan pada suhu
endah 5oC dan tinggi 35oC pada penyimpanan masing-masing 12 jam.Curvit emulsi sangat
baik dalam bentuk ketahanan warna saat proses penyimpan,namun untuk bau sangatlah
menyengat saat dalam penyimpan jangka panjang,Karena kwalitas minyak ikan yang
digunakan oleh curvit adalah terbaik maka sangat di maklumi.namun jika dapat jadi Bagan
pertimbangan agar ditambahkan varian rasa lain yang dapat menutupi bau dan rasa yang
menyengat seperti rasa anggur atau stoberi.
Dalam penyimpan jangka panjang kwalitas kekentalan curvit sangat baik namun sangat
mudah terbentuk kerak di dinding botol sehingga merusak bentuk sediaan pelnggabn sering
mengira bahwa sedian itu sudah rusak padahal hanyak penumpukan kerak di Harapan agar
curvit lebih memperhatikan lagi formulasi yang lebih seimbang dalam penyimpanan.
Bentuk botol yang berwarna gelap memang dimaksudkan agar lebih tahan terhadap
cahaya saat penyimpan maka di harapakan agar diberikan pentunjuk jelas terhadap perubahan
warna yang kemungkinan terjadi saat penyimpaan sehingga pelanggan lebih mudah
mengindentifikasi apakah emulsi ini masih dalam keadaan baik atau tidak,karena kondisi bau
dan rasa terkadang jadi abaikan oleh pasien saat meminum larutan

14

Anda mungkin juga menyukai