Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PATOFISIOLOGI

FISIOLOGIS SEL DAN TRANDUKSI SINYAL SEL

DISUSUN OLEH :

NAMA : PURNA SARI ARDILA


NIM : 482012108148P
JURUSAN : S1 FARMASI ALIH JENJANG

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIK SITI KHODIJAH
TAHUN 2021
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. 1


DAFTAR ISI.............................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 4
1.3 Tujuan...................................................................................................... 4
BAB II ISI.................................................................................................................. 5
2.1 Struktur Sel............................................................................................... 5
2.2 Tahapan Komunikasi Sel......................................................................... 11
2.3 Tranduksi.................................................................................................. 13
2.4 Respons.................................................................................................... 17
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 21
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 23

BAB I

2
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah, sel dapat
berfungsi secara autonom asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi. Makhluk hidup
(organisme) tersusun dari satu sel tunggal (uniselular, misalnya bakteri, Archaea, serta
sejumlah fungi dan Protozoa) atau dari banyak sel (multiselular).
Sel merupakan unit terkecil dari organisme. Sel tidak akan mampu bekerja dan
membentuk sebuah jaringan bila tidak ada koordinasi antara satu dengan yang lain. Miliaran
sel penyusun setiap makhluk hidup harus berkomunikasi untuk mengkoordinasikan
aktivitasnya sedemikian rupa sehingga memungkinkan organisme itu untuk berkembang.
Mulai dari sel yang berkomunikasi terbentuk jaringan kemudian organ dan system yang
menjalankan organisme untuk hidup. Dalam kehidupan makhluk hidup baik uniseluler atau
multiseluler akan berinteraksi dengan lingkungannya untuk mempertahankan kehidupannya.
Sinyal-sinyal antar sel jauh lebih sederhana daripada bentuk-bentuk pesan yang
biasanya dirubah oleh manusia. Sinyal yang diterima sel, yang berasal dari sel lain atau dari
beberapa perubahan pada lingkungan fisik organisme, bermacam-macam bentuknya.
Misalnya, sel dapat mengindera dan merespons sinyal elektromagnetik, seperti cahaya, dan
sinyal mekanis, seperti sentuhan. Akan tetapi sel-sel paling sering berkomunikasi satu sama
lain dengan menggunakan sinyal kimiawi. Kajian tentang persinyalan sel membantu untuk
menjawab sejumlah  pertanyaan penting dalam biologis dan kedokteran, mulai dari
perkembangan embriologis hingga kerja hormon untuk perkembangan kanker dan jenis
penyakit lain.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, yakni:
1. Terdiri dari apa saja struktur sel?
2. Bagaimana tahapan komunikasi sel?
3. Bagaimana proses tranduksi sinyal dalam sel?
4. Bagaimana respon pensinyalan dan amplifikasi isyarat dalam sel?

1.3 Tujuan

3
Adapun tujuan ditulisnya makalah ini, yaitu:
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Patofisiologi.
2. Untuk mengetahui fisiologis sel
3. Untuk Mengetahui tranduksi sinyal dalam sel

BAB II

4
ISI

2.1 Struktur Sel


Sel merupakan unit structural terkecil dari organisme hidup. Sel di kelilingi oleh
selaput/membran sel yang di dalamnya terdapat cairan (protoplasma) atau matriks, dan
bentuk-bentuk subselular, organel sel, yang juga dikelilingi membran. Protoplasma terdiri
dari plasma sel (sitoplasma) dan inti sel (nucleus), Di dalam inti sel terdapat plasma inti atau
nukleoplasma.
Secara struktural, sel merupakan satuan terkecil mahluk hidup yang dapat
melaksanakan kehidupan, yang merupakan unit terkecil penyusun mahluk hidup. Secara
fungsional, sel berfungsi untu menjalankan fungsi kehidupan (menyelenggarakan kehidupan
jika sel-sel penyusunya berfungsi), kemudian membentuk organisme.
Sel berkembang biak dengan cara membelah diri (secara mitosis). Selain itu sel juga
mengandung materi genetik, yaitu materi penentu sifat-sifat mahluk hidup, maka sifat mahluk
hidup dapat diwariskan kepada keturunannya. Setiap sel, pada tahap tertentu dalam hidupnya,
mengandung DNA sebagai materi yang dapat diwariskan dan mengarahkan aktivitas sel
tersebut. Selain itu, semua sel memiliki struktur yang disebut ribosom yang berfungsi dalam
pembuatan protein yang akan digunakan sebagai katalis pada berbagai reaksi kimia dalam sel
tersebut.
Setiap organisme tersusun atas salah satu dari dua jenis sel yang secara struktur
berbeda: sel prokariotik atau sel eukariotik. Kedua jenis sel ini dibedakan berdasarkan posisi
DNA di dalam sel; sebagian besar DNA pada eukariota terselubung membran organel yang
disebut nukleus atau inti sel, sedangkan prokariota tidak memiliki nukleus.

Sel Prokariotik

Gambaran umum sel prokariota

5
Sel Eukariotik

Gambaran umum sel eukariotik pada tumbuhan

Gambaran umum sel eukariotik pada hewan

1. Membran Sel

Membran sel yang membatasi sel disebut sebagai membran plasma dan berfungsi
sebagai rintangan selektif yang memungkinkan aliran oksigen, nutrien, dan limbah yang
cukup untuk melayani seluruh volume sel. Membran sel juga berperan dalam sintesis ATP,
pensinyalan sel, dan adhesi sel. Membran sel berupa lapisan sangat tipis yang terbentuk dari
molekul lipid dan protein. Membran sel bersifat dinamik dan kebanyakan molekulnya dapat

6
bergerak di sepanjang bidang membran. Molekul lipid membran tersusun dalam dua lapis
dengan tebal sekitar 5 nm yang menjadi penghalang bagi kebanyakan molekul hidrofilik.
Molekul-molekul protein yang menembus lapisan ganda lipid tersebut berperan dalam hampir
semua fungsi lain membran misalnyavmengangkut molekul tertentu melewati membran. Ada
pula protein yang menjadi pengait struktural ke sel lain, atau menjadi reseptor yang
mendeteksi dan menyalurkan sinyal kimiawi dalam lingkungan sel. Diperkirakan bahwa
sekitar 30% protein yang dapat disintesis sel hewan merupakan protein membran.

2. Nukleus

Nukleus mengandung sebagian besar gen yang mengendalikan sel eukariota (sebagian
lain gen terletak di dalam mitokondria dan kloroplas). Dengan diameter rata-rata 5 µm,
organel ini umumnya adalah organel yang paling mencolok dalam sel eukariota. Kebanyakan
sel memiliki satu nukleus, namun ada pula yang memiliki banyak nukleus, contohnya sel otot
rangka, dan ada pula yang tidak memiliki nukleus, contohnya sel darah merah matang yang
kehilangan nukleusnya saat berkembang.
Selubung nukleus melingkupi nukleus dan memisahkan isinya (yang disebut
nukleoplasma) dari sitoplasma. Selubung ini terdiri dari dua membran yang masing-masing
merupakan lapisan ganda lipid dengan protein terkait. Membran luar dan dalam selubung
nukleus dipisahkan oleh ruangan sekitar 20–40 nm. Selubung nukleus memiliki sejumlah pori
yang berdiameter sekitar 100 nm dan pada bibir setiap pori, kedua membran selubung
nukleus menyatu.
Di dalam nukleus, DNA terorganisasi bersama dengan protein menjadi kromatin.
Sewaktu sel siap untuk membelah, kromatin kusut yang berbentuk benang akan menggulung,
menjadi cukup tebal untuk dibedakan melalui mikroskop sebagai struktur terpisah yang
disebut kromosom.
Struktur yang menonjol di dalam nukleus sel yang sedang tidak membelah ialah
nukleolus, yang merupakan tempat sejumlah komponen ribosom disintesis dan dirakit.

7
Komponen-komponen ini kemudian dilewatkan melalui pori nukleus ke sitoplasma, tempat
semuanya bergabung menjadi ribosom. Kadang-kadang terdapat lebih dari satu nukleolus,
bergantung pada spesiesnya dan tahap reproduksi sel tersebut.
Nukleus mengedalikan sintesis protein di dalam sitoplasma dengan cara mengirim
molekul pembawa pesan berupa RNA, yaitu mRNA, yang disintesis berdasarkan "pesan" gen
pada DNA. RNA ini lalu dikeluarkan ke sitoplasma melalui pori nukleus dan melekat pada
ribosom, tempat pesan genetik tersebut diterjemahkan menjadi urutan asam amino protein
yang disintesis.

3. Ribosom
Ribosom merupakan tempat sel membuat protein. Sel dengan laju sintesis protein
yang tinggi memiliki banyak sekali ribosom, contohnya sel hati manusia yang memiliki
beberapa juta ribosom. Ribosom sendiri tersusun atas berbagai jenis protein dan sejumlah
molekul RNA.
Ribosom eukariota lebih besar daripada ribosom prokariota, namun keduanya sangat
mirip dalam hal struktur dan fungsi. Keduanya terdiri dari satu subunit besar dan satu subunit
kecil yang bergabung membentuk ribosom lengkap dengan massa beberapa juta dalton.
Pada eukariota, ribosom dapat ditemukan bebas di sitosol atau terikat pada bagian luar
retikulum endoplasma. Sebagian besar protein yang diproduksi ribosom bebas akan berfungsi
di dalam sitosol, sementara ribosom terikat umumnya membuat protein yang ditujukan untuk
dimasukkan ke dalam membran, untuk dibungkus di dalam organel tertentu seperti lisosom,
atau untuk dikirim ke luar sel. Ribosom bebas dan terikat memiliki struktur identik dadapat
saling bertukar tempat. Sel dapat menyesuaikan jumlah relatif masing-masing ribosom begitu
metabolismenya berubah.
Berbagai membran dalam sel eukariota merupakan bagian dari sistem endomembran.
Membran ini dihubungkan melalui sambungan fisik langsung atau melalui transfer
antarsegmen membran dalam bentuk vesikel (gelembung yang dibungkus membran) kecil.
Sistem endomembran mencakup selubung nukleus, retikulum endoplasma, badan Golgi,
lisosom, berbagai jenis vakuola, dan membran plasma. Sistem ini memiliki berbagai fungsi,
termasuk sintesis dan modifikasi protein serta transpor protein ke membran dan organel atau
ke luar sel, sintesis lipid, dan penetralan beberapa jenis racun.

4. Retikulum Endoplasma
Retikulum endoplasma merupakan perluasan selubung nukleus yang terdiri dari
jaringan (reticulum = 'jaring kecil') saluran bermembran dan vesikel yang saling terhubung.

8
Terdapat dua bentuk retikulum endoplasma, yaitu retikulum endoplasma kasar dan retikulum
endoplasma halus. Retikulum endoplasma kasar disebut demikian karena permukaannya
ditempeli banyak ribosom. Ribosom yang mulai mensintesis protein dengan tempat tujuan
tertentu, seperti organel tertentu atau membran, akan menempel pada retikulum endoplasma
kasar.
Protein yang terbentuk akan terdorong ke bagian dalam retikulum endoplasma yang
disebut lumen. Di dalam lumen, protein tersebut mengalami pelipatan dan dimodifikasi,
misalnya dengan penambahan karbohidrat untuk membentuk glikoprotein. Protein tersebut
lalu dipindahkan ke bagian lain sel di dalam vesikel kecil yang menyembul keluar dari
retikulum endoplasma, dan bergabung dengan organel yang berperan lebih lanjut dalam
modifikasi dan distribusinya. Kebanyakan protein menuju ke badan Golgi, yang akan
mengemas dan memilahnya untuk diantarkan ke tujuan akhirnya.
Retikulum endoplasma halus tidak memiliki ribosom pada permukaannya. Retikulum
endoplasma halus berfungsi, misalnya, dalam sintesis lipid komponen membran sel. Dalam
jenis sel tertentu, misalnya sel hati, membran retikulum endoplasma halus mengandung
enzim yang mengubah obat-obatan, racun, dan produk sampingan beracun dari metabolisme
sel menjadi senyawa-senyawa yang kurang beracun atau lebih mudah dikeluarkan tubuh.

5. Badan Golgi
Badan Golgi (dinamai menurut nama penemunya, Camillo Golgi) tersusun atas
setumpuk kantong pipih dari membran yang disebut sisterna. Biasanya terdapat tiga sampai
delapan sisterna, tetapi ada sejumlah organisme yang memiliki badan Golgi dengan puluhan
sisterna. Jumlah dan ukuran badan Golgi bergantung pada jenis sel dan aktivitas
metabolismenya. Sel yang aktif melakukan sekresi protein dapat memiliki ratusan badan
Golgi. Organel ini biasanya terletak di antara retikulum endoplasma dan membran plasma.
Sisi badan Golgi yang paling dekat dengan nukleus disebut sisi cis, sementara sisi
yang menjauhi nukleus disebut sisi trans. Ketika tiba di sisi cis, protein dimasukkan ke dalam
lumen sisterna. Di dalam lumen, protein tersebut dimodifikasi, misalnya dengan penambahan
karbohidrat, ditandai dengan penanda kimiawi, dan dipilah-pilah agar nantinya dapat dikirim
ke tujuannya masing-masing.
Badan Golgi mengatur pergerakan berbagai jenis protein; ada yang disekresikan ke
luar sel, ada yang digabungkan ke membran plasma sebagai protein transmembran, dan ada
pula yang ditempatkan di dalam lisosom. Protein yang disekresikan dari sel diangkut ke
membran plasma di dalam vesikel sekresi, yang melepaskan isinya dengan cara bergabung

9
dengan membran plasma dalam proses eksositosis. Proses sebaliknya, endositosis, dapat
terjadi bila membran plasma mencekung ke dalam sel dan membentuk vesikel endositosis
yang dibawa ke badan Golgi atau tempat lain, misalnya lisosom.
6. Lisosom
Lisosom pada sel hewan merupakan vesikel yang memuat lebih dari 30 jenis enzim
hidrolitik untuk menguraikan berbagai molekul kompleks. Sel menggunakan kembali subunit
molekul yang sudah diuraikan lisosom itu. Bergantung pada zat yang diuraikannya, lisosom
dapat memiliki berbagai ukuran dan bentuk. Organel ini dibentuk sebagai vesikel yang
melepaskan diri dari badan Golgi.
Lisosom menguraikan molekul makanan yang masuk ke dalam sel melalui endositosis
ketika suatu vesikel endositosis bergabung dengan lisosom. Dalam proses yang disebut
autofagi, lisosom mencerna organel yang tidak berfungsi dengan benar. Lisosom juga
berperan dalam fagositosis, proses yang dilakukan sejumlah jenis sel untuk menelan bakteri
atau fragmen sel lain untuk diuraikan. Contoh sel yang melakukan fagositosis ialah sejenis sel
darah putih yang disebut fagosit, yang berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh.
7. Vakuola
Kebanyakan fungsi lisosom sel hewan dilakukan oleh vakuola pada sel tumbuhan.
Membran vakuola, yang merupakan bagian dari sistem endomembran, disebut tonoplas.
Vakuola berasal dari kata bahasa Latin vacuolum yang berarti 'kosong' dan dinamai demikian
karena organel ini tidak memiliki struktur internal. Umumnya vakuola lebih besar daripada
vesikel, dan kadang kala terbentuk dari gabungan banyak vesikel.
Sel tumbuhan muda berukuran kecil dan mengandung banyak vakuola kecil yang
kemudian bergabung membentuk suatu vakuola sentral seiring dengan penambahan air ke
dalamnya. Ukuran sel tumbuhan diperbesar dengan menambahkan air ke dalam vakuola
sentral tersebut. Vakuola sentral juga mengandung cadangan makanan, garam-garam,
pigmen, dan limbah metabolisme. Zat yang beracun bagi herbivora dapat pula disimpan
dalam vakuola sebagai mekanisme pertahanan. Vakuola juga berperan penting dalam
mempertahankan tekanan turgor tumbuhan.Vakuola memiliki banyak fungsi lain dan juga
dapat ditemukan pada sel hewan dan protista uniseluler. Kebanyakan protozoa memiliki
vakuola makanan, yang bergabung dengan lisosom agar makanan di dalamnya dapat dicerna.
Beberapa jenis protozoa juga memiliki vakuola kontraktil, yang mengeluarkan kelebihan air
dari sel.

10
8. Mitokondria

Mitokondria adalah tempat berlangsungnya respirasi seluler, yaitu suatu proses


kimiawi yang memberi energi pada sel. Karbohidrat dan lemak merupakan contoh molekul
makanan berenergi tinggi yang dipecah menjadi air dan karbon dioksida oleh reaksi-reaksi di
dalam mitokondria, dengan pelepasan energi. Kebanyakan energi yang dilepas dalam proses
itu ditangkap oleh molekul yang disebut ATP. Mitokondria-lah yang menghasilkan sebagian
besar ATP sel. Energi kimiawi ATP nantinya dapat digunakan untuk menjalankan berbagai
reaksi kimia dalam sel. Sebagian besar tahap pemecahan molekul makanan dan pembuatan
ATP tersebut dilakukan oleh enzim-enzim yang terdapat di dalam krista dan matriks
mitokondria.
Mitokondria memperbanyak diri secara independen dari keseluruhan bagian sel lain.
Organel ini memiliki DNA sendiri yang menyandikan sejumlah protein mitokondria, yang
dibuat pada ribosomnya sendiri yang serupa dengan ribosom prokariota.

2.2 Tahapan Komunikasi Sel


Komunikasi sel adalah hubungan/interaksi antara satu sel dengan sel yang lain
ataupun antara sel dengan lingkungannya. Komuniasi sel juga dapat diartikan sebagai proses
penyampaian informasi sel dari sel pesinyal menuju ke sel target untuk mengatur
pengembangan dan pengorganisasiannya menjadi jaringan, mengawasi pertumbuhan dan
pembelahannya serta mengkoordinasikan aktivitasnya.
Peran komunikasi dalam kehidupan pada tingkat selular tak kalah pentingnya.
Komunikasi dari satu sel ke sel yang lain mutlak bagi organisme multiseluler, misalnya
manusia dan pohon. Triliunan sel dalam organisme multiseluler harus berkomunikasi satu
sama lain untuk mengoordinasikan aktivitasnya dalam suatu cara yang memungkinkan
organisme berkembang dari telur yang dibuahi, kemudian bias bertahan hidup dan
bereproduksi sendiri. Komunikasi diantara sel-sel juga penting bagi banyak organisme
uniseluler.

11
Penelitian awal Sutherland menyiratkan bahwa proses yang berlangsung di ujung
penerima pada percakapan selular dapat dibagi menjadi tahap: penerimaan, transduksi, dan
respons. Berikut penjelasan mengenai tahap komunikasi sel:
1. Penerimaan (reception).
Penerimaan adalah ketika sel target mendeteksi molekul sinyal yang berasal dari luar
sel. Sinyal kimiawi ‘terdeteksi’ ketika molekul sinyal berikatan dengan protein reseptor yang
terletak di permukaan sel atau di dalam sel.
2. Transduksi (transduction).
Pengikatan molekul sinyal mengubah protein reseptor dengan suatu cara, sehingga
menginisiasi proses transduksi. Tahap transduksi mengubah sinyal menjadi bentuk yang
dapat menyebabkan respons selular spesifik. Dalam sistem Sutherland, pengikatan epinefrin
ke protein reseptor pada membran plasma sel hati menyebabkan aktivasi glikogen fosforilase.
Transduksi terkadang terjadi dalam satu langkah saja, namun lebih sering membutuhkan
suatu urutan perubahan dalam serangkaian molekul yang berbeda-jalur transduksi sinyal.
Molekul-molekul dalam jalur ini seringkali disebut molekul relai (relay molecule)
3. Respons (response)
Pada tahap ketiga pensinyalan sel, sinyal yang ditransduksikan akhirnya memicu
respons selular spesifik. Respons ini mungkin merupakan aktivitas selular apa pun yang bisa
dibayangkan- misalnya katalisis oleh suatu enzim (misalnya, glikogen fosforilase),
penyusunan ulang sitoskeleton atau aktivasi gen-gen dalam nukleus. Proses pensinyalan sel
membantu memastikan bahwa aktivitas-aktivitas krusial seperti ini berlangsung dalam sel
yang benar, pada waktu yang tepat, dan dalam koordinasi yang sesuai dengan sel-sel lain
pada organisme tersebut.

Gambar 1. Tahapan Pensinyalan Sel (Champbell, 2008)

12
2.3 Tranduksi Sinyal dalam Sel
Ketika reseptor untuk molekul sinyal merupakan protein membran plasma, tahap
transduksi dalam pensinyalan sel biasanya merupakan jalur multilangkah. Langkah-langkah
itu sering mencangkup aktivasi perotein oleh penambahan atau penghilangan gugus fosfat,
atau pelepasan molekul kecil atau ion lain yang bekerja sebagai pembawa pesan. Salah satu
keuntungan jalur multilangkah adalah kemungkinanya bisa mengamplifikasi sinyal dengan
kuat.
1. Jalur Tranduksi Sinyal
Pengikatan molekul sinyal spesifik ke reseptor pada membran plasma memicu
langkah pertama dalam rantai interaksi molekular-jalur transduksi sinyal-yang mengarah ke
respons tertentu di dalam sel. Seperti kartu kartu domino yang berjatuhan, reseptor yang
diaktivasi oleh sinyal akan mengaktivasi molekul lain, yang kemudian mengaktivasi molekul
lain lagi, dan seterusnya, sampai protein yang menghasilkan respons selular akhir diaktivasi.
Molekul yang merelai sinyal dari reseptor ke respons, yang kita sebut sebagai molekul relai
dalam buku ini, seringkali berupa protein. Interaksi antarprotein merupakan tema utama
pensinyalan sel. Bahkan, interaksi protein merupakan tema pemersatu dari semua regulasi
pada tingkat selular.
Molekul sinyal asal tidak diteruskan secara fisik sepanjang jalur pensinyalan; pada
sebagian besar kasus, molekul tersebut bahkan tidak pernah memasuki sel. Ketika kita
mengatakan bahwa sinyal direlai di sepanjang jalur, yang kita maksud adalah informasi
tertentu akan diteruskan. Pada setiap langkah, sinyal ditransduksi menjadi bentuk yang
berbeda, umumnya berupa perubahan bentuk protein. Perubahan bentuk tersebut seringkali
disebabkan oleh fosforilasi.
2. Fosforilasi dan Defosforilasi Protein
Banyak molekul relai dalam jalur transduksi sinyal dalam jalur transduksi sinyal
merupakan protein kinase, dan seringkali bekerja pada protein kinase lainnya didalam jalur
tersebut. Menggambarkan suatu ja;lur hipotesis yang mengandung tiga protein kinase
berbeda yang menyusun suatu “kaskade fosforilase”. Sinyal itu ditransmisi oleh kaskade
fosforilasi protein, yang masing-masing menyebbabkan berubah bentuk. Setiap perubahan
bentuk ini dihasilkan dari interaksi antara gugus fosfat yang baru ditambahkan dengan asam
amino yang bermuatan atau polar. Penambahan gugus fosfat seringkali merubah protein dari
bentuk inaktif (tidak aktif) menjadi bentuk aktif (walaupun pada kasus yang lain fosforilasi
menurunkan aktifitas protein).

13
Nilai penting protein kinase tidaklah dilebih-lebihkan sekitar 2% dari gen kita diduga
menggodekan protein kinase. Satu sel tunggal biasa memiliki ratusan jenis protein kinase
yang berbeda, masing-masing bersifat spesifik untuk protein substar yang berbeda. Protein
yang sama pentingnya dalam kaskade fosforilasi adalah protein fosfatase (protein
phosphatase), enzim yang dapat secara cepat menyingkirkan gugus fosfat dari protein, suatu
proses yang disebut defosforilasi. Dengan demikian, desfosforilasi menginaktifasi protein
kinase, fosfatase menyediakan mekanisme untuk memadamkan jalur transduksi sinyal ketika
sinyal awal tidak lagi ada.

Gambar 2. Kaskade Fosforilasi (Champbell, 2008)

3. Molekul Kecil dan Ion Sebagai Pembawa-Pesan Kedua


Tidak semua komponen jalur tranduksi sinyal merupakan protein. Banyak jalur
pensinyalan juga melibatkan molekul kecil larut-air nonprotein atau ion yang disebut
pembawa pesan kedua (second messenger). (molekul sinyal ekstraseluler yang diberikan
dengan reseptor membrane merupakan ‘pembawa pesan pertama’pada jalur tersebut.) karena
berukuran kecil dan larut dalam air, pembawa-pesan kedua dapat membayar dengan cepat
keseluruh bagian sel memalui difusi. Misalnya, seperti yang akan segera kita lihat, pembawa-
pesan kedua yang bernama AMP siklik-lah yang menyangkut sinyal yang diinisiasi oleh
epinefrin dari membrane plasma el hati atau sel otot ke interior sel, tempat sinyal tersebut
menyebabkan penguraian glikogen. Pembawa pesan-kedua berpartisipasi dalam jalur-jalur

14
yang diinisiasi oleh respetor terkopel-protein G maupun resptor tirosin kinase. Dua pembawa-
pesan kedua yang paling sering digunakan adalah AMP siklik dan ion kalsium, Ca2+.
Berbagai macam protein relai sensitive terhadap konsentrasi salah satu pembawa-pesan kedua
ini dalam sitosol.
a. AMP Siklik
Setelah Earl Sutherland memastikan bahwa epinefrin menyebabkan pengaruh
glikogen tanpa menembus membrane plasma, dimulailah pencarian terhadap sesuatu yang
kemudian ia namai pembawa-pesan kedua yang mentransmisi sinyal dari membrane plasma
kemesin metabolic dalam sitoplasma.
Sutherland menemukan bahwa pengikatan epinefrin kemembran plasma sel hati
meningkatkan konsentrasi dalam sitosol suatu senyawa yang disebut adenosine monofosfat
siklik (cyclic adenosine monophosphate), disingkat AMP siklik atau cAMP. sejenis enzim
yang tertanam dalam membrane plasma, adenilil siklase (adenylyl cyclase), mengubah ATP
menjadi cAMP sebagai espons terhadap suatu sinyal ekstraseluler-dalam contoh ini, epinefrin
namun epinefrin tidak merangsangadenilil siklase seara langsung. Ketika epinefrin diluar sel
berikatan dengan protein reseptor spesifik, protein tersebut mengaktivasi adenilil siklase,
yang kemudian bisa mengkatalisis sintesis banyak molekul cAMP. Dengan cara ini,
konsentrasi normal cAMP dalm sel dapat didorong menjadi 20 kali lipat dalam hitungan
detik. cAMP memancarkan sinyal terseut kesitoplasma. cAMP tidak bertahan lama jika
hormone epinefrin lenyap, sebab eni lain, yang disebt fosfodiesterase, mengubah cAMP
menjadi AMP. Diperlukan lonjakan epinefrin lain utnuk mendorong kembalikonsentrasi
cAMP dalam sitosol.

Gambar 3. cAMP sebagai pembawa pesan kedua dalam jalur pensinyalan protein G
(Champbell, 2008)

15
b. Ion Kalsium dan Inositol Trifosfat (IP3)
Banyak molekul senyawa pada hewan, termasuk neurotransmiter, factor
pertumbuhan, dan beberapa horon, menginduksi respons dalam sel targetnya melalui jalur
tranduksi sinyal yang meningkatkan konsentrasi ion kalsium (Ca2+) dalam sitosol.kalsium
bahkan lebih banyak digunakan sebagi pembawa pesan kedua dari pada cAMP. Peningkatan
konsentrasi Ca2+ dalam sitosol menyebabkan banyak respon pada sel hewan, termasuk
kontraksi sel otot, sekresi zat-zat tertentu, dan pembelahan sel. Pada sel tumbuhan, berbagai
macam rangsangan hormonal dan lingkungan dapat menyebabkan penigkatan singkat
konsentrasi Ca2+ dalam sitosol sehingga memicu berbagai jalur pensinyalan, misalnya jalur
untuk pemunculan warna hijau sebagai respons terhadap cahaya. Sel menggunakan Ca 2+
sebagai pembawa pesan kedua dalam jalur protein G maupun jalur reseptor tirosin kinase.
Walaupun sel selalu mengandung sejumlah, ion ini dapat berfungsi sebagai pembawa
pesan kedua karena konsentrasinya dalam sitosol secara normal jauh lebih rendah dari pada
konsentrasinya diluar sel. faktanya, kadar Ca2+ dalam darah dan cairan ekstraseluler hewan
seringkali melebihi kadarnya didalam sitosol sebanyak 10.000 kali lipat. Ion kalsium
ditranspor secara aktif keluar sel dan di impor secarra aktif dari sitosol kedalam reticulum
endoplasma (dan, dibawah beberapa kondisi, kedalam mitokondria dan kloroplas) oleh
berbagai pompa protein. akibatnya konsentrasi kalsium dalam RE biasnaya jauh lebih tinggi
daripada konsentrasinya dalam sitosol. Karena konsentrasi kalsium dalam sitosol rendah,
perubahan kecil dalam jumlah absolut ion mempresentasikan perubahan presentase
konsentrasi kalsium yang relatif besar.

Gambar 4. Menjaga Konsentrasi ion kalsium dalam sel hewan


(Champbell, 2008)
Sebagai respon terhadap sinyal yang direali oleh jalur tranduksi sinyal, kadar kalsium
dalam sitosol mungkin naik, biasanya melalui mekanisme yang melepaskan Ca 2+ dari RE sel.
Jalur jalur yang mengarah kepelepasan kalsium masih melibatkan pembawa pesan kedua

16
yang lain, inositol trifosfat ( inositol triphosphate, IP3) dan diasigliserol (diacylglycerol,
DAG). Kedua pembawa pesan ini dihasilkan melalui pembelahan fosfolipid jenis tertentu
pada membrane plasma. Akan tetapi ilmuwan mnggunakan istilah pembawa pesan kedua
untuk semua komponen nonprotein dalam jalur tranduksi sinyal.

Gambar 5. kalsium dan dalam jalur pensinyalan (Champbell, 2008)

2.4 Respons Pensinyalan dan Amplifikasi Isyarat dalam Sel


Pensinyalan Sel Menyebabkan Regulasi Transkripsi atau Aktivitas Sitoplasma.
1. Respons di Nukleus dan Sitoplasma
Pada akhirnya, jalur transduksi sinyal mengarah ke regulasi satu atau lebih aktivitas
seluler. Respons diujung jalur mungkin terjadi di nucleus sel atau sitoplasma. Banyak jalur
pensinyalan berujung pada regulasi sintesis protein, biasanya dengan menyalakan atau
memadamkan gwen sepesifik dalam nucleus molekul teriaktifasi paling akhir dalam jalur
pensinyalan mungkin berfungsi sebagai factor transkripsi.

Gambar 6. Respon Nukleus terhadap sinyal (Champbell, 2008)

17
Suatu faktor transkripsi seringkali meregulasi beberapa gen yang berbeda. Terkadang
suatu jalur pensinyalan mungkin meregulasi aktivitas protein , bukan sintesis protein,
sehingga memengaruhi secara langsung perotein yang berfungsi di luar nucleus. Misalnya,
suatu sinyal mungkin menyebabkan pembukaan atau penutupan saluran ion dalam membran
plasma atau perubahan metabolisme sel, respon sel hati terhadap pensinyalan oleh hormone
epinefrin membantu meregulasi metabolism energy selular dengan cara memengaruhi
aktivitas sesuatu enzim. Selain regulasi enzim, peristiwa pensinyalan juga mungkin
memengaruhi selular lain, misalnya bentuk sel secara keseluruhan.

Gambar 7. Respon Sitoplasma terhadap sinyal:perangsangan penguraian glikogen oleh epinefrin.


(Champbell, 2008)
2. Penajaman (Fine-Tuning) Respon
Tanpa melihat apakah respon terjadi di dalam nucleus atau di dalam sitoplasma,
respon ini dipertajam (fine – tuned) di berbagai titik. Seperti yang disinggung sebelumnya,
jalur pensinyalan dengan banyak langkah antara peristiwa pensinyalan di permukaan sel dan
respon sel memiliki dua manfaat penting: jalur itu mengamplifikasi sinyal (dan responnya
juga) serta menyediakan titik – titik yang berbeda, tempat respon sel dapat diregulasi. Ini
memungkinkan koordinasi jalur pensinyalan dan juga berkontribusi dalam kespesifikan
respon. Efisiensi keseluruhan respon juga dapat ditingkatkan oleh protein perancah. Terakhir,
titik krusial penajaman respon adalah pemutusan sinyal.

18
3. Amplifikasi Sinyal
Kaskade enzim yang rumit mengamplifikasi respon sel terhadap suatu sinyal. Pada
setiap langkah katalik dalam kaskade ini, jumlah produk yang teraktivasi jauh lebih besar
dibandingkan sebelumnya. Misalnya dalam jalur yang terpicu epinefrin, setiap molekul
adenilin siklase mengkatalis pembentukan banyak molekul cAMP, setiap molekul protein
kinase A memfosforilasi banyak molekul kinase berikutnya dalam jalur, dan seterusnya. Efek
amplifikasi berasal dari fakta bahwa protein – protein ini berada dalam bentuk aktif yang
cukup lama untuk mengolah banyak molekul substrat sebelum menjadi inaktif kembali.
Sebagai akibat dari amplifikasi sinyal, sejumlah kecil moleku epinefrin yang berikatan
dengan reseptor pada permukaan sel hati atau sel otot dapat menyebabkan pelepasan ratusan
juta molekul glukosa dan glikogen.

4. Kespesifikan Pensinyalan Sel dan Koordinasi Respon


Ambilah dua contoh sel yang ada dalam tubuh anda. Sel hati dan sel oto jantung
misalnya. Keduanya bersentuhan dengan aliran darah sehingga terpapar terus menurus ke
banyak molekul hormone yang berbeda, dank e regulator lokal yang disekresikan oleh sel –
sel di dekatnya. Akan tetapi sel hati hanya merespon beberapa jenis sinyal dan mengabaikan
sinyal yang lain, demikian pula dengan sel jantung. Beberapa jenis sinyal memicu respon
kepada kedua sel, namun respon ini berbeda. Misalnya, epinefrin merangsang sel hati untuk
memecah glikogen, namun respon utama sel jantung terhadap epinefrin adalah kontraksi,
sehingga menyebabkan detak jantung lebih cepat.
Penjelasan untuk kespesifikan yang ditujukan dalan respon selular terhadap sinyal
sama saja dengan penjelasan dasar untuk hampir semua perbedaan di antara sel – sel: jenis
sel yang berbeda memiliki koleksi protein yang berbeda. (Ini desebabkan karena jenis sel
yang berbeda menyalakan kumpulan gen yang berbeda.) Respon sel tertentu terhadap sinyal
bergantung pada koleksi tertentu protein reseptor sinyal, protein relai, dan protein yang
dibutuhkan untuk melaksanakan respon. Sel hati misalnya, akan merespon epinefrin secara
tepat karena memiliki protein – protein, seperti halnya yang dibutuhkan untuk memproduksi
glikogen.
Dengan demikian, dua sel yang merespon secara berbeda terhadap sinyal yang sama
memiliki perbedaan satu atau lebih protein yang menangani dan merespon sinyal tersebut,
Jalur – jalur yang berbeda mungkin memiliki beberapa molekul yang sama. Misalnya, sel A,
B, dan C, semuanya menggunakan protein reseptor yang sama untuk molekul sinyal yang
berwarna jingga: perbedaan dalam hal protein – lah yang menyebabkan respon yang

19
diberikan berbeda. Pada sel D, protein reseptor yang berbeda digunakan untuk molekul sinyal
yang sama, menghasilkan respon yang berbeda pula. Pada sel B, jalur yang dipicu oleh satu
jenis sinyal berpisah menghasilkan dua respon. Jalur bercabang semacam itu sering
melibatkan reseptor tirosin kinase (yang dapat mengaktivasi banyak protein relai atau
pembawa pesan kedua (yang dapat meregulasi banyak protein). Pada sel C, dua jalur yang
dipicu oleh sinyal berbeda menyatu untuk memodulasi satu respon tunggal. Percabangan jalur
dan ‘Cross – Talk’ (persilangan, interaksi) di antara jalur – jalur yang berbeda penting bagi
regulasi dan koordinasi respon sel terhadap informasi yang berasal dari berbagai sumber
dalam tubuh. (anda akan mempelajari lebih lanjut tentang koordinasi ini nanti, dalam subbab
berikutnya.). Terlebih lagi, penggunaan beberapa protein yang sama pada lebih dari satu jalur
memungkinkan sel menghemat jumlah protein berbeda yang harus dibuatnya.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Sel merupakan unit structural terkecil dari organisme hidup.
2. Secara struktural, sel merupakan satuan terkecil mahluk hidup yang dapat
melaksanakan kehidupan, yang merupakan unit terkecil penyusun mahluk hidup.
Secara fungsional, sel berfungsi untu menjalankan fungsi kehidupan
(menyelenggarakan kehidupan jika sel-sel penyusunya berfungsi), kemudian
membentuk organisme.
3. Setiap organisme tersusun atas salah satu dari dua jenis sel yang secara struktur
berbeda: sel prokariotik atau sel eukariotik. Kedua jenis sel ini dibedakan berdasarkan
posisi DNA di dalam sel; sebagian besar DNA pada eukariota terselubung membran
organel yang disebut nukleus atau inti sel, sedangkan prokariota tidak memiliki
nukleus.
4. Tranduksi Sinyal adalah perubahan bentuk sinyal yang berurutan dari sinyal
ekstraseluler sampai respon dalam komunikasi antar sel.

21
DAFTAR PUSTAKA

Harry Murti, dkk.2007. Regulasi Siklus Sel: Kunci Sukses Somatic Cell Nuclear Transfer.
cdk vol. 34 no. 6/159 Nov - Des.
https://www.academia.edu/36107919/makalah_interaksi_sel_pensinyalan_sel_komunikasi sel
https://www.scribd.com/document/360479843/tugas-10-docx
http://silviatelese.blogspot.com/2017/04/interaksi-sel_2.html

22

Anda mungkin juga menyukai